Professional Documents
Culture Documents
Penyusun :
Jasni
Ratih Damayanti
Titi Kalima
Editor :
Osly Rachman
Johanis P. Mogea
KEMENTERIAN KEHUTANAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN
KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN
BOGOR, 2012
iii
SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan uyang Maha Kuasa
atas terbitnya Buku Atlas Rotan Indonesia Jilid I. Buku ini sejak lama
telah dinanti oleh kalangan institusi, pengusaha, dan juga para
pengguna rotan lainnya. Kami menilai buku ini sangat berguna dalam
upaya pemanfaatan sumberdaya rotan di lapangan. Dalam buku ini
diuraikan mengenal karakteristik sejumlah jenis rotan yang telah
diperdagangkan, serta rekomendasi penggunaanya yang paling sesuai.
Diharapkan buku ini dapat membantu peningkatan efisiensi
pemanfaatan sumber daya hutan, khusunya rotan.
Saya ucapkan selamat atas upaya Saudara Dra. Jasni, M.Si.,
Ratih Damayanti, S.Hut., dan Dra. Titi Kamila ,M.Si. selaku penyusun,
dan Prof. Dr. Ir. Osly Rachman, MS. dan Dr. Johanis P. Mogea, selaku
penyunting, serta Ir. Suhariyanto, MM dan rekan lainnya yang telah
memfasilitasi penerbitan buku ini.
Dalam buku ini kami sadari masih terdapat banyak kekurangan,
namun demikian kami berharap semoga buku ini hendaknya bermanfaat
bagi peneliti, ilmuwan, praktisi, perencanaan dan perumus kebijakan
serta pengambil keputusan di bidang rotan di Indonesia di masa kini
maupun masa datang.
KATA PENGANTAR
Sejak 30 tahun terakhir ini Indonesia diperkirakan merupakan
pemasok 70-85% bahan baku rotan dunia. Jika bahan baku tersebut
tetap tersedia dan indonesia dapat mengekspor hanya barang jadi saja,
maka diyakini komoditi ini akan banyak memberikan devisa bagi negara
yang berarti pula dapat memberikan lapangan kerja yang cukup
signifikan bagi masyarakat yang terkait dengan pengusahaan rotan ini.
Salah satu aspek yang perlu dikuasai untuk mencapai cita-cita tersebut
adalah perlunya pemahaman yang tepat mengenai pengetahuan botani
tentang rotan tersebut berikut pemahaman mengenai kualitasnya dalam
industri. Pengetahuan ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan
pengolahan industri pengrajin rotan, budidaya dan pengusahaan yang
berkelanjutan. Untuk tujuan itulah Buku Atlas Rotan Indonesia ini
disusun dan disebarluaskan di kalangan institusi, pengusaha, dan
pengguna rotan lainnya.
Atlas Rotan Indonesia merupakan hasil kerjasama antara Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, LIPI serta beberapa
Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, data yang digunakan untuk
menyusun buku ini terutama berasal dari hasil penelitian yang telah
dilakukan pada instansi tersebut dan material yang telah maupun yang
belum dipublikasikan. Tujuan dari buku ini adalah memperkenalkan
informasi botani, sifat dan kegunaan beberapa jenis rotan yang telah
diperdagangkan.
Buku ini menyajikan risalah 10 jenis rotan berisi data dan
informasi mengenai botani, sifat serta kegunaan rotan. Pada jenis
tertentu kadang dijumpai informasi yang kurang lengkap, karena
penelitian tentang jenis tersebut belum dilakukan dan datanya memang
belum tersedia. Kepada semua pihak yang telah membantu
terlaksananya penyusunan dan penerbitan buku ini penyusun
mengucapkan banyak terima kasih. Semoga bermanfaat bagi
masyarakat yang memerlukannya.
Bogor,
Desember 2007
Penyusun
vii
DAFTAR ISI
SAMBUTAN CETAKAN KE-2 ......................................................... iii
SAMBUTAN ............................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................... ix
I. PENDAHULUAN
...................................................................
II. PENJELASAN RISALAH .........................................................
A. Nama Botani ..................................................................
B. Nama Perdagangan/Nama Daerah ...................................
C. Nama di Negara Lain .......................................................
D. Daerah Persebaran .........................................................
E. Perawakan .....................................................................
F. Struktur Anatomi ............................................................
G. Komponen Kimia ............................................................
H. Fisis Mekanis .................................................................
I. Pelengkungan ................................................................
J. Ketahanan Terhadap Bubuk ............................................
K. Pemanfaatan .................................................................
L. Silvikultur .......................................................................
III. RISALAH ROTAN ..................................................................
A. Balubuk Calamus burckianus Beccari ............................
B. Batang Calamus zollingeri Beccari ................................
C. Batang Susu Daemonorops robusta Warburg ...............
D. Bubuai Plectocomia elongata Martius ex Blume ............
E. Manau Calamus manan Miquel ....................................
F. Manau tikus Calamus tumidus Furtado ........................
G. Sampang Korthalsia junghuhnii Blume .......................
H. Semambu Calamus scipionum Loureiro ......................
I. Seuti Calamus ornatus Blume .....................................
J. Tohiti Calamus inops Beccari ........................................
1
3
4
4
5
5
5
5
6
7
7
7
8
9
10
10
14
18
22
26
32
35
39
42
47
ix
I. PENDAHULUAN
Dalam dunia botani, tumbuhan rotan termasuk dalam suku
Arecaceae (dh. Palmae) yang merupakan salah satu dari delapan
ratusan suku tumbuhan berbunga yang ada di muka bumi. Nama
yang sering digunakan ialah suku pinang-pinangan atau
Arecaceae. Tumbuhan rotan sebagian besar merambat.
Batangnya memiliki ruas yang jelas seperti bambu, namun bagian
dalam tidak kosong tetapi berisi jaringan pembuluh. Bentuk,
ukuran, kualitas batang dan panjang ruas bervariasi bergantung
kepada jenisnya. Diameter batang yang terkecil 3 mm (Calamus
ciliaris Blume sensu Ridley) dan yang terbesar dapat mencapai
100 mm (Plectocomia elongata martius ex Blume). Daunnya
mulai dari pelepah, tangkai, tulang daun, rakis, kucir dan
flagellum umumnya berduri. Terutama melalui duri-duri di
flagellum, kucir dan rakis, tumbuhan rotan dapat merambat pada
batang atau cabang pohon kayu. Rotan mudah dibedakan dari
tumbuhan lain, selain karena ciri-ciri tersebut, ciri lain yang sangat
nyata ialah kulit buahnya selalu bersisik mirip buah salak, atau
lebih tepatnya mirip buah sagu. Kedua tumbuhan ini memang
termasuk dalam suku Palmae, suku yang sama dengan tumbuhan
rotan.
Rotan merupakan hasil hutan yang memiliki nilai ekonomi
kedua setelah kayu. Indonesia merupakan penghasil rotan
terbesar dengan memasok sekitar 80% bahan baku konsumsi
dunia (Hartono, 1998). Indonesia memiliki sekitar 350 jenis
(spesies) rotan. Sepuluh dari tiga belas marga (genus) rotan yang
ada di dunia terdapat di Indonesia.
Penelitian mengenai rotan telah dilakukan oleh banyak
lembaga penelitian, perguruan tinggi dan beberapa industri di
Indonesia maupun manca negara. Penelitian tersebut meliputi
penelitian tentang botani, silvikultur, struktur anatomi, fisis
mekanis, komponen kimia, ketahanan terhadap bubuk dan
pengolahan serta aspek ekonomi perdagangan. Namun demikian,
Kelas
Ketahanan
L. Silvikultur
Uraian mengenai silvikultur meliputi tempat tumbuh,
perbanyakan dan penanaman. Faktor yang mempengaruhi
tempat tumbuh diuraikan secara singkat, terutama ketinggian
dari permukaan laut. Uraian mengenai permudaan meliputi
permudaan alam dan permudaan buatan. Pada beberapa jenis
diuraikan mengenai persemaiannya. Informasi mengenai
silvikutur ini terutama didapat dari Dransfield (1979 dan 1984),
Dransfield dan Manokaran (1996) serta Alrasyid (1989).
25 mm
20 - 22 cm
2,6 mm
2
3 buah/mm
Ciri anatomi:
Diameter metaxylem
Diameter protoxylem
Diameter phloem
Prosentase pori
Panjang sel serabut
Tebal dinding sel serabut
10
397 m
50 m
29 m
18,9 %
1.186 m
4 m
Komponen Kimia
Holoselulosa
Alfaselulosa
Lignin
Pati
73,3 %
42,4 %
24,0 %
20,9 %
Fisis Mekanis
Kadar air
Berat jenis
MOE
MOR
13,9 %
0,50
18.270 kg/cm2
510 kg/cm2
Pelengkungan
Radius pelengkungan dengan pengukusan selama 10 menit
rata-rata 4,9 cm.
Ketahanan Terhadap Bubuk
Kelas II : Tahan
Pemanfaatan
Batang umumnya digunakan dalam bentuk poles untuk
mebel. Selain itu dijadikan rotan belah berupa kulit, hati dan filtrit
sebagai bahan anyaman. Sedangkan yang alami digunakan untuk
tangkai sapu dan parut kelapa tradisional.
Silvikultur
Tempat tumbuh :
Calamus burckianus merupakan jenis dataran rendah
11
12
rk
rb
cp
13
B. BATANG
Nama Botani: Calamus zollingeri Beccari
Nama Perdagangan dan Nama Daerah: Rotan batang,
batang putih, umul (Sulawesi), rotan air, halawaku malibat
(Maluku)
Nama di Negara Lain: Daerah Persebaran: Sulawesi dan Maluku
Perawakan
Jenis rotan ini tumbuh berumpun, panjang batang sampai
40 m. Daun berkucir panjang sampai 7 m. Pelepah daun dengan
panjang 40 cm, warna hijau kusam, ditumbuhi duri yang lebat
beragam bentuk segitiga yang liat, coklat kusam sampai hitam,
panjang 5,5 cm, pangkal 8-12 duri, yang berdampingan sering
menyatu membentuk kerah yang panjangnya 2,5 cm. Buah masak
membulat. Diameter 5 mm, coklat tua, buah muda hijau, berubah
menjadi putih dalam specimen herbarium yang kering.
Struktur Anatomi
Ciri umum:
Diameter tanpa pelepah
Panjang ruas
Tinggi buku rata-rata
KIP
Warna abu-abu mengkilap
20 - 40 mm
35-50 cm
2,7 mm
5 buah/mm2
Ciri anatomi:
Diameter ikatan pembuluh
347 m
Diameter metaxylem
Diameter protoxylem
Diameter phloem
Panjang sel serabut
Tebal dinding sel serabut
206 m
34 m
39 m
1.555 m
6 m
14
Komponen Kimia
Selulosa
Lignin
Silika
Pati
41,1 %
21,2 %
1,4 %
20,6 %
Fisis Mekanis
Berat jenis
MOE
MOR
0,49
2
29.442 kg/cm
580 kg/cm
Pelengkungan
Radius terkecil pelengkungan tanpa pengukusan 12,5-26,9
cm; dengan pengukusan 7,2-21,7 cm.
Ketahanan Terhadap Bubuk
Kelas II : Tahan
Pemanfaatan
Batangnya sangat bagus, digunakan dalam bentuk bulat
yang umumnya cukup dikikis buku atau dipoles sebagai kerangka
mebel.
Silvikultur
Tempat tumbuh :
Terdapat di hutan primer dataran rendah sampai ketinggian
800 m dpl, biasanya dekat sungai kecil. Tumbuh pada tanah yang
berstruktur liat dan beriklim basah.
Perbanyakan dan penanaman:
Perbanyakan dengan biji dan tunas. Penanganan seperti
Calamus manan.
15
16
17
C. BATANG SUSU
Nama Botani : Daemonorops robusta Warburg
Nama Daerah: Batang susu (Sulawesi Utara), batang merah
(Sulawesi Tengah) rotan bulu rusa (Seram Ambon), noko
(Sulawesi Tenggara)
Nama di Negara Lain : Daerah Persebaran : Sulawesi, Maluku
Perawakan
Jenis ini tumbuh berumpun. Batang mencapai panjang 20
m. Diameter batang dengan pelepah 40 mm. Panjang daun
sampai 5,5 m, pelepah daun bewarna kuning sampai pucat, lebat
ditumbuhi indumentum hitam. Duri biasanya lunak, ramping,
coklat keputih-putihan sampai hitam, panjang duri sampai 7 cm.
Buah masak agak membulat, panjang 17 mm dan diameter 20
mm, dengan sisik putih, dan berwarna coklat cemerlang bila
dikeringkan.
Struktur Anatomi
Ciri umum:
Diameter tanpa pelepah
23 mm
Panjang ruas
20-25 cm
Tinggi buku rata-rata
3,7 mm
Warna hijau keabu-abuan dan kuning kehitaman.
Ciri anatomi:
Diameter ikatan pembuluh
Diameter metaxylem
Diameter protoxylem
Diameter phloem
Panjang sel serabut
Tebal dinding sel serabut
18
316 m
198 m
33 m
35 m
1.180 m
3 m
Kimia
Holoselulosa
Selulosa
50,9 %
Lignin
22,4 %
Pati
Silika
1,6 %
Fisis Mekanis
Kadar air
Berat jenis
0,42
MOE
33.774 kg/cm
MOR
647 kg/cm
19
20
bh
bh
21
D. BUBUAI
Nama Botani: Plectocomia elongata Martius ex Blume
Nama Daerah: Bubuai, hoe bubuai (Sunda), menjalin warak
(Jawa)
Nama di Negara Lain : Rotan mantang (Semenanjung
Peninsula)
Daerah Persebaran : Jawa, Sumatera dan Kalimantan
Perawakan
Jenis ini tumbuh berumpun dan ada juga yang tunggal,
memanjat sampai mencapai tinggi 30-50 m. Diameter dengan
pelepah mencapai 25-100 mm. Pelepah daun hijau, ditutupi oleh
duri horizontal atau berbentuk sisir miring (roset). Warna duri
coklat keemasan atau coklat kemerahan, panjang 3-4 cm dengan
indumentum berwarna putih atau kuning tua. Lutut tidak ada.
Daun sangat besar, panjang 6-7 m termasuk sirus 3 m dan tangkai
daun 20-30 cm. Anak daun 50-60 di kanan kiri rakis, berbentuk
pita jorong, tersusun tidak teratur atau berkelompok 2-3.
Permukaan atas anak daun hijau dan bagian bawah keputihan.
Perbungaan muncul dari ujung berjumlah sekitar 7-10 bongkol
yang panjangnya mencapai 80 cm. Buah masak sangat banyak
sekitar 8 buah, dibagian pangkal tandan tidak memiliki braktea.
Diameter buah 15 mm ditutupi oleh 50 sisik vertikal ke bawah
berwarna coklat kemerahan. Biji berdiameter sekitar 10 mm.
Daun pada tingkat semai berbentuk lanset.
Struktur Anatomi
Ciri umum:
Diameter tanpa pelepah rata-rata
Panjang ruas
Tinggi buku rata-rata
Warna coklat dan coklat kemerahan
22
20 - 90 mm
30-40 cm
3,5 mm
Ciri anatomi:
Diameter ikatan pembuluh
Diameter metaxylem
Diameter protoxylem
Diameter phloem
Panjang sel serabut
Tebal dinding sel serabut
982 m
366 m
74 m
39 m
2.259 m
4 m.
Komponen Kimia
Holoselulosa
Alfaselulosa
Lignin
Pati
73,8 %
40,6 %
16,9 %
23,6 %
Fisis Mekanis
MOE
Keteguhan belah
Kekerasan
38.098 kg/cm
2
69,3 kg/cm
2
305 kg/cm
Pelengkungan
Radius pelengkungan dengan pengukusan selama 10 menit
adalah 14,7 cm.
Ketahanan Terhadap Bubuk
Kelas V : Sangat tidak tahan
Pemanfaatan
Sudah mulai digunakan dalam bentuk poles untuk kerangka
mebel. Hati dan fitrit belum digunakan sebagai anyaman karena
terlalu lunak, tetapi kulit kemungkinan dapat digunakan.
Silvikultur
Tempat tumbuh
merupakan jenis dataran rendah
yang tersebar luas sampai pada ketinggian 1.200 m di atas
permukaan laut.
Plectocomia elongata
23
1
3
2
4
24
Perawakan
Pelepah daun tumbuhan muda dan tangkai daun (Kalima)
Pelepah daun tumbuhan muda
Sebagian pelepah daun tumbuhan dewasa
(Foto: A, C dan D: Johanis P. Mogea)
25
E. MANAU
Nama Botani: Calamus manan Miquel.
Sinonim: Calamus giganteus Beccari.
Nama Perdagangan dan Nama Daerah: Rotan manau
(umum di seluruh kawasan dan dalam perdagangan)
Nama di Negara Lain: Rotan manau telur (Semenanjung
Malaysia)
Daerah Persebaran: Sumatera dan Kalimantan
Perawakan
Tumbuh tunggal, memanjat, panjang mencapai 100 m.
Diameter batang dengan pelepah daun 66-80 mm. Pelepah
daun hijau tua, dilengkapi dengan duri yang sangat rapat. Duri
pipih segitiga dan tersusun dalam kelompok-kelompok yang
tersebar acak. Di antara duri terdapat lapisan lilin tipis yang
berlimpah. Lutut sangat jelas berduri tunggal tersebar, panjang
lutut sampai 8 cm, okrea tidak jelas. Daun bersirus sampai sekitar
8,5 m panjangnya termasuk sirus 3 m ditumbuhi duri-duri
menyerupai jangkar. Panjang tangkai daun sampai sekitar 12 cm
dan lebarnya 5 cm pada tumbuhan dewasa. Rakis dilengkapi duri
segitiga pendek, lebat, baik permukaan atas maupun bawah,
dengan indumentum kelabu yang tersebar di antaranya. Anak
daun berjumlah 47 di kanan dan kiri rakis, berbentuk lanset,
tersusun secara teratur. Ukuran anak daun 43-53 cm x 7,5 cm.
Perbungaan masif, bunga jantan bercabang lebih halus dari
bunga betina, panjang sampai 2,5 m dengan perbungaan parsial
sampai 9 pasang yang panjangnya mencapai 70 cm. Buah masak
bulat sampai bulat telur, berukuran 28 x 20 mm, ditutupi dengan
15 barisan vertikal sisik kekuningan dengan pinggiran coklat
kehitaman ujungnya berbentuk paruh dengan panjang 3 mm. Biji
bulat telur, 18 x 12 mm, dengan permukaan berbintik-bintik
kecil; endosperma termamah rapat dan dalam. Daun semai
dengan 2 anak daun yang menudung menyebar, permukaan
26
30 80 mm
18-35 cm
2,1 mm
3 buah/mm2
Ciri anatomi:
Diameter ikatan pembuluh
Diameter metaxylem
Diameter protoxylem
Diameter phloem
Panjang sel serabut
Tebal dinding sel serabut
405 m
228 m
38 m
40 m
1.587 m
5 m
Komponen Kimia
Holoselulosa
Alfaselulosa
Lignin
Pati
71,5
39,1
22,2
18,5
%
%
%
%
Fisis Mekanis
Kadar air
Berat jenis
MOE
MOR
13,8 %
0,55
19.827 kg/cm2
734 kg/cm2
Pelengkungan
Sangat mudah dilengkungkan. Dengan pengukusan selama
kurang lebih 10 menit, mampu dilengkungkan dengan radius < 10
cm.
27
28
29
30
B
Gambar 16. Calamus manan
A. Buah masak: yang kiri : kulit buah telah dikupas, kanan sebagian kulit
buah dikupas
B. Anakan berumur 3 tahun
(Foto: Johanis P. Mogea)
31
F. MANAU TIKUS
Nama Botani: Calamus tumidus Furtado
Nama Daerah: Rotan manau tikus
Nama di Negara Lain: Rotan manau buku hitam (Semenanjung
Malaysia bagian utara)
Daerah Persebaran : Sumatera
Perawakan
Jenis ini tumbuh tunggal dengan batang yang dapat
mencapai panjang lebih dari 60 m. Diameter batang dengan
pelepah 45 mm. Pelepah daun ditumbuhi duri dan indumentum,
tebal lutut 1 cm, tinggi okrea 1 cm, panjang tangkai daun sekitar
30 cm, waktu muda berwarna coklat kemerahan sampai merah
padam, setelah tua kemudian berubah menjadi hijau kekuningkuningan. Panjang daun mencapai 4 m termasuk kucir yang
panjangnya 1,5 m, anak daun pada tiap sisi rakis berjumlah sekitar
25, anak daun berpasangan dua-dua, berukuran 40 x 6 cm, warna
hijau kekuningan, permukaan bawah anak daun muda
berlapiskan lilin putih mencolok, sepanjang pinggirannya berbulu
hitam, perbungaan jantan dan betina mirip, panjang sampai 1 m,
brakteanya berduri.
Struktur Anatomi
Ciri umum:
Diameter tanpa pelepah berkisar
Panjang ruas
Tinggi buku rata-rata
Warna putih kekuningan
12 - 25 mm
-
Ciri anatomi:
Diameter ikatan pembuluh
Diameter metaxylem
Diameter protoxylem
32
317 m
194 m
32 m
Diameter phloem
Panjang sel serabut
Tebal dinding sel serabut
33 m
1233 m
4 m
Kimia
Holoselulosa
Alfaselulosa
Lignin
Pati
Silika
56,6 %
21,8 %
20,6 %
2,3 %
Fisis Mekanis
Kadar air
Berat jenis
Keteguhan tarik sejajar bagian luar (kulit)
Keteguhan tarik sejajar bagian dalam (core)
0,45
631 kg/cm2
538 kg/cm2
33
(Foto: Indrawati)
B
Gambar 19. Calamus tumidus
A. Pelepah daun
B. Rakis dan anak daun
C. Perbungaan jantan
(Foto: Grashoff 793)
34
G. SAMPANG
Nama Botani: Korthalsia junghuhnii Blume
Nama Daerah: Howe sampang, owe menceng
Nama di Negara Lain: Daerah Persebaran : Jawa dan Sumatera
Perawakan
Jenis ini tumbuh berumpun dengan lebat dan sering
bercabang tinggi dalam tajuk hutan sehingga mengakibatkan
belitan besar. Batang mencapai panjang 8 m. Batangnya ramping,
memanjat tinggi, hapasantik, dan hermaprodit. Diameter dengan
pelepah mencapai diameter 2,1 cm. Daun bersirus panjangnya
sampai 140 cm, termasuk tangkai dan sirus; panjang sirus sampai
70 cm; panjang tangkai daun sampai 13 cm dilengkapi duri
tunggal tersebar, warna duri hijau kekuningan. Pelepah daun hijau
dengan duri tersebar warna hijau kekuningan, panjangnya sampai
1 cm. Pelepah daun tidak berlutut dan selalu berakhir dalam suatu
okrea. Pelepah daun dan okrea ditumbuhi duri yang beragam,
jarang sampai lebat. Okrea menyerupai jala. Anak daun berjumlah
13 pasang, berbentuk rhomboid, berukuran 20-26 x 5-12 cm.
Spesimen steril.
Struktur Anatomi
Ciri umum:
Diameter tanpa pelepah rata-rata
Panjang ruas
Tinggi buku rata-rata
Warna coklat kusam
16 mm
32-40 cm
4,9 mm
Ciri anatomi:
Diameter ikatan pembuluh
Diameter metaxylem
Diameter protoxylem
Diameter phloem
Panjang sel serabut
Tebal dinding sel serabut
808 m
383 m
44 m
42 m
1.940 m
5 m
35
1.940 m
5 m
Komponen Kimia
Holoselulosa
Alfaselulosa
Lignin
Pati
71,5
42,9
24,4
19,6
%
%
%
%
Fisis Mekanis
Kadar air
Berat jenis
MOE
MOR
18,2 %
0,58
22.000 kg/cm2
834 kg/cm2
36
6
5
3
1
2
4
Gambar 21. Struktur anatomi Korthalsia junghuhnii
Keterangan : 1. Metaxylem; 2. Protoxylem; 3. Phloem;
4. Parenkim aksial; 5. Berkas serabut; 6. Jaringan
parenkim dasar
(Foto : Jasni)
37
Perawakan (Kalima)
Bentuk percabangan
Pelepah dan tangkai
Rakis dan anak daun
(Foto B, C, dan D: Johanis P. Mogea)
38
H. SEMAMBU
Nama Botani: Calamus scipionum Loureiro
Nama Perdagangan dan Nama Daerah: Rotan semambu
(Jawa, Sumatera); (Kalimantan)
Nama di Negara Lain: Semambu (Semenanjung Malaya), Waai
maithao (Thailand)
Daerah Persebaran: Sumatra, Kalimantan dan Jawa.
Perawakan
Jenis ini tumbuh berumpun, memanjat sampai mencapai
panjang 100 m bahkan lebih. Diameter batang dengan pelepah
daun 50 mm. Pelepah daun berwarna hijau dengan duri besar
berbentuk segi tiga pipih, duri kekuningan dengan bagian pangkal
hitam, berukuran 5x1,5 cm. Indumentum berwarna kelabu ketika
masih muda. Tebal lutut 2,5 cm, tinggi okrea 0,5-1 cm. Panjang
flagela 7 m dilengkapi dengan duri hitam. Panjang daun sampai 2
m. Tangkai daun berukuran sekitar 25-30 cm. Anak daun
berjumlah 25 di kiri dan kanan rakis, tersusun menyirip teratur.
Ukuran anak daun bagian bawah sekitar 40x3 cm, bagian tengah
sekitar 55x6 cm, bagian atas sekitar 20x3 cm; hanya bagian
ujung anak daun yang berambut hitam. Perbungaan jantan dan
betina hampir sama, panjangnya mencapai 6 m atau lebih. Buah
masak berbentuk bulat telur, berukuran 14x9 mm dan ditutupi
dengan 14-15 sisik vertikal ke bawah. Warna sisik hijau. Biji bulat
telur berukuran 9x5 mm.
Struktur Anatomi
Ciri umum:
Diameter tanpa pelepah
25 - 35 mm
Panjang ruas
30 - 80 cm
Tinggi buku rata-rata
2,1 mm
Warna coklat muda atau coklat muda sampai coklat tua
kehitaman.
39
Ciri anatomi:
Panjang sel serabut
Tebal dinding sel serabut
1.476 m
4 m
Komponen Kimia
Holoselulosa
Alfaselulosa
Lignin
Pati
70,1 %
37,4 %
22,2 %
21,4 %
Fisis Mekanis
Kadar air
Berat jenis
MOE
MOR
13,5 %
0,44
20.500 kg/cm2
611 kg/cm2
Pelengkungan
Radius pelengkungan dengan pengukusan selama sepuluh
menit 4,5 cm.
Ketahanan Terhadap Bubuk
Kelas awet III: Sedang
Pemanfaatan
Batang Calamus scipionum umumnya dalam bentuk poles
digunakan untuk membuat perabot dengan kualitas sedang.
Batang dengan jarak antar buku-buku yang panjang baik untuk
membuat tongkat, tangkai payung, tas, serta tangkai saringan
minyak goreng.
Silvikultur
Tempat tumbuh
Jenis ini tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan,
yang tersebar luas sampai pada ketinggian lebih dari 200 m di atas
permukaan laut. Umumnya dijumpai dalam belukar atau hutan
basah dan menyukai tanah aluvial serta sering terdapat di hutan
sekunder.
40
d
a
e
f
41
I. SEUTI
Nama Botani: Calamus ornatus Blume
Nama Perdagangan dan Nama Daerah: Howe seuti, rotan
kasur (Jawa Barat), rotan kesup (Bengkulu), rotan lambang
(Sulawesi Tengah), rotan buku dalam (Sulawesi Utara), minong
atau munau (Kalimantan).
Nama di Negara Lain: Rotan dok, sek batang, we maliang
(Malaysia); limuran, rimoran, borongan (Filipina); waai chaang
(Thailand)
Daerah Persebaran: Sumatera, Jawa, Kalimantan
Perawakan
Jenis ini tumbuh berumpun, memanjat hingga mencapai
panjang 70 m bahkan lebih. Diameter batang dengan pelepah
mencapai 7 cm. Pelepah daun berwarna hijau dengan duri besar
berbentuk segitiga pipih. Duri berwarna hitam dan bagian pangkal
duri berwarna kekuningan, berukuran 4x1 cm. Pelepah daun yang
42
muda kadang tidak berduri atau berduri sangat jarang. Tebal lutut
2 cm, tinggi okrea 1 cm. Panjang flagela sekitar 8-10 m, hijau tua
dengan duri pendek hitam dan pangkal kekuningan. Panjang
daun sekitar 3,2-4 m, dengan tangkai daun 7-10 m. Anak daun
berjumlah 20-30 di kanan kiri rakis, berwarna hijau muda
tersusun menyirip teratur. Bentuk anak daun jorong berukuran
68-80 cm x 8-9 cm, di ujung 4x0,5 cm. Perbungaan termasuk
flagela mencapai 8 m, terdiri atas 4-6 bagian bunga. Buah masak
berukuran 30x20 mm berbentuk bulat panjang, ditutupi 15 sisik
vertikal ke bawah berwarna coklat sampai hitam. Buah masak
berbiji satu, bulat telur berukuran 15x10 cm ditutupi sisik hijau
tua berkeluk balik, rapi, kecil, di tengah bersaluran yang dalam
dengan pinggiran yang bewarna samar-samar coklat jingga,
berubah menjadi hijau kuning pucat bila masak. Biji berukuran
sekitar 11,5 cm x 7,5 cm.
Struktur Anatomi
Ciri umum:
Diameter tanpa pelepah
Panjang ruas
Tinggi buku rata-rata
KIP
Warna putih kekuningan
30 - 40 mm
20 - 30 cm
2,4 mm
2
3 buah/mm
Ciri anatomi:
Diameter ikatan pembuluh
Diameter metaxylem
Diameter protoxylem
Diameter phloem
Panjang sel serabut
Tebal dinding sel serabut
815 m
363 m
58 m
44 m
1.298 m
4 m
43
Komponen Kimia
Holoseulosa
Alfaselulosa
Lignin
Pati
72,7 %
34,1 %
13,4 %
21,8 %
Fisis Mekanis
Kadar air
Berat jenis
MOE
MOR
13,8 %
0,51
17.090 kg/cm2
442 kg/cm2 ;
Pelengkungan
Radius terkecil pelengkungan tanpa pengukusan 23,0 cm
dengan pengukusan 6,5 cm.
Ketahanan Terhadap Bubuk
Kelas III : Sedang
Pemanfaatan
Batang rotan umumnya digunakan dalam bentuk poles
untuk mebel dan tangkai payung. Selain itu digunakan juga dalam
bentuk alami untuk tangkai sapu, tangkai parang dan tangkai
kampak.
Silvikultur
Tempat tumbuh:
Calamus ornatus merupakan jenis yang tumbuh di dataran
rendah, lereng bukit, yang tersebar luas sampai pada ketinggian
50-1.200 m di atas permukaan laut. Hidup pada tanah berstruktur
liat dan iklim basah.
44
3
4
2
1
45
f
p
rk
A
Gambar 28. Calamus ornatus Blume
A. Bagian bagian perawakan tumbuhan
B. Perawakan
C. Bagian bagian perawakan tumbuhan
p = pelepah daun; t = tangkai daun; rk = rakis; a = anak daun; f= flagela
(Foto: Johanis P. Mogea)
46
J. TOHITI
Nama Botani : Calamus inops Beccari ex Heyne
Nama Perdagangan dan Nama Daerah: Rotan tohiti,
sambutan (Sulawesi, Maluku)
Nama di Negara Lain: Daerah Persebaran: Sulawesi dan Maluku
Perawakan
Jenis ini tumbuh tunggal, memanjat sampai tinggi
mencapai 10 m. Diameter batang dengan pelepah daun 20 - 25
mm. Pelepah daun mempunyai duri-duri yang agak pipih dan
berukuran 10 - 15 x 15 mm, duri-duri cukup lebat. Mulut pelepah
daun berduri. Tebal lutut 1 cm, kadang-kadang berduri dan
kadang-kadang tidak. Tidak mempunyai flagela, tetapi
mempunyai kucir yang panjangnya 0,8-1,5 m. Panjang tangkai
daun 20-30 cm, dengan duri-duri yang bervariasi di seluruh
permukaanya , Panjang tangkai daun 20-30 cm, dengan duri-duri
yang bervariasi di seluruh permukaannya. Panjang helaian daun
2-3,5 m. Anak daun menyirip teratur, berjumlah 25-50 pada setiap
sisi, bentuk pita dengan ukuran 20-30 cm x 0,5-1,0 cm, pada
bagian tepi dan permukaan atasnya terdapat duru-duri halus.
Perbungaan jantan mempunyai pola percabangan tingkat 3.
Perbungaan betina mempunyai percabangan tingkat 2. Buah yang
belum masak berbentuk lonjong dengan ukuran panjang 1 cm dan
ditutupi oleh sisik-sisik secara vertikal jumlahnya 12 dan secara
horizontal jumlahnya 6. Buah masak mempunyai sisa kepala
putik.
Struktur Anatomi
Ciri umum:
Diameter tanpa pelepah
Panjang ruas
Tinggi buku rata-rata
KIP
Warna kuning kebiruan, kuning gading
15 - 20 mm
30 - 60 cm
1,1 mm
2
6 buah/mm
47
Ciri anatomi:
Ikatan pembuluh
Sklerenkim
Parenkim
Panjang sel serabut
Tebal dinding sel serabut
31%
34%
34%
1.210
6 m
Komponen Kimia
Holoselulosa
Alfaselulosa
Lignin
Pati
74,4 %
43,3 %
21,3 %
18,6 %
Fisis Mekanis
Kadar air
Berat jenis
MOE
MOR
12,6 %
0,56
2
54.000 kg/cm
2
456 kg/cm
Pelengkungan
Radius terkecil pelengkungan tanpa pengukusan
mencapai 17,5-28,4 cm, dengan pengukusan 5,3-12,0 cm.
Ketahanan Terhadap Bubuk
Kelas I : Sangat Tahan
Pemanfaatan
Batang umumnya digunakan dalam bentuk bulat poles atau
tanpa poles sebagai rangka mebel. Selainnya diolah menjadi kulit,
hati dan fitrit untuk bahan anyaman.
Silvikultur
Tempat tumbuh:
Calamus inops dijumpai di dataran rendah, lahan kering
48
c
d
49
D
Gambar 31. Calamus inops
A.
B.
C.
D.
50
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Standar Industri Indonesia. Mutu dan Cara Uji Tepung
Gaplek. Departemen Perindustrian Republik Indonesia, SII 701979.
. 1981. Standar Industri Indonesia. Cara Uji Kadar Selulosa,
Alpha, Betha, dan Gamma dalam Pulp. Departemen
Perindustrian Republik Indonesia. SII 0443-1981.
. 1989 a. Standar Nasional Indonesia. Cara Uji Kadar
Holoselulosa
Kayu, Badan Standarisasi Nasional. SNI 011303-1989.
. 1989 b. Standar Nasional Indonesia. Cara Uji Kadar Lignin Dan
Pulp (Metode Klason). Badan Standarisasi Nasional. SNI 140492-1989.
. 1989 c. Standar Nasional Indonesia. Cara Uji Kadar Abu, Silika
& Silikat dalam Kayu dan Pulp Kayu. Badan Standarisasi
Nasional. SNI 14-1031-1989.
. 2003. RSNI3. Jenis, Sifat dan kegunaan rotan. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta. Belum Diterbitkan.
Al Rasyid, H. 1989. Teknik penanaman rotan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Tidak diterbitkan.
Dransfield, J. 1974. A short guide to rattan biotrop/TF/74/128 bogor,
Indonesia 69 pp.
.1979. A Manual of the rattan of Malay Peninsula. Malayan
Forest Record No. 29. FRIM. Malaysia.
.1984. The rattan of Sabah. Sabah Forest Record. No 13. Forest
Department Sabah.
Dransfield, J. dan N. Manokaran. 1996. Sumberdaya nabati asia
tenggara 6: Rotan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
dan PROSEA Bogor.
Hadikusumo, S. A. 1994. Exploration of physical dan mechanical
properties of precently unused rattan. Buletin Fakultas
Kehutanan No.25:1-19. Fahutan UGM. Yogyakarta.
Hartono. 1998. Prospek industri rotan dan saran yang diperlukan.
Makalah pada workshop tentang deregulasi rotan. Asmindo.
Jakarta.
Indrawati, L. 1992. Struktur anatomi beberapa jenis rotan. Skripsi S1.
Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Tidak di Tebitkan.
51
Jasni. 1996. Struktur anatomi batang dan kandungan kimia rotan serta
pencegahan serangan bubuk Dinoderus minitus Fabr. Pada
beberapa jenis rotan. Tesis S2. Program Studi Biologi. Program
Pasca Sarjana. Universitas Indonesia. Depok. Tidak Ditebitkan.
Jasni, A. Basukriadi dan P. Kramadibrata. 1997. Anatomi dan kandungan
kimia batang beberapa jenis rotan. Jurnal Ilmiah Biodiversitas
Indonesia 1 (1): 37-47. FMIPA Universitas Indonesia. Depok.
Tidak diterbitkan.
Jasni, A. Basukriadi, dan P. Kramadibrata. 1998. Pencegahan serangan
bubuk Dinoderus minutus Fabr. Pada beberapa jenis rotan.
Diskusi hasil hutan bukan kayu. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan.
Bogor.
Jasni, dan N. Supriana, 1999. The resistence of eight rattan species
against the powder post beetle Dinoderus minutus Fabr.
Proceeding of Fourth Internatoinal Conference of Wood
Science, Wood technology and Forestry. Missenden Abbey.
14 t h -16 t h Juli. Forest Product Research Centre.
Bungkinghamshire Chilters University College High Wycome,
England. pp : 157-162.
Jasni, D. Martono dan N. Supriana, 2000. Sari hasil penelitian rotan.
Himpunan Sari Hasil Penelitian Rotan dan Bambu. Puslitbang
Hasil Hutan, Bogor.
Jasni, O. Rachman, Krisdianto, T. Kalima, N. Hadjib, Suhariyanto, dan J.
Mogea. 2006. Konsep Atlas Rotan. Puslitbang Hasil Hutan .
Laporan Proyek. Tidak diterbitkan.
Kalima, T. 1996. Flora rotan di pulau jawa serta kerapatan dan
persebaran populasi rotan di tiga wilayah kawasan taman
nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Tesis S2 Program Studi
Biologi Program Pasca Sarjana. Universitas Indonesia. Depok.
Tidak diterbitkan.
Kramadibrata, P. dan J. Dransfield. 1992. Calamus inops (Palmae:
Calamoideae) and its relative. Kew Bulletin. 47(4):581-593.
Nasa, I. M. 1989. Studi Perbandingan Beberapa Sifat Fisik, Mekanik dan
Kimia antara Rotan Bubuay (Plectocomia eongata BI.) dengan
Rotan Manau (Calamus manan Miq.). skirpsi S1. Jurusan
Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor.
Rachman, O. 1996. Peranan Sifat Anatomi Kimia dan Fisis terhadap
Mutu Rekayasa Rotan. Disertasi Doktor. Program Pasca sarjana
IPB. Bogor.
52
53
GLOSARI
Anyaman rotan: hasil anyaman dengan bahan baku kulit atau hati
rotan yang dapat dibentuk lebih lanjut untuk meningkatkan
manfaat dan nilai tambah.
Alfaselulosa: Bilangan yang menunjukan kemurnian kandungan
selulosa
Bahan baku mebel rotan: bahan baku mebel yang terdiri dari rotan
asalan, W&S, rotan bulat pendek, rotan kikis buku, rotan bulat
kupasan, rotan belahan hati, kulit rotan dan anyaman rotan.
Batang (cane): Bagian dari tumbuhan rotan yang tidak termasuk akar,
daun dan buah yang menjadi bahan baku industri rotan
Berat jenis: merupakan perbandingan berat dan volume rotan dalam
keadaan kering udara.
Biji: unit pembiakan yang dibentuk dari bakal biji yang telah dibuahi,
tersusun atas kulit, endosperma dan embrio.
Braktea: modifikasi daun yang tumbuh untuk melindungi pertumbuhan
perbungaan atau perbuahan
Buah: bakal buah yang masak yang menyatu dengan organ-organ yang
bunga
Bunga: bagian tumbuh-tumbuhan yang akan jadi buah.
Buku: suatu garis melintang di batang atau cabang tempat munculnya
daun atau cabang.
Filtrit: hasil proses pembelahan rotan sehingga menghasilkan rotan
yang berdiameter lebih kecil, yaitu berkisar antara 2-5 mm
Flagelum: organ panjat pada rotan yang mempunyai asal yang sama
dikembangkan dari suatu perbungaan, tumbuh pada pelepah
daun, dan hanya terdapat pada marga Calamus.
Hati (core): hasil proses pembelahan rotan yang menghasilkan rotan
berdiameter di atas 5 mm
Hapasantik: tumbuhan yang batang individualnya berbunga sekali dan
kemudian mati.
Hermaprodit: bunga yang memiliki organ jantan dan betina.
Holoselulosa: merupakan selulosa yang mempunyai molekul gula
linear berantai panjang dan berfungsi memberikan kekuatan tarik
pada batang yang disebabkan karena adanya ikatan kovalen yang
kuat dalam cincin piranosa dan antar unit gula penyusun selulosa.
54
55
56
10
14
10
42
22
14
10
22
35
42
42
22
42
42
10
35
10
42
14
14
42
10
42
42
42
42
26
32
26
32
22
39
10
57
47
52
52
42
47
15
47
42
47
58
10
47
26
42
39
32
14
10
35
22