You are on page 1of 37

BAB I

STATUS PASIEN
A Anamnesis
1.

Identitas Pasien
Nama

: Tn. H

Umur

: 20 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Agama

: Islam

Pekerjaan

: Mahasiswa

Alamat

: Batam, Kepulauan Riau

Tanggal Masuk : 15 September 2016


Tanggal Periksa : 15 September 2016
No RM
2.

: 013529XX
Keluhan Utama

Nyeri punggung bawah


3.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak + 3 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Nyeri pertama kali membuat pasien sampai jatuh
terduduk. Nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien merasakan makin nyeri saat
posisi duduk, jongkok dan membungkuk. Nyeri dirasakan berkurang saat
posisi sujud maupun tengkurap. Menurut pasien, keluhan nyeri tidak
membaik saat pasien mengonsumsi obat-obat anti nyeri dan juga semprot etil.
Karena tidak kunjung sembuh, pasien berobat ke RSUD Batam, dan diberikan
fisioterapi selama 3 minggu. Setelah itu, pasien kemudian dirujuk ke RSDM
dikarenakan dekat dengan tempat kuliah pasien. Tidak ada keluhan saat BAB
maupun BAK.

4.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat tensi tinggi

: (+) tidak terkontrol

Riwayat batuk lama

: disangkal

Riwayat sakit gula

: disangkal

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat trauma

: disangkal

Riwayat operasi

: disangkal

Riwayat penyakit ginjal

: disangkal

Riwayat tumor

: disangkal

Riwayat mondok

: (+) 1 bulan yang lalu di RSUD


Batam dengan keluhan nyeri punggung
bawah

5.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit serupa

: disangkal

Riwayat tensi tinggi

: (+) pada Ibu pasien

Riwayat sakit gula

: disangkal

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat stroke

: disangkal

Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok

: disangkal

Riwayat minum alkohol

: disangkal

Riwayat sering mendorong/membungkuk: (+)


7

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang mahasiswa yang sedang kuliah di Solo, tinggal sendiri
di kos-kosan. Saat ini pasien berobat ke RS Dr. Moewardi dengan biaya
sendiri.

B.

Pemeriksaan Fisik

1.

Status Generalis
a

Keadaan umum

Sedang, compos mentis E4V5M6, gizi kesan lebih


BB: 95 kg
TB: 180 cm
BMI: 29,32 kg/m2 (Overweight)

Tanda Vital

Tensi : 150/ 90 mmHg


Nadi : 100 x / menit, isi cukup, irama teratur, simetris
RR

: 20x / menit

Suhu : 36,5 C per aksiler


Visual Analoh Score (VAS) : 5
c

Kepala

Bentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris, luka (-).


d

Kulit

Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider
naevi (-), striae(-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).
e

Mata

Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
lansung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-).
f

Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)

Telinga
Pendengaran berkurang (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)

Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-).

Thoraks
Retraksi (-), simetris

Jantung
Inspeksi

: Ictus Cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus Cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: Konfigurasi Jantung kesan tidak melebar

Auskultasi

: Bunyi Jantung I dan II intensitas normal, reguler, bising(-)

Paru
Inspeksi

: Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi

: Simetris, fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

: Sonor/Sonor

Auskultasi

: Suara dasar vesikuler (+/+), Suara tambahan (-/-)

Abdomen
Inspeksi

: Dinding perut lebih tinggi dari dinding dada

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Palpasi

: Supel, nyeri epigastrium (-)

Perkusi

: Tympani, pekak beralih (-)

m Pemeriksaan Fisik Regional


1) Vertebra cervicalis
a) Inspeksi
:
Anterior
: Simetris, edema (-), inflamasi (-), sikatrik (-),
Lateral
Posterior

deformitas (-) tortikolis (-), spasme otot (-)


: Lordosis (-), edem (-), inflamasi (-), sikatrik (-)
: Simetris, edema (-), inflamasi (-), Prominent

m.trapezius (-), prominen processus spinosus (+)


b) Palpasi
:
Suhu normal, nyeri gerak (-), nyeri tekan (-), deformitas (-), spasme
m.sternocleidomastoideus (-)
ROM
NECK

ROM Pasif
Fleksi
0 - 70
Ekstensi
0 - 40
Lateral bending kanan
0 - 60
Lateral bending kiri
0 - 60
Rotasi kanan
0 - 90
Rotasi kiri
0 - 90
ROM tidak terbatas a/r v.cervicalis

ROM Aktif
0 - 70
0 - 40
0 - 60
0 - 60
0 - 90
0 - 90

2) Vertebra Thorakalis dan Lumbalis


a) Inspeksi
:
Anterior
: Simetris, edema (-), inflamasi (-), sikatrik (-),
Posterior

deformitas (-), penonjolan kosta (-)


: Simetris, shoulder tilt (-), skoliosis (-), edema (-),

inflamasi (-), deformitas (-), wasting muscle (-)


Lateral
: Kifosis (-), lordosis (-), gibus(-)
b) Palpasi
:
Suhu normal, nyeri gerak (+), nyeri tekan (+), deformitas (-), nyeri
ketok sudut kostovertebrae (-)
4

ROM
TRUNK
Fleksi

ROM Pasif
0-60

ROM Aktif
0-60

Ekstensi

0-15

0-15

Rotasi
0-35
0-35
Lateral fleksi
Dextra 20 Sinistra 10 Dextra 20 Sinistra 10
ROM terbatas a/r v.thorakalis dan v.lumbalis
3) Regio Shoulder
a) Inspeksi
Anterior

: Simetris, edema (-), inflamasi (-), sikatrik (-),

Posterior

deformitas (-) wasting m.deltoideus (-)


: Simetris, edema (-), inflamasi (-), sikatrik (-),

Lateral

deformitas (-),wasting m.deltoid (-)


: Edema (-), inflamasi (-), sikatrik (-), deformitas (-),
wasting m.trapezius (-)

b) Palpasi
:
Suhu normal, nyeri gerak (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)
ROM
ROM Pasif
Dekstra Sinistra
Fleksi
0-180
0-180
Ektensi
0-30
0-30
Abduksi
0-150
0-150
Shoulder
Adduksi
0-75
0-75
Eksternal Rotasi
0-90
0-90
Internal Rotasi
0-90
0-90
ROM tidak terbatas a/r shoulder
Ektremitas Superior

4) Regio elbow
a) Inspeksi
Anterior

ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-180
0-180
0-30
0-30
0-150
0-150
0-75
0-75
0-90
0-90
0-90
0-90

: Simetris, edema (-), inflamasi (-), sikatrik (-),


deformitas (-), cibitus valgus (-), cubitus valrus (-)
: Simetris, edema (-), skar (-), inflamasi (-)

Posterior
b) Palpasi
:
Suhu normal, nyeri gerak (-), nyeri tekan (-), deformitas (-), nodul (-)
ROM
Ektremitas Superior

ROM Pasif
Dekstra Sinistra

ROM Aktif
Dekstra Sinistra

Fleksi
0-150
Ekstensi
0-150
Elbow
Pronasi
0-90
Supinasi
0-90
ROM tidak terbatas a/r elbow

0-150
0-150
0-90
0-90

0-150
0-150
0-90
0-90

0-150
0-150
0-90
0-90

5) Regio pergelangan tangan (wrist) dan jari-jari tangan


a) Inspeksi
Anterior
: Simetris, edema (-), skar (-), inflamasi (-),swan
neck (-), Bouterniere deformation (-), Mallet
deformation (-), Heberdens node (-)
Posterior
: Simetris, edema (-), skar (-), inflamasi (-),
b) Palpasi
:
Suhu normal, nyeri gerak (-), nyeri tekan (-), deformitas (-), nodul (-)
ROM
ROM Pasif
ROM Aktif
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Fleksi
0-90
0-90
0-90
0-90
Ekstensi
0-70
0-70
0-70
0-70
Wrist
Ulnar Deviasi
0-30
0-30
0-30
0-30
Radius deviasi
0-20
0-20
0-20
0-20
Finger
MCP I Fleksi
0-50
0-50
0-50
0-50
MCP II-IV fleksi 0-90
0-90
0-90
0-90
DIP II-V fleksi
0-90
0-90
0-90
0-90
PIP II-V fleksi
0-90
0-90
0-90
0-90
MCP I Ekstensi
0-90
0-90
0-90
0-90
ROM tidak terbatas a/r pergelangan tangan (wrist) dan jari-jari
Ektremitas Superior

tangan
6) Regio Hip
a) Inspeksi
b) Palpasi
ROM

: Normal gait
: Nyeri tekan (-), nyeri gerak (-)

Ektremitas Inferior
Hip

Fleksi
Ektensi
Abduksi
Adduksi
Eksorotasi

ROM Pasif
Dekstra
Sinistra
0-45
0-45
0-30
0-30
0-45
0-45
0-45
0-45
0-30
0-30

ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-60
0-60
0-30
0-30
0-45
0-45
0-45
0-45
0-30
0-30
6

Endorotasi
ROM terbatas a/r hip

0-30

0-30

0-30

0-30

7) Regio Lutut (Knee)


a) Inspeksi
Anterior
: Simetris, edema (-), inflamasi (-), sikatrik (-),
Posterior

deformitas (-),
: Simetris, edema (-), skar (-), inflamasi (-),
deformitas (-)

b) Palpasi
:
Suhu normal, deformitas (-), nyeri tekan (-), nodul (-)
ROM
ROM Pasif
Dekstra
Sinistra
Fleksi
0-120
0-120
Knee
Ekstensi
0-10
0-10
ROM tidak terbatas a/r lutut (knee)
Ektremitas Inferior

ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-120
0-120
0-10
0-10

8) Regio Tumit dan Jari-jari kaki


a) Inspeksi
:
Simetris, edema (-), inflamasi (-), sikatrik (-), deformitas (-), genu
valgum (-), genu valrum (-)
b) Palpasi
:
Suhu normal, deformitas (-), nyeri gerak (-), nyeri tekan (-)
ROM
ROM Pasif
ROM Aktif
Dekstra
Sinistra Dekstra Sinistra
Dorsofleksi
0-30
0-30
0-30
0-30
Plantarfleksi
0-30
0-30
0-30
0-30
Ankle
Eversi
0-50
0-50
0-50
0-50
Inversi
0-40
0-40
0-40
0-40
ROM tidak terbatas a/r pergelangan tumit dan jari-jari kaki
Ektremitas Inferior

2. Status Neurologis
a. Kesadaran
: kompos mentis, GCS E4V5M6
b. Fungsi luhur
: dalam batas normal
c. Fungsi vegetatif
: dalam batas normal
d. Fungsi sensorik
:
1) Rasa eksteroseptik
a) Suhu
: dalam batas normal

b) Nyeri
: dalam batas normal
c) Rabaan
: dalam batas normal
2) Rasa propioseptik
a) Rasa getar
: dalam batas normal
b) Rasa posisi
: dalam batas normal
c) Rasa nyeri tekan
: dalam batas normal
d) Rasa nyeri tusukan : dalam batas normal
3) Fungsi motorik :
a

Kekuatan

: MMT nilai 5

Refleks fisiologis :
Dextra

Sinistr

+2
+2
+2
+2

+2
+2
+2
+2

a
Biceps
Triceps
Patella
Achilles
c

Tonus

N
N
Reflek Patologis

N
N
Dextra

Sinistr
a

Hoffman-Trommer

Babinsky

Chaddock

Oppenheim

e) Tes Provokasi Nyeri (a/r lumbosacral)


Valsava
Naffziger
Lassegue
Bragard
Sicard

(+)
(+)
(+/+)
(+/+)
(+/+)

Patrik
(+/+)
Kontrapatrick (+/+)
C.

Pengukuran Skor Activity Daily Living (ADL) Menurut Index Barthel


Activity
Feeding

Score

0 = tidak bisa
5 = butuh bantuan memotong, mengoleskan mentega, dll, atau
8

membutuhkan modifikasi diet


10 = independen
Bathing
0 = dependen
5 = independen (atau menggunakan shower)
Grooming
0 = membutuhkan bantuan untuk perawatan diri
5 = independen dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan bercukur
Dressing
0 = dependen
5 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan sebagian pekerjaan
sendiri
10 = independen (termasuk mengancingkan resleting, menalikan pita,
dll.
Bowel
0 = inkontinensia (atau membutuhkan enema)
5 = occasional accident
10 = kontinensia
Bladder
0 = inkontinensia atau memakai kateter dan tidak mampu menangani
sendiri
5 = occasional accident
10 = kontinensia
Toilet use
0 = dependen
5 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan beberapa hal sendiri
10 = independen (on and off, dressing)
Transfer
0 = unable, tidak ada keseimbangan duduk
5 = butuh bantuan besar (satu atau dua orang, fisik), dapat duduk
10 = bantuan kecil (verbal atau fisik)
15 = independen
Mobility

0 = immobile atau < 50 yard


5 = wheelchair independen, > 50 yard
10 = berjalan dengan bantuan satu orang (verbal atau fisik) > 50 yard
15 = independen (tapi dapat menggunakan alat bantu apapun, tongkat) >
50 yard
Stairs
0 = unable
5 = membutuhkan bantuan (verbal, fisik, alat bantu)
10 = independen
Total (0-100)
Interpretasi hasil :
0-20

: ketergantungan total

21-61

: ketergantungan berat

62-90

: ketergantungan sedang

91-99

: ketergantungan ringan

100

: mandiri

Status Ambulasi : Mandiri


D. Status Psikiatrik
1. Penampilan

: sesuai umur, perawatan diri cukup

2. Kesadaran

: kualitatif tidak berubah, kuantitatif compos mentis

3. Afek

: appropriate

4. Psikomotor

: normoaktif

5. Proses pikir

: bentuk

6. Insight

: realistik

Isi

: waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

Arus

: koheren

: baik

10

E.

Status Rehabilitasi Medik


1. Impairment

: Low Back Pain, Hiperlordosis, Spondilosis,

Spina bifida aperta, hipertensi Grade I


2. Disability

Gangguan

aktivitas

(aktivitas

terbatas

terutama saat jongkok dan membungkuk)


3. Handicap

: Menurunnya kemampuan untuk melakukan

aktivitas sehari-hari
F.
1

Pemeriksaan Penunjang
Foto Lumbosacral AP/Lat (20 Agustus 2016) :
-

Aligment dan keselarasan tulang vertebra lumbal baik

Tampak hiperlordosis vertebra lumbal dengan weight bearing line di depan


promontorium disertai sudutferguson 40, tidak tampak listesis

Corpus dan pedikel vertebra lumbal baik, tidak tampak destruksi tulang
berupa lesi litik maupun blastik maupun fraktur\

Tampak spur posterior L4 dengan penyempitan foramen intervetrevralis


L4-5

Tampak defect mid line yang terbuka pada S1 dengan tep yang blurred

Tampak procesus tranversus kanan dan kiri L5 bersatu tidak sempurna


dengan S1

Discus intervertebralis tidak tampak menyempit, endplate regular

Sacroiliac joint kanan dan kiri baik

Jaringan lunak sekitar baik

Kesan:
G.
1

Hyperlordosis dan unstable lumbosacral


Spur posterior L4 dengan susp radiculopathy L4-5
Sacralisasi tidak sempurna
Spina bifida apperta S1 dengan susp spondylitis S1
Daftar Masalah

Masalah Medis :
11

Nyeri punggung bawah

Hipertensi grade I

Problem Rehabilitasi Medik


1. Nyeri punggung bawah
2. Terganggunya aktivitas sehari-hari

H.

Assessment
1

Low back pain ec unstable lumbosacral


spondilosis L4
Spina bifida apperta S1

I.
1

Tatalaksana
Terapi Non Medikamentosa
a

Terapi rehabilitasi medik


1) Fisioterapi

Mengurangi nyeri (TENS, IR pada region lumbosacral)

Istirahat jangka pendek

Latihan luas gerak sendi (menggunakan William Flexion Exercise)

2) Sosiomedik

Memberi penjelasan kepada tempat kerja pasien mengenai masalah


yang terjadi pada pasien
3) Ortesa-protesa

Diberikan lumbosacral korset semi-rigid


4) Psikologi

Memberikan dorongan agar pasien terus melakukan fisioterapi pribadi


agar luas gerak sendi bisa dipertahankan atau normal kembali
5) Okupasi Terapi

Proper Body Mechanism Lumbal


2

Terapi Medikamentosa
Paracetamol 3x1000 mg (jika perlu)

12

Terapi Operatif
Saran konsul ke bagian bedah saraf

J.

Goal

a. Jangka pendek
a

Mengurangi rasa nyeri

b. Jangka panjang
a

Memelihara dan meningkatkan luas gerak sendi

Meningkatkan kekuatan otot

Mengoptimalkan fungsi aktivitas kehidupan sehari-hari

Minimalisasi impairment dan mencegah disabilitas serta handicap pada


pasien

K.

Edukasi

Istirahat yang cukup

Tidak mengangkat beban yang berat

Tidak berdiri atau duduk terlalu lama

Mengurangi

aktifitas

yang

membutuhkan

posisi

jongkok

maupun

membungkuk
L.

Prognosis

Ad vitam

: dubia

Ad sanam

: dubia

Ad fungsionam

: dubia

13

BAB II
LOW BACK PAIN
A. Definisi
Low Back Pain (LBP) merupakan sensasi nyeri, rasa tertekan pada otot, atau
rasa kaku yang terletak di pinggag dengan batas atas berupa costa dan batas
bawah berupa lipatan glutea inferior dengan atau tanpa nyeri panggul dan
didefinisikan kronis apabila berlangsung lebih dari sama dengan dua belas
minggu1.
Low back pain atau nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di
punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk
suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area
anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri ini
dapat berupa nyeri lokal, nyeri radikuler, ataupun keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah sampai lipat pantat bawah yaitu di daerah lumbal
atau lumbo-sakral, nyeri dapat menjalar hingga ke arah tungkai dan kaki2.
B. Anatomi
14

Struktur utama dari tulang punggung adalah vertebrae, discus invertebralis,


ligamen antara spina, spinal cord, saraf, otot punggung, organ-organ dalam
disekitar pelvis, abdomen dan kulit yang menutupi daerah punggung.Columna
vertebralis (tulang punggung) terdiri atas : 1. Vertebrae cervicales (7 buah), 2.
Vertebrae thoracalis (12 buah), 3. Vertebrae lumbales (5 buah), 4. Vertebrae
sacrales(5 buah), 5. Vertebrae coccygeus (4-5 buah). Pada vertebrae juga
terdapat otot-otot yang terdiri atas : 1. Musculus trapezius, 2. Muskulus
latissimus dorsi, 3. Muskulus rhomboideus mayor, 4. Muskulus rhomboideus
minor, 5. Muskulus levator scapulae, 6. Muskulus serratus posterior superior, 7.
Muskulus serratus posterior inferior, 8. Muskulus sacrospinalis, 9. Muskulus
erector spinae, 10. Muskulus transversospinalis, 11. Muskulus interspinalis3.

15

Vertebrae Regio
(Netterimages, 2016)

Lumbosacral
(Netterimages, 2016)

C. Epidemiologi
Lebih dari 70% orang di Negara maju mengalami LBP pada beberapa saat di
kehidupannya. Setiap tahun, sekitar 15-45% dewasa mengalami LBP dan 5%
orang memeriksakan dirinya akibat LBP episode baru. Sekitar 10% tetap tidak
mampu bekerja dan sekitar 20% memiliki gejala persisten dalam satu tahun1.
Prevalensi penyakit musculoskeletal di Indonesia berdasarkan pernah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9 persen dan berdasarkan diagnosis
atau gejala yaitu 24,7 presen. Prevalensi meningkat terus menenrus dan
mencapai puncaknya antara 35 hingga 55 tahun. Semakin bertambahnya usia
seseorang, risiko untuk menderita LBP akan semakin meningkat karena
terjadinya kelainan pada diskus intervertebralis pada usia tua4.
D. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya LBP antara lain faktor individu,
faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Faktor individu dapat dilihat
berdasarkan faktor-faktor berikut ini:
1. Usia :Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang
dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30
tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian
jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut
menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua
seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami
penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala
LBP2.
2. Jenis kelamin :Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa
wanita lebih sering izin untuk tidak bekerja karena LBP.Jenis kelamin sangat
mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi karena
secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria.

16

Berdasarkan beberapapenelitian menunjukkan prevalensi beberapa kasus


musculoskeletaldisorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria2.
3. Indeks massa tubuh :Indeks massa tubuh (IMT)merupakan kalkulasi angka
dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam
kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Hasil
penelitian menyatakan bahwa seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali
menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal.
Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk menerima
beban yangmembebani tersebut sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi
kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah pada
tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah
verterbrae lumbal4.
4. Masa kerja :Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya
seseorangbekerja di suatu tempat. Terkait dengan hal tersebut, LBP
merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk
berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau
semakin lama seseorang terpajan faktor risiko ini maka semakin besar pula
risiko untuk mengalami LBP2. Suatu penelitian menunjukkan bahwapekerja
yang paling banyak mengalami keluhan LBP adalah pekerja yang memiliki
masa kerja >10 tahun dibandingkan dengan mereka denganmasa kerja < 5
tahun ataupun 5-10 tahun2.
5. Kebiasaan merokok : World Health Organization (WHO)melaporkan jumlah
kematian akibat merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan menjelang
tahun 2020 mencapai 10 juta orang per tahunnya. Hubungan yang signifikan
antarakebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk
pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok
dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu,
merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada
tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau
kerusakan pada tulang. Penelitian yang dilakukan Tanamelaporkan bahwa
dari hubungan antara perilaku merokok dengan nyeri pinggang didapatkan

17

hasil responden dengan perilaku merokok lebih banyak yang menderita low
back pain daripada yang tidak pernah merokok sama sekali6.
6. Riwayat
pendidikan:Pendidikan
terakhir
pekerja

menunjukkan

pengetahuannya dalam melakukan pekerjaan dengan postur yang tepat.


Pendidikan seseorang menunjukkan tingkat pengetahuan yang diterima oleh
orang tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak
pengetahuan yang didapatkan2.
7. Tingkat pendapatan :Pada beberapa perusahaan, pendapatan juga berkaitan
dengan harikerja. Terdapat sistem 6 hari kerja dan 5 hari kerja (lebih
dominan) dalam seminggu. Akan tetapi, penerapan sistem 5 hari kerja sering
menjadi masalah apabila diterapkan di perusahaan di Indonesia. Penyebabnya
tidak lain adalah standar pengupahan sangat rendah yang menyebabkan
kebutuhan dasar keluarga tidak tercukupi. Hal ini sering menjadi pemikiran
mendasar bagi seorang pekerja. Mereka berfikir bahwa jika bekerja selama 5
atau 6 hari akan mempengaruhi pendapatan mereka. Sebenarnya jika dapat
dilakukan efisiensi dan peningkatan produktivitas kerja, pekerjaan dapat
diselesaikan tepat waktu maka dengan sendirinya kerja lembur tidak
diperlukan. Akan tetapi para pekerja akan berfikir mereka tidak akan
mendapatkan tambahan pendapatan jikalau mereka tidak lembur. Hal ini akan
berdampak pada produktivitas kerja2.
8. Aktivitas fisik : Pola hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko
terjadinya berbagai keluhan dan penyakit, termasuk di dalamnya LBP.
Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan
aktivitas otot pada periode waktu tertentu. Aktivitas fisik yang cukup dan
dilakukan secara rutin dapat membantu mencegah adanya keluhan LBP.
Olahraga yang teratur juga dapat memperbaiki kualitas hidup, mencegah
osteoporosis dan berbagai penyakit rangka serta penyakitlainnya. Olahraga
sangat menguntungkan karena risikonya minimal. Program olahraga harus
dilakukan secara bertahap, dimulai dengan intensitas rendah pada awalnya
untuk menghindari cidera pada otot dan sendi. Aktivitas fisik dikatakan
teratur ketika aktvitas tersebut dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu.
Selain itu, di dalam aktivitas fisik juga dilakukan streching guna

18

meregangkan otot-otot yang sudah digunakan dalam jangka waktu tertentu.


Kurangnya aktivitas fisik dapat menurunkan suplai oksigen ke dalam otot
sehingga dapat menyebabkan adanya keluhan otot. Pada umumnya, keluhan
otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas
kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat dan melakukan
aktivitas fisik yang cukup. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh
tingkat kesegaran tubuh2.
9. Riwayat penyakit terkait rangka dan riwayat trauma :Postur yang bervariasi
dan abnormalitas kelengkungan tulangbelakang merupakan salah satu faktor
risiko adanya keluhan LBP. Orang dengan kasus spondylolisthesis akan lebih
berisiko LBP pada jenis pekerjaan yang berat, tetapi kondisi seperti ini sangat
langka. Kelainan secara struktural seperti spina bifida acculta dan jumlah ruas
tulang belakang yang abnormal tidak memiliki konsekuensi. Perubahan
spondylitic biasanya memiliki nilai risiko yang lebih rendah. Riwayat
terjadinya trauma pada tulang belakang juga merupakan faktor risiko
terjadinya LBP2.
Faktor risiko lainnya yaitu riwayat keluarga dengan musculosceletal disorder,
faktor psikososial : kecemasan, depresi, stress mental di tempat kerja, faktor
kesalahan postur : kepala menunduk ke depan, bahu melengkung ke depan, perut
menonjol ke depan dan lordosisi lumbal berlebihan dapat menyebabkan spasme
otot (ketegangan otot). Hal ini merupakan penyebab terbanyak LBP. Aktivitas
yang dilakukan dengan tidak benar, seperti salah posisi saat menangkat beban
yang berat juga menjadi penyebab LBP1,2.

E. Etiologi
Etiologi dari low back pain meliputi berbagai faktor, antara lain :
1. Akibat trauma
Nyeri pinggang akut akibat trauma terjadi apabila bagian pinggang
mengalami paparan kekuatan dari luar yang besar sehingga terjadi kerusakan
otot atau fasia, bisa juga terjadi herniasi diskus intervertebrae dan fraktur

19

korpus vertebre. Nyeri pinggang kronis terjadi ketika otot dipakai berulangulang serta rapuhnya vertebra yang berhubungan dengan osteoporosis7.
2. Akibat inflamasi
Nyeri pinggang akibat spondylitis tuberculosis merupakan salah satu contoh
LBP akibat inflamasi. Inflamasi ini terjadi ketika basil tuberkel atau bakteri
piogenik merusak korpus vertebrae atau diskus interverebrae. Bila didapatkan
gambaran vertebrae seperti bamboo maka pasien kemungkinan terkena
ankilosis spondylitis, peyakit rematik dengan remathoid factor bernilai
negatif7.
3. Akibat tumor
Tumor ganas seperti tumor pulmo, tumor gaser, tumor payudara, tumor
prostat kadang-kadang bermetastasis ke spina lumbalis7.
4. Akibat degenerasi
Degenerai mengarah ke pengembangan spondilosis, degenerasi diskus
intervertebral lumbal, degenerasi diskus intervertebral lumbales, lumbal
intervertebral disk degeneration, intervertebral articular LBP, lumbar nonspondylosis spondylolistesis, ankilosing spinal hyperostosis, dan stenosis
lumbal7.
5. Lain-lain
Penyakit struktur pinggang, penyakit organ intra abdominal, penyakit
psikogenis7.

F. Klasifikasi
20

Low back pain terdiri dari tiga jenis yaitu Lumbar Spinal Pain atau nyeri di
daerah yang batasi superiornya oleh garis transversal imajiner yang melalui
ujung prosesus spinosus dari vertebreae thorakal terakhir, batas inferior oleh
garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebrae
sacralis pertama dan batas lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas
lateral spina lumbalis. Sacral Spinal pain atau nyeri di daerah yang dibatasi
superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung processus spinosus
vertebreae sacralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina iliaka
superior posterior dan inferior. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah
daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain3.
LBP diklasifikasikan menjadi dua kelompok berdasarkan waktunya yaiitu
akut apabila terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu dan kronis apabila lebih
dari 12 minggu4.
Klasifikasi menurut Jayson LBP dibagi menjadi:
1. Back Pain Primer disebabkan oleh kalainan orga itu sendiri yaitu :
a. Bagian kutan dan subkutan
b. Bagian miofasia
c. Artikulasi dan ligament
d. Ossa
2. Back Pain Sekunder yang disebabkan oleh kompresi atau proses degenerative
3. Reffered Backache yang penyebabnya terletak pada ginekologi, traktus
urinarius, prostat, apendik
4. Psychosomatic Backeache yang disebabkan oleh depresi, cemas, histeira,
malingering8
Di lain pihak terdapat pengklasifikasian menjadi dua yaitu :
1. Spondilogenik
Nyeri punggung spondilogenik dapat didefinisikan sebagai nyeri terkait
dengan struktur tulang belakang. Rasa sakit ini diperparah dengan aktivitas
dan membaik bila diistirahatkan. Untuk diagnosis LBP spondilogenik berupa
riwayat masalah tulang belakang seperti perubahan degenerative, kondisi
serupa sebelumnya, trauma. Keadaan yang paling umum menjadi penyebab
dari LBP spondilogenik adalah perubahan struktur tulang belakang itu sendiri
atau kelainan jaringan lunak. Selain itu bisa juga disebabkan oleh trauma,
infeksi, eoplasma, kelainan metabolic, kelainan kongenital, kelaianan

21

degeneratif.

Penyakit yang mempengaruhi atas spina lumbalis dapat

menyebabkan nyeri alih ke pinggang atau paha depan sedangkan penyakit


yang menyerang bawah spina lumbalis dapat menyebabkan nyeri alih ke
pantata, paha posterior jarang ke betis atau kaki
2. Non-spondilogenik
Nyeri pinggang non- spondilogenik dapat didefinisikan sebagai nyeri
pinggang yang berasal dari luar struktur anatomi tulang belakang. Adalah
mungkin bahwa tulang belakang terlibat dalam proses sistemik dan
menyebabkan defek sekunder pada tulang belakang. Pasien biasanya
menyakini bahwa nyeri berasal dari pinggang dan nyeri terasa tumpul,
nyerinya tidak terlalu parah dan jarang menyerang pantat dan kaki. Biasanya
didapatkan riwayat kondisi yang menjadi faktor pencetus nyeri misalkan :
konsumsi jeruk, alkohol, kopi dapat mencetus nyeri punggung akibat ulkus
peptikus dan menghilang bila diberi antasida atau makan. Nyeri biasanya
timbul dari organ atau jaringan yang dipersarafi segmen terkait. Nyeri
pinggang non-spondilogenik dapat dibagi menjadi..yaitu :
a. Viscerogenik
b. Vakuler back pain
c. Neurogenik back pain
d. Greater trochanteric and iliac crest pain syndrome
e. Hip problems
f. Psychosomatic backache9
G. Gejala Klinis
Keluhan nyeri dapat beragam dan diklasifikasikan sebagai nyeri yang bersifat
lokal, radikuler, menjalar atau spasmodic. Nyeri lokal berasal dari proses
patologik yang merangsang ujug saraf sensorik, umumnya menetap, namun
dapat pula intermitten, nyeri diperngaruhi perubahan posisi, bersifat nyeri tajam
dan nyeri tumpul. Biasanya dapat dijumpai spasme paravertebral.
Nyeri alih atau menjalar dari pelvis atau visera umumnya mengenai
dermatom tertentu, bersifat tumpul dan terasa lebih dalam. Nyeri alih yang
berasal dari spinal lebih dirasakan di daerah sakroiliaka, gluteurs atau tungkai
atas sebelah belakang dan daerah nyeri alih tersebut berasal dari jaringan
mesodermal yang sama dalam perkembangann embrioniknya.

22

Nyeri radikuler berkaitan erat dengan distribusi radiks saraf spinal dan
keluhan ini lebih berat dirasakan seperti membungku, serta berkurang dengan
istirahat. Salah satu penyebab yang perlu diperhatikan adalah tumor pada korda
spinalis yang ditandai oleh tidak berkurangnya nyeri dengan istirahat atau lebih
memburuk terutama pada malam hari, Karakteristik yang dapat ditemukan
adalah perubahan neurologis seperti paresthesia dan baal serta dapat disertai oleh
kelemahan motorik.
H. Diagnosis
1. Anamnesa
a. Keluhan Utama
b. Riwayat penyakit sekarang :Lokasi, onset dan durasi, kualitas, kuantitas,
faktor mempeberat, faktor memperingan, keluhan lain
c. Riwayat penyakit sebelumnya
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Riwayat sosial ekonomi
f. Kebiasaan pribadi10
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang
meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan
neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks
a. Motorik.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
1) Berjalan dengan menggunakan tumit.

23

2) Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.


3) Jongkok dan gerakan bertahan (seperti mendorong tembok)10
b. Sensorik.
1) Nyeri dalam otot.
2) Rasa gerak.
3) Refleks.
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan
Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui
lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.
4) Test Provokasi Nyeri
a) Test Valsava
Tes valsava mengakibatkan naiknya tekanan intratekal. Jika terdapat
proses desak ruang di kanalis vertebralis bagian servikal, maka
dengan naiknya tekanan intratekal akan mengakibatkan nyeri
radikuler
b) Tes Naffziger
Tes Naffziger juga mengakibatkan naiknnya tekanan intratekal.
Kenaika tekanan intratekal yang dicetus dengan tes Naffziger
diteruskan sepanjang rongga arachnoid medulla spinalis. Jika
terdapat proses desak ruang di kanalis vertebralis (missal karena
tumor atau HNP) maka radiks yang teregang saat dilakukan tes
Naffziger akan timbul nyeri radikuler sesuai dengan dermatomnya
c) Tes Lassegue
24

Pada

tes

ini,

pertama telapak kaki pasien


( dalam posisi 0 )
didorong

ke

arah

muka
kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40 dan sejauh
90.
d) Tes Patrick

25

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada


sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi,
eksorotasi dan ekstensi.
e) Test Kontra Patrick
Dilakukan

gerakan

gabungan

dinamakan

fleksi,

abduksi,

endorotasi, dan ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka. Test


Kebalikan Patrick positif menunjukkan kepada sumber nyeri di
sakroiliaka.
f) Tes Bragar
Tes Bragard merupakan tes untuk mengetahui adanya penekanan
saraf ischiadicus. Dilakukan layaknya tes laseque kemudian kaki
pasien didorsofleksikan. Positif bila didapatkan nyeri.
g) Tes Sicard
Tes Sicard merupakan tes untuk mengetahui adanya penekanan
saraf ischiadicus. Dilakukan layaknya tes laseque kemudian ibujari
kaki didorsofleksikan. Positif bila didapatkan nyeri11.
5) Pemeriksaan Penunjang
a) Foto polos
X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi,
dan luka degeneratif pada spinal. Standar pemeriksaan untuk nyeri
pinggang bawah adalah foto polos anteroposterior, lateral dan cone
down lateral view. Data tambahan dapat diperoleh dari posisi
obliq.Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama
untuk mengevaluasi nyeri punggung dan biasanya dilakukan
sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau CT
26

scan.Keuntungan pengunaan foto polos adalah sederhana dan


membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang.Gambaran
X-ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab sudah banyak
peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran sehingga
efek radiasi dapat dikurangi serta tidak dapat dijadikan pegangan
diagnosis pada nyeri pinggang bawah non spesifik baik pada fase
akut nyeri maupun kronik dan tidak dapat digunakan untuk
memperkirakan kemungkinan timbulnya nyeri pada masa yang akan
datang12.

b)

Myelografi
Myelografi

adalah

pemeriksan X-ray pada


spinal
pada

cord

dan

spinaluntuk

diagnosa

penyakit

yang

berhubungan
diskus

canalis

dengan

intervertebralis,

tumor spinalis, atau untuk abses spinal.Myelografi merupakan


tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium disuntikan ke
kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat
pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray, biasanya dilakukan
apabila terdapat kemungkinan tindak lanjut operatif saja karena
banyak efek samping akibat pemerian kontras. Keuntungan teknik
ini adalah mudah mengetahui lokasi sumbatan serta jepitan pada
radiks12.

27

c)
Computed

Tornografi Scan ( CT- scan )


CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan
untuk pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan
ekstemitas. Gambar CT-scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi.
Herniasi diskus dapat dideteksi lebih dari 95%. Mengingat mahalnya
tindakan tersebut, maka teknik ini dipakai apabila dicurigai adanya
kelaianan anatomic12.
d) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas
daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak
mempunyai efek radiasi serta tidak perlu menggunakan kontras. MRI
dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan
yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan kelaianan pada
jaringan lunak, korpus vertebrae, diskus intervertebralis, kanalis
spinalis apat dengan mudah dilihat. Sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi ditujukkan dalam mendeteksi osteomyelitis12.
e) Electro Miography ( EMG ) / Nerve Conduction Study ( NCS )
EMG/ NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang
digunakan untuk pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki.EMG/ NCS
dapat memberikan informasi tentang : 1. Adanya kerusakan pada
28

saraf, 2. Lama terjadinya kerusakan saraf (akut atau kronik), 3.


Lokasi terjadinya kerusakan saraf (bagian proksimalis atau distal), 4.
Tingkat keparahan dari kerusakan saraf, 5. Memantau proses
penyembuhan dari kerusakan saraf12.

I. Tatalaksana
1. Medikamentosa
Obat-obat analgesik
Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan besar :
a. Analgetik narkotik
Obat-obat golongan ini terutama bekerja pada susunan saraf digunakan
untuk menghilangkan rasa sakit yang berasal dari organ viseral. Obat
golongan ini hampir tidak digunakan untuk pengobatan LBP karena
bahaya terjadinya adiksi pada penggunaan jangka panjang. Contohnya :
Morfin, heroin, dll.
b. Analgetik antipiretik
Sangat bermanfat untuk menghilangkan rasa nyeri mempunyai khasiat anti
piretik, dan beberapa diantaranya juga berkhasiat antiinflamasi. Kelompok
obat-obat ini dibagi menjadi 4 golongan :
1) Golongan salisilat
Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat analgesik juga
mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik.
Contohnya

: Aspirin

Dosis Aspirin

: Sebagai anlgesik 600 900 mg, diberikan 4 x

sehari. Sebagai antiinflamasi 750 1500 mg, diberikan 4 x sehari


Kontraindikasi

:Penderita

tukak

lambung,

resiko

terjadinya

pendarahan, gangguan faal ginjal, hipersensitifitas


Efek samping

: Gangguan saluran cerna, anemia defisiensi besi,

serangan asma bronkial


29

2) Golongan Paraaminofenol
Paracetamol dianggap sebagai analgesik-antipiretik yang paling aman
untuk

menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi.

Dosis terapi

600 900 mg, diberikan 4 x sehari

3) Golongan pirazolon
Dipiron mempunyai aceptabilitas yang sangat baik oleh penderita, lebih
kuat dari pada paracetamol, dan efek sampingnya sangat jarang
Dosis terapi :

0,5 1 gram, diberikan 3 x sehari

4) Golongan asam organik yang lain


a) Derivat asam fenamat
Yang termasuk golongan ini misalnya asam mefenamt, asam
flufenamat, dan Na-

meclofenamat.Golongan obat ini sering

menimbulkan efek samping terutama diare.Dosis asam mefenamat


sehari yaitu 4500 mg,sedangkan dosis Na-meclofenamat sehari
adalah 3-4 kali 100 mg.
b) Derivat asam propionat
Golongan obat ini merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS)
yang relatif baru, yang juga mempunyai khasiat anal getik dam anti
piretik. Contoh obat golongan ini misalnya ibuprofen, naproksen,
ketoprofen, indoprofen dll.
c) Derivat asam asetat

30

Sebagai contoh golonagn obat ini ialah Na Diklofenak. Selain


mempunyai efek anti inflamasi yang kuat, juga mempunyai efek
analgesik dan antipiretik. Dosis terapinya 100-150 mg 1 kali sehari.
d) Derivat Oksikam
Salah satu contohnya adalah Piroxicam, dosis terapi 20 mg 1 kali
sehari13.
2. Fisioterapi
a. Terapi Panas
Metode ini sering digunakan untuk mengurangi nyeri dan menurunkan
ketegangan otot yaitu dengan kompres hangat. Kompres hangat adalah
memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan
cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan14.
b. Terapi dingin (Cryotheraphy)
Merupakan prosedur sederhana dan efektif untuk menurunkan spasme
sehingga mengurangi nyeri. Metode terapi dingin yang dapat digunakan
yaitu ice massage, yaitu tinfakan pemijatan dengan menggunakan es
pada area yang sakit selama 5-10 menit15.
c. Elektro Stimulus
1) Electroacupunture
2) Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
3) Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)16
4) Ultra Sound17
31

5) Radiofrequency Lesioning18
6) Spinal Endoscopy19
7) Elektrothermal Disc Decompression20
d. Traction
Helaan atau tarikan pada badan ( punggung ) untuk kontraksi otot. Sangat
efektif pada Hernia Nukleus Pulposus7.
e. Latihan pada Low Back Pain
Lumbar stabilization exercises atau William Flexion Exercise merupakan
latihan yang dirancang untuk mengurangi nyeri pinggang dengan
memperkuat otot-otot yang memfleksikan lumbo sacral spine, terutama
otot abdominal dan otot gluteus maksimus dan meregangkan kelompok
ekstensor punggung bawah21

William Flexion Exercise


(Sumber : Jurnal of the Korea Medical Association, 2007)
McKenzie exercise adalah salah satu program perawatan konservatif
yang paling popular untuk tulang belakang. TeknikMc.Kenzie adalah

32

bentuk latihan pasif manipulasi tulang belakang di mana pasien


menghasilkan gerakan, posisi, dan kekuatan. Teknik ini merupakan metode
diagnosis dan pengobatan yang didasarkan pada pola pergerakan tulang
belakang. Untuk setiap kondisi tulang belakang, gerakan tertentu dapat
memperburuk rasa sakit dan ada gerakan yang meringankan rasa sakit,
karena metode ini terbaik untuk sakit punggung akut yang merespon
ekstensi lumbal, mobilisasi, dan latihan22.
1) Prone lateral shifting of hips
Posisi pasien menghadap ke bawah dengan lengan berada disamping,
pinggul bergerak menjauh dari sisi yang sakit dan dipertahankan dalam
posisi ini selama beberap detik dengan posisi pinggul off center, siku
diposisikan dibawah bahu dan bersandar pada lengan bawah, bersantai
di posisi ini selama 3 atau 4 menit, kemudian pasien dapat melakukan
maneuver "extension while lying prone",menjaga pinggul dari pusat22.
2) Passive extension with prone
Pasien diposisikan tidur tengkurap dengan tangan diposisikan dibawah
bahu, lalu dorong naik ke atas secara perlahan-lahan dengan
meluruskan
sikusekaligus
mempertahankan pelvis,
hip,
dan
kaki dengan santai.Pertahankan posisi ini selama 1-2 detik kemudian
menurunkan tubuh secara perlahan bagian atas ke lantai, latihan ini
menghilangkan efek gaya gravitasi karena gerakan ini dilakukan dalam
posisi tengkurap22.
3) Back bending (extension)
Pasien berdiri tegak dengan jarak kedua kaki diperlebar, kemudian
tempatkan tangan di pinggang dan jari-jari menunjuk ke belakang,
kemudian
digerakkan
ke
belakang dari
pinggang sebagai
perpanjangan dalam posisi
berdiri
sejauh
mungkin
dengan
menggunakan tangan sebagai titik tumpu, lutut harus dalam keadaan
lurus tahan posisi seperti ini selama 1-2 detik. Lakukan juga pada
gerakan membungkuk ke depan dan lateral fleksi22.
4) Knees-to-chest with supine
Pasien diposisikan tidur terlentang dengan lutut tertekuk dan kaki
rata di lantai atau tempat tidur, kemudian letakkan tangan disekitar
lutut dan secaraperlahan tarik kedua lutut kearah dada, pada latihan ini

33

tidak perlu mengangkat kepala. Posisi ini dipertahankan selama 1-2


detik, kemudian kembali ke posisi semula secara perlahan-lahan22.
5) Flexion with sitting
Pasien duduk di tepi kursi yang stabil atau bangku dengan jarak kaki
dilebarkan dan tangan bertumpu pada lutut, kemudian bungkukkan
kedepan dari pinggang hingga tangan menyentuh lantai, tahan posisi ini
selama 1-2 detik dan kemudian kembali ke posisi semula secara
perlahan-lahan, setelah mampu menekuk ke depan dengan nyaman,
pasien dapat memegang pergelangan kaki dan tarik jauh di bawah22.

McKenzie Exercise
(Sumber : Jurnal of the Korea Medical Association, 2007)
f. Alat Bantu
1) Back corsets.
Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk
mengatasi Low Back Pain yang dapat membungkus punggung dan
perut.

34

3. Operasi
LBP yang mengindikasikan untuk tindak pembedahan antara lain paralisis
saraf sciatic menuju ekstremitas bawah, perkembangan kompresi nerve rot,
dan infeksi oleh M.tuberculosis atau bakteri lainnya. Sedangkan kriteria untuk
indikasi bedah adalah gangguan yang terjadi mengurangi mobilitas dalam
kehidupan sehari-hari dan perkembangan dari stenosis lumbal serta paralisis
akibat Human Nucleus Pulposus serta tumor korda spinalis7.

DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy Family Physician (AAFP). Low Back Pain. Portland :
BMJ Publishing Group; 2011
2. Fauzia A. Risk factors of low back pain in workers 2015:4(1):12-9
3. Gerard JT and Bryan D. Principles of Anatomy and Physicology. 12 Edition.
USA . John Wiley & Sons, Inc.; 2009 : 235-58
35

4. Purnamasari. Overweight sebagai faktor risiko low back pain pada pasien poli
saraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health
2010;4
5. Hilmawan F, Handoyo, Keksi. Hubungan sikap dan posisi kerja dengan low
back pain pada perawat di rsud purbalingga. Jurnal Keperawatan Soedirman;
2009:4(3):131-9
6. Anthony DW, Bruce. Burden of major musculoskeletal conditions. Bulettin of
the World Organization; 2003:81(9):646-56
7. Yusufumi. Classification, diagnosis, and treatment of low back pain. JAMJ;
2004:47(5):227-33
8. Jayson Malcolm I.V., Allan St J Dixon. The lumbar spine and back pain.
Second eddition, Pitman Medical 1980, Chap.5, 11, page: 295,150.
9. Thamir and Mubdir. Non-sponylogencic low back pain. Bas J Surg; 2002.
10. Mark . Buku ajar diagnosis fisik. EGC:1995:345-98
11. Pedoman Ketrampilan Klinis. Fakultas Kedokteran UNS. Surakarta : Fakultas
Kedokteran UNS: 2013
12. Moehadsjah OK, et all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 3.
13. Nafrialdi, Setawati, A.,. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta : 2007
14. Rosita, Tri. Kompres hangat atasi nyeri pada petani penderita nyeri punggung
bawah di kelurahan candi kecamatan ampel kabupaten boyolali. Gaster;
2016:XIV(1):30-9
15. Eva, Bayhakki, Erika. Pengaruh terapi dingin ice massage terhadap perubahan
intensitas nyeri pada penderita low back pain. Jurnal Ners Indonesi;
2012:2(2):185-91
16. Masataka, et al. Comparison of percutaneous electrical nerve stimulatiion with
transcutaneous electrical nerve stimulation for long term pain relief in patients
with chronic low back pain. International Anesthesia Research Society;
2004:98:1552-6
17. Ebadi, Ansari. Therapeutic ultrasound for chronic low back pain (online)
diakses (26 Juli 2016)
http://www.cochrane.org/CD009169/BACK_therapeutic-ultrasound-forchronic-low-back-pain
18. Laura, et al. Radiofrequency ablation for chronic low back pain : A system
rwview of randomized controlled trial. Pain Res Manag; 2014:19(5):146-53

36

19. Laxmaiah, Bhupinder, Vijay. Spinal endoscopy and lysis of epidural adhesions
in the management of chronic low back pain. Pain Physician; 2011:4(3);240-65
20. David, Douglas, Gunnar, Jon. Intradicscal electrothermal therapy (IDET) for
the treatment of discogenic low back pain : Patient selection and indications for
use. Pain Physician; 2008:11:659-68
21. Hannga, Anies. Pengaruh William flexion exercise terhadap peningkatan
lingkup gerak sendir penderita low back pain. Journal of Sport Science and
Fitness; 2015:4(3):16-21
22. Brotzman, S. Brent dan Wilk, Kevin E., Clinical Orthopaedic Rehabilitation
Second Edition. Philadelphia: Mosby; 2003

37

You might also like