You are on page 1of 15

Asuhan Keperawatan pada Pasien

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)


Berikut ini ane memposting tugas yang pernah ane buat pada mata kuliah Dokumentasi Keperawatan
yakni tentang Askep DHF pada pasien anak.
Semoga bermanfaat

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus
yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
(Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF
sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty (betina) (Seoparman, 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang
menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir, Patrick
manson, 2001).

2. ETIOLOGI
1. Virus dengue sejenis arbovirus.
2. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue
1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan
dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus
dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh
diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3
merupakan serotif yang paling banyak.
3.PATOFISIOLOGI
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.

Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau
bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian
cairan intravena.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang
tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi
ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma
telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk
mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis
dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF
menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada
otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit,
paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.
4. Klasifikasi DHF
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif,
trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis,
hematemesis, melena, perdarahan gusi.

Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat ( >120x/mnt ) tekanan
nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan darah menurun, ( 120/80 120/100 120/110 90/70 80/70
80/0 0/0 )

Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung 140x/mnt ) anggota gerak teraba
dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

5. Tanda dan gejala


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Demam tinggi selama 5 7 hari.


Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
Sakit kepala.
Pembengkakan sekitar mata.
Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
6.Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi anatara 13
15 hari, tetapi rata-rata 5 8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri
pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh
atau berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila
otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot
sekitar mata terasa pegal.
Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 12 jam sebelum
suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan
biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3 6, mula mula berbentuk makula besar yang kemudian
bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat
pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh.
Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang
terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan
ke-5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan.
Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis, hematemesis,
epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara
hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin
dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80
mmHg atau kurang.
7. Diagnosis
Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :
a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai gejala
tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.
b. Manifestasi perdarahan :
1)Uji tourniquet positif
2)Petekia, purpura, ekimosis
3)Epistaksis, perdarahan gusi
4)Hematemesis, melena.
c. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.

d. Dengan atau tanpa renjatan.


Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang
terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
e. Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi
8. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dan
meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nila hematokrit pada masa
konvalesen. Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan
hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat.
Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat
peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnya limfosit pada saat
peningkatan suhu pertama kali.
9. Diagnosa Banding
Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :
a.Demam chiku nguya.
Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C disertai ruam dan
infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.
b.Demam tyfoid
Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia,
limfositosis relatif.
c.Anemia aplastik
Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena infeksi
sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.
d.Purpura trombositopenia idiopati (ITP)
Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi
hemokonsentrasi.
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
a.Tirah baring atau istirahat baring.
b.Diet makan lunak.

c.Minum banyak (2 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit
oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
d.Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling
sering digunakan.
e.Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk,
observasi ketat tiap jam.
f.Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
g.Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
h.Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
i.Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil
pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

1.

Pengawasan tanda tanda Vital secara kontinue tiap jam


Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam

2.

Observasi intike output

3. Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb,
Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 liter 2 liter per hari, beri kompres
4. Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt,
perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut,
beri infus.
5. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2 pengawasan tanda tanda
vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi produksi urine tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
Resiko Perdarahan
1. Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
2.

Catat banyak, warna dari perdarahan

3.

Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan Tractus Gastro Intestinal

3.

Peningkatan suhu tubuh

1.

Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik

2.

Beri minum banyak

3.

Berikan kompres

k.Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma
ekspander atau dekstran sebanyak 20 30 ml/kg BB.
Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 48 jam setelah
renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar,
tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.
Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi
pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan
abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian
sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan
apabila :
a.Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya
dehidrasi.
b.Hematokrit yang cenderung mengikat.
10.Komplikasi
Komplikasi Tatalaksana syok yang tidak adekuat akan menimbulkan komplikasi asidosis metabolik,
hipoksia, perdarahan gastrointestinalhebat dengan prognosis buruk. Sebaliknya dengan pengobatan
yangtepat (termasuk syok berat) segera terjadi masa penyembuhan dengancepat.

BAB II
TINJAUAN KASUS
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. a.
a)

PENGKAJIAN
A. 1.
Identitas
Identitas Klien

Nama

: An S

Umur

: 5 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Agama

: Islam

Bahasa

: Indonesia

Alamat

: Jl. Merdeka

Tanggal MRS

: 1 Desember 2012

Tanggal Pengkajian

: 4 Desember 2012

b)

Identitas Penanggung Jawab

Nama

: Tn A

Pendidikan

: S1

Umur

: 27 Tahun

Pekerjaan
Alamat
Hub. Dengan pasien

a)

: Pegawai Swasta
: Jl. Merdeka
: Ibu Kandung

1. 2.
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama

Ibu pasien mengatakan demam sejak 6 hari yang lalu,


b)

Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu pasien mengeluh demam Sakit kepala, panas dan tidak nafsu makan.dan lemah sejak 6 hari
yang lalu, pasien di minumkan obat penurun panas namun tidak ada perbaikan. Setelah 3 hari panas
pasien turun namun pasien mengeluh sakit pada perut disertai dengan BAB cair. Saat ini pasien
mengeluh sulit makan, mual, muntah, batuk dan pilek.
c)
Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pasien belum pernah dirawat di Rumah Sakit.
d)

Riwayat kesehaan keluarga

Keluarga pasien mangatakan bahwa dalam keluarganya, tidak ada yang pernah mengalami penyakit
seperti yang diderita oleh pasien sekarang.
3. ACTIFITAS DAILY LIVING
No Jenis aktifitas

Dirumah
Nasi
3 x/hari

Dirumah sakit
Bubur
3x/hari

Nasi

Bubur

1 porsi

1/3 porsi

Tidak ada

Mual

8 gelas/hari

4 gelas/hari

Air putih

Air putih

Tidak ada

Mual

2 x/hari
2 x/hari

2 x / hari
2 x / hari

3 x/minggu

Tidak pernah

Kuning
Lembek

Kuning
Lembek

Tidak ada

Tidak ada

2 x / hari

Tidak tentu

Eliminasi Urine
Konsistensi Urine

Cair

Cair

Kelainan

Tidak ada

Tidak ada

Pukul 21.00 WIB


8 jam

Tidak tentu
Tidak tentu

Tidak terjaga

Sering terjaga

Nutrisi
Makan
Frekuensi
Jenis Makanan
Porsi makan
Kesulitan
Minum
Frekuensi
Jenis air minum
Kesulitan
Persona Hyginie
Frekuensi mandi
Sikat gigi
Frekuensi keramas
Eliminasi
Eliminasi Fecal
Warna Feses
Konsistensi Feses
Kelainan
Frekuensi

Istirahat /Tidur
Mulai tidur
Lamanya tidur
Sering terjaga

4. Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran

: Compos metis

Tanda-tanda Vital (Selasa 4 Desember 2012)


Temperatur
: 38C (normalnya = 36.5 37.2)
Puls

: 98 x/m

Respirasi

: 24 x/m

Berat

Penampilan Umum: Bersih

5. Pemeriksaan Fisik
Kulit
Warna Kulit
: Sawo Matang
Tekstur Kulit
: Turgor Jelek
Kuku
Keadaan kuku
:Normaldan bersih
Warna
: Merah muda
Kepala
Bentuk
: Simetris dan Oval
Keadaan rambut
:Bersih, warna rambut hitam + putih
menyebar
Kulit kepala
: Bersih

Mata

Sklera
Konjungntifa
Reflek cahaya
dengan cahaya.
Pupil
Hidung
Fungsi penciuman
bau obat.
Bentuk
Kelainan
Serumen

: Anikterik
: Ananemis
: Baik, di tandai dengan bereaksi apabila disoroti
: Baik

: terlihat simetris
: tidak ada
: tidak ada

Telinga
Fungsi pendengaran
: baik, pasien bisa berkomunikasi dengan ibunya
Bentuk
: Simetris
Keadaan
: bersih
Kelainan
: tidak ada
Serumen
: tidak ada
Mulut
Fungi pengecapan
: baik, terbukti dengan pasien dapat membedakan
rasa asin (garam), manis (gula)
Kebersihan gigi dan : Bersih dan lembab

Mulut

: baik, terbukti pasien dapat mencium

Kelainan bibir
Warna lidah
Bentuk lidah
Dada dan paru-paru
Bentuk

: tidak ada
: Merah muda
: Simetris
: Simetris

Frekuensi nafas
: normal (24 x/m)
Pola nafas
: teratur
Kelainan
: tidak ada
Abdomen
Bentuk
: Simetris
Nyeri Tekan
: setelah dipalpasi ada nyeri tekan
Ekstremitas
Atas
: Terpasang infusan RL ditangan sebelah kiri (20
x/m)
Bawah
: Dapat bergerak secara bebas
Kekuatan Otot
Reflek bisep
: baik, ketika diberi pukulan refleks hammer langsung
bergerak refleks ke atas.
Reflek trisep
: baik, ketika diberi pukulan refleks hammer langsung
bergerak refleks ke samping
Reflek patella
: baik, ketika diberi pukulan refleks hammer langsung
bergerak refleks ke depan.
Reflek Babynski : baik, ketika diberi pukulan refleks menarik kaki
langsung bergerak ke arah pasien

1. 7.
DATA PENUNJANG
Pemeriksaan Labolatorium
No Tanggal
Jenis Pemeriksaan

Haemoglobin
Leukosit
Haemotokrit
Thrombosit

Hasil

Hasil normal
12-16 gr %400010000/mm3
37-47 %

14,0 gr
%5.400/mm3
31,2
150000-450000/mm3
130.000

6 Februari 2011
Program Terapy
No.
Tanggal

4 Desember 2012

Jenis Terapy
Antrainsanmol
Infus RL

Ukuran
2 x amp2 x oral
20 ggt/menit

Antrainsanmol
Ranitidhin

2 x Amp2 x oral
2 x 0.5 cc

Infus RL

20 gtt / menit

Antrainsanmol
Ranitidhin

2 x Amp2 x oral
2 x 0.5 cc

Infus RL

20 gtt / menit

Antrainsanmol
Ranitidhin

2 x Amp2 x oral
2 x 0.5 cc

Infus RL

20 gtt / menit

5 Desember 2012

6 Desember 2012

4
7 Desember 2012
III.2 Analisa Data
No
Data

Etilogi

Masalah

DS:-keluarga pasien mengatakan


badannya panas sudah 6 hari
DO:
Suhu tubuh 38C pada saat di
palpasi panas
1

Proses insfeksi

Peningkatan suhu
tubuh

Peningkatan suhu tubuh

Kurangnya cairan
dan elektrolit

Menurunya nafsu makan

Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan

cemas

Gangguan rasa
nyaman

DS :-keluarga pasien mengatakan


tidak suka minum.
DO :
pasien terlihat lemas

DS :- keluarga pasien mengatakan


pasien tidak mau makan dan mual
DO :
makan yang di berikan tidak habis

DS :- keluarga pasien mengeluh


pasien tidak bisa tidur
keluarga pasien mengeluh pasien
cemas
DO :
pasien nampak gelisah

III. 3 Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Peningkatan suhu tubuh
2. Kurangnya cairan dan elekrolit/ dehidrasi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Gangguan rasa nyaman
Diagnosa
Perencanaan
NO
Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Implementasi
Gangguan rasa nyaman
berhubungan dengan
peningkatan suhu
tubuh di tandai
1. dengan :
DS:
-keluarga pasien mengatakan badannya panas sudah 6 hari
DO:
Suhu tubuh 38C pada saat di palpasi panas TU : Suhu tubuh kembali normal

Evaluasi

TK : Menunjukkan tanda-tanda vital stabil-

observasi TTV

Anjurkan untuk kompres air hangat

Anjurkan pasien banyak minum

Anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi-

Mengajurkan untuk kompres air hangat

Menganjurkan untuk banyak minum

Menganjurkan untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat

Berkolaborasi dengan dokterS : Keluarga pasien mengatakan pasien masih panas

Mengobservasi TTV

O : Suhu masih 38C


A : Masalah belum teratasi
P : Terapi lanjut

NO
2.
DS:

Diagnosa
Keperawatan
Kurangnya cairan
elektrolit/ dehidrasi di
tandai dengan :

Tujuan

Perencanaan
Intervensi
Implementasi

-keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau minum.


-Keluarga pasien mengatakan BAB cair
DO:
pasien nampak lemasTU : Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi.
TK :
-Menunjukkan tanda-tanda vital stabil
-Turgor kulit baik-

Observasi TTV

Evaluasi

Anjurkan pasien banyak minum

Ukur keluaran urine dengan akurat

Berikan cairan infus

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi-

Menganjurkan untuk banyak minum

Mengatu tetesan infus

Berkolaborasi dengan dokterS : Keluarga pasien mengatakan pasien masih lemas

Mengobservasi TTV

O : pasien tampak lemas


A : Masalah belum teratasi
P : Terapi lanjut

NO
3.
DS:

Diagnosa
Keperawatan
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
di tandai dengan :

Tujuan

Perencanaan
Intervensi
Implementasi

-.Keluarga pasien mengeluh pasien tidak mau makan dan mual


DO:
Makanan yang di berikan tidak habis
Pasien nampak lemasTU : Kebutuhan Nutrisi terpenuhi.
TK :
-Bebas dari Malnutrisi
-Nafsu makan meningkat
-Pasien tidak lemas-

Observasi TTV

Berikan makanan sesuai diit

Berikan kebersiha oral

Evaluasi

Sediakan makanan dalam kondisi hangat.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi-

Memberikan makanan sesuai diit

Berkolaborasi dengan dokterS : Keluarga pasien mengatakan pasien masih belum mau makan

Mengobservasi TTV

O : pasien nampak lemas


A : Masalah belum teratasi
P : Terapi lanjut

NO
4.
DS:

Diagnosa
Keperawatan
Gangguan istirahat
tidur di tandai dengan :

Tujuan

Perencanaan
Intervensi
Implementasi

-.Keluarga pasien mengeluh pasien tidak bisa tidur


Keluarga pasien mengeluh pasien cemas
DO:
pasien tampak gelisahTU : Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi.
TK :
-pasien bias tidur
-pasien tidak gelisah-

Observasi TTV

Atur posisi pasien sesuai kebutuhan

Batasi pengunjung pada waktu istirahat

Ciptakan suasana yang kondusif-

Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan

Membatasi pengunjung pada waktu istirahat

Menciptakan suasana yang kondusif

Mengobservasi TTV

Evaluasi

S : Keluarga pasien mengatakan pasien masih lema belum bias tidur


O : pasien tampak gelisah
A : Masalah belum teratasi
P:

You might also like