Professional Documents
Culture Documents
STATUS PASIEN
A Anamnesis
1.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. H
Umur
: 20 tahun
: Islam
Pekerjaan
: Mahasiswa
Alamat
: 013529XX
Keluhan Utama
4.
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat trauma
: disangkal
Riwayat operasi
: disangkal
: disangkal
Riwayat tumor
: disangkal
Riwayat mondok
5.
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat stroke
: disangkal
Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok
: disangkal
: disangkal
B.
Pemeriksaan Fisik
1.
Status Generalis
a
Keadaan umum
Tanda Vital
: 20x / menit
Kepala
Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider
naevi (-), striae(-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).
e
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
lansung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-).
f
Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
Telinga
Pendengaran berkurang (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-).
Thoraks
Retraksi (-), simetris
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor/Sonor
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
ROM Pasif
Fleksi
0 - 70
Ekstensi
0 - 40
Lateral bending kanan
0 - 60
Lateral bending kiri
0 - 60
Rotasi kanan
0 - 90
Rotasi kiri
0 - 90
ROM tidak terbatas a/r v.cervicalis
ROM Aktif
0 - 70
0 - 40
0 - 60
0 - 60
0 - 90
0 - 90
ROM
TRUNK
Fleksi
ROM Pasif
0-60
ROM Aktif
0-60
Ekstensi
0-15
0-15
Rotasi
0-35
0-35
Lateral fleksi
Dextra 20 Sinistra 10 Dextra 20 Sinistra 10
ROM terbatas a/r v.thorakalis dan v.lumbalis
3) Regio Shoulder
a) Inspeksi
Anterior
Posterior
Lateral
b) Palpasi
:
Suhu normal, nyeri gerak (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)
ROM
ROM Pasif
Dekstra Sinistra
Fleksi
0-180
0-180
Ektensi
0-30
0-30
Abduksi
0-150
0-150
Shoulder
Adduksi
0-75
0-75
Eksternal Rotasi
0-90
0-90
Internal Rotasi
0-90
0-90
ROM tidak terbatas a/r shoulder
Ektremitas Superior
4) Regio elbow
a) Inspeksi
Anterior
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-180
0-180
0-30
0-30
0-150
0-150
0-75
0-75
0-90
0-90
0-90
0-90
Posterior
b) Palpasi
:
Suhu normal, nyeri gerak (-), nyeri tekan (-), deformitas (-), nodul (-)
ROM
Ektremitas Superior
ROM Pasif
Dekstra Sinistra
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
Fleksi
0-150
Ekstensi
0-150
Elbow
Pronasi
0-90
Supinasi
0-90
ROM tidak terbatas a/r elbow
0-150
0-150
0-90
0-90
0-150
0-150
0-90
0-90
0-150
0-150
0-90
0-90
tangan
6) Regio Hip
a) Inspeksi
b) Palpasi
ROM
: Normal gait
: Nyeri tekan (-), nyeri gerak (-)
Ektremitas Inferior
Hip
Fleksi
Ektensi
Abduksi
Adduksi
Eksorotasi
ROM Pasif
Dekstra
Sinistra
0-45
0-45
0-30
0-30
0-45
0-45
0-45
0-45
0-30
0-30
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-60
0-60
0-30
0-30
0-45
0-45
0-45
0-45
0-30
0-30
6
Endorotasi
ROM terbatas a/r hip
0-30
0-30
0-30
0-30
deformitas (-),
: Simetris, edema (-), skar (-), inflamasi (-),
deformitas (-)
b) Palpasi
:
Suhu normal, deformitas (-), nyeri tekan (-), nodul (-)
ROM
ROM Pasif
Dekstra
Sinistra
Fleksi
0-120
0-120
Knee
Ekstensi
0-10
0-10
ROM tidak terbatas a/r lutut (knee)
Ektremitas Inferior
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-120
0-120
0-10
0-10
2. Status Neurologis
a. Kesadaran
: kompos mentis, GCS E4V5M6
b. Fungsi luhur
: dalam batas normal
c. Fungsi vegetatif
: dalam batas normal
d. Fungsi sensorik
:
1) Rasa eksteroseptik
a) Suhu
: dalam batas normal
b) Nyeri
: dalam batas normal
c) Rabaan
: dalam batas normal
2) Rasa propioseptik
a) Rasa getar
: dalam batas normal
b) Rasa posisi
: dalam batas normal
c) Rasa nyeri tekan
: dalam batas normal
d) Rasa nyeri tusukan : dalam batas normal
3) Fungsi motorik :
a
Kekuatan
: MMT nilai 5
Refleks fisiologis :
Dextra
Sinistr
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
a
Biceps
Triceps
Patella
Achilles
c
Tonus
N
N
Reflek Patologis
N
N
Dextra
Sinistr
a
Hoffman-Trommer
Babinsky
Chaddock
Oppenheim
(+)
(+)
(+/+)
(+/+)
(+/+)
Patrik
(+/+)
Kontrapatrick (+/+)
C.
Score
0 = tidak bisa
5 = butuh bantuan memotong, mengoleskan mentega, dll, atau
8
: ketergantungan total
21-61
: ketergantungan berat
62-90
: ketergantungan sedang
91-99
: ketergantungan ringan
100
: mandiri
2. Kesadaran
3. Afek
: appropriate
4. Psikomotor
: normoaktif
5. Proses pikir
: bentuk
6. Insight
: realistik
Isi
Arus
: koheren
: baik
10
E.
Gangguan
aktivitas
(aktivitas
terbatas
aktivitas sehari-hari
F.
1
Pemeriksaan Penunjang
Foto Lumbosacral AP/Lat (20 Agustus 2016) :
-
Corpus dan pedikel vertebra lumbal baik, tidak tampak destruksi tulang
berupa lesi litik maupun blastik maupun fraktur\
Tampak defect mid line yang terbuka pada S1 dengan tep yang blurred
Kesan:
G.
1
Masalah Medis :
11
Hipertensi grade I
H.
Assessment
1
I.
1
Tatalaksana
Terapi Non Medikamentosa
a
2) Sosiomedik
Terapi Medikamentosa
Paracetamol 3x1000 mg (jika perlu)
12
Terapi Operatif
Saran konsul ke bagian bedah saraf
J.
Goal
a. Jangka pendek
a
b. Jangka panjang
a
K.
Edukasi
Mengurangi
aktifitas
yang
membutuhkan
posisi
jongkok
maupun
membungkuk
L.
Prognosis
Ad vitam
: dubia
Ad sanam
: dubia
Ad fungsionam
: dubia
13
BAB II
LOW BACK PAIN
A. Definisi
Low Back Pain (LBP) merupakan sensasi nyeri, rasa tertekan pada otot, atau
rasa kaku yang terletak di pinggag dengan batas atas berupa costa dan batas
bawah berupa lipatan glutea inferior dengan atau tanpa nyeri panggul dan
didefinisikan kronis apabila berlangsung lebih dari sama dengan dua belas
minggu1.
Low back pain atau nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di
punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk
suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area
anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri ini
dapat berupa nyeri lokal, nyeri radikuler, ataupun keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah sampai lipat pantat bawah yaitu di daerah lumbal
atau lumbo-sakral, nyeri dapat menjalar hingga ke arah tungkai dan kaki2.
B. Anatomi
14
15
Vertebrae Regio
(Netterimages, 2016)
Lumbosacral
(Netterimages, 2016)
C. Epidemiologi
Lebih dari 70% orang di Negara maju mengalami LBP pada beberapa saat di
kehidupannya. Setiap tahun, sekitar 15-45% dewasa mengalami LBP dan 5%
orang memeriksakan dirinya akibat LBP episode baru. Sekitar 10% tetap tidak
mampu bekerja dan sekitar 20% memiliki gejala persisten dalam satu tahun1.
Prevalensi penyakit musculoskeletal di Indonesia berdasarkan pernah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9 persen dan berdasarkan diagnosis
atau gejala yaitu 24,7 presen. Prevalensi meningkat terus menenrus dan
mencapai puncaknya antara 35 hingga 55 tahun. Semakin bertambahnya usia
seseorang, risiko untuk menderita LBP akan semakin meningkat karena
terjadinya kelainan pada diskus intervertebralis pada usia tua4.
D. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya LBP antara lain faktor individu,
faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Faktor individu dapat dilihat
berdasarkan faktor-faktor berikut ini:
1. Usia :Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang
dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30
tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian
jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut
menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua
seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami
penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala
LBP2.
2. Jenis kelamin :Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa
wanita lebih sering izin untuk tidak bekerja karena LBP.Jenis kelamin sangat
mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi karena
secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria.
16
17
hasil responden dengan perilaku merokok lebih banyak yang menderita low
back pain daripada yang tidak pernah merokok sama sekali6.
6. Riwayat
pendidikan:Pendidikan
terakhir
pekerja
menunjukkan
18
E. Etiologi
Etiologi dari low back pain meliputi berbagai faktor, antara lain :
1. Akibat trauma
Nyeri pinggang akut akibat trauma terjadi apabila bagian pinggang
mengalami paparan kekuatan dari luar yang besar sehingga terjadi kerusakan
otot atau fasia, bisa juga terjadi herniasi diskus intervertebrae dan fraktur
19
korpus vertebre. Nyeri pinggang kronis terjadi ketika otot dipakai berulangulang serta rapuhnya vertebra yang berhubungan dengan osteoporosis7.
2. Akibat inflamasi
Nyeri pinggang akibat spondylitis tuberculosis merupakan salah satu contoh
LBP akibat inflamasi. Inflamasi ini terjadi ketika basil tuberkel atau bakteri
piogenik merusak korpus vertebrae atau diskus interverebrae. Bila didapatkan
gambaran vertebrae seperti bamboo maka pasien kemungkinan terkena
ankilosis spondylitis, peyakit rematik dengan remathoid factor bernilai
negatif7.
3. Akibat tumor
Tumor ganas seperti tumor pulmo, tumor gaser, tumor payudara, tumor
prostat kadang-kadang bermetastasis ke spina lumbalis7.
4. Akibat degenerasi
Degenerai mengarah ke pengembangan spondilosis, degenerasi diskus
intervertebral lumbal, degenerasi diskus intervertebral lumbales, lumbal
intervertebral disk degeneration, intervertebral articular LBP, lumbar nonspondylosis spondylolistesis, ankilosing spinal hyperostosis, dan stenosis
lumbal7.
5. Lain-lain
Penyakit struktur pinggang, penyakit organ intra abdominal, penyakit
psikogenis7.
F. Klasifikasi
20
Low back pain terdiri dari tiga jenis yaitu Lumbar Spinal Pain atau nyeri di
daerah yang batasi superiornya oleh garis transversal imajiner yang melalui
ujung prosesus spinosus dari vertebreae thorakal terakhir, batas inferior oleh
garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebrae
sacralis pertama dan batas lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas
lateral spina lumbalis. Sacral Spinal pain atau nyeri di daerah yang dibatasi
superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung processus spinosus
vertebreae sacralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina iliaka
superior posterior dan inferior. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah
daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain3.
LBP diklasifikasikan menjadi dua kelompok berdasarkan waktunya yaiitu
akut apabila terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu dan kronis apabila lebih
dari 12 minggu4.
Klasifikasi menurut Jayson LBP dibagi menjadi:
1. Back Pain Primer disebabkan oleh kalainan orga itu sendiri yaitu :
a. Bagian kutan dan subkutan
b. Bagian miofasia
c. Artikulasi dan ligament
d. Ossa
2. Back Pain Sekunder yang disebabkan oleh kompresi atau proses degenerative
3. Reffered Backache yang penyebabnya terletak pada ginekologi, traktus
urinarius, prostat, apendik
4. Psychosomatic Backeache yang disebabkan oleh depresi, cemas, histeira,
malingering8
Di lain pihak terdapat pengklasifikasian menjadi dua yaitu :
1. Spondilogenik
Nyeri punggung spondilogenik dapat didefinisikan sebagai nyeri terkait
dengan struktur tulang belakang. Rasa sakit ini diperparah dengan aktivitas
dan membaik bila diistirahatkan. Untuk diagnosis LBP spondilogenik berupa
riwayat masalah tulang belakang seperti perubahan degenerative, kondisi
serupa sebelumnya, trauma. Keadaan yang paling umum menjadi penyebab
dari LBP spondilogenik adalah perubahan struktur tulang belakang itu sendiri
atau kelainan jaringan lunak. Selain itu bisa juga disebabkan oleh trauma,
infeksi, eoplasma, kelainan metabolic, kelainan kongenital, kelaianan
21
degeneratif.
22
Nyeri radikuler berkaitan erat dengan distribusi radiks saraf spinal dan
keluhan ini lebih berat dirasakan seperti membungku, serta berkurang dengan
istirahat. Salah satu penyebab yang perlu diperhatikan adalah tumor pada korda
spinalis yang ditandai oleh tidak berkurangnya nyeri dengan istirahat atau lebih
memburuk terutama pada malam hari, Karakteristik yang dapat ditemukan
adalah perubahan neurologis seperti paresthesia dan baal serta dapat disertai oleh
kelemahan motorik.
H. Diagnosis
1. Anamnesa
a. Keluhan Utama
b. Riwayat penyakit sekarang :Lokasi, onset dan durasi, kualitas, kuantitas,
faktor mempeberat, faktor memperingan, keluhan lain
c. Riwayat penyakit sebelumnya
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Riwayat sosial ekonomi
f. Kebiasaan pribadi10
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang
meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan
neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks
a. Motorik.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
1) Berjalan dengan menggunakan tumit.
23
Pada
tes
ini,
ke
arah
muka
kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40 dan sejauh
90.
d) Tes Patrick
25
gerakan
gabungan
dinamakan
fleksi,
abduksi,
b)
Myelografi
Myelografi
adalah
cord
dan
spinaluntuk
diagnosa
penyakit
yang
berhubungan
diskus
canalis
dengan
intervertebralis,
27
c)
Computed
I. Tatalaksana
1. Medikamentosa
Obat-obat analgesik
Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan besar :
a. Analgetik narkotik
Obat-obat golongan ini terutama bekerja pada susunan saraf digunakan
untuk menghilangkan rasa sakit yang berasal dari organ viseral. Obat
golongan ini hampir tidak digunakan untuk pengobatan LBP karena
bahaya terjadinya adiksi pada penggunaan jangka panjang. Contohnya :
Morfin, heroin, dll.
b. Analgetik antipiretik
Sangat bermanfat untuk menghilangkan rasa nyeri mempunyai khasiat anti
piretik, dan beberapa diantaranya juga berkhasiat antiinflamasi. Kelompok
obat-obat ini dibagi menjadi 4 golongan :
1) Golongan salisilat
Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat analgesik juga
mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik.
Contohnya
: Aspirin
Dosis Aspirin
:Penderita
tukak
lambung,
resiko
terjadinya
2) Golongan Paraaminofenol
Paracetamol dianggap sebagai analgesik-antipiretik yang paling aman
untuk
Dosis terapi
3) Golongan pirazolon
Dipiron mempunyai aceptabilitas yang sangat baik oleh penderita, lebih
kuat dari pada paracetamol, dan efek sampingnya sangat jarang
Dosis terapi :
30
5) Radiofrequency Lesioning18
6) Spinal Endoscopy19
7) Elektrothermal Disc Decompression20
d. Traction
Helaan atau tarikan pada badan ( punggung ) untuk kontraksi otot. Sangat
efektif pada Hernia Nukleus Pulposus7.
e. Latihan pada Low Back Pain
Lumbar stabilization exercises atau William Flexion Exercise merupakan
latihan yang dirancang untuk mengurangi nyeri pinggang dengan
memperkuat otot-otot yang memfleksikan lumbo sacral spine, terutama
otot abdominal dan otot gluteus maksimus dan meregangkan kelompok
ekstensor punggung bawah21
32
33
McKenzie Exercise
(Sumber : Jurnal of the Korea Medical Association, 2007)
f. Alat Bantu
1) Back corsets.
Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk
mengatasi Low Back Pain yang dapat membungkus punggung dan
perut.
34
3. Operasi
LBP yang mengindikasikan untuk tindak pembedahan antara lain paralisis
saraf sciatic menuju ekstremitas bawah, perkembangan kompresi nerve rot,
dan infeksi oleh M.tuberculosis atau bakteri lainnya. Sedangkan kriteria untuk
indikasi bedah adalah gangguan yang terjadi mengurangi mobilitas dalam
kehidupan sehari-hari dan perkembangan dari stenosis lumbal serta paralisis
akibat Human Nucleus Pulposus serta tumor korda spinalis7.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy Family Physician (AAFP). Low Back Pain. Portland :
BMJ Publishing Group; 2011
2. Fauzia A. Risk factors of low back pain in workers 2015:4(1):12-9
3. Gerard JT and Bryan D. Principles of Anatomy and Physicology. 12 Edition.
USA . John Wiley & Sons, Inc.; 2009 : 235-58
35
4. Purnamasari. Overweight sebagai faktor risiko low back pain pada pasien poli
saraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health
2010;4
5. Hilmawan F, Handoyo, Keksi. Hubungan sikap dan posisi kerja dengan low
back pain pada perawat di rsud purbalingga. Jurnal Keperawatan Soedirman;
2009:4(3):131-9
6. Anthony DW, Bruce. Burden of major musculoskeletal conditions. Bulettin of
the World Organization; 2003:81(9):646-56
7. Yusufumi. Classification, diagnosis, and treatment of low back pain. JAMJ;
2004:47(5):227-33
8. Jayson Malcolm I.V., Allan St J Dixon. The lumbar spine and back pain.
Second eddition, Pitman Medical 1980, Chap.5, 11, page: 295,150.
9. Thamir and Mubdir. Non-sponylogencic low back pain. Bas J Surg; 2002.
10. Mark . Buku ajar diagnosis fisik. EGC:1995:345-98
11. Pedoman Ketrampilan Klinis. Fakultas Kedokteran UNS. Surakarta : Fakultas
Kedokteran UNS: 2013
12. Moehadsjah OK, et all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 3.
13. Nafrialdi, Setawati, A.,. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta : 2007
14. Rosita, Tri. Kompres hangat atasi nyeri pada petani penderita nyeri punggung
bawah di kelurahan candi kecamatan ampel kabupaten boyolali. Gaster;
2016:XIV(1):30-9
15. Eva, Bayhakki, Erika. Pengaruh terapi dingin ice massage terhadap perubahan
intensitas nyeri pada penderita low back pain. Jurnal Ners Indonesi;
2012:2(2):185-91
16. Masataka, et al. Comparison of percutaneous electrical nerve stimulatiion with
transcutaneous electrical nerve stimulation for long term pain relief in patients
with chronic low back pain. International Anesthesia Research Society;
2004:98:1552-6
17. Ebadi, Ansari. Therapeutic ultrasound for chronic low back pain (online)
diakses (26 Juli 2016)
http://www.cochrane.org/CD009169/BACK_therapeutic-ultrasound-forchronic-low-back-pain
18. Laura, et al. Radiofrequency ablation for chronic low back pain : A system
rwview of randomized controlled trial. Pain Res Manag; 2014:19(5):146-53
36
19. Laxmaiah, Bhupinder, Vijay. Spinal endoscopy and lysis of epidural adhesions
in the management of chronic low back pain. Pain Physician; 2011:4(3);240-65
20. David, Douglas, Gunnar, Jon. Intradicscal electrothermal therapy (IDET) for
the treatment of discogenic low back pain : Patient selection and indications for
use. Pain Physician; 2008:11:659-68
21. Hannga, Anies. Pengaruh William flexion exercise terhadap peningkatan
lingkup gerak sendir penderita low back pain. Journal of Sport Science and
Fitness; 2015:4(3):16-21
22. Brotzman, S. Brent dan Wilk, Kevin E., Clinical Orthopaedic Rehabilitation
Second Edition. Philadelphia: Mosby; 2003
37