Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
10
11
antara 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) yaitu lansia usia di atas 90 tahun
(Padila, 2013).
Penuaan merupakan proses normal yang berjalan seiring dengan waktu,
dan sudah dimulai sejak lahir serta berlanjut sepanjang hidup dan merupakan fase
akhir rentang kehidupan manusia (Fatimah, 2010). Menua atau menjadi tua adalah
suatu keadaan yang terjadi sepanjang hidup manusia dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menua bukan suatu penyakit melainkan suatu proses yang terjadi
berangsur-angsur menyebabkan perubahan kumulatif, menurunkan daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan luar dan berakhir dengan kematian. (Padila,
2013). Menua juga diartikan sebagai suatu proses menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri serta mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya, ketahanan terhadap cedera termasuk infeksi. Proses ini berlangsung
sejak individu menjadi dewasa dimulai dengan kehilangan jaringan pada otot,
saraf dan jaringan lain secara perlahan hingga tubuh mati sedikit demi sedikit.
(Mubarak, Chayatin, & Santoso, 2012).
Terdapat dua proses penuaan yaitu penuaan primer dan penuaan sekunder.
Dikatakan penuaan primer jika penuaan terjadi pada tingkat sel dan tanpa
pengaruh dari luar. Sebaliknya jika terdapat stres psikis, sosial serta kondisi
lingkungan mempengaruhi proses penuaan maka proses tersebut dikatakan
penuaan sekunder (Mubarak, Chayatin, & Santoso, 2012). Berbagai teori
dikemukakan mengenai terjadinya penuaan, tetapi sampai saat ini belum ada teori
yang secara utuh menjelaskan proses penuaan, semua teori masih dalam proses
perkembangan dan mempunyai keterbatasan. Penuaan merupakan sebuah proses
12
yang mengakibatkan berbagai perubahan dimulai dari tingkat sel hingga sistem
organ dalam tubuh manusia. Perubahan tingkat sel dan ekstrasel pada lansia
menyebabkan perubahan penampilan dan fungsi fisik.
Akibat bertambahnya usia, lansia akan mengalami perubahan-perubahan
yang secara tidak langsung menuntut lansia untuk beradaptasi terus-menerus
dengan perubahan yang terjadi. Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi
perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental dan perubahan psikososial.
Perubahan kondisi fisik lansia meliputi perubahan dari tingkat sel hingga semua
organ tubuh di antaranya sistem pernapasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskular, sistem pengaturan tubuh, musculoskeletal, gastrointestinal,
urogenital, endokrin, dan integumen. Perubahan-perubahan yang dipaparkan
sebelumnya dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis. Perubahan fisiologis
yang terjadi meliputi perubahan pada tekanan darah, penurunan fungsi
pernapasan, perubahan gastrointestinal seperti penurunan saliva, sulit menelan,
penurunan motilitas dan konstipasi, perubahan neuromuskular meliputi degenerasi
sel saraf sehingga impuls berjalan lambat, penurunan massa otot, densitas tulang,
ukuran otot berkurang dan hilangnya kekuatan serta fleksibilitas otot, dan
perubahan sistem urogenital yang mengakibatkan peningkatan inkontinensia
urgensi dan stres karena penurunan tonus otot perineal (Potter & Perry, 2005).
Secara fisiologis, perubahan pada sistem genetourinari lansia meliputi perubahan
fungsi ginjal yang semakin kurang efisien dalam memindahkan kotoran dari
darah, pada lansia yang berusia 65 tahun akan mengalami penurunan kontrol
kantung kemih (urinary incontinence) akibat melemahnya otot pengatur fungsi
13
saluran kencing yang dapat disebabkan oleh beragam masalah kesehatan, seperti
obesitas, konstipasi dan batuk kronik (Padila, 2013). Masalah fisik yang sering
dikeluhkan oleh lansia adalah lansia sering jatuh, mudah lelah, kekacauan mental
yang bersifat akut, nyeri dada, berdebar-debar, sesak napas saat beraktivitas,
pembengkakan pada ekstremitas bawah, nyeri pinggang atau punggung, nyeri
sendi, sulit tidur, sering pusing, penurunan berat badan, gangguan penglihatan,
pendengaran dan sulit menahan buang air kecil (inkontinensia urin) (Mubarak,
Chayatin, & Santoso, 2012).
14
Bagian pemisah ini dibentuk oleh m. Levator ani, serat m. Coccygeus dan
menyerupai sebuah mangkok serta kesemuanya ditutupi oleh fascia parietalis.
Pada garis tengah bagian depan mangkok ini terbuka (hiatus genitalis), terdapat
urethra, vagina, dan rektum keluar dari pelvis. Diafragma urogenitalis yang
menutup arkus pubis dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus perinea
profundus dan muskulus transversus superfisialis. Di dalam aponeurosis tersebut
terdapat rhabdosfingter urethrae (Wiknjosastro, 2007; Lubis, 2009).
yang
melingkari
genetalia
eksterna,
muskulus
perinea
15
secara aktif.
16
yang disebut kekuatan otot dasar panggul. Kekuatan otot dasar panggul
merupakan kemampuan otot untuk melakukan aktivitas tertentu dalam tubuh yang
melibatkan 40% sampai 45% otot rangka (Berger 1982 dalam Hartati, 2009).
Pada dasarnya kekuatan otot dasar panggul dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Usia, seperti susunan lain dalam tubuh otot akan cenderung mengalami
penurunan kekuatan seiring dengan bertambahnya usia. Secara
fisiologis terjadi penurunan kekuatan otot pada lansia, usia 50-60 tahun
kekuatan otot manusia tinggal 80%.
2. Hormonal, peningkatan hormon progesteron, prostalglandin, relaksin
menyebabkan relaksasi otot yang juga turut mempengaruhi kekuatan
otot dasar panggul. Di samping itu, dengan berakhirnya menstruasi,
wanita telah mengalami masa menopause dan tidak lagi memproduksi
hormon progesteron dan estrogen. Keadaan ini tidak hanya
menyebabkan tidak adanya sel telur yang siap dibuahi dan tidak
terbentuknya jaringan endometrium, melainkan juga menimbulkan
kelemahan pada otot polos uterus sehingga muncul prolaps uteri dan
inkontinensia urin.
3. Kehamilan, karena adanya peningkatan tekanan yang terus menerus
pada otot dasar panggul menyebabkan terjadinya peregangan yang
berlebihan sehingga akhirnya menyebabkan kelemahan otot dasar
panggul.
17
seperti:
muscular
dystrophy,
myelodysplasia,
meningomyelocele, bladder exstropi dan spina bifida. Kelainankelainan tersebut mengakibatkan timbulnya flaccid paralysis pada otot
dasar panggul.
7. Penyakit
infeksi
dan
keganasan
pada
rongga
panggul
juga
18
squeeze
(meremas)
sekeliling
uretra,
vagina,
19
20
b. Perineometer
Cara ini dilakukan oleh Kegel menggunakan alat yang
disebut perineometer yang dimasukkan ke dalam vagina untuk
mengukur kekuatan otot dasar panggul. Alat ini memiliki skala 012 mmHg, kekuatan otot dasar panggul dikatakan baik jika hasil
pengukuran 8 mmHg. Penggunaan perineumeter memiliki
keuntungan karena prosedur pemakaian yang sederhana dan alat
yang digunakan relative murah (Lubis, 2009; Rahajeng, 2010).
pemeriksaan
kelengkapan
alat
dan
alat
siap
digunakan.
2. Lakukan pemeriksaan urogenital, apabila terdapat infeksi
traktus urogenitalis maka pemakaian sensor tidak dianjurkan.
21
spekulum
dinamometer
untuk
mengukur
22
d. Vagina weights/cones
Plevnik pada tahun 1985 mengembangkan vagina cones
sebagai alat yang dapat menilai kekuatan otot dasar panggul dan
untuk melatihnya. Cones ini terdiri dari sembilan macam dengan
volume yang sama tapi beratnya bertambah mulai 20-100 gram.
Versi terbaru cones yang digunakan terbuat dari 3-5 cones, dan
memiliki ukuran serta bentuk yang berbeda. Penggunaannya
dengan memasukkan cones ke dalam vagina kemudian ditahan
sebisa mungkin selama satu menit (Lubis, 2009).
e. Kekuatan Puboccocygeus (Strenght)
Lakukan dengan duduk atau berdiri dengan kaki terbuka
kemudian lakukan kontraksi otot Puboccocygeus seperti menahan
air kencing atau kontraksikan sfingter ani. Lakukan hal ini
sebanyak mungkin dan ulangi lagi tanpa penurunan kekuatan
kontraksi, jika mampu melakukannya sebanyak 10 kali berarti otot
PC cukup kuat (Lubis, 2009; Pangkahila, 2005).
f. Daya tahan Puboccocygeus (Endurance)
Pelatihan daya tahan ini dilakukan dalm posisi duduk atau
berdiri dengan kaki terbuka, lakukan kontraksi otot PC secara
ritmik dengan diselingi relaksasi, jika mampu melakukan kontraksi
sebanyak 50 kali berarti baik dan apabila mencapai 100 kali berarti
amat baik (Lubis, 2009;Pangkahila, 2005).
23
24
B. Bagi wanita
Keuntungan melakukan senam Kegel adalah lebih mudah
mencapai orgasme dan orgasme yang dicapai lebih baik karena otot yang
dilatih adalah otot yang digunakan selama orgasme. Manfaat lain adalah
vagina akan semakin sensitif dan peka rangsang sehingga memudahkan
peningkatan kepuasan seksual, dan suami akan merasakan perubahan yang
sangat besar karena vagina mampu mencengkram penis lebih kuat.
Memudahkan kelahiran bayi tanpa banyak merobek jalan lahir dan bagi
wanita yang baru melahirkan, senam Kegel dapat mempercepat pemulihan
kondisi vagina setelah melahirkan dan tentu saja dapat menguatkan otot
rangka pada dasar panggul sehingga pemperkuat fungsi sfingter eksternal
kandung kemih, mencegah prolaps uteri (Salma, 2008; Maryam, 2008
dalam Yanthi, 2011). Beberapa manfaat senam Kegel yaitu menguatkan
otot panggul, membantu mengendalikan keluarnya urin saat berhubungan
intim, dapat meningkatkan kepuasan saat berhubungan intim karena
meningkatkan daya cengkram vagina, meningkatkan kepekaan terhadap
rangsangan seksual, mencegah ngompol kecil yang timbul saat batuk
atau tertawa, dan melancarkan proses kelahiran tanpa harus merobek jalan
lahir serta mempercepat penyembuhan pasca persalinan (Mulyani, 2013).
25
Setiap latihan terdiri dari tiga fase yaitu fase pemanasan dan
peregangan, fase latihan dan fase pendinginan (Weaver, 1983 dalam
Pangkahila, 1992).
26
27
1.
2.
Pelatihan Mengencangkan
Setelah pelatihan gerak cepat, dilanjutkan dengan pelatihan senam Kegel
berikutnya. Saat mengencangkan ODP, tetap kencangkan kuat-kuat selama
satu hingga dua detik kemudian lepaskan dan ulangi masing-masing dengan
sepuluh hitungan. Tegangkan, tahan dan lepaskan otot tersebut.
3.
Posisi berdiri tegak dengan posisi kaki lurus dan agak terbuka.
2.
Fokuskan konsentrasi pada kontraksi otot daerah vagina, uretra dan rectum.
3.
28
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Lakukan kontraksi yang cepat beberapa kali. Pada tahap awal, lakukan tiga
kali pengulangan karena otot yang lemah mudah lelah.
11. Target latihan ini adalah sepuluh kali kontraksi lambat dan sepuluh kali
kontraksi cepat. Tiap kontraksi dipertahankan selama sepuluh hitungan.
Lakukan enam hingga delapan kali selama sehari atau setiap saat.
12. Senam Kegel dapat pula dilakukan secara sederhana dengan cara:
a. Saat berkemih coba untuk menahan aliran urin sampai beberapa kali.
b. Pada posisi apapun, coba lakukan kontraksi ODP. Pertahankan selama
tiga sampai lima detik jika sudah terbiasa latihan dapat ditingkatkan
menjadi sepuluh detik (Pudjiati, Sri Surini & Utomo; Di Fiori, 2005
dalam Ardani, 2010).
29
30
31
32
33
34
i. Pertahankan tekanan yang mantap, tekan area perineum ke arah bawah (ke
arah rektum) dan ke samping secara terus-menerus. Usahan pijatan tidak
terlalu keras karena dapat menimbulkan membengkakan pada jaringan
perineum. Pada awal latihan akan dirasakan penegangan pada area ini, tapi
seiring dengan peningkatan latihan jaringan perineum terasa rileks.
j. Rasakan hingga timbul rasa hangat (slight burning)
k. Hindari pijat pada saluran kemih atau uretra karena dapat mengakibatkan
iritasi
l. Setiap melakukan pijat anjurkan untuk selalu membayangkan dan fokus
agar perineum semakin rileks
m. Setelah pijat selesai lakukan kompres hangat pada perineum selama kirakira 10 menit dengan perlahan. Kompres hangat bertujuan untuk
meningkatkan
sirkulasi
sehingga
otot
perineum
berelaksasi
dan
melindungi perineum
n. Setelah persalinan, lanjutkan dengan latihan utnuk menguatkan otot dasar
panggul secara aktif (senam Kegel) (Natami, 2012).