You are on page 1of 8

AHLAK DALAM MASYARAKAT

Di dalam Islam, segala sesuatu telah diatur dalam Al-Quran dan telah dijelaskan
serta diperkuat oleh hadits Rasulullah, baik dalam sholat, zakat, berhaji, makan,
berjalan, dan banyak hal lainnya, begitu pun dengan bagaimana kita berakhlak dalam
masyarakat.
Hidup bermasyarakat adalah hal yang tidak bisa terlepas dari seseorang manusia.
Penciptaan manusia sebagai mahluk sosial membuatnya selalu membutuhkan orang
lain.
Hidup bermasyarakat tentu bukan perkara yang mudah, hal ini merupakan perkara
yang tidak boleh disepelekan. Menjaga akhlak dalam hidup bermasyarakat adalah hal
yang sangat penting. Hal ini bertujuan agar hubungan baik dengan orang lain selalu
terjalin dengan harmonis sehingga menciptakan rasa cinta, damai dan tentram di
antara masyarakat.
Dalam pokok pembahasan ini, ada 4 hal yang harus diperhatikan, yakni :
1. BERTAMU DAN MENERIMA TAMU
Dalam bertamu, tentu ada beberapa etika yang harus diperhatikan begitupun ketika kit
menerima tamu. Aturan-aturan yang sepatutnya kita lakukan agar kiranya ukhuwwah
itu semakin erat dan Allah senantiasa meridhoi.
Beberapa etika yang perlu diperhatikan :
- Ucapkan salam maksimal 3x
Jika salah seorang di antara kalian meminta izin 3x lalu tidak diizinkan, hendaknya ia
kembali (HR.Bukhari)
- Dilarang untuk Mengintip di Jendela.
Mengintip di jendela ketika hendak bertamu bukanlah etika yang baik dan ini
menunjukkan sikap yang kurang sopan, jadi hendaknya kita menghindarinya agar si
pemilik rumah tidak merasa terganggu.
- Sopan saat bertamu.
Berlaku sopan/ baik itu merupakan akhlak seorang muslim. Apabila bertamu maka
hendaklah mengucapkan hal-hal yang baik, berperilaku yang sopan dan ramah agar si
tuan sumah tetap merasa nyaman .
- Pilihlah waktu yang tepat dan jangan terlalu
lama.
Usahakan bertamu di waktu yang tepat, misalnya di waktu sore, hindari bertamu di
waktu orang lain sedang istirahat, misalnya tengah malam dan jangan terlalu lama, hal
ini dianjurkan karena dikhawatir justru akan mengganggu aktivitas tuan rumah.
- Tidak merepotkan.
Berbuat baik kepada tamu termasuk perkara penting yang diwajibkan oleh Rasulullah
S.a.w kepada kita. Perbuatan ini termasuk hak muslim atas muslim lainnya. Termasuk
ahklak yang mulia, Rasulullah S.a.w bersabda :
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamutamunya dengan memberinya hadiah. Apa hadiahnya itu ya Rasulullah? Beliau
menjawab (menjamunya sehari semalam, jamuan untuk tamu ialah 3 hari dan
selebihnya adalah sedekah). Jamuan untuk tamu adalah 3 hari dan selebihnya
(untuk bekal perjalanan) untuk sehari semalam. Tidak halal bagi seorang muslim
menetap dirumah saudaranya kemudian membuatnya berdosa. Para sahabat bertanya,
Wahai Rasulullah! Bagaimana ia membuatnya berdosa? Rasulullah menjawab Ia
(tamu tersebut) menetap padanya, namun tuan rumah tidak mempunyai sesuatu
untuk memuliakannya.
Dua hadits di atas menjelaskan bahwa jamuan bagi tamu untuk bekal perjalanan

sehari-semalam dan waktu perjamuan ialah 3 hari. Nabi membedakannya antara


hadiah untuk tamu dan jamuannya, bahkan terdapat riwayat yang menegaskan bahwa
perjamuan adalah hak muslim atas muslim lainnya.
Dalam as-shalihah dari Uqbah bin Amir R.A. Ia berkata Wahai Rasulullah,
sesungguhnya engkau mengirim Kami, kemudian kami singgah di kaum yang tidak
menjamu kami, bagaimana pendapatmu? Rasulullah berkata kepada kami Jika kalian
singgah di salah satu kaum, kalau mereka memberikan kalian apa yang layak diterima
tamu, maka terimalah dan jika mereka tidak melakukannya ambillah dari mereka hak
tamu yang harus mereka berikan.
Nah ini menunjukkan wajibnya menjamu tamu selama sehari semalam dan ini adalah
hadiah untuk tamu lalu disempunakan dengan adanya 2 hari 2 malam sehingga
kesempurnaan memuliakan tamu adalah 3 hari 3 malam.
Imam Ahmad berkata, tamu berhak menuntut semua, jika tuan rumah tidak
memberikannya, karena jamuan adalah hak wajib baginya. Tentu saja menjamu tamu
disesuaikan dengan kemampuan dan adat setempat. Orang yang tidak mempu
menjamu secara sempurna maka tidak diwajibkan dan tamu tidak boleh meminta
dijamu oleh orang yang tidak mampu menjamu. Salman r.a, seorang sahabat Nabi
berkata Rasulullah melarang kami membebani diri untuk menjamu dengan sesuatu
yang tidak kami miliki. Tuan rumah tidak wajib membantu tamunya kecuali dengan
sesuatu yang dimilikinya. Jika tuan rumah tidak memiliki sesuatu pun, ia tidak wajib
memberi tamunya. Tapi, jika tuan rumah mau mengutamakan tamunya dari dirinya
sendiri seperti yang dilakukan orang-orang Anshar, dimana dengan sebab perbuatan
mereka Allah turunkan Firman-Nya :

Artinya : Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) mencintai
orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka
sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung.
Demi mengamalkan hadits nabi Tidak halal seorang bertamu hingga menyusahkan
tuan rumah Jadi, menjamu tamu adalah bentuk infaq, yang wajib dan diambil dari
makanan yang dimiliki. Jadi, infaq tersebut hanya diwajibkan kepada orang yang
makanan darinya ada, tidak boleh menyulitkan diri dalam hal ini. Adapun menjamu
tamu (yang tidak bermalam) maka kita pun wajib melayaninya dengan baik, berlaku
baik sehingga tamu tersebut merasa dihormati.
2. HUBUNGAN BAIK DENGAN TETANGGA
Memuliakan dan berbuat baik kepada tetangga adalah perkara yang sangat ditentukan
dalam syariat islam, hal ini juga telah diperintahkan Allah dalam Firman-Nya

Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-

anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan
teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.(QS. An-Nisa:36)
Selain Rasulullah pun mencontohkan kepada kita agar senantiasa memuliakan
tetangga kita. Dari Abu Hurairah Ra, dari Rasulullah Saw bersabda : Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah ia berkata baik/diam. Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati tetangganya dan
barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Sebagai seorang muslim yang baik maka hendaklah kita senantiasa memperlakukan
tetangga kita dengan senantiasa memperhatikan dan memuliakan haknya. Hak
seorang tetangga ini dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu :
A. Berbuat Baik (Ihsan) Kepada Tetangga
Diantar ihsab kepada tetangga adalah taziah ketika mereka mendapatkan musibah,
mengucapkan salam ketika mendapatkan kebahagiaan, menjenguknya ketika sakit,
dan bermuka manis ketika bertemu dengannya serta membantu membimbingnya
kepada hal-hal yang bermanfaat dunia akhirat. Sebagian ulama berkata,
kesempurnaan berbuat baik kepada tetangga ada 4hal, yaitu :
1. Senang dan bahagia dengan apa yang dimilikinya
2. Tidak tamak untuk memiliki apa yang dimilikinya
3. Mencegah gangguan dengannya
4. Bersabar dari gangguannya
B. Sabar Menghadapi Gangguan Tetangga
Ini adalah hak kedua untuk tetangga yang berhubungan erat dengan yang pertama dan
menjadi penyempurnanya. Hal ini dilakukan dengan memaafkan kesalahan dan
perbuatan jelek mereka khususnya kesalahan yang tidak disengaja/ sudah sesali
kejadiannya. Hasan Al-Bashri berkata: mengganggu bukan termasuk berbuat baik
kepada tetangga akan tetapi berbuat baik kepada tetangga dengan sabar atas
gangguannya
C. Menjaga Dan Memelihara Tetangga
Imam Ibnu Abi Jamroh berkata, menjaga tetangga termasuk kesempurnaan iman
orang jahiliyah dahulu sangat menjaga hal ini melaksanakan wasiat berbuat baik ini
dengan memberikan beraneka ragam sesuai kemampuan, seperti salam, bermuka
manis ketika bertemu, menahan sebab-sebab yang mengganggu mereka dengan segala
macam nya, baik jasmani dan rohani.
D. Tidak Mengganggu Tetangga
Telah dijelaskan diatas kedudukan tetangga yang tinggi dan hak-haknya yang terjaga
di dalam islam. Rasulullah Saw memperingatkan dengan keras upaya mengganggu
tetangga, sebagaimana dalam sabdanya yaitu: Tidak masuk surga orang yang
tetangganya merasa tidak aman dari kejahatannya (HR.Muslim).
3. ADAB PERGAULAN DENGAN LAWAN JENIS
Bersahabat dengan lawan jenis tentu bukan suatu hal yang diharamkan dalam agama,
akan tetapi agar tidak terjadi fitnah, maka alangkah baiknya, kita senantiasa
memperhatikan beberapa batasan-batasan dalam bergaul dengan lawan jenis.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bergaul dengan lawan jenis,
diantaranya yaitu :
A. Senantiasa menundukkan pandangan.
Menundukkan pandangan adalah suatu hal yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah
saw karena sesungguhnya dengan menundukkan pandangan, akan menjadi sebab

Allah ridha kepadanya, dan akan senantiasa membuat qalbunya tentram. Sebab mata
adalah cerminan qalbu. Orang yang matanya liar melihat apa saja, qalbunya akan
menjadi tidak tenang. Sedangkan orang yang menundukkan pandangannya, berarti ia
menundukkan qalbunya dari syahwat dan nafsu. Namun kalau ia liar memandang ke
mana saja maka qalbunya ikut menjadi liar mengumbar nafsu. Katakan kepaa orang
laki-laki yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara
kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka (An-Nur : 30)
Syaikhul islam Ibnu Tamuan berkata mengenai ayat ini, Allah Swt menjadikan sikap
menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan sebagai upaya paling kuat untuk
membersihkan jiwa itu mencakup hilangnya segala keburukan berupa perbuatan keji,
kezaliman, kesirikan, kedustaan, dsb.
Wahai Ali, janganlah engkau turutkan pandangan (pertama) dengan pandangan (ke2) karena engkau berhak (yakin tidak berdosa) pada pandangan (pertama) tetapi tidak
hak pada pandangan kedua (HR. Abu Daud, Tirmizi).
Di hadits juga menjelaskan tentang hal ini. Jarir bin Abdullah berkata, aku bertanya
kepada Rasulullah tentang pandangan tiba-tiba (tidak sengaja) maka beliau bersabda
Palingkan pandanganmu (HR. Muslim)
B. Menjaga hijab/ tidak berkhalwat
Hal yang kedua yang harus kita perhatikan dalam bergaul dengan lawan jenis adalah
agar kita senantiasa menjaga hijab, tidak terlalu bercampur baur dengan lawan jenis
agar kita senantiasa menjaga dijauhkan dari fitnah. Selain itu, kita dilarang untuk
berkhalwat atau berduan dengan lawan jenis. Janganlah laki-laki berkhalwat dengan
seorang perempuan kecuali bersama mahrom (HR. Muslim). Selain itu, di hadits lain
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Hakim, Rasulullah Saw bersabda
Ketahuilah tidaklah seorang laki-laki menyendiri dengan seorang wanita kecuali
yang ke tiga adalah syaitan. Dan di hadits lainpun di katakan bahwa Siapa saja yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangnlah sekali-kali menyendiri dengan
perempuan lain yang tidak disertai mahramnya. Karena ditempat yang sepi itu ada
setan yang senantiasa mengajak berbuat zina (al-hadits)
Kita juga dilarang untuk bersentuhan dengan lawan jenis karena itulah kita harus
senantiasa memberi batasan dalam bergaul dengan mereka, hindari hal-hal yang bisa
membuat kita saling bercampur baur dan bersentuhan dengan lawan jenis. Dari
Aisyah ra, Rasulullah S.a.w tidak pernah menyentuh tangan seorang wanita kecuali
yang dimiliki (HR. Bukhari). Dan suatu kecelakaan besar, apabila menyepelekan hal
seperti ini sesungguhnya ditusukkan kepada salah seorang diantara kamu dengan
jarum besi itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya (HR.
Baihaqi, Ath-Tabrani) Hadits ini memberikan gambaran betapa hinanya menyentuh
seorang yang bukan muhrimnya. Bahkan ditusuk dengan jarum besi itu lebih baik
daripada menyentuh seorang yang bukan muhrimnya. Rasulullah pun mengabarkan
kepada umat manusia agar senantiasa berhati-hati dalam bergaul dengan lawan jenis
karena dapat membuka pintu fitnah. Tidaklah ku tinggalkan setelahku suatu fitnah
yang lebih berbahaya laki-laki melainkan fitnah yang datang dari wanita. (HR.
Muttafaqun Alaih)
C. Berkomunikasi untuk hal yang penting saja.
Untuk menghindari timbulnya perasaan saling mengagumi maka dianjurkan untuk
membatasi pergaulan dengan lawan jenis. Cukuplah berkomunikasi untuk hal-hal
yang penting dan hindari kebiasaan bercanda dengan lawan jenis karena ini bisa
menimbulkan rasa kagum yang akan berujung pada rasa cinta. Dan kemungkinan
terbesar, cinta ini adalah cinta yang hanya berlandas pada nafsu dan akan menodai
kesucian cinta itu. Oleh sebab itu, kita harus senantiasa bersikap wara dalam bergaul

dengan lawan jenis.


4. UKHUWAH ISLAMIYAH
Ukhuwah Islamiyah bisa kita artikan sebagai persaudaraan di antara umat islam,
dimana persaudaraan diantara seorang muslim diibaratkan sebagai bangunan yang
kokoh yang sedang menguatkan. Sebagai umat islam, ada hal-hal yang harus
ditunaikan anatar sesama umat islam sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah dalam
sabdanya : Hak seorang muslim dengan muslim ada 6 yaitu: Apabila engkau
berjumpa dengannya, ucapkanlah salam, apabila ia mengundangmu, penuhilah,
apabila dia meminta nasehat kepadamu berilah nasehat, apabila dia bersin dan
mengucapkan Alhamdulillah, ucapkanlah Yarhamukallah, apabila dia sakit, jenguklah
dan apabila dia meninggal dunia, antarkanlah jenazahnya (HR. Bukhari Muslim)
Jadi, ada 6 hak seorang muslim sebagaimana yang disebutkan dalam hadits diatas,
yaitu :
1. Apabila engkau berjumpa dengannya, ucapkanlah salam.
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,



Kalian tidak akan masuk surga, kecuali dengan beriman. Kalian tidak akan beriman,
kecuali dengan saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu yang
jika kalian lakukan, maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara
kalian! (HR. Muslim)
Selain itu, kita dianjurkan untuk saling memberi salam tidak hanya kepada orangorang yang kita kenal saja tetapi begitupun dengan orang yang belum kita kenal. Dari
Abdullah ibn Amr r.a., Seorang pemuda bertanya kepada Rasulullah saw, Apa yang
terbaik dalam islam? Rasulullah menjawab, Memberi makan (orang miskin) dan
mengucapkan salam kepada yang engkau kenal atau yang tidak engkau kenal. (HR.
Bukhari dan Muslim). Salam merupakan salah satu dari nama-nama Allah
menyebarkan salam berarti banyak menyebut Allah, sebagaimana difirmankan oleh
Allah, sebagaimana difirmankan oleh Allah, Laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar.(QS. AL- Ahzab: 35)
Beberapa kejahatan yang gagal dengan adanya kalimat as-salamu alaikum ! Beberapa
banyak kebaikan diperoleh dengan kalimat, as-salamu alaikum ! Beberapa banyak
hubungan persaudaraan terjalin dengan kalimat as-salamu alaikum!
2. Apabila ia mengundangmu penuhilah
Dari Ibnu Umar Ibnu Umar ra., Rasulullah saw bersabda Penuhilah undangan jika
kalian diundang (HR. Muslim) dan di hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah ra., Rasulullah bersabda Jika seorang diantara kamu diundang maka
hendaklah ia menghadirinya jika dia sedang berpuasa maka doakanlah dan kalau tidak
berpuasa hendaklah dia makan. (HR. Muslim No.78)
Dari Jabir Abdullah ra, ia berkata Rasulullah saw bersabda :


Bila salah seorang di antara kamu diundang ke suatu jamuan makan, maka
hendaklah ia memenuhinya. Bila ia menghendaki dapat memakannya, dan bila
menghendaki dapat membiarkannya
3. Apabila dia minta nasehat maka nasehatilah
Menurut istilah syari, Ibnu al-Atsir menyebutkan, Nasehat adalah sebuah kata yang

mengungkapkan suatu kalimat yang sempurna, yaitu keinginan (memberikan)


kebaikan kepada orang yang dinasehati. Makna tersebut tidak bisa diungkapkan hanya
dengan satu kata, sehingga harus bergabung dengannya kata yang lain (An-Nihayah
(V/62) . Ini semakna dengan defenisi yang disampaikan oleh Imam Khaththabi.
Beliau berkata, Nasehat adalah sebuah kata yang jami (luas maknanya) yang berarti
mengerahkan segala yang dimiliki demi (kebaikan) orang yang dinasihati. Ia
merupakan sebuah kata yang ringkas (namun luas maknanya). Tidak ada satu kata pun
dalam bahasa Arab yang bisa mengungkapkan makna dari kata (nasehat) ini, kecuali
bila digabung dengan kata lain. (Ilamul-Hadits (I/189-190) dan Syarah Shahih
Muslim (II/32-33), lihat Fathul Bari (I/167)) .
Suatu keharusan bagi setiap umat manusia untuk selagi menasehati dalam kebaikan,
selagi mengajak kepada yang maruf dan selalu mengingatkn ketika saudaranya
khilaf.
Firman Allah dalam al-quran :

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan- Mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl:125)
Di dalam hadits Rasulullah, di jelaskan beberapa tahap dalam menasehati dan
hendaklah kita mengikuti agar bisa mendapat kemuliaannya, sabda Rasulullah
Barangsiapa yang melihat perkara mungkar, maka hendaklah ia mencegahnya
dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya, maka hal yang terakhir
ini sebagai pertanda selemah-lemahnya iman.(HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, AtTirmidzi). Dan sungguh mulia kedudukan orang yang menunjukkan jalan kebaikan,
maka dari itu hendaklah kita selalu mengingatkan. Karena orang yang mengingatkan
akan mendapat pahala sebagaimana hadit Rasulullah Barangsiapa yang menunjukkan
jalan kebaikan, ia akan memperoleh pahala seperti pahala orang yang melakukannya.
(HR.Muslim). Ada beberapa keutamaan dalam memberikan nasehat sebagaimana
yang telah diilustrasikan dalam al-quran, Menasehati hamba-hamba Allah kepada hal
yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat mereka merupakan tugas para rasul. Allah
mengabarkan perkataan nabi-Nya, Hud, ketika menasehati kaumnya, Aku
menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepada kalian dan aku ini hanyalah pemberi
nasehat yang terpercaya bagimu (Q.S. Al-Araf: 68).
Allah juga menyebutkan perkataan nabi-Nya, Shalih, kepada kaumnya setelah Allah
menimpakan bencana kepada mereka, Maka Shalih berkata, Hai kaumku,
sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah
memberi nasehat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi
nasehat (Q.S. Al-Araf: 79).
Maka seorang hamba akan memperoleh kemuliaan manakala dia melaksanakan apa
yang telah dilakukan oleh para nabi dan rasul. Nasehat merupakan salah satu sebab
yang menjadikan tingginya derajat para nabi, maka barangsiapa yang ingin
ditinggikan derajatnya di sisi Allah, Pencipta langit dan bumi, maka hendaknya dia
melaksanakan tugas yang agung ini (Qawaid wa Fawaid (hal. 94-95)) .
4. Apabila dia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah maka ucapkanlah
Yarhamukallah
Dari Ali ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila salah seorang di antara kalian
bersin, hendaklah mengucapkan alhamdulillah, dan hendaknya saudaranya

mengucapkan untuknya yarhamukallah. Apabila ia mengucapkan kepadanya


yarhamukallah, hendaklah ia (orang yang bersin) mengucapkan yahdii kumullah wa
yushlihu balaakum (artinya = Mudah-mudahan Allah memberikan petunjuk dan
memperbaiki hatimu). (HR.Bukhari) [10]
5. Apabila dia sakit, jenguklah
Ada pahala yang besar dalam perbuatan ini dan menjenguk orang yang sakit sangat
dianjurkan. Rasulullah bersabda,


Barangsiapa menjenguk orang yang sakit, maka ia akan selalu berada dalam kebun
surga. Orang-orang bertanya, Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan kebun
surga itu? Rasulullah menjawab, Buah-buahnya. (HR.Muslim)
Ada banyak nilai positif dalam menjenguk orang yang sakit. Di antaranya:
mendoakannya, mendapakan pahala dari menjenguknya, terutama dalam menghibur
keluarganya. Bukhari meriwayatkan dari Jabir ibn Abdillah, Aku sedang sakit dan
Rasulullah bersama Abu Bakar menjengukku dengan jalan kaki. Ketika itu aku sedang
pingsan. Nabi segera mengambil air wudhu kemudian meneteskan air wudhu itu
kepalaku. Ketika tersadar, ternyata itu Nabi.
6. Apabila dia meninggal dunia antarkanlah jenazahnya
Barangsiapa yang mengantarkan jenazah seorang islam dengan rasa Iman dan karena
Allah semata dia menghadirinya sampai di shalati dan sampai selesai penguburannya,
maka ia telah kembali dengan mendapat dua qirath tiap-tiap qirat itu semisal besarnya
gunung uhud. (HR. Bukhari)
Nafi berkata, Diceritakan kepada Ibnu Umar bahwa Abu Hurairah berkata,
Barangsiapa yang mengiringkan jenazah, maka ia mendapatkan satu qirath. Ibnu
Umar berkata, Abu Hurairah terlalu banyak mengatakannya kepada kami. Lalu
Aisyah membenarkan Abu Hurairah seraya berkata, Aku mendengar Rasulullah
bersabda begitu. Kemudian Ibnu Umar berkata, Sungguh kami telah mengabaikan
banyak qirath.

MAKALAH AIK

AHLAK DALAM BERMASYARAKAT

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
REZKI AMELIA (10540672211)
NUR ASMA (10540672214)
NURFAINNAH (105406722 )

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MAKASSAR
2013

You might also like