You are on page 1of 3

KEJANG DEMAM

A. Definisi
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak-anak yang terjadi
bersamaan dengan demam. Sebagian besar kejang yang terjadi yaitu jenag
generalistadan berlangsung kurang dari 5 menit (Farewell, dkk 1994 dalam
Wong. 2009). Kekambuhan akan terjadi satu kali pada 30%-40% anak-anak.
B. Prevalensi
Merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada
masa kanak-kanak dan menyerang sekitar 4% anak. Serangan kejang demam
biasanya terjadi pada usia setelah 6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun
dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia kurang
18 bulan. Kejang demam jarang terjadi pada usia anak diatas 5 tahun.
Prevalensi pada anak laki-laki meningkat 2 kali lipat dibandingkan pada anak
perempuan, dan adanya peningkatan resiko pada keluarga yang menunjukkan
adanya predisposisi genetik.
C. Etiologi
Kejang disebakan oleh lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari suatu
populasi neuron yang sangat mudah terpicu sehingga mengganggu fungsi
normal otak dan juga dapat terjadi karena keseimbangan asam basa atau
elektrolit yang terganggu. Kejang demam disebabkan oleh hipertermia yang
muncul secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri.
D. Faktor resiko
Riwayat kejang dalam keluarga
Usia kurang dari 18 bulan
Tingginya suhu tubuh sebelum kejang. Semakin tinggi suhu sebelum
kejang demam semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang
Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak antara mulainya
demam dengan kejang, maka semakin besar resiko kejang berulang.
E. Klasifikasi kejang
Berdasarkan internasional, kejang dibagi menjadi :
1. Kejang parsial (kejang yang dimuali setempat)
Kejang parsial sederhana (gejala-gejala dasar, umumnya tapa
gangguan kesadaran)
Kejang parsial kompleks (dengan gejala kompleks, umumnya dengan
gangguan kesadaran)
Kejang parsial sekunder menyeluruh
2. Kejang umum / generalisata (simetrik bilateral, tanpa awitan lokal)
Kejang tonik-klonik
Absence
Kejang mioklonik (epilepsi bilateral yang luas)
Kejang atonik
Kejang klonik
Kejang tonik
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :
1. Kejang demmam sederhana (simple febrite seizure)
Kejang berlangsung singkat
Umumnya serangan berhenti sendiri dalam < 10 menit
Tidak berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks (complex febrite seizure)
Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit

Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang
parsial
Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
Kejang demam diklasifikasikan berdasarkan proses terjadinya :
1. Intrakranial
Trauma (perdarahan) : perdarahan subarachnoid, subdural atau
ventikuler
Infeksi : bakteri, virus, parasit misalnya mneingitis
Kongenital : disgenesis, kelainan selebri
2. Ekstrakranial
Gangguan metabolik : hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagneisa,
gangguan elektrolit (Na, dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat
diare sebelumnya
Toksik : intoksikasi, anestesi local, sindroma putus obat.
Kongenital : gangguan metabolisme asam basa atau keterantungan
dan kekurangan piridoksin
F. Manifestasi klinis
1. Gejala umum
Kejang biasanya diawali dengan kejang tonik kemudian klonik
berlangsung 10 -15 menit, bisa juga lebih.
Takikardia : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200/ menit.
Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi
sebagian terjadi akibat menurunnya curah jantung
Gejala bendungan sistem vena : hepatomageli dan peningkatan
tekanan vena jugularis
2. Gejala sesuai klasifikasi kejang
Kejang
Parsial

Karakteristik
Kesadaran utuh walaupun mungki berubah :
fokus disatu bagian tetapi dapat menyebar
kebagian lain
1. Parsial
Dapat berisifat motorik (gerakan abnormal
sederha unilateral), sensorik(merasakan, membaui,
na
mendengar sesuatu yang abnormal), automik
(takikardia, bradikardia, takipneu, kemerahan,
rasa tidak enak diepigastrium), psikis (dispagia,
gangguan daya ingat)
Iasanya berlangsung kurang dari 1 menit
2. Parsial
Dimulai sebagai kejang parsial sederhana,
komplek berkembang menjadi perubahan kesadaran yang
s
disertai oleh :
Gejala motorik, gejala sensorik, otomatisme
(mengecap bibir, mengunyah, menarik-narik
baju)
Beberapa kejang parsial kompleks mungkin
berkembang menjadi kejang generalisata
Biasanya berlangsung 1-3 menit
Generalisata
Hilangnya kesadaran, tidak ada awitan fokal;
bilateral dan simetrik, tidak ada aura.
1. TonikSpasme tonik-klonik otot, inkontinesia urin dan
klonik
alvi, menggigit lidah ; fase pascaiktus

2. Absence

3. Miklonik
4. Atonik
5. Klonik

6. Tonik

Sering didiagnosa sebagai melamun :


Menatap kosong, kepala sedikit lunglai,
kelopakmata bergetar, tau berkedip secara
cepat, tonus portural tidak hilang
Berlangsung beberapa detik
Kontraksi mirip syok mendadak yang terbatas di
beberapa otot atau tungkai, cenderung singkat
Hilangnya secaramendadak tonus otot disertai
lenyapnya postur tubuh (drop attacks)
Gerakan menyertak, repetitif, tajam, lambat, dan
tunggal atau miltipel di lengan, tungkai atau
torso
Peningkatan mendadak tonus otot (menjadi
kaku, kontraksi) wajah dan tubuh bagian atas ;
fleksi lengan dan ekstensi tungkai. Mata kepala
mungkin berputar ke satu sisi dan dapat
menyebabkan henti nafas.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap,
elektrolit, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak
menunjukkan kelainan yang berarti
2. Indikasi kumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan
atau menyingkirkankemungkian meningitis. Indikasi lumbal pungsi pada
psien dengan kejang demam meliputi :
Bayi < 12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala
meningitis sering tidak jelas
Bayi antara 12 bulan 1 tahun dianjurkan untuk mlakukan lumbal
pungsi kecuali pasti bukan meningitis
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang denan yang tidak khas
4. Pemeriksaan foto kepala, CT-Scan dan atau MRI tidak dianjurkan pada anak
tanpa kelainan neuroogist karena hampir semuanya menunjukkan
gambaran normal. CT-Scan direkomendaasikan untuk kasus kejang fokal
untuk mencari lesi organik di otak
H. Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk menghentikan kejang sehingga defek pernafasan dan
hemodinamik dapat diminimalkan.
1. Pengobatan saat terjadi kejang
Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif
dalam menghentikan kejang. Dosis pemberian :

2. Setelah kejang berhenti


3. Bila kejang berulang
I. Asuhan keperawatan

You might also like