You are on page 1of 3

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan

Penyakit Arteri Perifer Oklusif (PAPO)


21.06

Penyakit Arteri Perifer Oklusif


A. Pendahuluan
Apabila pembuluh nadi tersumbat, gangguan akan terjadi di sekitar tubuh yang
divaskularisasinya. Sumbatan bisa disebabkan oleh itis (keradangan dan obliterasi, distrofi,
angiolopati dan angioneuropati). Biasanya arteriosklerosis terjadi seiring dengan proses penuaan.
Arteriosklerosis ini menyerang sistem arteria (pembuluh nadi) pada usia lanjut. Dimana tempat
terjadinya penumpukan plak (atheroma), dalam proses arteriosklerosis tidak selalu sama, namun
menuruti suatu pola tertentu. Jika menyerang arteri di daerah perifer, ekstremitas, biasanya
dikenal dengan penyakit arteri perifer oklusif (PAPO). Gangguan ini disebabkan karena proses
degeneratif dan menimbukan keadaan hipovaskularisasi di ekstremitas.
Insufesiensi arteri pada ekstremitas biasanya dijumpai pada orang yang berusia diatas 50
tahun. Biasanya yang terkena adalah tungkai.Usia pertama kali terkena dan beratnya penyakit
dipenagruhi jenis dan jumlah factor risiko aterosklerosis. Pada penyakit pemebuluh darah perifer,
lesi obstruktif terutama terbatas pada segmen system arteri mulai dari aorta, di bawah arteri
renalis, ke arteri popliteal.
B. Manifestasi klinis
Tanda khas insufisiensi arteri perifer adalah klaudikasi intermiten. Nyeri ini dating mendadak
dan daoat dirasakan sebagai ngilu, kram, kelelahan atau kelemahan. Nyeri istirahat bersifat
menetap, ngilu dan tidak nyaman dan biasanya terjadi dibagian distal ektremitas. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan rabaan pulsasi agak berkurang, akral teraba dingin. Pulsasi arteri di
proksimal harus teraba untuk mengkonfirmasi apakah aliran darah di proksimal baik. Palpasi
harus dilakukan pada semua arteri yang terletak di superficial dari ekstremitas. Yaitu arteri
femoralis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior di tungkai bawah. Sedangkan di tungkai

atas adalah arteri axillaris, cubiti, radialis dan ulnaris. Perasaan dingin atau baal disebabkan oleh
penurunan aliran arteri.
C. Pengkajian
Adanya penyakit arteri oklusif, lokasi dan beratnya ditegakkan dengan riwayat gejala pada
pasien dan dengan pemeriksaan fisik. Warna dan suhu ekstrimitas dicatat denyut nadi dipalpasi.
Kuku mungkin menebal dan keruh, kulit mengkilap, atropi dan kering dengan pertumbuhan
rambut yang jarang. Diagnosa dibandingkan ektremitas sebelahnya.
D. Evaluasi diagnostic dan Penatalaksanaan
1.

Pemeriksaan aliran utrasonik doper, membantu menegakan aspek kualitatif dan kuantitatif

masalah
2. Oskilometri, mengukur variai volume nadi pada berbagai ekstremitas
3.

Angiografi, untuk menegakan diagnosa penyakit arteri oklusif bila akan dilakukan

pembedahan.
Penatalaksanaan keperawatan pasca operatif, tujuan utama nya adalah menjaga sirkulasi yang
adekuat melalui perbaikan arteri. Denyut nadi ekstremitas yang bersangkutan diperiksa dan
dicatat sesering mungkin dan dibandingkan dengan ekstremitas lainnya. Hilangnya denyut nadi
menunjukan oklusi trombotik pada tandur. Warna san suhu ekstremitas harus dipantau dan setiap
adanya perubahan harus dilaporkan.
Perjalanan penyakit akan menentukan diagnosis apakah penyakit tersebut disebabkan proses
degeneratif, obliteratif, akut atau semi akut. Pada proses degeneratif obliteratif, perjalanan
penyakit dapat diketahui menurut stadium Fontaine. Stadium I menunjukkan keluhan yang tidak
spesifik, seperti kesemutan dan nyeri ringan. Stadium II akan terasa nyeri waktu berjalan dan
hilang bila berhenti. Stadium III pasien akan merasakan nyeri bila diam (rest pain) yang
menunjukkan mulainya proses irreversibel. Pada stadium IV, kerusakan jaringan dapat diamati
dari timbulnya nekrosis dan gangrene.
Penatalaksanaan PAPO berdasar pada prinsip rheologi darah. Salah satunya adalah
menaikkan fleksibitas eritrosit. Eritrosit akan mengalami deformabilitas, yaitu kemampuan
eritrosit untuk menjadi lebih lentur hingga mudah mengalir dalam pembuluh darah yang
diameternya kecil. Terapi PAPO juga mengandung prinsip menurunkan viskositas plasma dan

viskositas umum dari darah. Karena sifat adhesi trombosit cenderung menyebabkan agregasi
trombosit maka terapi juga dengan menurunkan agregasi trombosit tersebut.

PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
-

Pengkajian nyeri: lokasi, durasi

Tanda infeksi (UTI): menggigil, demam,

Riwayat: adanya penyakit DM

Pengetahuan tentang penyumbatan aliran darah

Respon emosi: cemas

B. Diagnosa yang mungkin muncul


1. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke
jaringan.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan sirkulasi
4. Risiko ganguan integritas kulit berhubugan dengan gangguan sirkulasi
5. Kurang pengetahuan mengenai aktivitas perawatan diri.

You might also like