You are on page 1of 19

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


KANKER PROSTAT
Dosen Pengampu : M. Imron Rosyidi, S.Kep, Ns, M.Kep.

Disusun oleh :
Defi Puji Lestari
010114a019

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah yang membahas tentang Asuhan keperawatan
pada klien Kanker Prostat. Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah
Keperawatan Menjelang Ajal. Makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bisa berguna untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu Teknologi Kesehatan bagi kita semua.

Ungaran, 6 September 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Kanker prostat merupakan keganasan urologi pada laki-laki yang sering

terjadi

dan

berpotensi

mematikan

selama

beberapa

tahun

terakhir.

Di

Indonesia,kanker prostat berada di urutan ke-3 kanker terbanyak (9033 kasus


baru) dan merupakan penyebab kematian ke-5 (6842 kasus) pada laki-laki (Ferlay
et.al., 2010). Kanker prostat merupakan kanker yang terdapat pada sistem
reproduksi laki- laki. Pada tahun 1999 lebih dari 179.000 kasus baru dari kanker
prostat terdiagnosa di Amerika Serikat. Ini merupakan 29% dari seluruh kanker
pada pria. Penyebab spesifik kanker prostat masih belum diketahui dengan pasti. Pria
yang mempunyai risiko untuk terjadinya kanker prostat adalah usia, genetik, ras, dan
lain lain.
Faktor utama adalah usia. Kanker prostat berkembang lebih sering pada usia
diatas 50 tahun dan menjadi lebih sering seiring dengan bertambahnya usia.
Perkembangan kelenjar prostat dipengaruhi oleh hormon androgen, termasuk
testosteron yang diproduksi oleh testis yaitu dehidroepiandrosteron. Aksi dari
androgen diperantarai oleh produksi growth factor lokal. Androgen dan Growth
Factor mempengaruhi proliferasi, differensiasi dan fungsi dari sel sel kelenjar
prostat. Faktor faktor tersebut memelihara keseimbangan perkembangan kelenjar
prostat dan fungsi melalui interaksi epitel stroma. Prostat

Spesific

Antigen

merupakan glikoprotein yang hanya terdapat dalam sel epitel saluran kelenjar
prostat dan tidak terdapat dalam jaringan atau sel lain. Kelenjar prostat maupun
cairan semen banyak mengadung PSA. Fungsi kelenjar prostat mensekresi cairan
encer, seperti susu yang mengandung ion sitrat, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku,
dan profibrinolisin. Kanker prostat terjadi bila sel sel prostat mengalami mutasi

dan mulai memperbanyak diri di luar kontrol. Sel kanker mempunyai mekanisme
untuk menghindarkan diri dari imunitas non spesifik dan spesifik.
Bentuk keganasan prostat yang tersering adalah Adenokarsinoma prostat,
bentuk lain yang jarang adalah: sarkoma (0,1-0,2%), karsinoma sel transisional
(1-4%), limfoma dan leukemia. Oleh karena itu bila kita membicarakan Kanker
prostat berkonotasi sebagai Adenokarsinoma prostat.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang kanker Prostat dan asuhan keperawatan yang di
berikan pada klien dengan kanker prostat.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, penetalaksanaan dan asuhan keperawatan teoritis
pada klien dengan kanker prostat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di bawah dari buli-buli, di
depan rektum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri
dengan ukuran 4x3x2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20gram . (Purnomo,
2012).
Kanker prostat adalah kanker yang paling umum pada pria ( selain kanker kulit
nonmelanoma) dan merupakan penyebab kedua kematian yang paling umum akibat
kanker pada pria Amerika yang berusia lebi dari 55 tahun. ( Brunner &
Suddarth.2001, hal 1633)
B.

ETIOLOGI
Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab timbulnya adenokarsinoma

prostat adalah: (1) predisposisi genetik, (2) pengaruh hormonal, (3) diet tinggi lemak,
(4) pengaruh lingkungan, dan (5) infeksi. Kanker prostat ternyata lebih banyak
diderita oleh bangsa Afro-Amerika yang berkulit hitam daripada bangsa kulit putih.
Pada penelitian yang lain didapatkan bahwa bangsa Asia (China dan Jepang) lebih
sedikit menderita penyakit ini. Namun, mereka yang pindah ke Amerika mendapatkan
kemungkinan menderita penyakit lebih besar daripada mereka yang tetap tinggal di
negara asalnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan dan kebiasaan
hidup sehari-hari juga berperan dalam patogenesis penyakit ini. Kemungkinan untuk
menderita kanker prostat menjadi dua kali jika saudara laki-lakinya menderita
penyakit ini. Kemungkinannya naik menjadi lima kali jika ayah dan saudaranya juga
menderita. Semuanya itu menunjukkan adanya faktor genetika yang melandasi
terjadinya kanker prostat. Diet yang banyak mengandung lemak, susu yang berasal
dari binatang, daging merah (red meat), dan hati diduga meningkatkan kejadian
kanker prostat. Beberapa nutrisi diduga dapat menurunkan insiden kanker prostat, di

antaranya adalah vitamin A, beta karoten, isoflavon atau fitoestrogen yang banyak
terdapat pada kedelai, likofen (antioksidan karotenoid yang banyak terdapat pada
tomat), selenium (terdapat pada ikan laut, daging, biji-bijian), dan vitamin E.
Kebiasaan merokok dan paparan bahan kimia Cadmium (Cd) yang banyak terdapat
pada alat listrik dan baterai berhubungan erat dengan timbulnya kanker prostat.
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya ca
prostat ; tetapi beberapa hipotesa menyebutkan bahwa hiperplasia prostat bisa terjadi
karena:
1.

Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada


usia lanjut.

2.

Peranan dari growth factor ( faktor pertumbuhan ) sebagai pemacu pertumbuhan


stroma kelenjar prostat.

3.

Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati

4.

Teori sel stem menerangkan bahwa terjadinya proliferasi abnormal sel stem
sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat
menjadi berlebihan.
Etiologi dan Faktor Resiko Kanker Prostat

Dari berbagai penelitian dan survei, disimpulkan bahwa etiologi dan faktor resiko
kanker prostat adalah sebagai berikut:
1. Usia Resiko menderita kanker prostat dimulai saat usia 50 tahun pada pria
kulit putih, dengan tidak ada riwayat keluarga menderita kanker prostat.
Sedangkan pada pria kulit hitam pada usia 40 tahun dengan riwayat
keluarga satu generasi sebelumnya menderita kanker prostat. Data yang

diperoleh melaui autopsi di berbagai negara menunjukkan sekitar 15


30% pria berusia 50 tahun menderita kanker prostat secara samar. Pada
usia 80 tahun sebanyak 60 70% pria memiliki gambaran histology
kanker prostat. (K. OH, William et al, 2000).
2. Ras dan tempat tinggal Penderita prostat tertinggi ditemukan pada pria
dengan ras Afrika Amerika.Pria kulit hitam memiliki resiko 1,6 kali
lebih besar untuk menderita kanker prostat dibandingkan dengan pria kulit
putih. (Moul, J. W., et al, 2005).
3. Riwayat keluarga Carter dkk menunjukkan bahwa kanker prostat
didiagnosa pada 15% pria yang memiliki ayah atau saudara lelaki yang
menderita kanker prostat, bila dibandingkan dengan 8% populasi kontrol
yang tidak memiliki kerabat yang terkena kanker prostat (Haas, G. P dan
Wael A. S., 1997). Pria yang satu generasi sebelumnya menderita kanker
prostat memiliki resiko 2 - 3 kali lipat lebih besar menderita kanker prostat
dibandingkan dengan populasi umum. Sedangkan untuk pria yang 2
generasi sebelumnya menderita kanker prostat memiliki resiko 9 - 10 kali
lipat lebih besar menderita kanker prostat.
4. Faktor hormonal Testosteron adalah hormon pada pria yang dihasilkan
oleh sel Leydig pada testis yang akan ditukar menjadi bentuk metabolit,
berupa dihidrotestosteron (DHT) di organ prostat oleh enzim 5 -
reduktase. Beberapa teori menyimpulkan bahwa kanker prostat terjadi
karena adanya peningkatan kadar testosteron pada pria, tetapi hal ini
belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Beberapa penelitian menemukan

terjadinya penurunan kadar testosteron pada penderita kanker prostat.


Selain itu, juga ditemukan peningkatan kadar DHT pada penderita prostat,
tanpa diikuti dengan meningkatnya kadar testosterone
5. Pola makan Pola makan diduga memiliki pengaruh dalam perkembangan
berbagai jenis kanker atau keganasan. Pengaruh makanan dalam terjadinya
kanker prostat belum dapat dijelaskan secara rinci karena adanya
perbedaan konsumsi makanan pada rasa atau suku yang berbeda, bangsa,
tempat tinggal, status ekonomi dan lain sebagainya.
C. MANIFESTASI KLINIK
Kanker prostat pada tahap awal nya jarang menimbulkan gejala. Gejala yang
terjadi akibat obstruksi urinarius terjadi saat penyakit berada pada tahap lanjut.
Kanker ini cenderung beragam dalam perjalanannya. Jika neoplasma cukup besar
untuk menyumbat kolum kandung kemih, maka gejala dan tanda obstruksi urinarius
terjadi, seperti kesulitan dan sering berkemih, retensi urine, penurunan ukuran dan
kekuatan aliran urine. Kanker prostat umumnya bermetastasis ke tulang dan nodus
limfe. Gejala- gejala yang berhubungan dengan metastasis mencakup sakit pinggang,
nyeri panggul, rasa tidak nyaman pada perineal dan rectal, anemia, penurunan berat
badan, kelemahan, mual, dan oliguria ( penurunan haluaran urine). Hematuria dapat
terjadi akibat kanker yang menyerang uretra atau kandung kemih atau keduanya.
Jika kanker prostat dideteksi pada tahap dini, kemungkinan sembuhnya tinggi.
Setiap pria yang berusia diatas 40 tahun harus menjalani pemeriksaan rectal digital
(DRE) sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan tahunannya. Palpasi rectal
berulang yang rutin pada kelenjar prostat (lebih baik oleh pemeriksa yang sama)
adalah penting karena kanker dini mungkin teraba sebagai nodul didalam substansi
kelenjar atau sebagai suatu pengerasan yang meluas dalam lobus posterior. Lesi yang
lebih lanjut adalah sekeras batu dan terikat. Pemeriksaan rectal digital juga

memberikan informasi klinik yang penting tentang rectum,sfingter ani, dan kualitas
feses. (Brunner & Suddarth.2001, hal 1633).
D.

PATOFISIOLOGI

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan


menghambat

aliran

urin.

Keadaan

ini

menyebabkan

peningkatan tekanan

intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih


kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan
perubahan anatomi

buli-buli berupa hipertrofi otot

terbentuknya selula, sakula,


buli-buli

tersebut,

oleh

detrusor,

trabekulasi,

dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada

pasien dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih

sebelah bawah atau LUTSyang dahulu dikenal dengan gejala prostatismus.


(Purnomo, 2012).
Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks
vesikoureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal. (Purnomo,
2012).
Jenis histopatologis karsinoma prostat sebagian besar adalah adenokarsinoma.
Kurang lebih 75% terdapat pada zona sentral dan zona transisional. Biasanya
karsinoma prostat berupa lesi multisentrik. Derajat keganasan didasarkan pada
diferensiasi kelenjar, atipi sel, dan kelainan inti sel. Derajat Gleason 1, yaitu
berdiferensiasi baik, derajat Gleason 2 yang berdiferensiasi sedang, dan derajat
Gleason 3 yang berdiferensiasi buruk. Pembagian derajat keganasan ini merupakan
indikator pertumbuhan dan progresifitas tumor.

Tumor yang berada pada kelenjar prostat tumbuh menembus kapsul prostat dan
mengadakan infiltrasi ke organ sekitarnya. Penyebaran secara limfogen melalui
kelenjar limfe retroperitoneal dan penyebaran secara hematogen melalui vena
vertebralis menuju tulang-tulang pelvis, femur sebelah proksimal, vertebra lumbalis,
costae, paru, hepar, dan otak. Metastasis ke tulang pada umumnya merupakan proses
osteoblastik, meskipun kadang-kadang bisa juga terjadi proses osteolitik.
E. PENATALAKSANAAN
Pengobatan Kanker prostat ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu grading
tumor, staging,

ko-morbiditas,

preferensi

penderita,usia harapan hidup saat

diagnosis. Mengingat data untuk menentukkan usia harapan hidup saat diagnosis
belum ada di Indonesia, maka digunakan batasan usia sebagai salah satu
parameter untuk menentukan pilihan terapi.
1. Pembedahan
Prostatektomi radikal ( pengangkatan prostat dan vesikula seminalis)
masih merupakan prosedur bedah standar bagi pasien yang mengalami
penyakit yang secara potensial dapat disembuhkan dan usia harapan
hidupnya mencapai 10 tahun atau lebih. Prosedur ini mungkin diikuti
dengan orkhiektomi bilateral (pengangkatan testis). Impotensi seksual
menyeertai prostatektomi radikal, dan 5 % sampai 10 % pasien mengalami
berbagai tingkatan inkontinensia urin.
2. Radiasi
Jika kanker prostat dideteksi pada tahap awalnya, pengobatan yang
diberikan mungkin terapi radiasi kuratif- baik teleterapi dengan
akselerator linear atau radiasi interstisial (implantasi radioaktif iodine atau
emas yang dikombinasi dengan limfadenektomi pelvis). Efek samping,
biasanya bersifat sementara, mencakup inflamasi rectum, usus, dan
kandung kemih (proktitis, enteritis dan sistitis) akibat dosis radiasi dan
kedekatannya dengan letak rectum, usus dan kandung kemih. Iritasi

kandung kemih dan uretra akibat terapi radiasi dapat menyebabkan nyeri
selama ejakulasi. Karena hamper setengah dari semua pasien mengalami
tumor yang secara local telah lanjut atau terdapat bukti adanya metastase
pada saat pertama kali mereka mencari pengobatan, maka tindakan paliatif
menjadi indikasi untuk dilakukan.
3. Terapi Hormonal
Terapi hormonal adalah salah satu metode yang digunakan lebih untuk
mengontrol daripada menyembuhkan kanker prostat. Terapi hormonal
untuk kanker prostat tahap lanjut menekan semua stimuli andrrogenik ke
prostat derngan mengurangi kadar tertosteron plasma yang bersirkulasi
atau mengganggu pengubahan

menjadi dan atau pengikatan dengan

dihidrotestosteron. Akibatnya, epithelium prostat mengalami atrofi


(mengecil). Terapi hormonal dilakukan baik melalui orkhiektomi
(pengangkatan testis) atau dengan pemberian medikasi.
4. Orkhiektomi
Secara efektif menurunkan kadar testosterone plasma karena sekitar 93 %
testosterone yang bersirkulasi adalah berasal dari testikuler. Sebagai
akibat,

stimulus

testikuler

yang

dibutuhkan

untuk

melanjutkan

pertumbuhan prostatic diangkat seluruhnya dan mengakibatkan atrofi


prostat. Meskipun orkhiektomi tidak menyebabkan efek samping yang
berkaitan dengan terapi hormonal lainnya, hal ini membawa dampak
emosional yang signifikan.
5. Cryosurgery
Cryosurgery kelenjar prostat adalah upaya terbaru untuk menyingkirkan
kanker prostat pada pasien yang secara fisik tidak dapat mentoleransi
pembedahan atau pada mereka yang mengalami kanker prostat kambuhan.
Untuk menjaga agar saluran uretral tetap paten maka dibutuhkan reseksi
transurethral berulang. Apabila hal ini tidak praktis, drainase kateter
dilakukan dengan cara rute suprapubik atau transuretral.
F. KOMPLIKASI

1. Kanker prostate progresif yang tidak diterapi memiliki angka kematian yang
sangat tinggi (>90%) .
2. Kanker testis dapat bermetastasis keparu, kelenjar l,imfe atau susunan syaraf
pusat.
3. Angka bertahan hidup pada kanker prostate bergantung pada stadium saat
didiagnosis.Sebagian besar pria yang didiagnosis berada pada stadium D akan meninggal
dalam waktu 3-5 tahun
4. Hernia / hemoroidd. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan
terbentuknya batue. Hematuriaf. Sistitis dan Pielonefritis.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER PROSTAT


A.

PENGKAJIAN
Adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status klien. (Nursalam, 2001: 17)
1) Data Biografi

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, alamat, tanggal


pengkajian.
2) Riwayat kesehatan.
a. Riwayat kesehatan sekarang.
1. Keluhan utama masuk rumah sakit.
Keluhan yang disampaikan tentang alasan mengapa dirinya
sampai masuk rumah sakit untuk kepentingan klien mencari
pengobatan. Klien dengan kanker prostat akan mengeluh tentang
kesulitan atau adanya gangguan proses miksi/BAK yang bisa jadi telah
berlangsung lama termasuk adanya haematuri.
2. Keluhan utama saat dikaji
Merupakan keluhan yang disampaikan oleh klien saat
pengkajian dan dikembangkan secara PQRST. P ( Provokative), hal
apa yang menyebabkan nyeri bertambah atau nyeri berkurang. Klien
dengan kankker prostat akan merasakan nyeri pada tulang saat stadium
lanjut . Klien biasanya mengeluh adanya gangguan dalam BAK, nyeri,
adanya haematuri atau ketergantungan akan pemasangan dower
chateter. Q (Quality/ Quantity), bagaimana nyeri dirasakan kilen,
apakah sampai mengganggu istirahat/aktivitas klien sehari-hari, hilang
timbul atau nyeri dirasakan tidak mengganggu keseharian dirinya. R
(Region/Radiation), dimana nyeri dirasakan, apakah menyebar ke
daerah lain atau tidak. S (Saferity/Scale), berapa berat nyeri dirasakan
klien.

b. Riwayat kesehatan dahulu.


Adakah gejala khas berupa gangguan dalam BAK yang lama,
berapa gejala itu muncul, adakah keluhan nyeri pinggang. Adakah
kesenangan klien akan makanan yang mengandung lemak tinggi
terutama yang bersumber dari hewani.
c. Riwayat kesehatan keluarga.
Mencari data dari anggota keluarga adakah yang menderita
penyakit kanker seperti yang dialami klien saat ini, penyakit ginjal,
dan hipertensi.
3) Pengkajian fisik
Digunakan untuk mendapatkan data obyektif dan riwayat keperawatan
klien dengan tehnik inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dengan
melibatkan semua panca indra.
Penderita kanker prostat terutama yang dilakukan tindakan pembedahan
dalam penatalaksanaannya sangat mungkin akan mengalami ganggua sexual pasca
operatif. Sehingga pengkajian perlu hati-hati dan mendalam terutama pada klien
dengan usia produktif, diskusikan dengan pasangan alternatif keintiman dengan
metode atau cara lain yang dapat dimengerti dan dilakukan klien dan pasangan.
Pengobatan kanker yang dapat mempengaruhi alat kelamin dapat menimbulakan
disfungsi sexual, motivasi klien dan pasangan untuk ber KB, kaji juga tentang
pengaruh terhadap kesuburan selama penyakit.

B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan kemajuan penyakit dan modalitas pengobatan.
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi uretra terhadap
pembesaran tumor.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia.
4. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan hipoksia jaringan, malnutrisi,
dan keletihan.

C.

PERENCANAAN KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan kemajuan penyakit dan modalitas pengobatan.


NOC :
1) Pain level
2) Pain control
3) Comfort level
Kriteria hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi
nyeri)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan
tanda nyeri)
NIC : Pain Management
1) Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (PQRST)
2) Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4) Memberikan terapi relaksasi napas dalam
5) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesic
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi uretra terhadap
pembesaran tumor.

NOC:
1) Urinary elimination
2) Urinary contiunence
Kriteria hasil:
1) Kandung kemih kosong secara penuh
2) Intake cairan dalam rentang normal
3) Balance cairan seimbang
NIC: Urinary retention care
1) Lakukan penilaian kemih yang komprehensif
2) Memantau penggunaan obat dengan sifat antikolinergik
3) Merangsang reflex kandung kemih dengan menerapkan dingin
untuk perut
4) Sediakan waktu yang cukup untuk pengosongan kandung
kemih
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia.
NOC :
1) Nutritional status
2) Nutritional status : food and fluid intake
3) Weight control
Criteria hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
NIC :
Nutrition Management
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Nutrition Monitoring
1) BB pasien dalam batas normal
2) Monitor adanya penurunan berat badan
3) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

4. Hambatan

mobilisasi

fisik

berhubungan

dengan

hipoksia

jaringan,

malnutrisi, dan keletihan.


NOC:
1) Joint movement : Active
2) Mobility level
3) Self care : ADLs
4) Transfer performance
Kriteri hasil:
1)
2)
3)
4)

Klien meningkat dalam aktivitas sfisik


Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
Memperagakan penggunaan alat
Membantu untuk mobilisasi

NIC: Exercise therapy


1) Monitoring vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan
2) Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi
3) Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
4) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
5) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLS secara
mandiri sesuai kemapuan

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kanker prostat adalah keganasan yang terjadi di dalam kelenjar prostat.Beberapa


dokter mempercayai bahwa kanker prostat dimulai dengan perubahansangat kecil
dalam ukuran dan bentuk sel-sel kelenjar prostat.
Kanker prostat merupakan penyebab kematian akibat kanker no 3 pada pria dan
merupakan penyebab

utama

kematin

akibat

kanker

pada

pria

diatas

74

tahun.Kanker prostat jarang ditemukan pada pria berusia kurang dari 40 tahun.
B.

SARAN
Perlu informasi dan sosialisasi bagi para usia lanjut untuk mengkonsumsi

kalsium dalam jumlah aman dan tanda atau gejalah kanker prostat agar para usia
lanjut bisa mengobati lebih cepat. Untuk menghindarkan diri dari Kanker Prostat :
1. Lakukan pemeriksaan PSA setiap tahun mulai usia 45 tahun, bila
terdapatriwayat kanker prostat pada keluarga.
2. Waspada bila terjadi peningkatan kadar diatas 25%, segera konsultasikanhasil
test pada Dokter
3. Deteksi dini memberikan keberhasilan terapi yang lebih besar

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. 2012. Nursing Intervention Classification (NIC). Edisi 6.


USA : Elsevier

Brunner & Suddarth/ editor, Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001.


Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8, Vol 2). Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather. 2012. NANDA International : Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Moorhead, Sue. Dkk. 2012. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi 5.
USA : Elsevier
Nursalam. 2001:74. Proses & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba
Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar dasar urologi. Malang: CV Infomedika

You might also like