You are on page 1of 8

Thursday, February 16, 2012

Streptomycin (Streptomisin)

Sediaan:
Vial 5 gram
Cara Kerja Obat:
Streptomycin adalah obat yang termasuk kelompok aminoglycoside. Streptomycin ini
bekerja dengan cara mematikan bakteri sensitif, dengan menghentikan
pemroduksian protein esensial yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup.
Indikasi:
Untuk mengobati tuberculosis (TB) dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
tertentu.
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap aminoglikosida lain.
Dosis:
- Tuberkulosa : 750 mg sehari 3 kali/minggu atau 1,5 gram 2 kali/minggu.
- Infeksi akut : 1-2 gram/hari.
Peringatan dan Perhatian :
- Kerusakan ginjal dan hati.
- Usia lanjut, gizi per oral maupun parenteral jelek.
- Hamil dan menyusui.
Efek Samping :
- Efek ototoxic (bisa menyebabkan ototoxicity yang tidak dapat diubah, berupa
kehilangan pendengaran, kepeningan, vertigo);
- Efek renal (nephrotoxicity yang dapat diubah, gagal ginjal akut dilaporkan terjadi
biasanya ketika obat nephrotoxic lainnya juga diberikan);
- Efek neuromuskular (penghambatan neuromuskular yang menghasilkan depresi
berturut-turut dan paralisis muskuler); reaksi hipersensitivitas.
Posted by Fatimah Radhi at 4:27 PM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
Labels: Antituberkulosis (TBC)

EFV: Efavirenz, SQV: Squinavir, R: Ritonavir, LPV: Lopinavir, ABC: Abacavir, NVP:
Nevirapine, d4T: Stavudin, 3TC: Lamivudin, ZDV: Zidovudin

Kandidiasis oral adalah infeksi jamur ragi dari genus Kandida pada membran berlendir
mulut. Hal ini sering disebabkan oleh Candida albicans, atau kadang oleh Candida glabrata
dan Candida tropicalis.
2.3 ETIOLOGI
Kandida telah muncul sebagai salahsatu infeksi nosokomial yang paling penting di seluruh
dunia dengan angka morbiditas, mortalitas dan pembiayaan kesehatan yang bermakna.
Penggunaan antijamur untuk profilaksis dan penatalaksanaan infeksi Candida telah
mengubah epidemiologi dan penatalaksanaan infeksi ini. Penggunaan agen kemoterapeutik,
imunosupresif, antibiotik spectrum luas, transplantasi organ, nutrisi parenteral dan teknik
bedah mutakhir juga telah berperan untuk mengubah epidemiologi infeksi kandida. Infeksi
jamur telah muncul sebagai ancaman yang bermakna pada individu yang
imunocompromised. Spesies Kandida adalah patogen jamur yang paling sering.1
Lebih dari 95% Kandidiasis disebabkan oleh lima jenis spesies terbanyak yaitu: Kandida
albikan, kandida glabrata, kandida parapsilosis, kandida tropikalis dan kandida krusei.
Kandida parapsilosis lebih sering terjadi pada neonates premature dan pasien dengan kateter
vaskularisasi. Kandida glabrata jarang menginfeksi bayi dan anak-anak, tetapi lebih sering
pada orang dewasa. Kandida tropikalis sangat penting sebagai penyebab penyakit invasive
pada pasien dengan keganasan hematologi.
2.4 FAKTOR RESIKO
Pada orang yang sehat, Kandida albikan umumnya tidak menyebabkan masalah apapun
dalam rongga mulut, namun karena berbagai faktor, jamur tersebut dapat tumbuh secara
berlebihan dan menginfeksi rongga mulut. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :3
a. Patogenitas jamur
Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi Kandida adalah
adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa, dan produksi enzim ekstraseluler. Adhesi
merupakan proses melekatnya sel Kandida ke dinding sel epitel host. Perubahan bentuk dari
ragi ke hifa diketahui berhubungan dengan patogenitas dan proses penyerangan Kandida
terhadap sel host. Produksi enzim hidrolitik ekstraseluler seperti aspartyc proteinase juga
sering dihubungkan dengan patogenitas Kandida albikan.3
b. Faktor Host
Faktor host dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Termasuk
faktor lokal adalah adanya gangguan fungsi kelenjar ludah yang dapat menurunkan jumlah
saliva. Saliva penting dalam mencegah timbulnya kandidiasis oral karena efek pembilasan
dan antimikrobial protein yang terkandung dalam saliva dapat mencegah pertumbuhan
berlebih dari Kandida, itu sebabnya kandidiasis oral dapat terjadi pada kondisi Sjogren
syndrome, radioterapi kepala dan leher, dan obat-obatan yang dapat mengurangi sekresi
saliva. Pemakaian gigi tiruan lepasan juga dapat menjadi faktor resiko timbulnya kandidiasis
oral. Sebanyak 65% orang tua yang menggunakan gigi tiruan penuh rahang atas menderita
infeksi Kandida, hal ini dikarenakan pH yang rendah, lingkungan anaerob dan oksigen yang
sedikit mengakibatkan Kandida tumbuh pesat. Selain dikarenakan faktor lokal, kandidiasis
juga dapat dihubungkan dengan keadaan sistemik, yaitu usia, penyakit sistemik seperti

diabetes, kondisi imunodefisiensi seperti HIV, keganasan seperti leukemia, defisiensi nutrisi,
dan pemakaian obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu lama,
kortikosteroid, dan kemoterapi.3
2.5 GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis kandidiasis oral tergantung pada keterlibatan lingkungan dan interaksi
organisme dengan jaringan pada host. Adapun kandidiasis oral dikelompokkan atas empat,
yaitu :
1. Kandidiasis Pseudomembran
Kandidiasis pseudomembran yang disebut juga sebagai thrush, pertama sekali dijelaskan
kandidiasis ini tampak sebagai plak mukosa yang putih, difus, bergumpal atau seperti
beludru, terdiri dari sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur, dapat dihapus meninggalkan
permukaan merah dan kasar. Pada umumnya dijumpai pada mukosa pipi, lidah, dan palatum
lunak. Penderita kandidiasis ini dapat mengeluhkan rasa terbakar pada mulut. Kandidiasis
seperti ini sering diderita oleh pasien dengan sistem imun rendah, seperti HIV/AIDS, pada
pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid, dan menerima kemoterapi. Diagnosa dapat
ditentukan dengan pemeriksaan klinis, kultur jamur, atau pemeriksaan mikroskopis secara
langsung dari kerokan jaringan dan mukosa bukal pasien.3
1. Kandidiasis Hiperplastik
Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah berupa bintik-bintik putih yang
tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah. Kondisi ini dapat berkembang
menjadi displasia berat atau keganasan, dan kadang disebut sebagai Kandida leukoplakia.
Bintik-bintik putih tersebut tidak dapat dihapus, sehingga diagnosa harus ditentukan dengan
biopsi. Kandidiasis ini paling sering diderita oleh perokok.3 Perbedaan kandidiasis
hiperplastik dengan leukoplakia adalah kandidiasis hiperplastik dapat sembuh dengan
pemberian rutin antijamur.
1. Kandidiasis Eritomatus
Jenis kandidiasis ini sering terjadi pada lidah dan palatum, terutama pada palatum durum dan
gusi di bawah gigi palsu
1. Keilitis Angular
Keilitis angularis merupakan infeksi Kandida albikan pada sudut mulut, dapat bilateral
maupun unilateral. Sudut mulut yang terkena infeksi tampak merah dan pecah-pecah, dan
terasa sakit ketika membuka mulut. Keilitis angularis ini dapat terjadi pada penderita
defisiensi vitamin B12 dan anemia defisiensi besi.
2.6 DIAGNOSIS
Genus jamur Candida merupakan flora normal yang hidup di dalam rongga mulut, vagina dan
saluran pencernaan manusia. Dalam rongga mulut spesies Candida yang paling dominan
adalah Candida albicans, yaitu sebesar 50% dari seluruh flora normal mulut, tetapi dalam
rongga mulut yang sehat dan bersih jamur ini hanya ditemukan dalam jumlah kecil saja yaitu

kurang dari 200 sel/ ml saliva. Jamur ini bersifat saprofit tetapi dapat berubah menjadi
patogen bila terdapat faktor-faktor predisposisi antara lain, kebersihan mulut yang buruk,
penyakit sistemik yang kronis, kebiasaan merokok, memakai gigi tiruan yang kurang baik ,
sedang dalam pengobatan antibiotik jangka panjang atau sedang menjalani terapi radiasi.
Pada keadaan-keadaan tersebut terjadi ketidakseimbangan pertumbuhan pada flora normal
mulut lain yang dapat menyebabkan Candida albicans tumbuh dengan lebih cepat dan
bertambah banyak untuk kemudian menginfeksi jaringan hospesnya.
Cara mengidentifikasi jamur Candida albicans dari lesi kelainan lidah adalah bahan
pemeriksaan diambil dari lesi kelainan lidah dengan cara dikerok dengan cotton bud steril,
dimasukkan ke dalam medium transport glukosa bulyon, simpan dalam termos pendingin
untuk dibawa ke laboratorium mikrobiologi.
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan pengecatan Gram pada bahan pemeriksaan, lalu dilihat
di bawah mikroskop, jamur ini memberikan warna ungu karena bersifat Gram positif, bentuk
oval dan pada beberapa sel jamur terlihat adanya tunas.
Pemeriksaan isolasi dan identifikasi jamur dilakukan melalui perbenihan jamur pada SDA
yang dieramkan pada suhu kamar selama 24 jam, dari hasil perbenihan ini didapat koloni
berwarna putih, bulat agak cembung dengan bau khas ragi. Dilakukan pemeriksaan Gram dan
uji fermentasi terhadap bahan pemeriksaan pada perbenihan karbohidrat (glukosa, maltosa,
sakarosa, laktosa) yang telah ditambahkan fenol red sebagai indikator. Perubahan warna
merah dari indikator fenol red menjadi kuning menunjukkan terbentuknya asam pada reaksi
fermentasi tersebut. Untuk mengetahui pembentukan gas digunakan tabung Durham yang
diletakkan secara terbalik dalam tabung reaksi. Gas yang terbentuk akan tampak sebagai
ruang kosong pada tabung Durham.
Identifikasi Candida albicans diambil berdasarkan reaksi fermentasi karbohidrat dan
terbentuknya gas dalam tabung Durham . Untuk spesies Candida albicans memperlihatkan
hasil reaksi fermentasi dan gas pada glukosa dan maltosa, dan terjadi proses fermentasi tanpa
menghasilkan gas pada sukrosa dan tidak terjadi proses fermentasi pada medium laktosa.
2.7 PENGOBATAN
Kandidiasis pada rongga mulut umumnya ditanggulangi dengan menggunakan obat
antijamur,dengan memperhatikan faktor predisposisinya atau penyakit yang menyertainya,hal
tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan atau penyembuhan.
Obat-obat antijamur diklasifikasikan menjadi beberapa golongan yaitu: (Tripathi M.D 2001)
1. Antibiotik
a. Polyenes :amfotericin B, Nystatin, Hamycin, Nalamycin
b. Heterocyclicbenzofuran : griseofulvin
2. Antimetabolite: Flucytosine (5 Fe)
3. Azoles

a. Imidazole (topical): clotrimazol, Econazol, miconazol (sistemik) : ketokonazole


b. Triazoles (sistemik) : Flukonazole, Itrakonazole
4. Allylamine Terbinafine
5. Antijamur lainnya : tolnaftate, benzoic acid, sodiumtiosulfat.
Dari beberapa golongan antijamur tersebut diatas, yang efektif untuk kasus pada rongga
mulut, sering digunakan antara lain amfotericine B, nystatin, miconazole, clotrimazole,
ketokonazole, itrakonazole dan flukonazole.
Amfoterisin B dihasilkan oleh Streptomyces nodusum, mekanisme kerja obat ini yaitu
dengan cara merusak membran sel jamur. Efek samping terhadap ginjal seringkali
menimbulkan nefrositik. Sediaan berupa lozenges (10 ml ) dapat digunakan sebanyak 4
kali /hari.
Nystatin dihasilkan oleh streptomyces noursei,mekanisme kerja obat ini dengan cara merusak
membran sel yaitu terjadi perubahan permeabilitas membran sel. Sediaan berupa suspensi
oral 100.000 U / 5ml dan bentuk cream 100.000 U/g, digunakan untuk kasus denture
stomatitis.
Miconazole mekanisme kerjanya dengan cara menghambat enzim cytochrome P 450 sel
jamur, lanosterol 14 demethylase sehingga terjadi kerusakan sintesa ergosterol dan
selanjutnya terjadi ketidak normalan membrane sel. Sediaan dalam bentuk gel oral (20
mg/ml), digunakan 4 kali /hari setengah sendok makan, ditaruh diatas lidah kemudian
dikumurkan dahulu sebelum ditelan.
Clotrimazole, mekanisme kerja sama dengan miconazole, bentuk sediaannya berupa troche
10 mg, sehari 3 4 kali.
Ketokonazole (ktz) adalah antijamur broad spectrum.Mekanisme kerjanya dengan cara
menghambat cytochrome P450 sel jamur, sehingga terjadi perubahan permeabilitas membran
sel, Obat ini dimetabolisme di hepar. Efek sampingnya berupa mual / muntah, sakit kepala,
parestesia dan rontok. Sediaan dalam bentuk tablet 200mg Dosis satu kali /hari dikonsumsi
pada waktu makan.
Itrakonazole, efektif untuk pengobatan kandidiasis penderita immunocompromised. Sediaan
dalam bentuk tablet ,dosis 200mg/hari. selama 3 hari, bentuk suspensi (100-200 mg) /
hari,selama 2 minggu. Efek samping obat berupa gatal-gatal,pusing, sakit kepala, sakit di
bagian perut (abdomen), dan hypokalemi Flukonazole, dapat digunakan pada seluruh
penderita kandidiasis termasuk pada penderita immunosupresiv Efek samping mual, sakit di
bagian perut, sakit kepala,eritme pada kulit. Mekanisme kerjanya dengan cara mempengaruhi
Cytochrome P 450 sel jamur, sehingga terjadi perubahan membran sel. Absorpsi tidak
dipengaruhi oleh makanan. Sediaan dalam bentuk capsul 50mg, 100mg, 150mg dan 200mg
Single dose dan intra vena. Kontra indikasi pada wanita hamil dan menyusui.

You might also like