Professional Documents
Culture Documents
Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura
Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari
selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
b.
Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni,
misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
c.
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa
bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga ( Dep.Kes RI,1989).
Cara Pembuatan Simplisia
a.
Pemanenan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas
dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat yang diguna-kan dipilih dengan tepat
untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan. Seperti
rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan garpu atau cangkul. Bahan yang
rusak atau busuk harus segera dibuang atau dipisahkan. Penempatan dalam wadah
(keran-jang, kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga
bahan tidak menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan
diusahakan supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat
menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/ busuk. Bahan juga harus dijaga dari
gang-guan hama (hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).
b.
Penyortiran (segar)
Pencucian
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi mikrobamikroba yang melekat pada bahan.Pencucian harus segera di-lakukan setelah
panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian menggunakan air
bersih seperti air dari mata air, sumur atau PAM. Penggunaan air kotor menyebabkan jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.
Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika masih terlihat
kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi.Perlu diperhatikan
bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mung-kin untuk
menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan. Pencucian
bahan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain.
Perendaman bertingkat
Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung
kotoran seperti daun, bunga, buah dll. Proses perendaman dilakukan beberapa kali
pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman pertama air cuciannya
mengandung kotoran paling banyak. Saat perendaman kotoran-kotoran yang
melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Metoda ini
akan menghemat peng-gunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang
terkandung dalam bahan.
Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak melekat
pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain. Proses penyemprotan
dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-tekanan tinggi. Untuk lebih menyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang melekat kuat pada bahan dapat
dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini biasanya meng-gunakan air yang
cukup banyak, namun dapat mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam
bahan.
Penyikatan (manual maupun oto-matis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang keras/tidak
lunak dan kotoran-nya melekat sangat kuat. Pencucian ini memakai alat bantu sikat
yang di- gunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini perlu diperhatikan kebersihan dari sikat yang digunakan. Penyikatan dilakukan terhadap bahan
secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahannya. Pem-bilasan dilakukan
pada bahan yang sudah disikat.Metode pencuci-an ini dapat menghasilkan bahan
yang lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian lainnya, namun
meningkatkan resiko kerusa-kan bahan, sehingga merangsang tumbuhnya bakteri
atau mikro-organisme.
Perajangan
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti
pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan penyimpanan.
Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan
tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain. Ukuran perajangan
tergantung dari bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas
simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yang
terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar
air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran
dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.Ketebalan perajangan
untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 5
mm. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam
dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang. Bentuk
irisan split atau slice tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan
minyak atsiri yang tinggi bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika
ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice).
e.
Pengeringan
apabila daun atau-pun temu-temuan sudah dapat di-patahkan dengan mudah. Pada
umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki kadar air 8 10%.
Dengan jumlah kadar air tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam
pengolahan mau-pun waktu penyimpanan.
f.
Penyortiran (kering).
Pengemasan
Penyimpanan
f.
Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering me-makan simplisia
yang disimpan harus dicegah.(Anonim : 2009)
Regnum
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Asterales
Family
: Piperaceae
Genus
: Plucea
Species
Regnum
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Rosales
Family
: Crassulaceae
Genus
: Kalanchoe
Species
Regnum
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Asterales
Family
: Asteraceae
Genus
: Gynura
Species
Regnum
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Mirtales
Family
: Mirtaceae
Genus
: Psidium
Species
Regnum
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Euphorbiales
Family
: Euphorbiaceae
Genus
: Sauropus
Species
Regnum
: Plantae
Division
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledonae
Ordo
: Mirtales
Family
: Mirtaceae
Genus
: Melaleuca
Species
7.
Regnum
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Family
: Myrtaceae
Genus
: Syzygium
Species
8.
Regnum
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Apiales
Family
: Apiaceae
Genus
: Apium
Species
9.
Regnum
: Plantae
Division
: Spermatophyta
Class
: Monocotyledonae
Ordo
Family
: Poales
: Poaceae
Genus
: Cymbopogon
Species
Regnum
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Lamiales
Family
: Verbenaceae
Genus
: Stachytarpheta
Species
II.3 Morfologi
1.
Daunnya bila diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai elips, atau bulat
telur sungsang, pangkal lancip sedangkan ujung lancip sampai tumpul, panjang 515 cm, lebar 35-36 mm, terdapat 6-10 urat daun lateral, pangkal daun 5-12 mm.
2.
Tanaman katuk memiliki karakteristik antara lain : bentuk tanaman seperti semak
kecil dan bisa mencapai tinggi 3 m, batang muda berwarna hijau dan yang tua
berwarna coklat, daun tersusun selang-seling pada satu tangkai, seolah-olah terdiri
dari daun majemuk. Bentuk helaian daun lonjong sampai bundar, kadang-kadang
permukaan atasnya berwarna hijau gelap. Bunganya tunggal atau terdapat diantara
satu daun dengan daun lainnya.
3.
Daun tunggal, lengkap, pelepah daun silindris, gundul, seringkali bagian permukaan
dalam berwarna merah, ujung berlidah (ligula).
4.
5.
6.
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau
tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentukbentuk daun.
Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan
memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.
7.
8.
Bagian ini adalah suatu bagian yang penting yaitu berfungsi sebagai alat
pengambilan zat-zat makanan, respirasi dan asimilasi transparansi. Daun jambu biji
tergolongkan tidak lengkap, karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja
disebut daun tangkai.
9.