You are on page 1of 6

Misalnya), gunakanlah secara informal. Bila mungkin tidak sampai terlihat oleh interviewee.

9. Waktu bicara tataplah wajah interviewee, demikian pula waktu mendengarkan jawabanjawaban dari mereka
10. Lebih baik menyebut nama responden ( interviewee ) dari pada hanya dengan sebutan
nama bapak, ibu, anda, atau saudara. Misalnya : berapa anak-anak Pak Amin lebih
baik, dari pada : Berapa anak Bapak ?
c. Pedoman dan cara pencatatan wawancara
untuk pedoman pencacatan suatu wawancara akan dibahas tersendiri di dalam prinsipprinsip penyusunan kuesioner . Disini hanya akan dibahas tentang cara melakukan pencatatan
data wawancara. Secara garis besarnya pencatatan data wawancara dapat dilakukan dengan lima
cara , yaitu pencatatan langsung, pencatatan ingatan, pencatatan dengan alat recording,
pencatatan dengan field rating, dan pencatatan dengan field coding.
1. Pencatatan langsung
Maksudnya pewawancaraan dengan langsung mencatat jawaban-jawaban dari interviewee,
sehingga alat-alat dan pedoman penelitian interviewer harus selalu siap ditangan. Memang hal
ini ada keuntungannya, bahwa interviewer belum lupa tentang jawaban-jawaban atau data yang
diperoleh. Tetapi kerugiannya, hubungan antara pewawancara dengan responden menjadi kaku
dan tidak bebas, sehingga rapport dapat terganggu.
2.

Pencatatan dari ingatan

Dalam jenis pencatatan ini, pencatatan dilakukan setelah wawancara selesai seluruhnya. Jadi
dalam wawancara ini tidak memegang apa-apa, sehingga hubungan antara kedua belah pihak
tidak terganggu, dan rapport mudah tercipta. Tetapi cara ini mempunyai beberapa kelemahan
antara lain :
-

Banyak data / jawaban hilang karena terlupakan


Banyak data yang terdesak oleh keterangan-keterangan lain yang oleh informan

diceritakan secara menonjol dan dramatis.


Data yang dicatat dari ingatan, terutama dalam waktu yang agak lama akan mengandung

banyak kesalaha.
Sering juga data yang dicatat dari ingatan kehilangan sarinya.

Beberapa ahli mengatakan bahwa rata-rata 25 % dari data yang hanya didasarkan pada
ingatan mengandung kesalahan ( sosiolog payne ). Penelitian lain ( symonds dan dietrich )
memoerhitungkan bahwa rata-rata hanya 39%, dan hanya 23% bila pencatatan dilakukan
seminggu sesudah wawancara.
3. Pencatatan dengan alat recording
Pencatatan segan alat recording ini sangat memudahkan pewawancara karena dapat mencatatan
jawaban secara tepat dan detail. Pada saat ini banyak alat-alat elektronik semacam ini yag
berukuran mini, yang mudah dibawa ke mana-mana dan tanpa memerlukan persiapan yang
berarti serta tidak terlalu mencolok.
Tetapi kelematan pencatatan alat ini adalah, memerlukan kerja dua kali. Sebab interviewer harus
menyalin atau menulis lagi dari alat recording tersebut. Disamping itu pencatatn semacam ini
lebih mahal.
4. Pencatatan degan field rating ( dengan angka )
Sebelum mengadakan pencatatan dengan sendirinya interviewer mempersiapkan lebih dulu
formulir isian atau kuesioner mengenai data yang akan dikumpulkan, dan sekaligus
memperhitungksn jawaban yang digolongkan ke dalam beberapa kategori. Tiap-tiap kategori
diberi nilai atau kata nilai . Misalnya kita ingin mengukur tanggapan dan penilaian terhadap
program keluarga berencana, maka jawaban yang kita sediakan :
-

Sangat setuju sekali atau dengan angka 5


Sangat setuju dengan angka
4
Setuju dengan angka
3
Tidak setuju dengan angka
2
Sangat tidak setuju dengan angka
1
Tidak ada tanggapan dengan angka
0

5. Pencatatan data wawancara dengan kode ( field coding )


Seperti pada field rating, jawaban responden tidak dinilai dengan angka kata angka , tatapi
hanya dengan tanda atau kode saja. Biasanya kode tersbut berupa huruf atau tanda-tanda lain
yang mengkiaskan jawaban-jawabannya. Misalnya dengan huruf A,B,C,D, dan sebagainya. Atau
dengan tanda positif ( + ) atau tanda negative ( - ), untuk jawaban Ya atau Tidak

3. kelebihan dan kekurangan metode wawancara


Kelebihannya :
1. Metode ini tidak akan menerima kesulitan meskipun respondennya buta huruf sekalipun,
atau pada lapisan masyarakat manapun, karena alat utamanya adalah Bahasa verbal.
Dengan pengertian bahwa interviewer harus dapat menyesuaikan bahasa dan cara dengan
latar belakang responden
2. Karena keluwesan dan fleksibilitasnya ini maka metode wawancara dapat dipakai sebagai
verifikasi data terhadap data yang diperoleh dengan cara observasi ataupun angket.
3. Kecuali untuk menggali informasi, sekaligus dipakai untuk mengadakan observasi
terhadap perilaku pribadi.
4. Merupakan suatu teknik yang efektif untuk menggali gejala-gejala psikis, terutama yang
berada dibawah sadar.
5. Dari pengalaman para peneliti, metode ini sangat cocok untuk digunakan dalam
pengumpulan data-data social.
Kekurangan-kekurangannya:
1. Kurang efisien, karena memboroskan waktu, tenaga, pikiran dan biaya.
2. Diperlukan adanya keahlian/penguasaan bahasa dari interviewer.
3. Memberikan kemungkinan interviewer dengan sengaja memutar balikkan jawaban.
Bahkan memberikan kemungkinan interviewer untuk memalsukan jawaban yang dicatat
dalam wawancara (tidak jujur).
4. Apabila interviewer dan interviewee mempunyai perbedaan yang sangat mencolok, sulit
untuk mengadakan rapport sehingga data yang diperoleh kurang akurat.
5. Jalannya interview sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sekitar, sehingga akan
menghambat dan mempengaruhi jawaban dan data yang diperoleh.
C. ANGKET
Yang dimaksud dengan angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian
mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang
banyak). Angket ini dilakukann dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa
formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan
tanggapan, informasi, jawaban dan sebagainya. Teknik ini lebih cocok dipakai untuk

memperoleh data yang cukup luas dari kelompok masyarakat yang berpopulasi besar dan
bertebaran tempatnya. Biasanya pengirimannya dilakukan melalui pos kepada responden.
Oleh karena itu angket ini selalu berbentuk formulir-formulir yang berisikan pertanyaanpertanyaan (question), maka angket sering disebut Questionaire. Tetapi tidak berarti kuesioner
sama dengan angket. Sebab kuesioner (daftar pertanyaan) itu tidak selalu responden sendiri yang
mengisi, dimana kuesioner ditanyakan secara lisan kepada responden melaui wawancara, dan
yang mengisi kuesioner itu adalah interviewer bardasarkan jawaban lisan dari responden. Jadi
ada kuesioner yang langsung diisi oleh responden sendiri yang disebut angket, dan ada
kuesioner sebagai pedoman (pegangan) wawancara. Mengingat bahwa responden sendiri yang
harus mengisi kuesioner tersebut, maka angket tidak dapat dilakukan untuk responden yang buta
huruf.
1. Beberapa tipe angket
a. Menurut sifatnya
1. Angket umum, yang berusaha sejauh mungkin untuk memperoleh selengkaplengkapnya tentang kehidupan seseorang.
2. Angket khusus, hanya berusaha untuk mendapatkan data-data mengenai sifat-sifat
dari pribadi seseorang.
b. Menurut cara penyampaiannya
1. Angket langsung, apabila disampaikan langsung kepada orang yang dimintai
informasinya tentang dirinya sendiri.
2. Angket tak langsung, apabila pribadi yang disuruh mengisi angket adalah bukan
responden langsung. Ia akan menjawab dan memberikan informasi tentang diri orang
lain.
c. Menurut bentuk strukturnya
1. Angket berstruktur, angket ini disusun sedemikian rupa, tegas, definitif, terbatas dan
konkret, sehingga responden dapat dengan mudah mengisi atau menjawabnya.
2. Angket tak berstruktur, angket ini dipakai bila peneliti menghendaki suatu uraian dari
informanatau responden tentang suatu masalah dengan suatu penulisan atau
penjelasan yang panjang lebar. Jadi pertanyaannya bersifat terbuka dan bebas.
Berdasarkan bentuk pertanyaannya atau menurut jenis penyusunannya item yang diwujudkan,
angket dibedakan menjadi :

a. Angket berbentuk isian, dimana responden diberi kebebasan untuk mengisi dengan
jawaban yang sesuai menurut responden (open ended item).
b. Angket berbentuk pilihan, dimana jawabannya telah disediakan (close ended item)
responden tinggal memilih jawaban yang tersedia.
2. Psikologi menjawab angket
Sifat kerja sama adalah syarat penting dalam penelitian yang menggunakan angket. Untuk itu
maka para peneliti yang menggunakan metode ini tidak hanya memikirkan kepentingan sendiri,
tetapi harus mempertimbangkan faktor-faktor yang ada pada diri responden. Sebab responden ini
biasanya:
-

Asing bagi peneliti


Tidak berkepentingan atas hasil penelitian yang dilakukan oleh orang lain.
Sudah sibuk dengan pekerjaan dan urusan sendiri.

Oleh karena itu dalam hal ini peneliti harus memahami lebih dahulu psikologi menjawab
angketnya, bagaimana minatnya, motivasinya, kesediaannya, dan kejujurannya dalam
memberikan jawaban. Hal yang harus dijawab lebih dahulu sebelum peneliti melakukan angket,
aalah pertanyaan-pertanyaan antara lain sebagai berikut:
-

Mengapa mereka (responden) harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.


Adakah cukup alasan bagi penjawab untuk bersusah payah menjawab angket.
Apakah ada kepastian tentang perhatian, simpati, kesediaan dan sebagainya dari
responden.

3. Persiapan dan penyusunan angket


Kriteria yang perlu diperhatikan dalam persiapan dan penyusunan angket, antara lain :
-

Pertanyaan harus singkat dan jelas, terutama jelas bagi calon penjawab.
Jumlah pertanyaan hendaknya dibuat sedikit mungkin, supaya penjawab tidak terlalu

membuang waktu.
Pertanyaan hendaknya cukup meransangminat penjawab.
Peertanyaan dapat memaksa penjawab untuk memberikan jawaban yang mendalam,

tetapi to the point.


Pertanyaan jangan sampai menimbulkan jawaban yang meragukan.
Pertanyaan jangan bersifat interogatif, dan jangan sampai menimbulkan kemarahan bagi
penjawab.

Pertanyaan jangan sampai menimbulkan kecurigaan pada penjawab.

Disamping hal-hal tersebut, pada lembaran pertama dari angket harus dijelaskan tentang
tujuan penelitian, serta petunjuk-petunjuk atau penjelasan tentang bagaimana cara menjawab
atau mengisi formulir (angket) tersebut.

Kelebihan :
-

Dalam waktu singkat (serentak) dapat diperoleh data yang bnyak.


Menghemat tenaga, dan mungkin biaya.
Responden dapat memilih waktu senggang untuk mengisinya, sehingga tidak terlalu

terganggu bila dibandingkan dengan wawancara.


Secara psikologis responden tidak merasa terpaksa, dan dapat menjawab lebih terbuka
dan sebagainya.

Kekurangan:
-

Jawaban akan lebih banhyak di bumbui dengan sikap dan harapan-harapan pribadi,

sehingga lebih bersifat subjektif.


Dengan adanya bentuk (susunan) pertanyaan yang sama untuk responden yang sangat
hiterogen, maka penafsiran pertanyaan akan berbeda-beda sesuai dengan latar belakang

sosial, pendidikan dan sebagainya dari responden.


Tdak dapat dilakukan untuk golongan masyarakat yang buta huruf.
Apabila responden tidak dapat memahami pertanyaan atau tidak dapat menjawab, akan

terjadi kemacetan, dan mungkin responden tidak akan menjawab seluruh angket.
Sangat sulit untuk memutuskan pertanyaan-pertanyaan secara cepat dengan
menggunakan bahasa yang jelas atau bahasa yang sederhana.

You might also like