Professional Documents
Culture Documents
Sensori persepsi
Disusun oleh:
Dewi Erna Wati
010114A023
PSIK-A/ IV
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan jurnal yang membahas tentang Pengaruh serumen obsturan terhadap
gangguan pendengaran. Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Sensori Persepsi.
Tugas ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas ini agar menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bisa berguna untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
Teknologi Kesehatan bagi kita semua.
berintensitas 1 1 0 dB, selama 1 jam perhari dapat merurunkan fungsi pendengaran.5'6 Penelitian
oleh Chung? Menunjukkan peningkatan ambang dengar sementara hingga 10 dB setelah
menggunakan earphone selama 3 jam. Peningkatan ambang dengar kedua telinga biasanya
terjadi pada bunyi dengan frekuensi tinggi yaitu 3 KT{z- 6KIIZ.4 Penurunan fungsi pendengaran
dapat bersifat sementara bila penggunaan earphone dihentikan. Bergland et al,'
Goelzer, Hansen serta Sehrndt2'8 melaporkan peningkatan ambang dengar setelah terpapar oleh
bising kronik akibat penggunaan telepon genggam, mendengarkan musik melalui wallcman,
perangkat audio dalam mobil, maupun musik di diskotek dan klub-klub malam, membaik setelah
paparan dihentikan. Meskipun penelitian tentang pengaruh penggunaan earphone terhadap
penurunan fungsi pendengaran telah beberapakali dilakukan namun penelitian mengenai
pertaikan fungsi pendengaran setelah penggunaan earphone dihentikan masih belum banyakTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gangguan fungsi pendengaran pada kelompok
usia muda akibat penggunaan earphone dan perbaikan fungsi pendengaran setelah dihentikannya
penggnnaan earphone.
Metode
Desain penelitian adalah observasi longitudinal. Selumnya mahasiswa Atma Jaya angkatan tahun
2007 yang berusia I 8-19 tahun diseleksi untuk mengikuti penelitian ini.. Mahasiswa yang
memiliki kelainan liang telinga dan membran timpani, terpapar bising lain, dan gangguan
pendengaran yang telah ada sebelum kebiasaan menggunakan earphone dieksklusi dari penelitian
ini. Dilakukan pengisian kuesioner untuk mengetahui pola kebiasaan pengganaan earphone,
paparan bising lain, dan kemungkinan adanya gangguan pendengaran yang telah ada sebelum
kebiasaan menggunakan earphone. Pemeriksaan fisik telinga dilakukan dengan menggunakan
otoskop untuk mengetahui keadaan liang telinga dan membrane timpani. Besar sampel dihitung
berdasarkan rumus untuk data nominal dan dipilih menggunakan metode acak sederhana.
Diperoleh naracoba sebanyak 40 orang yang memenuhi kriteria"Berdasarkan jawaban pada
kuesioner, naracoba dikelompokan ke datam kelompok kontrol (20 orang) yaitu
mereka yang tidak pernah menggunakan earphone sama sekali dan kelompok paparan(2A orang)
yaitu mereka yang menggunakan earphone dalam telinga (in the ear-earphone) selama 14
jam/hari selama 1 tahun atau lebih. Penggunaan earphone pada kelompok paparan dihentikan
setelah pemeriksaan audiometri awal. Kelompok paparan menjalani pemeriksaan audiometri 3
bulan dan 6 bulan setelah pemeriksaan audiometri awal. Naracoba dikeluarkan dari penelitian
bila menggunakan earphone atau terpapar dengan bising lain setelah pemeriksaan audiometri
awal. Pemeriksaan fungsi pendefigaran dilakukan dengan mengukur ambang dengar melalui
pemeriksaan audiometric menggunakan audiometer merek RIONAA-73A (Jepang) di dalam
ruang khusus yang kedap suara. Fungsi pendengaran diperilsa pada frekuensi 0,5 kHz, I kTIz,
L,5 klll 2kJIz, 3 kJJz, 4kHz,6kJIz, dan 8 kllz melalui hantaran udara maupun dilakukan di
laboratorium Fisiologi FK Atma jaya dan telah mendapat penetujuan dari komisi etik FK Atma
Jaya, Jakarta. hantaran tulang dengan mengambil nilai ambang dengar terendah. Pemeriksaan
audiometri dilalukan sebanyak 3 kali yaitu pada bulan April-Mei 2008, Agustus-September 2008
dan Desember 2008-Januari 2009. Seluruh pemeriksaan Perbedaan ambang dengar kelompok
kontrol dan kelompok paparan dianalisa dengan menggunakan uji statistik tak berpasangan. Uji
Anova-Tukey posthoc digunakan untuk menentukan perbedaan ambang dengar
pada pemeriksaan pertama, kedua, dan ketiga kelompok paparan. Interval kepercayaan yang
dipakai zdalah 95%o dengan p<0,05 dianggap bermakna.
Hasil
Dari hasil kuesioner, ieris earphone yang digunakan oleh mahasiswa adalah earphon e di dalam
telinga. Seluruh responden menyatakan tidak pernah terpapar dengan bising lain dalam waktu
lama. Hasil audiogram hantaran udara maupun tulang telinga kiri dan kanan tidak menunjukkan
perbedaan bermakna dan ditampilkan sebagai satu garis menurut nilai rerata hasil penjumlahan.
Hasil uji tak berpasangan memperlihatkan adanya perbedaan bermakna ambang dengar antara
kelompok pngguna earphone dengan kelompok kontrol baik hantaran udara maupun tulang pada
frekuensi 0,5 kHz 0=0,03 dan (0,027), pada frekuensi 1,5 kllz (p=0,03 5 dan p=0,006), dan pada
frekuensi 2 I*{z (fFO,02 dan 0,00). Hasil uji Anwa-Tukey post hoc memperlihatkan adanya
perbedaan bermakna ambang dengar hantaran udara kelompok papafax antara pemeriksaan l, 2,
darn3 . Terdapat perbedaan bermakna ambang dengar antara pemeriksaan pertama dan kedua
pada frekuensi 0,5 H{z (F0,003), 1,5 kHz (p=0,002), 2kJIz(p=0,00), dan antara pemeriksaan 1
dan 3 pada frekuensi 0,5 kHz (p0,001), 1,5kHz (F0,00rc), dan kHz (0,00). Tidak terdapat
perbedaan bermakna ambang dengar antara pemeriksaan kedua dan ketiga. Uji tak berpasangan
menunjukkan adanya perbedaan ambang dengar hantaran udara kelompok kontrol dan kelompok
paparan pada pemeriksaan kedua pada frekuensi 0,5 kHz-4 kllz (p=0,04). Tidak ada pertedaan
ambang dengar kelompok kontrol dan kelompok paparan pada pemeriksaan ketiga (p{,08).
Dibandingkan dengan pemeriksaan awal, terdapat penurunan ambang dengar hantaran udara
pada pemeriksaan kedua dan ketiga Pada pemeriksaan kedua, persentase penurunan terbesar
ditemukan pada frekuensi 2 kllz yaitu sebesar 35,6oh dan terkecil pada frekuensi 4 kHz yaitu
sebesar 1,4olo. Sementarapada pemeriksaan ketiga, persentase penurunan terbesar ditemukan
pada frekuensi 2 khz yaitu sebesar 47,6yo dan terkecil pada frekuensi 4 kHz yaitu sebesar 8%.
Hasil uji Anova-Tukey post hoc memperlihatkan adanya perbedaan bermakna ambang dengar
hantaran tulang kelompok paparan antara pemeriksaan pertama dan kedua pada frekuensi 0,5
kHz (F0,043), I,5 Wz (pr0,022), dan2kl{z (p=0,00) dan antara pemeriksaan pertama dan ketiga
pada frekuensi 0,5 kHz (F=0,007), 1,5 kllz (F=0,00L),2 kl{z (p=0,00) . Tidak tedapat perbedaan
bermalrrra ambang dengar antara pemeriksaan kedua dan ketiga. Pada pemeriksaan kedua, uji
tak berpasangan menunjukkan adanya perbedaan bermakna ambang dengar kelompok kontrol
dan kelompok paparan di semua frekuensi (p=0,03). Tidak ada perbedaan yang bermakna antara
ambang dengan kelompok kontrol dan kelompok paparan pemeriksaan ketiga C=0j2).
Dibandingkan dengan pemeriksan awal, terdapat penurunan ambang dengar hantaran tulang pada
pemeriksaan 2 dan3. Pada pemeriksaan kedua, persentase pemrrunan terbesar pada frekuensi 1,5
kIIz yaitu sebesar 38,70 dan terkecil pada frekuensi 1 kHz yaitu sebesar 1,60%. Sementara pada
pemeriksaan ketiga,persentase penurunan terbesar pada frekuensi 1,5 khz sebesar 45,8'Yo
danlerkecil pada frekuensi 4 kHz yaitu sebesar 8,87o.
.
DaftarPustaka
1. Niskar AS, Kieszak S1\4, Holmes AE, Esteban E, Rubin C, Brody DJ. Estimated
prevalence of noise-induced hearing threshold shifts among children 6 to 19 years of age.
The Third National Health and Nulrition Examination Survey, 1988-1994, United
States.Pediatrics. 20 0 | ;10 8 :40
2. Nature, Causes, and Epidemiology of Hearing Loss" [Cited 2008 Oct. 1 7]. Av ailable
from: http : //www. dcp2. org /pubs/DCP/5 O/SectionlT 549 .
3. Lees REM, Roberts JH, WaldZ. Noise induced hearing loss and leisure activities ofyoung
people: a pilot study. Can J Public Health. 1985;76:17 I -3.
4. Rabinowitz, Peter M MD;M.P.H. Noise Induced Hearing Loss. American Family
Physician. 2A00;61:27 49-60.
5. Lukes E, Johnson M. Hearing conservation: an industry-school partnership. J Sch Nurs.
1999;15:22-5.
6. Broste SK, Hansen DA, Strand RL, Stueland DT. Hearing loss among high school farm
students" Am J Public Health. 1989:'79:619-22.
7. Chung, Jeannie H, Des Roches, Cathsrine M. Evaluation of noiseinduced hearing loss in
young people using a web-based survey technique. Pediatrics. 20O 5;l 15:86I-7.
8. Meyer-Bisch C. Epidemiological evaluation of hearing damage related to strongly
amplified music. Audiology. 1996;35:L2l-42.
9. Sadhra S, Jackson CA" Ryder T, Brown MJ. Noise exposure and headng loss among
student employees working in university entertainment venues. Ann Occup Hyg.
2002;46:455-63
10. Gallagher G. Hot music, high noise, and hurt ears: are teens and young adults trading
hearing ability for high volume? Hear J- 1989'.42:7 -Il .
11. Dalton DS, Cruickshanks KJ, Wiley TL, Klein BE, Tweed TS. Association of leisuretime noise exposure and hearing loss. Audiology. 2001;40:l-9.
12. Kim MQ Hong SM, Shim HJ, Kim YD, Cha CI, Yeo SG Hearing threshold of Korean
adolescents associated with the use of personal music players. Yonsei Med
J.2009;50(6):77I-6.
13. Vogel I, Verschuure H, Van der Ploeg CPB, Brug J, Raat H. Adolescents and MP3
players: too many risks, too few precautions. P ediatr. 20A9 ;123(6):e953-e958
14. Fligor BJ, Cox LC. Output ambangs of commercially available portable compact disc
players and the potential risk to hearing. Ear Heanng. 2004; 25:513-27.
15. Fligor BJ, Ives TE. Does earphone type affect risk for recreational noise-induced hearing
loss? [cited 2008 Oct 201. Available from: www. hearing conservation.org/docs/virhral
Press Room/FligorIves.pdf.
16. Portnuf CDF, Fligor BJ. Sound output levels of the iPod and other MP3 players: is there
potential risk to hearing? Papet presented at the NIHL in Children Meeting, Cincinnati,
Ohio,October 19, 2006 fcited 2008 Oct 17]. Available
from:www.hearingconservation.org/dosclvirtualPressRoon/port- nuff htm1.
17. Mostafapour SP, Lahargoue I! Gates GA. Noise-inducedheanng loss in young adults: the
role of personal listoning devices and 19. Chiiden H. Is there ooise-induced hearing loss
in the low and other sources of leisure noise. Laryngoscope. 1998;108:1832- middle tone
frequencies? Laryngol Rhinol Otol. 1983;62(10):48l- 39. 4.
18. Lee PC, Senders CW, Gantz BJ. Transient sensorineural hearing
loss after overuse of portable headphone cassette radios.
Otolaryngol Head Neck Surg. 7985;93:622-5.
ANALISIS
Penggunaan earphone dapat menurunkan fungsi pendengaran, dengan ditandai adanya
peningkatan pada ambang dengar pada frekuensi rendah, yang bersifat sementara dan mengalami
perbaikan setelah penggunaan eraphone di kurangi atau dihentikan. Gangguan pendengaran
ditandai dengan adanya peningkatan ambang dengar diatas 20 dB. Penggunaan earphone untuk
mendengarkan music di kalangan remaja dan pengaruhnya terhadap fungsi pendengaran telah
dilakukan oleh beberapa peneliti lain. Di korea, sebanyak 94,3% remaja menggunakan pemutr
music pribadi. Pemutar music yang terbanyak digunakan adalah jenis MP3. Headphone yang
paling sering adalah earphone yang digunakan 1-3 jam/hari selama 1-3 tahun. Ditemukan
peningkatan ambang dengar yang nyata pada sebagian besar pengguna earphone. Sebanyak 48%
mendengarkan music dengan volume keras. Music yang didengar melalui earphone dalam
telinga memiliki intensitas bising lebih besar daripada intensitas bising music yang didengar
tanpa menggunakan earphone dengan volume yang sama karena jarak sumber suara yang lebih
dekat. Selain itu, earphone dalam telinga tidak dapat sepenuhnya mencegah masuknya suara
suara bising dari lingkungan sekitar, sehingga penggunaan mempunyai kecenderungan untuk
mendengarkan music dengan volume yang besar. Hal tersebut dapat menimbulkan efek trauma
lebih besar terhadap telinga. Bising kronik biasanya menyebabkan kerusakan pada telinga dalam
yang menyebabkan gangguan pendengaran untuk frekuensi tinggi. Gangguan pendengaran akibat
bising biasanya dimulai pada frekuensi tinggi tidak mengalami gangguan. Hasil penelitian juga
menunjukan adanya [erbaikan fungsi pendengaran setelah menggunakan earphone dikuragi.
Audiomentri menunjukan perbaikan perbaikan fungsi pendengaran ditandai dengan penurunan
ambang dengar yang bermakna, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan kelompok control.
Setelah 6 bulan terjadi perbaikan fungsi pendengaran yang nyata terlihat dari nilai ambang
dengar yang hamper sma dengan kelompok control. Kesulitan untuk pemantauan penggunaan
earphone setelah pemeriksaan awal. Menghentikan kebiasaan mendengarkan music melalui
earphone bagi remaja tidak akan mudah dilakukan. Penggunaan earphone yang berlangsung terus
menyebabkan ambang dengar tidak mengalami perbaikan seperti yang tampak pada beberapa
naracoba