You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Peningkatan pertumbuhan penduduk di Indonesia saaat ini mengakibatkan
persaingan dalam dunia kerja semakin ketat, sehingga berdampak pada banyaknya
pengangguran. Berdasarkan data dari badan pusat statistik (2013), tingkat
pengangguran setiap bulan adalah sekita 5,92% dari jumlah angkatan kerja di
Indonesia yang mencapai 121,2 juta orang. Banyaknya pengangguran tersebut
menyebabkan beberapa dari mereka menghalalkan segala cara untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan yang harus dipenuhi salah satunya adalah kebutuhan
dasar yang dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu kebutuhan
untuk makan. Seseorang dengan tingkat ekonomi menengah kebawah akan
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan mereka sehari-hari. Tingkat
ekonomi menengah kebawah tersebut merupakan suatu hal yang mendasari perbuatan
seseorang untukmemenuhi dorongan social yang memerlukan dukungan finansial
sehingga berpengaruh pada kebutuhan hidup sehari-hari ( Afrinanda, 2009 ).
Untuk bisa memenuhi kebutuhan dasarnya demi meneruskan kebutuhan hidup,
maka mereka menghalalkan segala cara, seperti pencurian, pengeroyokan, dan
pembunuhan. Pelaku kejahatan pasti akan dijatuhi hukuman yang sesuai dengan berat
atau ringannya suatu pelanggaran yang dilakukan. Pelaku kejahatan yang telah
menjalani persidangan dan divonis hukuman pidana disebut dengan narapidana.
Harsono ( Siahaan,2008 ) mengatakan bahwa narapidana adalah seseorang
yang telah dijatuhi vonis bersalah oleh hokum dan harus menjalani hukuman atau
sanksi, yang kemudian akan ditempatkan di dalam sebuah bangunan yang disebut
rutan, penjara atau lembaga pemasyarakatan.
Narapidana yang sedang menjalani hukuman pidana tidak hanya akan
mengalami hukuman secara fisik, tetapi juga mengalami hukuman secara psikologis
seperti kehilangan kebebasan dan kasih sayang dari pasangan, anak, maupun orang
tuanya. Frank ( Siahaan, 2008 ) menambhakan bahwa dampak fisik dan psikologis
yang dialami narapidana dapat membuat narapidana merasakan perasaan tidak
bermakna yang ditandai dengan perasaan hampa, gersang, bosan dan penuh dengan
keputusasaan.
Rahmawati ( Shofia, 2009 ) melalui penelitiannya tentang kepercayaan diri
narapidana pasca hukuman pidana menyatakan bahwa pada dasarnya mantan

narapidana memiliki harga diri rendah dan konsep diri yang negative. Secara garis
besar hal ini disebabkan karena masyarakat cenderung menolak kehadiran mereka
dalam kehidupan yang normal. Penolakan masyarakat terhadap narapidana dianggap
sebagai masalah yang harus diwaspadai.
2. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menguraikan asuhan keperawatan perilaku kekerasan di keluarga
dan masyarakat
3. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani saksi kurungan atau saksi
lainnya, menurut perundang-undangan. Pengertian narapidana menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman
karena tindak pidana) atau terhukum. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor : 12
Tahun 1995 tentang Permasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani
pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Permasyarakatan.
Karena terkucilkan dari masyarakat umum, berbagai masalah kejiwaan
narapidana kemungkinan akan muncul, diantaranya :
- Harga diri rendah dan Konsep diri yang negative
- Risiko bunuh diri
Dalam makalah ini kelompok penulis berfokus membahas masalah harga diri
rendah yang terjadi terhadap narapidana.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri ( Keliat, 1998).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative, dapat secara langsung atau tidak langsung di
ekspresikan.
Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan
memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa apa, tidak
kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik
terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik
terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa

disalahkannya, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan
orang lain (Rini, J.F, 2002).
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
a. Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari
dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta
perasaan

tentang

ukuran,

fungsi,

penampilan,

dan

potensi.

Yang

secara

berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart &
Sundeen, 1998).
b. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart & Sundeen,
1998). Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita cita, keinginan,
harapan tentang diri sendiri.
c. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikkan individu (Stuart
& Sundeen, 1998). Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja.
d. Peran Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang
diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang
diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu (Stuart & Sundeen,
1998).
e. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga
diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang
penting dan berharga (Stuart & Sundeen, 1998.
2. Penyebab Gejala
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi
system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C.
1998 : 366).

Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif adalah
keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu
ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat
karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu tidak efektif
merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah
seseorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan peran. Adapun Penyebab
Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah, yaitu :
a. Faktor Presdisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua,
penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis.
b. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi Terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehillangan
bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang
menurun.
Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah :
- Mengejek dan mengkritik diri
- Merasa bersalah dan khawatir, menghukum dan menolak diri sendiri
- Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi
- Menunda keputusan
- Sulit bergaul
- Menghindari kesenangan yang dapat meberi rasa puas
- Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga, halusinasi
- Merusak diri : harga diri rendah menyokong pasien untuk mengakhiri
-

hidupnya
Merusak/melukai orang lain
Perasaan tidak mampu
Pandangan hidup yang pesimistis
Tidak menerima pujian
Penurunan produktivitas
Penolakan terhadap kemampuan diri
Kurang memerhatikan perawatan diri
Berpakaian tidak rapih
Berkurang selera makan
Tidak berani menatap lawan bicara
Lebih banyak menunduk
Bicara lambat dengan nada suara lemah

3. Penatalaksanaan Terapi
a. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri

lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan

untuk

mengadakan

permainan

atau

latihan

bersama.

(Maramis,2005,hal.231).
b. Keperawatan
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas
kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan
Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok diatas yang paling
relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah
adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
stimulasi persepsi adalah terapi yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan
terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah.(Keliat dan Akemat,2005)
4. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Harga Diri Rendah
1. Pengkajian
a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal
pengkajian, nomor rekam medis.
b. Faktor predisposisi merupakan faktor pendukung yang meliputi faktor
biologis, faktor psikologis, sosial budaya, dan faktor genetic.
c. Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus yang meliputi sikap persepsi
merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa
malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan
pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup
kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang
mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain
dan menyebabkan ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan
spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik,
alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir,
isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive
g. Aspek medik yang terdiri dari diagnosa medis dan terapi medis

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan
adalah:
MASALAH YANG PERLU DIKAJI
N
o
1

Masalah Keperawatan

Data Subyektif

Masalah utama : gangguan

Mengungkapkan ingin

Merusak diri sendiri,

konsep diri : harga diri rendah

diakui jati dirinya.


Mengungkapkan tidak

Merusak orang lain,

ada lagi yang peduli.


Mengungkapkan tidak
bisa apa-apa.
Mengungkapkan dirinya
tidak berguna.
Mengkritik diri sendiri.
Perasaan tidak mampu.

Data Obyektif

Ekspresi malu,
Menarik diri dari
hubungan social,
Tampak mudah
tersinggung,
Tidak mau makan dan

Penyebab tidak efektifnya

Mengungkapkan

tidak tidur.
Tampak ketergantungan

koping individu

ketidakmampuan dan

terhadap orang lain

meminta bantuan orang

Tampak sedih dan tidak

lain.
Mengungkapkan malu

melakukan aktivitas

dan tidak bisa ketika


diajak melakukan

yang seharusnya dapat


dilakukan
Wajah tampak murung

sesuatu.
Mengungkapkan tidak
berdaya dan tidak ingin

Akibat isolasi sosial menarik


diri

hidup lagi.
Mengungkapkan enggan
bicara dengan orang lain
Klien mengatakan malu
bertemu dan berhadapan
dengan orang lain

Ekspresi wajah kosong


tidak ada kontak mata
ketika diajak bicara
Suara pelan dan tidak
jelas
Hanya memberi
jawaban singkat
(ya/tidak)
Menghindar ketika
didekati

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau


pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat
menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien sebagai berikut:
a. Harga Diri Rendah
b. Isolasi Sosial
c. Defisit Perawatan Diri
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan

BAB III
PELAKSANAAN TAK
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Saran

You might also like