Professional Documents
Culture Documents
JAKARTA, KOMPAS.com
- Wakapolsek Tanjung Priok, Akp Suparji mengatakan pelaku percabulan, Turo alias Bowo (35)
memaksa korban MDl (11) untuk melakukan tindakan bejatnya.
Korban saat ini jelas trauma. Untuk pendampingan korban dilakukan oleh neneknya," ujar
Wakapolsek Tanjung Priok, AKP Suparji di Polsek Tanjung Priok, Minggu (13/6/2016).
MDL yang bersekolah di Tanjung Priok, masih tetap melanjutkan sekolah.
"Ya meskipun begitu, korban juga masih sekolah saat ini," ujar Suparji.
Diketahui, pelaku merupakan paman dari korban yang tinggal serumah di daerah Tanjung Priok,
Jakarta Utara. Suparji mengatakan, tindakan bejat Bowo sudah dia lakukan sebanyak tiga kali.
Bowo melakukan tindakan tersebut pertama kali daerah Cileungsi, Bogor saat korban dan pelaku
berkunjung ke rumah saudara mereka di daerah itu. Selanjutnya Rabu (8/6/2016), Bowo kembali
memanggil korban ke kamarnya saat korban sedang bermain.
Di dalam kamar, korban sempat melawan, namun tersangka langsung membekap mulut korban
agar tidak berteriak. Saat itu korban dua kali mencabuli korban.
"Waktu itu pelaku lagi nonton televisi, lalu korban MDL dipanggil pelaku ke kamarnya. Di situ
tindakan pelaku dilakukan" ujar Supari di Mapolsek Tanjung Priok, Senin (13/6/2016).
Suparji mengatakan, meski tidak ada ancaman dari pelaku, namun korban takut untuk melapor.
Pada perbuatan pelaku yang ketiga kali, korban tak tahan sehingga langsung melaporkan
kejadian itu kepada RT. (Baca: Seorang Tukang Ojek di Tanjung Priok Cabuli Anak di Bawah
Umur)
Pihak RT segera melaporkan kejadian itu ke Polsek Tanjung Priok. Dari hasil visum, Bowo
terbukti melakukan tindakan tersebut.
"Pelaku mengaku dan menyadari tindakannya, dia menyesal," ujar Suparji.
Pelaku dijerat Pasal 81 UU RI Nomor 35 Tahun 2014 jo 82 UU RI Nomor 35 Tahun 2014
tentang tindak pidana persetubuhan anak di bawah umur atau percabulan dengan ancaman
penjara minimal lima tahun dan maksimal 15 tahun.
Analisis keperawatan
Berdasarkan berita yang kami angkat mengenai kekerasan seksual dari kompas pada hari
Senin tanggal 13 Juni 2016 dengan kasus bocah kelas 5 SD yang dicabuli sebanyak 3 kali yang
dilakukan oleh pamannya, di Tanjung Periok mengalami trauma. Kami dapat menarik
kesimpulan, bahwa faktor penyebab dari kasus tersebut adalah:
Korban:
1. Kurangnya pengawasan dari orang tua
2. Kurangnya pendidikan pada anak mengenai bahaya seks
3. Kurangnya komunikasi orang tua pada anak
Pelaku:
1. Kecanduan pornografi
2. Faktor psikologis
3. Dorongan seksual yang tidak tersalurkan dengan wajar
Dampak dari kasus tersebut, dapat mengganggu tumbuh kembang anak seperti fisik,
psikologis, sosial, cidera tubuh pada anak.
1. Dampak Psikologis
Dari hasil studi sebanyak 79% korban kekerasan dan pelecehan seksual akan mengalami
trauma yang mendalam, selain itu stres yang dialami korban dapat menganggu fungsi dan
perkembangan otaknya.
2. Dampak Fisik
Kekerasan dan Pelecehan seksual pada anak merupakan faktor utama penularan Penyakit
Menular Seksual (PMS).
3. Dampak Cidera Tubuh
Kekerasan dan pelecehan seksual pada anak dapat menyebabkan luka internal dan
pendarahan. Pada kasus yang parah, kerusakan organ internal dapat terjadi. Dan dalam
beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. Hal ini dipengaruhi oleh umur korban dan
tingkat kekuatan pelaku saat melakukan kejahatannya.
4. Dampak Sosial
Korban kekerasan dan pelecehan seksual sering dikucilkan dalam kehidupan sosial, hal
yang seharusnya kita hindari karena korban pastinya butuh motivasi dan dukungan moral
untuk bangkit lagi menjalani kehidupannya.
Sehingga anak merasa harga dirinya rendah, malu, merasa dikucilkan, memilih
menyendiri (mengurung diri), takut dan trauma. Sehingga itu memberikan dampak negatif bagi
kelangsungan hidup anak.
Pemecahan masalah
1. Pendidikan seksual
Pendidikan seksual dan pemberian informasi tentang permasalahan kekerasan seksual
tampaknya dapat mencegah perilaku kekerasan seksual.Terdapat beberapa informasi dan
pengetahuan kepada anak yang perlu diberikan kepada anak agar terhindar dari
kekerasan seksual, seperti:
Mengenalkan anggota tubuh yang tidak boleh di sentuh oleh orang lain selain ibu.
Menjelaskan kepada anak, jika ada orang asing yang menyentuh anggota tubuh yang
kelamin atau tubuh mereka dengan cara yang tidak mereka sukai.
Mengajarkan perlawanan pada anak, jika merasa dirinya terancam oleh orang yang
Disusun Oleh:
Kelompok 7
I Dewa Gede PYM
(010114a036)
Ianah
(010114a043)
Nindy Kumalasari
(010114a084)
Sari Rumania
(010114a107)