You are on page 1of 18

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN 2


INFERTILITAS
Dosen Pengampu : Heni Purwaningsih , S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok 2
Defi Puji Lestari

( 010114a019 )

Munifah

(010114a1072 )

Ria Novitasari

( 010114a101 )

Umi Nur Afifah

( 010114a125 )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah yang membahas tentang Infertilitas. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan. Makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bisa berguna untuk pengembangan wawasan dan peningkatan
ilmu.

Ungaran, 10 Agustus 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Banyaknya pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari
banyaknya wanita yang

pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang

masih hidup, maka menurut Sensus Penduduk terdapat 1,2% baik di desa
maupun di kota, atau kira-kira 3 juta pasangan infertil di seluruh Indonesia.
Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 5070 pasangan
infertile memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuhnya lagi
terpaksa menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak (adopsi), poligini,
atau bercerai, Berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan
telah dimungkinkan memperoleh anak dengan jalan inseminasi buatan donor,
"bayi tabung", atau membesarkan janin di rahim wanita lain. Di Indonesia
masih langka sekali dokter yang berminat dalam Iimu Infertilitas. Kalaupun
ada, masih terlampau sering dokter dan perawatnya belum menghayati dukanestapa pasangan yang ingin anak itu. Mereka berobat dari satu dokter ke
dokter lain karena kurang bimbingan dan penyuluhan tentang cara-cara
pengelolaan pasangan infertil.
Infertilitas dapat diartikan sebagai ketidakmampuan pasangan suami
istri untuk menghasilkan konsepsi atau kehamilan cukup umur, setelah satu
tahun atau lebih perkawinannya, dengan hubungan seksual yang teratur
(normal) dengan tidak menggunakan cara-cara keluarga berencana untuk
menunda kehamilannya.
Hubungan normal dapat diartikan tidak ada gangguan pada pasangan
tersebut dalam melakukan hubungan seksual, tidak ada gangguan libido,
ereksi maupun gangguan ejakulasi dan tidak ada kelainan anatomis, fungsi
dan psikis pada wanita (hymen imperforate, vaginismus). Dalam istilah
hubungan normal tidak disebutkan: frekuensi dan timing (saat hubungan)
dilakukan. Untuk terjadinya konsepsi,

hubungan harus dilakukan sekitar

masa ovulasi karena di luar masa ovulasi kemungkinan terjadinya konsepsi


kecil ( hubungan efektif). Berdasarkan masa hidup ovum (12-24 jam) dan
masa hidup spermatozoa di dalam serviks (fungsi reservoir) dan rahim (105
jam), maka frekuensi hubungan yang normal dan efektif 3-4 kali per
minggunya atau selang sehari dalam masa ovulasi sudah mencukupi.

Jadi untuk definisi dari infertilitas ini perlu ditegaskan, disebut infertil
bila hubungan yang normal dan teratur atau hubungan yang efektif telah
dilakukan, tanpa cara-cara penundaan kehamilan, tetapi dalam 1 tahun
perkawinannya belum pernah terjadi konsepsi atau kehamilan cukup umur.
Dalam kehidupan perkawinan di Indonesia, pasangan yang belum
memperoleh keturunan dirasakan sebagai suatu kejanggalan. Bagi suami
dirasakan sebagai jalan untuk meneruskan nama keluarga dan sebagai suatu
kegagalan memberikan sesuatu kepada istri yang dicintainya. Bagi istri, hal
ini pun dianggap sebagai ketidaksempurnaan keibuan atau kewanitaan karena
tidak mampu untuk mengandung dan melahirkan anak dari suami yang
dicitainya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi dari Infertilitas ?
2. Bagaimana etiologi dari Infertilitas ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari Infertilitas ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Infertilitas ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dengan Infertilitas ?
6. Bagaimana pemeriksaan pada Infertilitas ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui definisi dari Infertilitas
2. Mengetahui etiologi dari Infertilitas
3. Mengetahui manifestasi klinis dari Infertilitas
4. Mengetahui patofisiologi dari Infertilitas
5. Mengetahui penatalaksanaan dengan Infertilitas
6. Mengetahui pemeriksaan pada Infertilitas

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung. (Bruner & Suddarth 2002.
Hal 1527)
Jenis infertilitas dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Infertilitas primer

Disebut Infertilitas primer jika seorang wanita yang telah berkeluarga belum pernah
mengalami kehamilan meskipun hubungan seksual dilakukan secara teratur tanpa
perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu paling kurang 12 bulan
2. Infertilitas sekunder
Infertilitas sekunder tidak terdapat kehamilan dalam waktu 1 tahun atau lebih pada
seorang wanita yang telah berkeluarga dengan berusaha berhubungan seksual secara
teratur tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya pernah hamil.
2.2 ETIOLOGI
Lima faktor yang dipertimbangkan sebagai dasar infertilitas. Untuk wanita
ovarium, tuba, servikal, atau kondisi uterus. Untuk pria (kondisi seminal).
Penyebab infertilitas primer :
1. Factor ovarium
Penelitian yang dilakukan untuk menetukan apakah terdapat ovulasi teratur
dan endometrium progrestional adekuat untuk implantasi mencakup bagan suhu
tubuh basal selama setidaknya 4 siklus, biopsy endometrium, dan kadar
progresteron serum. Masalah ovarium yang dapat mempengaruhi infertilitas yaitu
kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistik, endometriosis, atau riwayat
pembedahan yang mengganggu siklus ovarium.

Gangguan Ovulasi yang dibagi ke dalam 4 kelas (WHO) 9:


Kelas 1 :
Kegagalan pada hipotalamus hipopise. Karakteristik dari kelas ini adalah
gonadotropin yang rendah, prolaktin normal, dan rendahnya estradiol. Kelainan
ini terjadi sekitar 10 % dari seluruh kelainan ovulasi.
Kelas 2:
Gangguan fungsi ovarium. Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan pada
gonadotropin namun estradiol normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85 % dari
seluruh kasus kelainan ovulasi.
Kelas 3:
Kegagalan ovarium. Karakteristik kelainan ini adalah kadar gonadotropin yang
tinggi dengan kadar estradiol yang rendah. Terjadi sekitar 4-5 % dari seluruh
gangguan ovulasi.

Kelas 4:
Kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi akibat disfungsi ovarium,
memiliki kadar prolaktin yang tinggi.
2. Factor tuba
Sumbatan di tuba fallopii merupakan salah satu penyebab infertilitas.
Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi
yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi. Peningkatan insiden penyakit
radang panggul (pelvic inflammatory disease PID). PID ini menyebabkan
jaringan parut yang memblok kedua tuba fallopi.
3. Factor servikal
Kelainan Serviks yang dapat menyebabkan infertilitas adalah:
1. Perkembangan serviks yang abnormal sehingga mengakibatkan migrasi
sperma terhambat.
2. Tumor serviks seperti polip atau mioma yang dapat menutupi saluran
sperma atau menimbulkan discharge yang mengganggu spermatozoa.
3. Infeksi serviks yang menghasilkan asam atau sekresi purulen yang bersifat
toksin terhadap spermatozoa.
4. Factor uterus
Fibroid, polip, dan malformasi congenital adalah kemungkinan
masalah dalam kategori ini. Keberadaannya dapat ditentukan dengan
pemeriksaan pelvis, histeroskopi, dan histerosalpingografi.
5. Kondisi seminal
Setelah 2-3 hari tidak melakuka hubungan seksual, specimen yang
diejakulasi dikumpulkan dalam wadah yang bersih, dipertahankan agar
tetap nyaman dan diperiksa dalam waktu 1 jam terhadap jumlah sperma,
presentase bentuk yang bergerak, kualitas gerakan kedepan dan morfologi.
Pria juga dapat terseran oleh varikokel, vena varicose sekitar testis, yang
ditemukan pada 40% pria yang di evaluasi terhadap kemungkinan
infertilitas.
Penyebab Infertilitas sekunder antara lain:
1. Faktor usia
Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita.
Selama wanita tersebut masih dalam masa reproduksi yang berarti
mengalami haid yang teratur, kemungkinan mengalami kehamilan
sangat besar. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya usia maka

kemampuan indung telur untuk menghasilkan sel telur akan mengalami


penurunan. Bertambahnya usia pada pria juga menyebabkanpenurunan
kesuburan. Meskipun pria terus menerus memproduksi sperma
sepanjang hidupnya, akan tetapi morfologi sperma mereka mulai
menurun.
2. Masalah reproduksi
Masalah pada sistem reproduksi menyebabkan masalah yang
mengarah pada infertilitas sekunder, seperti pada perempuan yang
melahirkan dengan operasi caesaryang dapat menyebabkan jaringan
parut yang mengarah pada penyumbatan tuba.
3. Faktor gaya hidup
Wanita dengan berat badan yang berlebihan sering mengalami
gangguan ovulasi, karena kelebihan berat badan dapat mempengaruhi
estrogen dalam tubuh dan mengurangi kemampuan untuk hamil. Pria
yang gemar mengenakan celana ketat juga dapat mengalami ganguan
pada motilitas sperma.
2.3 MANIFESTASI KLINIS
1. Wanita
a. Terjadi kelainan system endokrin
b. Hipomenore dan amenore
c. Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau
aberasi genetik
d. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara
yang tidak berkembang,dan gonatnya abnormal
e. Wanita infertil dapat memiliki uterus
f. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat
infeksi, adhesi, atau tumor
g. Traktus reproduksi internal yang abnormal
2. Pria
a. Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan
reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
c. Hipertiroidisme dan hipotiroid
d. Tumor hipofisis atau prolactinoma
e. Disfungsi ereksi berat

f.
g.
h.
i.
j.

Ejakulasi retrograt
Hypo/epispadia
Mikropenis
Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas

sperma)
k. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
l. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
m. Abnormalitas cairan semen
2.4 PATOFISIOLOGI
1. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya
gangguan

stimulasi

hipofisis

hipotalamus

yang

mengakibatkan

pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam


pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng
mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem
reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba
dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi
fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan
hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi
fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel.
Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain
yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan
kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang
dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi
imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak
bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan
yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung
pada abortus.
2. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi
hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional
testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi
infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif
yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido.

Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan


berkurangnya
mempengaruhi

pancaran sperma.
abnormalitas

Suhu disekitar areal

spermatogenesis.

testis

Terjadinya

juga

ejakulasi

retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma


masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma
terganggu.

2.5 PENATALAKSANAAN
Infertilitas sering sulit untuk diobati karena sering diakibatkan oleh
beragam factor. Statistic menunjukkan bahwa banyak pasangan yang
menjalani evaluasi infertilitas hamil tanpa berhasil menentukan penyebab
infertilitasnya. Demikian juga, meskipun beberapa pasangan menjalani
semua pemeriksaan, penyebab dari masalahnya dapat tetap tidak
ditemukan. Terapi mungkin memerlukan pembedahan untuk memperbaiki
mal fungsi atau anomaly, suplemen hormonal, perhatian terhadap waktu
yang lebih tepat, dan pengenalan serta perbaikan factor-faktor psikologis
atau emosional. Intervensi keperawatan yang harus diingat saat merawat
pasangan selama evaluasi infertilitas sebagai berikut : membantu
mengurangi stress dalam hubungan, mendorong dalam kerja sama,
melindungi privasi, memelihara dalam pengertian, dan merujuk pasangan
kesumber yang sesuai ketika diperlukan. Karena pemeriksaan infertilitas
sangan mahal, mendalam, menimbulkan stress, dan tidak selalu berhasil,
pasangan perlu mendapat dukungan untuk melewati hal yang tidak mudah
ini.
1.

Wanita
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks
puncak dan waktu yang tepat untuk coital
b. Pemberian terapi obat, seperti;
1) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan
oleh supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin,
pemberian tsh .
2) erapi penggantian hormon
3) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal

4) Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan


dan penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
c. GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
d. Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak
secara luas
e. Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
f. Pengangkatan tumor atau fibroid
g. Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau
2.

kemoterapi
Pria
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi
autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi
kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi.
Seperti, perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana
yang panas dan ketat
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang
mengandung spermatisida

2.6 PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik:
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat ( spt distribusi lemak
tubuh dan rambut yang tidak sesuai ).
Pemeriksaan System Reproduksi:
1. Wanita
a. Deteksi Ovulasi
1) Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature )
2) Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan

antara

pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium


untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah serviks
dalam menerima sperma
b. Analisa hormon

Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium hipofisis


hipotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah
pada berbagai waktu selama siklus menstruasi.
c. Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan
epitel vagina
d. Uji pasca senggama
Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks ( 6
jam pasca coital ).
e. Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan
sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
f. Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi
kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga
uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses
radang. Dilakukan secara terjadwal.
g. Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
h. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk
identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta
informasi kehamilan intra uterin.
2. Pria
a. Analisa Semen
b. Pemeriksaan endokrin
c. Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi
hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab
infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk menilai kadar
hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
d. USG
e. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar
prostat, vesikula seminalis, atau seluran ejakulatori.
f. Biopsi testis
g. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan
testis memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya
kelainan patologi.
h. Uji penetrasi sperma
i. Uji hemizona

KASUS
Ibu Lina, 29 tahun, menghadiri pusat kesehatan primer dengan suaminya. Mereka
telah mencoba untuk hamil selama 3 tahun namun gagal. Dia memiliki siklus menstruasi
yang teratur, setiap 28 hari. Tidak ada riwayat perdarahan intermenstrual atau postcoital.
Tidak ada rasa sakit selama menstruasi, tidak ada kontrasepsi yang digunakan, tidak ada
riwayat konsumsi obat (termasuk alkohol dan tembakau). Dia tidak memiliki operasi perut
sebelumnya, tidak ada riwayat alergi, tidak ada infeksi panggul dan tidak ada penyakit kronis.
Suaminya (32 tahun) adalah karyawan bank. Dia tidak memiliki riwayat penyakit gondok dan
obat atau penyakit. Dia tidak merokok dan tidak ada konsumsi alkohol. Dia juga tidak
memiliki alergi. pasangan ini menikmati hubungan seksual biasa.

ANALISIS KASUS
1. Hubungan usia pasutri terhadap infertilitas
Fertilitas berubah seiring waktu, baik pada laki-laki dan perempuan. Secara
umum, semakin tua usianya fertilitas menurun. Secara gradual terjadi penurunan
fertilitas mulai usia 30-an, dengan kemungkinan hamil 20%.Usia 40-an
kemungkinan hamil kurang dari 5%. Usia reproduksi yang paling baik bagi wanita
adalah kisaran usia 20-an (American Society for Reproductive Medicine, 2012).
Pada kasus ini, usia Ny.Lina adalah 29 tahun, hal in menunjukkan faktor usia tidak
berpengaruh terhadap kondisi infertilitas pasangan ini.
2. Pekerjaan terhadap infertilitas
Pekerjaan tertentu dapat mempengaruhi infertilitas. Aktivitas pekerjaan yang
terekpos dengan bahan kimiawi atau toksik tertentu (pekerjaan pabrik dan industri,
laboratorium, ekspos radio aktif, nuklir, dan lainnya) bisa menyebabkan infertilitas.
Karena ekspos terhadap bahan kimia, radio aktif, nuklir, dan toksin lainnya dapat
mengganggu aksis hipotalamus-pituitari-gonad, dan mengganggu jaringan testikular.
Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel germinal testikular dan terjadi

gangguan diferensiasi. Hasilnya bisa terjadi penurunan kualitas semen, hubungan


pekerjaan terhadap infertilitas laki-laki. Pada kasus ini, pekerjaan suami Ny.Lina
adalah pegawai bank, dan tidak termasuk jenis pekerjaan risiko tinggi terhadap
fertilitas. Dari Keterangan yang ada, dapat dipahami bahwa faktor pekerjaan tidak
berpengaruh terhadap kondisi infertilitas pasangan ini.
3. Siklus haid terhadap infertilitas
Pada kondisi gangguan siklus haid, sering berkaitan dengan infertilitas
sekunder. Ada anggapan pada siklus haid yang tidak teratur umumnya didapatkan
penyakit ginekologi, yang paling sering yaitu PCOS (Polycystic Ovary Syndrome),
dan PMS (Penyakit Menular Seksual). Kedua penyakit ini, bisa menyebabkan
terjadinya infertilitas sekunder pada wanita (Mokhtar, 2006). Selain itu wanta dengan
periode menstruasi yang tidak teratur (normalnya 21-35 hari), diprediksi
menghasilkan siklus yang anovulasi, umumna interval siklus lebih dari 35 hari. Pada
kasus ini, siklus haid Ny.Lina teratur dan tergolong normal, 28 hari. Hal ini
menandakan bahwa infertilitas pada pasangan ini bukan disebabkan oleh gangguan
ginekologi (dari sisi keteraturan haid) pada istri.
4. Riwayat perdarahan intermenstrual/post coitus terhadap infertilitas
Perdarahan intermenstrual mengacu pada perdarahan vagina setiap saat siklus
menstruasi selain saat menstruasi normal. Kadang-kadang bisa sulit untuk
membedakan apakah benar perdarahan intermenstrual atau metrorrhagia. Sedangkan
perdarahan pascakoitus adalah perdarahan non menstruasi yang terjadi segera setelah
hubungan seksual. Keduanya merupakan gejala, bukan diagnosis. Gejala-gejala ini
umumnya mengarah pada kecurigaan kanker ginekologi. Karena kanker traktus
reproduksi jarang menyebabkan perdarahan pada wanita muda.
Namun, gejala ini penyebabnya bisa beragam, mulai dari infeksi, polip
endometrium, kanker vagian, kanker serviks, dan trauma. Untuk memastikan
terjadinya perdarahan intermenstrual atau postcoitus, lakukan inspeksi dan pastikan
darah yang keluar bukan dari rectum atau traktus urinarius. Pemeriksaan abdomen
untuk melihat apakah teraba masa, jika curiga keganasan. Dan pemeriksaan dalam
untuk melihat adanya kondisi patologis.

Pada dasarnya perdarahan intermenstrual atau perdarahan postkoitus keduanya


hanyalah gejala dari penyakit tertentu. Kondisi ini menyebabkan penurunan fertilitas
pada wanita yang disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya. Namun, pada kasus
ini, Ny.Lina menyangkal adanya perdarahan intermenstrual/post coitus. Hal ini
menandakan bahwa infertilitas pada pasangan ini bukan disebabkan oleh perdarahan
intermenstrual/post coitus.
5. Penggunaan kontrasepsi terhadap infertilitas
Penggunaan kontrasepsi memang ditujukan untuk menghalangi terjadinya
fertilisasi yang berakibat pasangan yang menggunakan kontrasepsi tersebut tidak
hamil. Apapun jenis kontrasepsi yang digunakan, baik hormonal atau tidak, akan
berdampak pada penurunan fertilisasi. Walaupun dengan angka keberhasilan yang
beragam. Namun, itu bukan berarti pasangan tersebut infertil. Sesuai dengan definisi
infertilitas, bahwa pasangan tersebut sedang tidak menggunakan kontrasepsi apapun.
Pada pasien ini, baik suami atau istri tidak menggunakan kontrasepsi. Maka, pasangan
ini digolongkan infertil, karena telah 3 tahun tidak menghasilkan kehamilan spontan.
6. Riwayat konsumsi obat, alkohol, merokok terhadap infertilitas
Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa merokok memberi dampak
negatif terhadap fertilitas laki-laki dan wanita. Wanita yang merokok butuh waktu
yang lama untuk dapat hamil dibanding yang tidak merokok. Merokok mempengaruhi
daya penerimaan uterus, menurunkan angka kesuksesan penatalaksanaan infertilitas.
Penelitian tahun 1990an menunjukkan penurunan angka implantasi pada perokok
hingga 50%, dan masih banyak lagi efek lain dari merokok yang masih dalam tahap
penelitian.
Pada laki-laki, merokok dapat mempengaruhi fertilitas bahkan dimulai sejak ia
berada dalam kandungan ibunya. Laki-laki yang lahir dari ibu perokok berisiko
memiliki testes yang lebih kecil, konsentrasi sperma yang lebih sedikit, dan jumlah
sperma total yang lebih rendah.
Laki-laki yang merokok jumlah spermanya lebih sedikit daripada yang tidak
merokok, dan proporsi sperma yang malformasi lebih banyak pada semennya. Selain
itu, merokok juga menyebabkan impoten, dan semua efek tersebut meningkat seiring
pertambahan jumlah rokok yang dikonsumsi. Untuk penggunaan obat-obatan, seperti

narkotik, antikanker, phenothiazines, monoamine oxidase inhiitors, metyldopa,


cimetidine, salfasalzine dan toksik lain seperti arsenic bisa mengganggu ovulasi, dan
mengubah kualitas semen dan menurunkan jumlah sperma.
Pada laki-laki, konsumsi alkohol dapat menurunkan kadar testosteron. Sebuah
penelitian menunjukkan laki-laki yang diberi alkohol dan berlanjut hingga empat
minggu. Terjadi penurunan testosterone dan kehilangan libido dan penurunan
kuantitas dan kualitas sperma.
Sedangkan pada perermpuan menyebabkan ketidakseimbangan system hormone
yang mengontrok reproduksi wanita. Bahkan konsusi alkohol dapat mengganggu
siklus menstruasi dan kemampuan wanita untuk hamil. Disinyalir bahwa konsumsi 10
gelas atau lebih alkohol dapat menurunkan kecenderungan kosepsi lebih jauh.
Namun, pada pasien ini baik istri (Ny.Lina) ataupun suaminya tidak menggunakan
obat

tertentu,

mengkonsumsi

alkohol,

ataupun

merokok.

Pernyataan

ini

menyingkirkan predisposisi atau kemungkinan alkohol, rokok dan obat-obatan untuk


mengakibatkan infertilitas pada pasangan ini.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Infertilitas bukan semata-mata disebabkan oleh faktor yang berasal dari wanita,
seperti infeksi vagina, disfungsi seksual, lingkungan vagina yang terlalu asam, kelainan
serviks, sumbatan di tuba falopii dan gangguan ovulasi. Faktor-faktor pada diri pria juga
dapat berperan,seperti faktor koitus, kelainan anatomi,spermatogenesis abnormal,masalah
ejakulasi, faktor pekerjaan,infeksi dan masalah interaktif. Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa pasangan suami istri dianggap infertil apabila memenuhi syarat :
1.
2.
3.
4.

Pasangan suami istri berkeinginan untuk memiliki anak.


Selama 1 tahun atau lebih berhubungan seks, istri belum mendapat kehamilan.
Frekuensi hubungan seks minimal 2-3 kali dalam setiap minggunya.
Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat atau metode kontrasepsi, baik
kondom, obat-obatan, dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.

3.2 SARAN
1. Kepada para pasangan usia subur hendaknya memeriksakan secara rutin alat
reproduksinya agar jika terjadi masalah dapat dideteksi dengan cepat.
2. Kepada tenaga kesehatan hendaknya mampu memberikan konseling tentang
kesehatan reproduksi kepada pasanagan usia subur (PUS).

DAFTAR PUSTAKA
Ramadhani Wiwit Anhar. (2014).Infertilititas.

https://www.scribd.com/document/242358137/INFERTILITAS
Saraswati Andini. (2015). Infertility. 4(5), 5-9.
Suzanne,C. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & suddarth (edisi 8). Jakarta:
EGC, halaman 1527-1530.

You might also like