You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGENASI PADA PASIEN DENGAN COPD DI RUANG DAHLIA
RS PARU JEMBER

Oleh:
Sofiatul Ma`fuah., S.Kep.
122311101042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus berikut dibuat oleh:
Nama : Sofiatul Ma`fuah., S.Kep.
NIM

: 122311101042

Judul :ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN


OKSIGENASI PADA PASIEN DENGAN COPD DI RUANG DAHLIA
RUMAH SAKIT PARU JEMBER
Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:
Hari

Tanggal:

Jember, ... 2016


Pembimbing Akademik,

TIM PEMBIMBING
Pembimbing Klinik,

NIP

NIP

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN......................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................ iii
LAPORAN PENDAHULUAN .................................... 1
A. Definisi Gangguan Kebutuhan Dasar ...................... 1
B. Epidemiologi ........................................................... 2
C. Etiologi .................................................................... 3
D. Tanda dan Gejala .................................................... 4
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway ........................... 5
F. Penatalaksanaan Medis .......................................... 9
G. Penatalaksanaan Keperawatan ............................... 7
a. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
b. Perencanaan/Nursing Care Plan ......................... 8
H. Daftar Pustaka ...................................................... 11

LAPORAN PENDAHULUAN
a. Anatomi dan Fisiologi Pernapasan
Manusia bernapas melalui saluran pernapasan yang meliputi rongga nasal,
faring, laring, trachea, bronkus, bronkiolus dan alveolus (di paru-paru). Paruparu manusia terdiri dari dua buah paru yakni kanan dan kiri. Paru-paru kanan
memiliki 3 lobus sedangkan paru-paru kiri memiliki 4 lobus. Paru-paru kanan
letaknya lebih tinggi daripada paru-paru kiri, hal ini disebabkan adanya organ
hati pada hipkondrium kanan. Paru-paru manusia dilapisi oleh sebuah
pelindung yang disebut pleura. Pleura dibagi menjadi dua macam, yakni
pleura visceral (melapisi paru bagian dalam) dan pleura parietal (melapisi
paru bagian luar atau dekat dengan dinding costa. Pleura berisi kurang lebih
5-15 ml cairan yang berfungsi untuk menahan paru dari goncangan. Pada
kondisi

tertentu

pleura

dapat

berisi

udara,

misalnya

pada

kasus

pneumothoraks (Ethel, 2003).


Pada proses pernapasan, sejumlah udara memiliki volume dan kapasitas
yang

digunakan

untuk

menentukan

kemampuan

paru-paru

dalam

menjalankan proses pernapasan yang antara lain:


1. Udara napas biasa (Udara Tidal/ UP): volume udara yang keluar dan
masuk paru secara normal dan berjumlah sekitar 500 ml
2. Udara Komplementer/ cadangan inspirasi (UK): volume udara yang yang
masuk ke paru-paru dengan inspirasi maksimum berjumlah sekitar 3100
ml pada laki-laki dan 1900 ml pada perempuan
3. Udara suplementer/ cadangan ekspirasi (UC): volume udara yang dapat
kuat dikeluarkan pada akhir ekspirasi biasanya berkisar antara 1200 ml
pada laki-laki dan 800 ml pada perempuan
4. Udara residual (UR): volume udara yang tersisa di paru-paru agar paru
tetap mengembang. Jumlahnya sekitar 1200 ml pada laki-laki dan sekitar
1000 ml pada perempuan

5. Kapasitas Vital (KV): jumlah dari volume tidal, udara komplementer/


cadangan

inspirasi,

dan

udara

suplementer/

cadangan

ekspirasi

(KV=VT+UK+UC)
6. Kapasitas Residual Fungsional (KRF): jumlah volume udara tidal dan
udara suplementer/cadangan ekspirasi (KRF=UP+UK)
7. Kapasitas Inspirasi (KI): jumlah volume udara tidal dan udara udara
komplementer/ cadangan inspirasi (KI=UP+UC)
8. Kapasitas Total Paru (KTP): jumlah kapasitas vital dan volume udara
residual (KTP=KV+UR)
Pernapasan yang normal dapat diidentifikasi dari suara paru yang
terdengar saat diauskultasi pada lapang paru. Adapun macam-macam suara
pernapasan normal adalah sebagai berikut:
1. Tracheal: suara yang dihasilkan saat udara melewati glottis, lokasi diatas
trakea (inspirasi=ekspirasi)
2. Bronkial: udara yang melewati bronkus, lokasi diatas menubrium
(Inspirasi>Ekspirasi)
3. Bronkio-vesikular: suara yang dihasilkan saat udara melewati bronkus
kecil dan bronkeoli. Terdengar jelas pada anterior (percabngan bronkus,
trakes ICS 2) dan posterior (diantara scapula) (Inspirasi=ekspirasi)
4. Vesikuler: udara saat melewati ductus alveolar dan alveoli. Terdengar di
seluruh lapang paru. Suaranya halus dan rendah (Inspirasi>Ekspirasi).
b. Definisi Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi
Gangguan kebutuhan dasar oksigenasi adalah gangguan dalam proses
penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigen (O2)
merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Hasil proses oksigenasi berupa karbon
dioksida, energi, dan air. Penambahan CO2 lebih dari batas normal pada tubuh
akan memberikan dampak cukup bermakna terhadap aktifitas sel (Mubarak,
2007).

Menurut Potter & Perry (2005) proses oksigenasi mencakup tiga hal yang
meliputi:
1. Ventilasi: proses menggerakkan udara ke dalam dan keluar paru-paru.
Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastik dan
persyarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi yang utama adalah
diafragma.
2. Perfusi: proses mengalirkan darah ke dan dari membran kapiler alveoli
sehingga terjadi pertukaran gas.
3. Difusi: proses gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang
lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernapasan
terjadi dalam membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat
dipengaruhi oleh ketebalan membran.
Adapun beberapa gangguan dalam oksigenisasi antara lain:
1. Hiperventilasi
Hiperventilasi merupakan kondisi ventilasi yang berlebih, dimana ventilasi
dibutuhkan untuk mengeliminasi CO2 normal di vena yang diproduksi
melalui metabolisme seluler. Hiperventilasi dapat disebabkan beberapa hal
seperti ansietas, obat-obatan, ketidakseimbangan asam-basa, dan hipoksia
yang berkaitan dengan embolus paru/ syok. Tanda gejala: takikardi, napas
pendek, nyeri dada, pusing, disorientasi, penglihatan kabur.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi karena ventilasi alveolar yang inadekuat untuk
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh dan mengurangi karbon dioksida secara
adekuat.
3. Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi oksigenasi yang tidak adekuat pada tingkat
jaringan. Penyebabnya antara lain: penurunan kadar Hb; penurunan
konsentrasi oksigen yang diinspirasi; ketidakmampuan jaringan dalam
mengambil oksigen darah, misal keracunan sianida; penurunan difusi oksigen
dari alveoli ke darah, misal pneumonia; perfusi darah yang mengandung
oksigen di jaringan buruk, misal syok dan kerusakan ventilasi misal fraktur

costae multiple atau trauma dada. Tanda gejala: pusing, letargi, penurunan
kemampuan mengikuti instruksi, nyeri kepala (daerah oksipital saat terjaga).
Pada beberapa kondisi gangguan oksigenasi diperlukan pemberian oksigen
tambahan dari luar agar jumlah oksigen untuk proses pernapasan menjadi
adekuat. Adapun beberapa terapi oksigen yang dapat diberikan kepda pasien
dengan gangguan oksigenasi antara lain:
1. Nasal Canul: volume udara yang diberikan adalah 4-6 lpm. Membantu
memberikan oksigen dengan fraksi (FiO2) = 24-44%
2. Simple Mask: volume udara yang diberikan adalah 5-8 lpm. Membantu
memberikan oksigen dengan fraksi (FiO2) = 44-60%
3. Non Rebreathing Mask (NRM): volume udara yang diberikan adalah 1012 lpm. Membantu memberikan oksigen dengan fraksi (FiO2) = 60-80%
4. Rebreathing Mask (RM): volume udara yang diberikan adalah 8-10 lpm.
Membantu memberikan oksigen dengan fraksi (FiO2) = 80-100%
Sedangkan cara menghitung kebutuhan oksigen pada pasien dewasa adalah
sebagai berikut, Contoh:

c. Epidemiologi
Gangguan sistem respirasi merupakan gangguan yang
menjadi

masalah

diantaranya

besar

adalah

di

dunia

penyakit

khususnya

pneumonia,

Indonesia
TBC,

dan

asma.Menurut laporan WHO pada tahun 2006, Indonesia


merupakan negara dengan tingkat kejadian pneumonia
tertinggi ke-6 di seluruh dunia.Berdasarkan Survey Kesehatan
Rumah

Tangga

(SKRT)

pada

tahun

2001,

pneumonia

merupakan urutan terbesar penyebab kematian pada balita.


Pneumonia dapat mengenai anak di seluruh dunia, bila
diumpamakan kematian anak-anak di seluruh dunia akibat
pneumonia, maka setiap jam, anak-anak sebanyak 1 pesawat
jet penuh (230 anak) meninggal akibat pneumonia, yang
mencapai hampir 1 dari 5 kematian balita di seluruh dunia.
Insiden pneumonia di negara berkembang adalah 10-20
kasus/100 anak/tahun (10-20%).

WHO mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi


lima dengan jumlah penderitaTBC sebesar 429 ribu orang.
Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada
tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan
Indonesia (WHO Global Tuberculosis Control, 2010). Menurut
WHO, sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah
penyandang Asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak
180.000 orang setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi
asma belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan 2 5
%5 (3-8%2 dan 5-7%7) penduduk Indonesia menderita asma.
d. Etiologi
1. Faktor Fisiologi

a) Menurunnya kemampuan mengikat O2, misal pada anemia


b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi, misal pada obstruksi
saluran pernafasan bagian atas
c) Hipovolemia yang mengakibatkan tekanan darah menurun yang
mengakibatkan terganggunya oksigenasi (O2)
d) Peningkatan metabolisme seperti adanya infeksi, demam, luka, dan
sebagainya
e) Kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang abnormal, penyakit kronis
seperti TBC
2. Faktor Perilaku
a) Nutrisi, misalnya gizi buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang.
b) Latihan, meningkatkan kebutuhan oksigen.
c) Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer
dan koroner
d) Alkohol

dan

obat-obatan

menyebabkan

intake

nutrisi

/Fe

mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi


pusat pernafasan.
e) Kecemasan, menyebabkan metabolisme meningkat sehingga kebutuhan
oksigen meningkat.
e. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala umum pada pasien dengan gangguan
oksigenasi antara lain:
1. Dispneu
Dispneu atau kesulitan bernafas merupakan gejala utama
pada

kelainan pulmonal

dan

jantung. Hal

ini

disebabkan kekakuan paru dan tahanan jalan napas.


2. Batuk

dapat

Batuk diakibatkan oleh iritasi membran mukosa dimana


saja dalam saluran napas. Hal-hal yang menjadi stimulus
batuk antara lain asap, debu udara, kabut, dan gas. Batuk
merupakan proteksi utama pasien terhadap akumulasi
sekresi dalam bronki dan bronkiolus. Karakter batuk dapat
dilihat apakah kering, hacking, brassy, mengi, ringan, atau
berat. Waktu batuk juga dicatat. Batuk pada malam
menunjukkan awitan gagal jantung sebelah kiri atau asma
bronchial.

Batuk

pada

pagi

hari

dengan

sputum

menunjukkan bronchitis. Batuk yang memburuk ketika


pasien

berbaring

sinusitis.Batuk

setelah

dapat
makan

menandakan

adanya

menunjukkan

adanya

aspirasi bahan makanan. Batuk dengan awitan terakhir


biasanya berasal dari dari proses infeksi akut.
3. Pembentukan sputum
Sputum merupakan reaksi paru-paru terhadap setiap iritan
yang yang kambuh secara konstan. Sputum biasanya
terbentuk akibat adanya reakdi inflamasi dalam tubuh.
Misal, saat paru-paru dimasuki oleh pathogen maka
parenkim paru akan mengeluarkan leukosit dan neutrofil
sebagai pertahanannya dengan sputum sebagai hasil
akhirnya.
4. Nyeri dada
Nyeri dada atau rasa tidak nyaman dapat berkaitan dengan
pulmonal dan jantung. Nyeri dada biasanya terjadi akibat
Nyeri dada yang berasal dari pulmonal memiliki karakter
tajam,

menusuk,

persisten
5. Mengi

dan

intermitten/

pekak,

sakit,

dan

Mengi sering terjadi pada kasus penyempitan jalan napas.


Mengi juga merupakan bunyi dengan puncak tinggi dan
berirama yang terutama terdengar setelah ekspirasi.
6. Jari tabuh
Jari tabuh merupakan indikasi dari adanya hipoksia kronis,
infeksi paru kronis dan keganasan paru.
7. Hemoptisis
Hemoptisis (batuk darah) merupakan suatu gejala kelainan
jantung atau pulmonal. Hemoptisis terjadi karena pecahnya
pembuluh darah pada saluran pernapasan. Penyebab
paling umum terjadinya hemoptisis antara lain: infeksi
pulmonal, karsinoma paru, abnormalitas pembuluh atau
jantung, abnormalitas arteri dan vena, dan emboli dan
infark pulmonal.
8. Sianosis
Sianosis atau warna kebiruan adalah indikator terjadinya
hipoksia. Sianosis timbul jika kadar hemoglobin tidak
teroksigenasi mencapai 5 g/dl.
Batasan karakteristik yang mungkin berhubungan dengan
gangguan oksigenasi antara lain: Gangguan pertukaran gas
pH darah arteri abnormal, pH arteri abnormal, pernapasan
abnormal

(kecepatan,

irama,

kedalaman),

warna

kulit

abnormal (pucat, kehitaman), konfusi, diaphoresis, dispneu,


sakit kepala saat bangun, gelisah, somnolen, takikardi.
Ketidakefektifan pola napas perubahan kedalaman napas,
bradipneu, dispneu, takipneu, pernapasan cuping hidung,
pernapasan bibir, penggunaan otot aksesorius saat bernapas.
Ketidakefektifan

bersihan

jalan

napas

suara

napas

tambahan, perubahan frekuensi dan irama napas, sianosis,


kesulitan mengeluarkan suara, penurunan bunyi napas,

sputum berlebih, ortopneu, gelisah, mata terbuka lebar


(NANDA, 2012).

f. Patofisiologi dan Clinical Pathway

Gangguan
pertukaran gas

Gangguan
ekspansi paru
Sesak
napas
Pemanjang
an fase
Ketidakefektifa
n Pola napas

Gangguan difusi,
distribusi dan transport o2
Peumpukan udara (air trapping) di
alveoli
Udara inspirasi
terjebak dalam
alveoli
Hipersekresi
mucus pada
Kerusakan
dinding
alveolar
Kerusakan jaringan ikat parenkim
Produksi
protease paru
Pelepasan faktor neutrofil IL-8
dan TNF
Aktivasi makrofag alveolar
Inflamasi bronkus
Penumpukan radikal
bebas pada bronkus
Asap rokok/polusi udara
terhirup

Ketidakefektifa
n bersihan
jalan napas
Adanya suara
napas tambahan
Akumulasi
eksudat di jalan
napas

g. Penatalaksanaan Medis
Prinsip penatalaksanaan medis
edema

bronkus

hipersekresi,

adalah menghilangkan
bronkopasme

dan

ketidakseimbangan perfusi jaringan paru-paru. Penatalaksanaan


medis umum yang digunakan adalah:
1. Pengobatan dengan obat-obatan
2. Tindakan yang spesifik yang dilakukan pada penderita
3. Tindakan yang spesifik yang tergantung bentuk penyakitnya,
dan
4. Pemberian oksigen 2.5-3 liter/menit.
h. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul
a.) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus
berlebihan, eksudat dalam alveoli, sekresi yang tertahan dan infeksi
ditandai dengan suara napas tambahan, perubahan frekuensi
dan irama napas, sianosis, kesulitan mengeluarkan suara,
penurunan bunyi napas, sputum berlebih, ortopneu, dan
gelisah
b.) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan ansietas, hiperventilasi,
posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru, keletihan, dan nyeri ditandai
dengan perubahan kedalaman napas, bradipneu, dispneu,
takipneu, pernapasan cuping hidung, pernapasan bibir, dan
penggunaan otot aksesorius saat bernapas.
c.) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi dan perubahan membrane alveolar-kapiler ditandai
dengan pH darah arteri abnormal, pernapasan abnormal
(kecepatan, irama, kedalaman), warna kulit abnormal
(pucat, kehitaman), konfusi, diaphoresis, dispneu, sakit
kepala saat bangun, gelisah, somnolen, dan takikardi

2. Perencanaan/ Nursing Care Plan

No
1

Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas

Ketidakefektifan
pola napas

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

NOC
Respiratory status:
ventilation
Respiratory status:
Airway patency
Kriteria hasil:
1) Mendemonstrasika
n batuk efektif dan
suara napas bersih,
tidak ada sianosis
dan dispneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernapas dengan
mudah, tidak ada
purse lips)
2) Menunjukkan jalan
napas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
napas abnormal).

NIC
Airway management:
1) Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
2) Auskultasi suara
napas, catat adanya
suara tambahan
3) Lakukan fisoterapi
dada jika perlu
4) Keluarkan secret
dengan melatih batuk
efektif
5) Kolaborasikan untuk
pemberian
bronkodilator

NOC
Respiratory status:
ventilation
Respiratory status:
airway patency
Vital Sign Status
Kriteria hasil:
1) Mendemonstrasika
n batuk efektif dan
suara napas bersih,
tidak ada
2) Menunjukkan jalan
napas paten (klien
tidak merasa
tercekik, irama
napas, frekuensi
napas dalam

NIC
Oxygen Therapy:
1) Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
2) Pertahankan jalan
napas yang paten
3) Pertahankan
posisi pasien
4) Atur peralatan
oksigenasi
5) Monitor aliran
oksigen
6) Observasi tandatanda
hipoventilasi
7) Monitor adanya

rentang normal,
tidak ada suara
napas abnormal
3) Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal (tekanan
darah, nadi,
pernapasan)

Gangguan
pertukaran gas

kecemasan
pasien terhadap
oksigenasi
Vital Sign Monitor:
1) Monitor TD,
suhu, nadi dan
RR
2) Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
3) MonitorTTV
sebelum dan
sesudah
beraktivitas
4) Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
5) Monitor sianosis
perifer
Respiratoty status: NIC
Airway management:
gas exchange
1)
Posisikan pasien
Respiratory status:
untuk
ventilation
memaksimalkan
Vital sign status
ventilasi
Kriteria hasil:
2)
Auskultasi suara
1) Mendemonstrasikan
napas, catat adanya
peningkatan ventilasi
suara tambahan
dan oksigenasi yang
3) Lakukan fisoterapi
adekuat
dada jika perlu
2) Memelihara
4)
Keluarkan secret
kebersihan paru dan
dengan melatih batuk
bebas dari tanda
efektif
distress pernapasan
5) Kolaborasikan untuk
3) Mendemonstrasikan
pemberian
batuk efektif dan suara
bronkodilator
napas bersih, tidak ada
Respiratory
monitoring
sianosis dan dispneu
1) Monitor rata-rata,
4) Tanda-tanda vital
kedalaman, irama dan
dalam rentang normal
usaha retraksi
2) Catat pergerakan
dada, amati
kesimetrisan,
pengggunaan otot
bantu pernapasan
3) Monitor suara napas

seperti dengkur
4) Auskultasi suara
napas, catat area
adanya suara
tambahan

DAFTAR PUSTAKA
Ethel, S. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Mubarak, W.I. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia: Teori & Aplikasi
dalam praktek, Jakarta: EGC.
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC.
Nurarif & Kusuma.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA and NIC-NOC. Jakarta: Mediaction
Publishing.

Smeltzer, Susanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.Alih bahasa olehWaluyo Agung. Jakarta: EGC.

You might also like