Professional Documents
Culture Documents
FONDASI II
Civil
BAB II
PONDASI DALAM (TIANG)
REKAYASA
FONDASI II
Civil
REKAYASA
FONDASI II
Civil
Gambar 1. Jika tanah lapisan keras juga tidak dapat dicapai oleh tiang,
pondasi digunakan untuk menyalurkan beban secara bertahap.
3. Ketika menerima gaya horizontal, pondasi tiang pancang melakukan
perlawanan dengan melentur sementara, tetap mendukung beban vertikal
yang disalurkan oleh superstruktur. Tipe seperti ini diatasi dengan desain
dan konstruksi dari struktur penahan tanah dan pondasi untuk gedung
bertingkat banyak yang dikhususkan untuk menerima beban angin yang
besar dan tekanan (gaya) gempa.
Gambar 3. Jika ada gaya horizontal, digunakan untuk menahan gaya momen.
4. Dalam banyak kasus, tanah yang ekspansif dan kolapsibel dapat ditemukan
pada lokasi dimana struktur akan dibangun. Tanah seperti ini dapat meluas
pada kedalaman yang besar di bawah permukaan tanah. Tanah yang ekspansif
mengembang dan menyusut seturut dengan meningkatnya dan menurunnya
kadar air. Jika pondasi dangkal digunakan pada situasi seperti ini, maka
NASYRAH PURNAMA SARI
F 111 11 015
REKAYASA
FONDASI II
Civil
struktur akan menderita kerusakan yang tidak bias diabaikan. Tanah seperti
loess secara alami kolapsibel ketika kadar air dari tanah seperti ini
meningkatstrukturnya rusak (breakdown), sehingga mengakibatkan settlement
yang besar.
REKAYASA
FONDASI II
Civil
Gambar 6. Untuk pier abutments, karena akan ada erosi dari sungai.
C. Tipe-Tipe Tiang Pancang dan Karakteristik Strukturalnya
1. Tiang pancang baja.
Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari
baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti
halnya pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini
akan sangat bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yang
panjang dengan tahanan ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap
tekstur tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan
kelembapan tanah.
a. Pada tanah yang memiliki tekstur tanah yang kasar/kesap, maka karat
yang terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir
mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka.
b. Pada tanah liat ( clay ) yang mana kurang mengandung oksigen maka
akan menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang
terjadi karena terendam air.
c. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan
tanah yang padat akan sedikit sekali mengandung oksigen maka
lapisan pasir tersebut juga akan akan menghasilkan karat yang kecil
sekali pada tiang pancang baja.
REKAYASA
FONDASI II
Civil
Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat
dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena Aerated-Condition
( keadaan udara pada pori-pori tanah ) pada lapisan tanah tersebut dan
adanya bahan-bahan organis dari air tanah. Hal ini dapat ditanggulangi
dengan memoles tiang baja tersebut dengan ter ( coaltar ) atau dengan
sarung beton sekurang-kurangnya 20 ( 60 cm ) dari muka air tanah
terendah. Karat/korosi yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion)
pada bagian tiang yang terletak di atas tanah dapat dicegah dengan
pengecatan seperti pada konstruksi baja biasa.
REKAYASA
FONDASI II
Civil
REKAYASA
FONDASI II
Civil
c. Cast in Place
diisi dengan beton dan ditumbuk sambil pipa baja tersebut ditarik
keatas.
b. Dengan pipa baja yang dipancang ke dalam tanah, kemudian diisi
REKAYASA
FONDASI II
Civil
kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah-daerah dimana sangat
banyak terdapat hutan kayu seperti daerah Kalimantan, sehingga mudah
memperoleh balok/tiang kayu yang panjang dan lurus dengan diameter yang
cukup besar untuk di gunakan sebagai tiang pancang.
REKAYASA
FONDASI II
Civil
Dimana :
= Luasan tiang
qp
N c* , N q*
q'
= Tekanan vertikal
efektif
= Faktor daya dukung
1) Metode Meyerhof
Pada tanah pasir, c = 0
QP =A P q p= A P . q' x N q ; Q p A p . ql
QP =N C C u A P =9 Cu A P
559)
Dimana :
Cu
= Kohesi tak terairi
AP
= Luasan tiang
REKAYASA
FONDASI II
Civil
N q = Faktor daya dukung (Lihat tabel 11.15 Braja M.Das, hal 558)
'
q = Tegangan vertikal efektif pada ujung tiang = . L
q1
2) Metode Vesic
Pada tanah pasir, c = 0
'
QP =A P q p= A P 0 N
Dimana :
'0 = Tegangan efektif normal rata-rata pada ujung tiang
( 1+23 K ) q '
'0 =
Ko
Dimana :
Cu
AP
= Luasan tiang
Irr +1
ln + +1
2
4
N c=
3
3) Metode Janbu
Qp = Ap (C . N*c + N*q . q)
Untuk tanah berpasir :
NASYRAH PURNAMA SARI
F 111 11 015
REKAYASA
FONDASI II
Civil
Qp = Ap . qp.
Dimana :
1 tan 2
Nq*
= (tan
Nc*
Dimana :
K = Koefisien tekanan tanah
REKAYASA
FONDASI II
Civil
Dimana:
'o = Nilai tengah tegangan vertikal efektif untuk seluruh panjang tiang
Cu
Dimana :
= faktor adhesion empiris (Lihat tabel 11.10, Braja M.Das Hal 577)
3) Metode
Jika tiang disorongkan ke dalam lempung jenuh, tekanan air pori di sekitar
tiang akan meningkat. Kelebihan tekanan air pori ini pada lempung
terkonsolidasi normal bisa jadi sebesar 4-6 kali cu. Namun, di dalam satu
bulanan, tekanan ini perlahan-lahan berkurang. Maka tahanan gesek satuan
untuk tiang dapat ditentukan dengan mengacu pada parameter tegangan
efektif lempung dalam keadaan remolded (yaitu c = 0). Maka pada suatu
kedalaman tertentu,
REKAYASA
FONDASI II
Civil
'
f = v
578)
Dimana :
'v = Tegangan vertikal efektif untuk kedalaman tertentu
K tan R
K=1sin R OCR
Qu
619)
Dimana:
NASYRAH PURNAMA SARI
F 111 11 015
REKAYASA
FONDASI II
Civil
n1
n1
Dimana :
Se
S e(1)
S e(2)
S e(3)
589)
Dimana :
Q
Qws
REKAYASA
FONDASI II
AP
Civil
= Luas penampang tiang
L = Panjang tiang
EP
Q C P
D qP
Hal. 589)
Dimana:
D
= Diameter tiang
qP
CP
Cs
= Koefisien empiris
REKAYASA
FONDASI II
C s=(0.93+0.16
Civil
L
)C
D p
590)
2) Penurunan tiang kelompok
B
S g (e)= q S e
D
624)
Dimana:
Bq
Se