Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Kelompok 2
Defi Puji Lestari
( 010114a019 )
Munifah
(010114a1072 )
Ria Novitasari
( 010114a101 )
( 010114a125 )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah yang membahas tentang Infertilitas. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan. Makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bisa berguna untuk pengembangan wawasan dan peningkatan
ilmu.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Banyaknya pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari
banyaknya wanita yang
masih hidup, maka menurut Sensus Penduduk terdapat 1,2% baik di desa
maupun di kota, atau kira-kira 3 juta pasangan infertil di seluruh Indonesia.
Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 5070 pasangan
infertile memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuhnya lagi
terpaksa menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak (adopsi), poligini,
atau bercerai, Berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan
telah dimungkinkan memperoleh anak dengan jalan inseminasi buatan donor,
"bayi tabung", atau membesarkan janin di rahim wanita lain. Di Indonesia
masih langka sekali dokter yang berminat dalam Iimu Infertilitas. Kalaupun
ada, masih terlampau sering dokter dan perawatnya belum menghayati dukanestapa pasangan yang ingin anak itu. Mereka berobat dari satu dokter ke
dokter lain karena kurang bimbingan dan penyuluhan tentang cara-cara
pengelolaan pasangan infertil.
Infertilitas dapat diartikan sebagai ketidakmampuan pasangan suami
istri untuk menghasilkan konsepsi atau kehamilan cukup umur, setelah satu
tahun atau lebih perkawinannya, dengan hubungan seksual yang teratur
(normal) dengan tidak menggunakan cara-cara keluarga berencana untuk
menunda kehamilannya.
Hubungan normal dapat diartikan tidak ada gangguan pada pasangan
tersebut dalam melakukan hubungan seksual, tidak ada gangguan libido,
ereksi maupun gangguan ejakulasi dan tidak ada kelainan anatomis, fungsi
dan psikis pada wanita (hymen imperforate, vaginismus). Dalam istilah
hubungan normal tidak disebutkan: frekuensi dan timing (saat hubungan)
dilakukan. Untuk terjadinya konsepsi,
Jadi untuk definisi dari infertilitas ini perlu ditegaskan, disebut infertil
bila hubungan yang normal dan teratur atau hubungan yang efektif telah
dilakukan, tanpa cara-cara penundaan kehamilan, tetapi dalam 1 tahun
perkawinannya belum pernah terjadi konsepsi atau kehamilan cukup umur.
Dalam kehidupan perkawinan di Indonesia, pasangan yang belum
memperoleh keturunan dirasakan sebagai suatu kejanggalan. Bagi suami
dirasakan sebagai jalan untuk meneruskan nama keluarga dan sebagai suatu
kegagalan memberikan sesuatu kepada istri yang dicintainya. Bagi istri, hal
ini pun dianggap sebagai ketidaksempurnaan keibuan atau kewanitaan karena
tidak mampu untuk mengandung dan melahirkan anak dari suami yang
dicitainya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi dari Infertilitas ?
2. Bagaimana etiologi dari Infertilitas ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari Infertilitas ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Infertilitas ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dengan Infertilitas ?
6. Bagaimana pemeriksaan pada Infertilitas ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui definisi dari Infertilitas
2. Mengetahui etiologi dari Infertilitas
3. Mengetahui manifestasi klinis dari Infertilitas
4. Mengetahui patofisiologi dari Infertilitas
5. Mengetahui penatalaksanaan dengan Infertilitas
6. Mengetahui pemeriksaan pada Infertilitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung. (Bruner & Suddarth 2002.
Hal 1527)
Jenis infertilitas dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Infertilitas primer
Disebut Infertilitas primer jika seorang wanita yang telah berkeluarga belum pernah
mengalami kehamilan meskipun hubungan seksual dilakukan secara teratur tanpa
perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu paling kurang 12 bulan
2. Infertilitas sekunder
Infertilitas sekunder tidak terdapat kehamilan dalam waktu 1 tahun atau lebih pada
seorang wanita yang telah berkeluarga dengan berusaha berhubungan seksual secara
teratur tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya pernah hamil.
2.2 ETIOLOGI
Lima faktor yang dipertimbangkan sebagai dasar infertilitas. Untuk wanita
ovarium, tuba, servikal, atau kondisi uterus. Untuk pria (kondisi seminal).
Penyebab infertilitas primer :
1. Factor ovarium
Penelitian yang dilakukan untuk menetukan apakah terdapat ovulasi teratur
dan endometrium progrestional adekuat untuk implantasi mencakup bagan suhu
tubuh basal selama setidaknya 4 siklus, biopsy endometrium, dan kadar
progresteron serum. Masalah ovarium yang dapat mempengaruhi infertilitas yaitu
kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistik, endometriosis, atau riwayat
pembedahan yang mengganggu siklus ovarium.
Kelas 4:
Kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi akibat disfungsi ovarium,
memiliki kadar prolaktin yang tinggi.
2. Factor tuba
Sumbatan di tuba fallopii merupakan salah satu penyebab infertilitas.
Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi
yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi. Peningkatan insiden penyakit
radang panggul (pelvic inflammatory disease PID). PID ini menyebabkan
jaringan parut yang memblok kedua tuba fallopi.
3. Factor servikal
Kelainan Serviks yang dapat menyebabkan infertilitas adalah:
1. Perkembangan serviks yang abnormal sehingga mengakibatkan migrasi
sperma terhambat.
2. Tumor serviks seperti polip atau mioma yang dapat menutupi saluran
sperma atau menimbulkan discharge yang mengganggu spermatozoa.
3. Infeksi serviks yang menghasilkan asam atau sekresi purulen yang bersifat
toksin terhadap spermatozoa.
4. Factor uterus
Fibroid, polip, dan malformasi congenital adalah kemungkinan
masalah dalam kategori ini. Keberadaannya dapat ditentukan dengan
pemeriksaan pelvis, histeroskopi, dan histerosalpingografi.
5. Kondisi seminal
Setelah 2-3 hari tidak melakuka hubungan seksual, specimen yang
diejakulasi dikumpulkan dalam wadah yang bersih, dipertahankan agar
tetap nyaman dan diperiksa dalam waktu 1 jam terhadap jumlah sperma,
presentase bentuk yang bergerak, kualitas gerakan kedepan dan morfologi.
Pria juga dapat terseran oleh varikokel, vena varicose sekitar testis, yang
ditemukan pada 40% pria yang di evaluasi terhadap kemungkinan
infertilitas.
Penyebab Infertilitas sekunder antara lain:
1. Faktor usia
Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita.
Selama wanita tersebut masih dalam masa reproduksi yang berarti
mengalami haid yang teratur, kemungkinan mengalami kehamilan
sangat besar. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya usia maka
f.
g.
h.
i.
j.
Ejakulasi retrograt
Hypo/epispadia
Mikropenis
Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas
sperma)
k. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
l. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
m. Abnormalitas cairan semen
2.4 PATOFISIOLOGI
1. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya
gangguan
stimulasi
hipofisis
hipotalamus
yang
mengakibatkan
pancaran sperma.
abnormalitas
spermatogenesis.
testis
Terjadinya
juga
ejakulasi
2.5 PENATALAKSANAAN
Infertilitas sering sulit untuk diobati karena sering diakibatkan oleh
beragam factor. Statistic menunjukkan bahwa banyak pasangan yang
menjalani evaluasi infertilitas hamil tanpa berhasil menentukan penyebab
infertilitasnya. Demikian juga, meskipun beberapa pasangan menjalani
semua pemeriksaan, penyebab dari masalahnya dapat tetap tidak
ditemukan. Terapi mungkin memerlukan pembedahan untuk memperbaiki
mal fungsi atau anomaly, suplemen hormonal, perhatian terhadap waktu
yang lebih tepat, dan pengenalan serta perbaikan factor-faktor psikologis
atau emosional. Intervensi keperawatan yang harus diingat saat merawat
pasangan selama evaluasi infertilitas sebagai berikut : membantu
mengurangi stress dalam hubungan, mendorong dalam kerja sama,
melindungi privasi, memelihara dalam pengertian, dan merujuk pasangan
kesumber yang sesuai ketika diperlukan. Karena pemeriksaan infertilitas
sangan mahal, mendalam, menimbulkan stress, dan tidak selalu berhasil,
pasangan perlu mendapat dukungan untuk melewati hal yang tidak mudah
ini.
1.
Wanita
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks
puncak dan waktu yang tepat untuk coital
b. Pemberian terapi obat, seperti;
1) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan
oleh supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin,
pemberian tsh .
2) erapi penggantian hormon
3) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
kemoterapi
Pria
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi
autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi
kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi.
Seperti, perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana
yang panas dan ketat
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang
mengandung spermatisida
2.6 PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik:
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat ( spt distribusi lemak
tubuh dan rambut yang tidak sesuai ).
Pemeriksaan System Reproduksi:
1. Wanita
a. Deteksi Ovulasi
1) Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature )
2) Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan
antara
KASUS
Ibu Lina, 29 tahun, menghadiri pusat kesehatan primer dengan suaminya. Mereka
telah mencoba untuk hamil selama 3 tahun namun gagal. Dia memiliki siklus menstruasi
yang teratur, setiap 28 hari. Tidak ada riwayat perdarahan intermenstrual atau postcoital.
Tidak ada rasa sakit selama menstruasi, tidak ada kontrasepsi yang digunakan, tidak ada
riwayat konsumsi obat (termasuk alkohol dan tembakau). Dia tidak memiliki operasi perut
sebelumnya, tidak ada riwayat alergi, tidak ada infeksi panggul dan tidak ada penyakit kronis.
Suaminya (32 tahun) adalah karyawan bank. Dia tidak memiliki riwayat penyakit gondok dan
obat atau penyakit. Dia tidak merokok dan tidak ada konsumsi alkohol. Dia juga tidak
memiliki alergi. pasangan ini menikmati hubungan seksual biasa.
ANALISIS KASUS
1. Hubungan usia pasutri terhadap infertilitas
Fertilitas berubah seiring waktu, baik pada laki-laki dan perempuan. Secara
umum, semakin tua usianya fertilitas menurun. Secara gradual terjadi penurunan
fertilitas mulai usia 30-an, dengan kemungkinan hamil 20%.Usia 40-an
kemungkinan hamil kurang dari 5%. Usia reproduksi yang paling baik bagi wanita
adalah kisaran usia 20-an (American Society for Reproductive Medicine, 2012).
Pada kasus ini, usia Ny.Lina adalah 29 tahun, hal in menunjukkan faktor usia tidak
berpengaruh terhadap kondisi infertilitas pasangan ini.
2. Pekerjaan terhadap infertilitas
Pekerjaan tertentu dapat mempengaruhi infertilitas. Aktivitas pekerjaan yang
terekpos dengan bahan kimiawi atau toksik tertentu (pekerjaan pabrik dan industri,
laboratorium, ekspos radio aktif, nuklir, dan lainnya) bisa menyebabkan infertilitas.
Karena ekspos terhadap bahan kimia, radio aktif, nuklir, dan toksin lainnya dapat
mengganggu aksis hipotalamus-pituitari-gonad, dan mengganggu jaringan testikular.
Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel germinal testikular dan terjadi
tertentu,
mengkonsumsi
alkohol,
ataupun
merokok.
Pernyataan
ini
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Infertilitas bukan semata-mata disebabkan oleh faktor yang berasal dari wanita,
seperti infeksi vagina, disfungsi seksual, lingkungan vagina yang terlalu asam, kelainan
serviks, sumbatan di tuba falopii dan gangguan ovulasi. Faktor-faktor pada diri pria juga
dapat berperan,seperti faktor koitus, kelainan anatomi,spermatogenesis abnormal,masalah
ejakulasi, faktor pekerjaan,infeksi dan masalah interaktif. Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa pasangan suami istri dianggap infertil apabila memenuhi syarat :
1.
2.
3.
4.
3.2 SARAN
1. Kepada para pasangan usia subur hendaknya memeriksakan secara rutin alat
reproduksinya agar jika terjadi masalah dapat dideteksi dengan cepat.
2. Kepada tenaga kesehatan hendaknya mampu memberikan konseling tentang
kesehatan reproduksi kepada pasanagan usia subur (PUS).
DAFTAR PUSTAKA
Ramadhani Wiwit Anhar. (2014).Infertilititas.
https://www.scribd.com/document/242358137/INFERTILITAS
Saraswati Andini. (2015). Infertility. 4(5), 5-9.
Suzanne,C. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & suddarth (edisi 8). Jakarta:
EGC, halaman 1527-1530.