Professional Documents
Culture Documents
Pengertian Remaja
Remaja dalam ilmu psikologi diperkenalkan denagn istilah lain, seperti puberteit,
adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa
Latin adolescence yang berarti tumbuh kearah pematangan. Kematangan yang
dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematangan social dan
psikologi.
Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa, di mana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk
fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan
perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial. Pieget (1991) menyatakan
bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi
terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa
bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa
sama atau paling tidak sejajar. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah
masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat (Asmuji,
2014).
Batasan Usia Remaja
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Ditinjau
dari bidang kesehatan WHO, masalah yang dirasakan paling mendesak berkaitan
dengan kesehatan remaja adalah kehamilan dini. Berangkat dari masalah pokok ini,
WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Dengan
demikian dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh
Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum kawin.
Sementara itu, BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi)
batasan usia remaja adalah 10-21 tahun.
Tiga hal yang menjadikan masa remaja penting sekali bagi kesehatan reproduksi
adalah sebagai berikut.
Masa remaja (usia 10-19 tahun) merupakan masa yang khusus dan penting karena
merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut
masa pubertas.
Masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologis) secara cepat yang tidak
seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental-emosional). Perubahan yang cukup
besar ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya, karena itu perlu
pengertian, bimbingan, dan dukungan lingkungan di sekitarnya agar mereka dapat
tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat, baik jasmani,
mental, maupun psikososial.
Dalam lingkungan sosial tertentu, sering terjadi perbedaan perlakuan terhadap
remaja laki-laki dan wanita. Bagi laki-laki, masa remaja merupakan saat
diperolehnya kebebasan, sedangkan untuk remaja wanita merupakan saat
dimulainya segala bentuk pembatasan (pada zaman dulu gadis mulai dipingit ketika
mereka mulai mengalami menstruasi). Walaupun dewasa ini praktik seperti itu telah
jarang dilakukan, namun perbedaan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan wanita
ini dapat menempatkan remaja wanita dalam posisi yang dirugikan. Kesetaraan
perlakuan terhadap remaja laki-laki dan wanita diperlukan dalam mengatasi
proses atau tahap perubahan atau transisi dari masa kanak-kanak menjadi masa
dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan, di antaranya adalah sebagai
berikut.
1.
Perubahan fisik meliputi perubahan yang bersifat badaniah, baik yang bisa
dilihat dari luar maupun yang tidak dilihat.
2.
Perubahan emosional yang tercermin dari sikap dan tingkah laku.
3.
Perkembangan kepribadian dimana masa ini tidak hanya dipengaruhi oleh
orang tua dan lingkungan keluarga tetapi juga lingkungan luar sekolah.
Perubahan Fisik pada Masa Remaja
Masa remaja terjadi ketika seseorang mengalami perubahan struktur tubuh dari
anak-anak menjadi dewasa (pubertas). Pada masa ini terjadi suatu perubahan fisik
yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organorgan reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan yang ditunjukkan
dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi.
Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda
sebagai berikut.
1.
Tanda-tanda seks primer
Tanda-tanda seks primer yang dimaksud adalah yang berhubungan langsung
dengan organ seks. Reproduksi remaja disebutkan bahwa ciri-ciri seks primer pada
remaja adalah sebagai berikut.
a.
Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami
mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia antara 10-15
tahun. Mimpi basah sebetulnya merupakan salah satu cara tubuh laki-laki ejakulasi.
Ejakulasi terjadi karena sperma yang terus menerus diproduksi perlu dikeluarkan. Ini
adalah pengalaman yang normal bagi semua remaja laki-laki.
b.
Remaja wanita
Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi adalah ditandai
dengan datangnya menstruasi (menarche). Menstruasi adalah proses peluruhan
dalam atau endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus
melalui vagina. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause yaitu
ketika seorang berumur sekitar 40-50 tahun.
2.
Tanda-tanda seks sekunder
Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah sebagai berikut.
a.
Remaja laki-laki
Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar.
Bahu melebar, pundak serta dada bertambah besar dan membidang, pinggul
menyempit.
Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, dada, taangan, dan kaki.
Tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak kecil lagi.
Tumbuh jakun, suara menjadi besar.
Penis dan buah zakar membesar.
Kulit menjadi lebih kasar dan tebal dan berminyak
Produksi keringat menjadi lebih banyak.
b.
Remaja wanita
Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar.
Pinggul lebar, bulat dan membesar.
Perkembangan Kecerdasan
1.
Bagi remaja
Remaja laki-laki menjadi tidak perjaka, wanita menjadi tidak perawan
Resiko tertular penyakit menular seksual (PMS) meningkat, seperti gonore, sifilis,
herpes simpleks (genitalis), klamidia, kondiloma akuminata, dan HIV dan AIDS
Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan
yang tidak aman, infeksi organ reproduksi, anemia, kemandulan, dan kematian
karena perdarahan atau keracunan kehamilan.
Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, merasa berdosa, dan hilang harapan masa
depan).
Kemungkinan hilang kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan
bekerja
Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat
2.
Bagi keluarga
Menimbulkan aib keluarga
Menambah beban ekonomi
Memengaruhi kejiwaan bagi anak karena adanya tekanan (ejekan) dari masyarakat.
3.
Bagi masyarakat
Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun
Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi
Meningkatkan beban ekonomi masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat
menurun.
Upaya Penanggulangan Seks Bebas di Kalangan Remaja
Seks bebas yang terjadi di kalangan remaja sudah sangat meresahkan. Perilaku
seks bebas dapat dicegah melalui keluarga. Orang tua lebih memerhatikan anakanaknya, apalagi anak yangg sedang beranjak dewasa. Selain itu, orang tua juga
memberi pengertian tentang seks dan apa akibatnya jika dilakukan kepada anak.
Seks bebas juga dapat dicegah melalui keinginan diri sendiri. Remaja harus lebih
memikirkan akibat sebelum berbuat atau paling tidak remaja lebih meningkatkan
keimanan pada Tuhan. Pihak sekolah juga sangat berperan dalam usaha
penanggulangan seks bebas dikalangan remaja, seperti mengadakan penyuluhan di
sekolah tentang bahaya seks bebas. Para remaja dilarang berdua-duaan disekitar
lingkungan sekolah yang sepi, tidak diperbolehkan melihat video porno, serta
memberikan sanksi bagi anak-anak yang melakukan pelanggaran (Ninik, 2007).
Kesehatan Reprodukasi Remaja
Kesehatan reproduksi remaja menurut Adji (2003) adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Pengertian sehat di sini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari
kecacatan, tetapi juga sehat secara mental serta sosial kultural. Kesehatan
reproduksi remaja sulit dipisahkan dari kesehatan remaja secara keseluruhan,
karena gangguan kesehatan remaja akan menimbulkan gangguan pula pada sistem
reproduksi.
Berikut adalah beberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan
remaja termasuk kesehatan reproduksi remaja.
1.
Masalah gizi buruk
Anemia dan kurang energi kronis (KEK)
Pertumbuhan yang terhambat pada remaja putri, sehingga mengakibatkan panggul
sempit dan beresiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) dikemudian
hari
2.
Masalah pendidikan
Buta huruf yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses informasi yang
dibutuhkannya serta kurang mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk
kesehatan dirinya.
Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu memenuhi
kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga, dan hal ini akan berpengaruh buruk
terhadap derajat kesehatan diri dan keluarganya.
3.
Masalah lingkungan dan pekerjaan
Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan remaja yang
bekerja sehingga akan mengganggu kesehatan remaja.
Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat, bahkan merusak
kesehatan fisik, mental dan emosional remaja.
4.
Masalah seks dan seksualitas
Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas,
misalnya mitos yang tidak benar.
Kurang bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan dengan
seksualitas.
Penyalahgunaan dan ketergantungan napza yang mengarah kepada penularan HIV
dan AIDS melalui jarum suntik dan hubungan seks bebas yang dewasa ini semakin
mengkhawatirkan.
Penyalahgunaan seksual
Kehamilan remaja
Kehamilan pranikah/diluar ikatan pernikahan
5.
Masalah perkawinan dan kehamilan dini
Ketidakmatangan secara fisik dan mental
Resiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar
Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri
Resiko untuk melakukan aborsi yang tidak aman
Alasan Remaja Mengetahui Kesehatan Reproduksi
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Dengan
informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang
bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. Pembinaan kesehatan reproduksi
remaja dilakukan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan
dengan perilaku hidup sehat bagi remaja, disamping juga untuk mengatasi masalah
yang ada. Dengan pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi untuk
menjalani masa remaja secara sehat, para remaja diharapkanmampu memelihara
kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan
sistem reproduksi yang sehat.
Pengetahuan Dasar Remaja Agar Kesehatan Reproduksi Optimal
Pengetahuan dasar remaja agar optimal meurut Adjie(2003) remaja perlu
mengetahui tentang hal-hal berikut.
Pengenalan mengenai sistem, proses, dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh
kembang remaja).
Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merecanakan
kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan pasangannya
Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi
kesehatan reproduksi.
Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi.
(laki laki), sesuai dengan makna kata patriaki. Sistem ini membuat tidak berdaya
tidak memiliki kekuasaan untuk menolak sesuatu yang menjadi keputusan laki
laki . Koentjaraningrat, 1984, memberi contoh sistem sosial patriaki yang kuat di
Indonesia, yakni suku batak toba. Suku ini sangat dikenal dengan sistem patrialineal
(menurut garis ayah) yang terkuat di indonesia.
Sumber:
Indriyani, D, 2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Ar-Ruzz Media : Yogyakarta
Kumalasari, I, 2012, Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan,
Salemba Medika : Jakarta Yustina, I, 2007, Pemahaman Keluarga Tentang Kesehatan
Reproduksi, Pustaka Bangsa Press : Medan