You are on page 1of 14

DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KONTEKS GERHANA

MATAHARI TOTAL MATERI BARISAN DAN DERET ARITMETIKA


Gita Cahyaningtyas; M. Dammiri Saputra; Reska Permatasari
Mahasiswa S-1 Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya
Email: gita_cahya28@yahoo.co.id

Abstrak
Matematika dapat diajarkan dengan tepat apabila model pembelajaran yang digunakan
tepat. Dari berbagai model pembelajaran yang ada, model pembelajaran berbasis masalah
merupakan model pembelajaran biasa digunakan dalam pembelajaran matematika.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dimana dalam pembelajaran siswa akan terbiasa menghadapi masalah
(problem posing) dan menyelesaikan masalah, tidak hanya terkait dengan pembelajaran dalam
kelas, tetapi juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari (real world).
Gerhana Matahari Total (GMT) yang baru saja terjadi di Indonesia merupakan peristiwa nyata
yang dapat dijadikan konteks untuk pembelajaran matematika. Dengan konteks GMT yang
membentuk pola, di dapatlah pembelajaran matematika yang sesuai, yaitu Barisan dan Deret
Aritmatika. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman mahasiswa dan hasil
belajar mahasiswa dengan desain pembelajaran berbasis masalah menggunakan materi Barisan
dan Deret Aritmatika di kelas Pendidikan Matematika 2015 Kampus Palembang Universitas
Sriwijaya.
Kata Kunci: Problem Based Learning, GMT, barisan dan deret aritmetika
Abstract
Math can be taught appropriately if the learning model is used appropriate too. Of the
various existing models of learning, problem based learning is an instructional model used in the
study of mathematics. Implementation of learning activities by applying the learning model
Problem Based Learning (PBL) in which student during learning will be used to facing problems
(problem posing) and solve problems, not only related to the learning in the class, but also face
the problems that exist in everyday life (real world). Total Solar Eclipse (GMT) just happened in
Indonesia is a real event that can be used as a context for learning mathematics. With GMT
context that forms a pattern, in it can be learning mathematics that corresponding, i.e.
Arithmetic Sequences and Series. This study aimed to describe the student's understanding and
learning outcomes of students with problem-based learning design using materials Arithmetic
Sequences and Series in Mathematics Education 2015, Sriwijaya University, Palembang.
Keywords: Problem Based Learning, Total Solar Eclipse, Arithmetic Sequences and Series

Pendidikan merupakan salah satu hal


yang sangat penting dalam kehidupan, yaitu
suatu
usaha
manusia
agar
dapat
mengembangkan potensi dirinya melalui
proses pembelajaran sehingga dapat
menciptakan kehidupan yang lebih baik.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa pendidikan merupakan faktor utama
dalam pembentukan kualitas kehidupan
yang lebih baik. (Syuro, 2012)
Salah satu inti dari dunia pendidikan
adalah pendidikan Matematika dimana
Matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang ada di setiap jenjang
pendidikan, baik di jenjang pendidikan
dasar, menengah, maupun perguruan tinggi.
Peranan matematika sangat penting dalam
menunjang pembangunan di bidang
pendidikan. Bagi siswa, penguasaan
matematika akan menjadi sarana yang
ampuh untuk mempelajari mata pelajaran
lain. (Zaura dan Sulastri, 2012)
Menurut
Asari,
karakteristik
pembelajaran matematika saat ini lebih
terfokus kepada kemampuan prosedural,
komunikasi satu arah, pengaturan kelas yang
monoton, low order thinking skill, selalu
bergantung dengan buku paket, lebih
dominan menggunakan soal rutin dan
pertanyaan rendah. (Lewy dkk, 2009)
Sanjaya (2011:1) juga berpendapat
jika salah satu masalah yang dihadapi dunia
pendidikan kita adalah lemahnya proses
pembelajaran, dimana anak kurang didorong
untuk mengembangkan kemampuan berpikir
yang dimilikinya. (Yulianti dkk, 2015)
Trianto (2009) menyatakan bahwa
masalah utama dalam pembelajaran pada
pendidikan formal (sekolah) adalah masih
rendahnya kemampuan daya serap peserta

didik terhadap materi yang diberikan guru


dimana dalam hal ini tampak dari hasil
belajar peserta didik yang senantiasa
memprihatinkan. (Bungel, 2014)
Selain itu, berdasarkan hasil PISA
2009 kualitas pembelajaran matematika
Indonesia berada pada peringkat 68 dari 74
negara. Demikian pula dalam tes Trends in
International Mathematicsand Science Study
(TIMSS) yang diadakan 4 tahun sekali, di
bidang matematika dan sains. Hasil tes juga
menunjukkan
kemampuan
pemecahan
masalah matematis siswa Indonesia berada
di bawah rata-rata skor internasional.
Berdasarkan Hasil TIMSS 2011 kualitas
pembelajaran matematika Indonesia berada
pada peringkat 38 dari 42 negara.
Berdasarkan hasil studi TIMSS dan PISA di
bidang matematika, siswa Indonesia belum
mampu menyelesaikan soal yang menuntut
kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti
kemampuan pemecahan masalah. (Dewi
dkk, 2014)
Banyak penyebab dari kesulitankesulitan
tersebut
terjadi
karena
pembelajaran terlalu berpusat pada guru.
Seperti pada hasil observasi langsung yang
dilakukan di SMP Negeri 6 Kintamani tahun
ajaran 2013/2014 kelas VIIA, bahwa strategi
yang digunakan oleh guru dalam proses
belajar mengajar cenderung bersifat
konvensional, yaitu proses pembelajaran
masih didominasi oleh guru dan tidak
memusatkan pembelajaran kepada siswa
(student center learning). Tentunya metode
ini akan membuat siswa cenderung pasif
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
(Karmajaya, 2014)
Untuk membantu
siswa dari
kesulitan-kesulitan tersebut salah satunya

adalah menggunakan model pembelajaran


yang bersifat student centered learning atau
yang berpusat kepada siswa. Dari berbagai
model pembelajaran yang ada, model
pembelajaran berbasis masalah merupakan
model pembelajaran biasa digunakan dalam
pembelajaran matematika. Langkah-langkah
yang digunakan dalam strategi pembelajaran
PBL dapat memberikan pengaruh yang baik
dalam belajar, sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai. (Udhayani, 2014)
Sejalan dengan pendapat menurut
Sumiati dan Asra (2007:57) yang
menyatakan bahwa hasil belajar yang
dicapai dengan orientasi pada masalah lebih
tinggi nilai kemanfaatannya dibandingkan
dengan belajar melalui pembelajaran
konvensional. (Syuro, 2012)
Wahyuningtyas
(2013)
dalam
penelitiannya juga menyimpulkan bahwa
dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah, pelaksanaan aktivitasaktivitas kelas berlangsung efektif dan hasil
belajar siswa pun bagus dan tuntas.
Sesuai dengan pengertian PBL yang
dikemukakan oleh Nurhadi, bahwa PBL
adalah suatu model pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berpikir dan keterampilan
memecahkan
masalah
serta
untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensial dari mata pelajaran. (Karmajaya,
2014)
Sehubungan dengan konteks yang
berkaitan dengan real world, bertepatan
dengan tanggal 9 Maret 2016 kemarin
terjadi peristiwa alam yang terjadi di
Indonesia, yaitu Gerhana Matahari Total.
Peristiwa tersebut secara tidak langsung

tanpa kita sadari telah membentuk suatu


pola yang berkaitan dengan materi barisan
dan deret aritmatika. Oleh karena itu,
penulis
bermaksud
memperbaiki
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) berkaitan dengan
materi barisan dan deret aritmatika.
Ada banyak metode maupun model
pembelajaran yang lazimnya dipakai oleh
guru maupun peneliti untuk mengajarkan
siswa berorientasi dengan masalah, salah
satunya adalah model pembelajaran
Problem-Based Learning (pembelajaran
berbasis masalah). Savery & Duffy (2012)
menyatakan
bahwa:
Problem-based
learning as a curriculum design that
identified students not as passive recipients
of knowledge but as problem solvers who
could develop disciplinary knowledge yang
artinya pembelajaran berbasis masalah
sebagai
desain
kurikulum
yang
mengidentifikasikan siswa tidak sebagai
penerima yang pasif dari pengetahuan tetapi
sebagai pemecah masalah yang bisa
mengembangkan pengetahuan. (Bungel,
2014)
Menurut Qomaruddin, Rahman, dan
Iahad (2014) sebagai berikut: Teaching
and learning in the PBL approach differ
from the traditional approaches. PBL
encourages students to be, specifically:
active learners, self-directed learners and
work together in a group. It enables various
methods of assessing students, including, for
example: assessing the outcomes of the PBL
(such as a group project report) and
assessing the performance of an individual
student yang artinya kegiatan belajar dan
mengajar dalam pendekatan PBL berbeda

dari
pendekatan
tradisional
atau
konvensional. PBL mendorong siswa secara
khusus menjadi: siswa aktif, siswa mandiri
dan kerjasama dalam sebuah grup. Hal itu
memungkinkan berbagai macam metode
dalam
pendugaan
terhadap
siswa,
contohnya: dugaan terhadap hasil dari PBL
(seperti laporan hasil diskusi) dan dugaan
hasil kerja dari masing-masing siswa.
(Lathiifah dkk, 2015)
Roh (2003) menyatakan bahwa
pembelajaran berbasis masalah adalah
strategi pembelajaran di kelas yang
mengatur atau mengelola pembelajaran
matematika di sekitar pemecahan masalah
dan memberikan kepada siswa kesempatan
untuk berpikir secara kritis, mengajukan ide
kreatif
mereka
sendiri,
dan
mengkomunikasikan dengan temannya
secara matematis. (Juliana dkk, 2014)
Warsono dan Hariyanto (2012:152)
mengatakan bahwa kelebihan dari PBL
adalah 1) Siswa akan terbiasa menghadapi
masalah (problem posing) dan merasa
tertantang untuk menyelesaikan masalah,
tidak hanya terkait dengan pembelajaran
dalam kelas, tetapi juga menghadapi
masalah yang ada dalam kehidupan seharihari (real world). 2) Memupuk solidaritas
sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan
teman-teman
sekelompok
kemudian
berdiskusi dengan teman sekelasnya. 3)
Makin mengakrabkan guru dengan siswa. 4)
Karena ada kemungkinan suatu masalah
harus diselesaikan siswa melalui eksperimen
hal ini juga akan membiasakan siswa dalam
menerapkan metode eksperimen. (Hidayah,
2015). Maka dari itu, pembelajaran Problem
Based Learning sangatlah baik digunakan

dalam
pengimplementasian
siswa
dikehidupan nyata.
Langkah-langkah dalam pengajaran
PBL terjadi dalam 5 fase, berikut ini adalah
tahap pembelajaran menurut Rusman (2012
: 243) :
Tabel 1. Sintaks Problem Based Learning
Fase
Aktivitasi guru
Fase 1 :
Menjelaskan tujuan
Mengorientasikan
pembelajaran,
siswa pada masalah
logistic
yang
diperlukan,
memotivasi siswa
terlibat aktif pada
aktivitas pemecahan
masalah
yang
dipilih
Fase 2 :
Membantu
siswa
Mengorientasikan
membatasi
dan
siswa untuk belajar
mengorganisasi
tugas belajar yang
berhubungan
dengan
masalah
yang dihadapi
Fase 3 :
Mendorong siswa
Membimbing
mengumpulkan
penyelidikan individu informasi
yang
maupun kelompok
sesuai,
melaksanakan
eksperimen,
dan
mencari
untuk
penjelasan
dan
pemecahan
Fase 4 :
Membantu
siswa
Mengembangkan dan merencanakan dan
menyajikan
hasil menyiapkan karya
karya
yang sesuai seperti
laporan,
dan
membantu mereka
untuk berbagi tugas

dengan temannya
Fase 5 :
Membantu
siswa
Menganalisis
dan melakukan refleksi
mengevaluasi proses terhadap
pemecahan masalah
penyelidikan
dan
proses-proses yang
digunakan selama
berlangsungnya
pemecahan
masalah.

Dalam kehidupan nyata, terdapat


berbagai macam peristiwa yang dapat
diorientasikan menjadi suatu permasalahan.
Salah satu peristiwa yang dapat dijadikan
suatu konteks yang bersesuaian adalah
peristiwa Gerhana Matahari Total (GMT).
Gerhana Matahari adalah peristiwa ketika
terhalanginya cahaya Matahari oleh Bulan
sehingga tidak semuanya sampai ke Bumi.
Peristiwa yang merupakan salah satu akibat
dinamisnya pergerakan posisi Matahari,
Bumi, dan Bulan ini hanya terjadi pada saat
fase bulan baru dan dapat diprediksi
sebelumnya. Pada tahun 2016 ini diprediksi
terjadi lima kali gerhana, yaitu:
1. Gerhana Matahari Total (GMT) 9
Maret 2016 yang dapat diamati
dari Indonesia.
2. Gerhana Bulan Penumbra (GBP)
23 Maret 2016 yang diamati dari
Indonesia.
3. Gerhana Bulan Penumbra (GBP)
18 Agustus 2016 yang diamati
dari Indonesia
4. Gerhana Matahari Cincin (GMC)
1 September 2016 yang tidak
dapat diamati dari Indonesia

5. Gerhana Bulan Penumbra (GBP)


16-17 September 2016 yang
dapat diamati dari Indonesia
Berdasarkan data di atas, maka
Gerhana Matahari Total telah terjadi pada 9
Maret 2016 kemarin. Jalur totalitas gerhana
ini melewati 45 kota dan kabupaten di 12
provinsi, yaitu Sumatera Barat bagian
Selatan, Bengkulu, Jambi bagian Selatan,
Sumatera Selatan, Bangka Belitung,
Kalimantan
Barat
bagian
Selatan,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan
Timur,
Sulawesi
Barat,
Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
Gerhana dimulai saat Kontak
Pertama terjadi, yaitu ketika piringan Bulan,
yang ditampilkan berupa lingkaran putih
dengan garis putus-putus, mulai menutupi
piringan Matahari, yang ditampilkan
berupalingkaran berwarna kuning. Seiring
berjalannya waktu, piringan Matahari yang
tergerhanai akan semakin besar hingga
akhirnya Bulan mulai menutupi seluruh
piringan Matahari. Waktu saat peristiwa ini
terjadi disebut Kontak Kedua dan akan
berakhir saat Bulan terakhir kali menutupi
seluruh piringan Matahari, yaitu saat Kontak
Ketiga.

Gambar 1. Ilustrasi proses GMT


Waktu dari Kontak Kedua hingga
Kontak Ketiga tersebut disebut sebagai
Durasi Totalitas atau Fase Totalitas, yang
lama waktunya bervariasi dari satu kota ke
kota lainnya. Pada saat fase totalitas

tersebut, kecerlangan langit di lokasi-lokasi


yang terlewati jalur totalitas tersebut akan
meredup, hingga seperti saat fajar atau senja.
Puncak keredupannya adalah saat terjadinya
Puncak Gerhana, yaitu waktu di tengahtengah fase totalitas ini. Pada saat puncak
gerhana terjadi, akan tampak cahaya redup
di sekitar Matahari, yang disebut sebagai
korona atau mahkota Matahari. Setelah
Kontak Ketiga dilalui, piringan Matahari
yang tampak tergerhanai akan semakin kecil
hingga akhirnya Bulan terakhir kali
menutupi piringan Matahari, yaitu saat
Kontak Keempat. Lama waktu dari Kontak
Pertama hingga Kontak Keempat disebut
sebagai Durasi Gerhana dan lama waktunya
bervariasi dari satu kota ke kota lainnya.
Adalah kesalahpahaman besar jika
mengganggap Gerhana Matahari Total
adalah kejadian langka. Justru sebaliknya,
kira-kira sekali setiap 18 bulan Gerhana
Matahari Total terlihat di lokasi-lokasi yang
berbeda di Bumi. Selain itu, Gerhana
Matahari Total di Indonesia bukan terjadi
tiap 33 tahun sekali, atau bahkan 350 tahun
sekali. Gerhana Matahari Total terakhir di
Indonesia terjadi tahun 1995 (hanya
melintasi sedikit bagian Utara Kalimantan)
dan yang berikutnya akan terjadi tahun
2023, saat Gerhana Matahari Hibrida,
sebagian
wilayah
Indonesia
akan
menyaksikan Gerhana Matahari Total.
Gerhana Matahari Total di Indonesia
memang langka karena tidak setiap Gerhana
Matahari Total terjadi di tempat yang sama
di dunia. Berdasarkan perhitungan statistik,
dari seluruh Gerhana Matahari Total yang
sudah terjadi, rata-rata, Gerhana Matahari
Total akan kembali ke lokasi yang sama
(catat: bukan negara) dalam kurun waktu

375 tahun. Artinya satu lokasi yang sama


secara rata-rata bisa mengalami Gerhana
Matahari Total, satu kali dalam 375 tahun
(ya, bukan 350 tahun!).
Akan tetapi, ini hanya perhitungan
statistik. Pada kenyataannya, satu lokasi
yang sama bisa mengalami Gerhana
Matahari Total kurang dari 375 tahun atau
bahkan bisa menunggu lebih dari 1000 tahun
untuk mengalami kembali Gerhana Matahari
Total.
U1, U2, U3, U4, , Un disebut barisan
aritmetika jika U2 - U1= U3 U2 = ... = Un
Un-1 = konstanta. Konstanta dalam hal ini
disebut dengan beda (b). (Noormandiri,
2007: 244). Sehingga barisan aritmetika
ialah suatu barisan bilangan-bilangan di
mana beda (selisih) di antara dua suku
berurutan merupakan bilangan tetap.
(Noormandiri, 2007: 244). Rumus umum
suku ke-n barisan aritmetika adalah Un = a +
(n 1)b di mana: a adalah suku pertama dan
b adalah beda.
Jika diketahui U1, U2, U3, , Un
merupakan suku-suku dari suatu barisan
aritmetika, maka U1 + U2 + U3 + + Un
disebut deret aritmetika, dengan Un = a + (n
1)b . (Noormandiri, 2007: 249). Jika Sn
merupakan jumlah n suku pertama dari suatu
deret aritmetika, maka rumus umum untuk
Sn sebagai berikut: Sn =
1

1
2

( + ) atau

Sn= 2 [2 + ( 1)].
Rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimanakah penggunaan
konteks gerhana matahari total dilihat dari
hasil belajar siswa dalam pembelajaran
berbasis masalah menggunakan materi
barisan dan deret aritmatika. Dimana dalam
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendeskripsikan
hasil
pembelajaran

menggunakan materi barisan dan deret


aritmatika dengan konteks gerhana matahari
total.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal 30 April 2016. Subjek dari
penelitian ini adalah 14 mahasiswa
pendidikan matematika 2015 kampus
Palembang Universitas Sriwijaya dalam
menyelesaikan permasalahan nyata dengan
konteks gerhana matahari total yang
berhubungan langsung pada materi barisan
dan deret aritmatika. Dalam penelitian ini,
seorang mahasiswa yang bertindak sebagai
pengajar, dan 2 orang teman sejawat peneliti
S1 program studi pendidikan matematika
2014 yang bertindak sebagai pengamat
aktivitas siswa ketika proses pembelajaran
berlangsung. Subjek dalam penelitian ini
dibagi menjadi 3 kelompok belajar, dengan
anggota masing-masing 4 sampai 5 siswa.
Perangkat
pembelajaran
dalam
penelitian ini adalah RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) dan LKPD
Pembelajaran. Intrumen penelitian dalam
penelitian ini adalah lembar pengamatan
pengelolaan pembelajaran, lembar observasi
aktivitas siswa, tes hasil belajar siswa,
lembar pengamatan penilaian sikap dan
lembar pengamatan penilaian keterampilan.
Prosedur penelitian ini terbagi
menjadi empat tahap, yakni persiapan,
pelaksanaan, analisis data, pengumpulan
data dan pembuatan laporan.

Tahapan Persiapan
Tahapan Pelaksanaan
Tahapan Analisis
Tahapan Pengumpulan Data

Tahapan Laporan
Tahapan pertama yang dilakukan
ketika peneliti melakukan penelitian adalah
memilih pembelajaran yang sesuai dengan
konteks Gerhana Matahari Total serta
melakukan refleksi dan pencerminan
terlebih dahulu dengan dosen pembimbing
dan teman sejawat untuk mempertajam
pemilihan dan memperkuat penelitian yang
akan diambil. Adapun tahapan yang
dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur
diatas :
Tahapan persiapan
1. Mempersiapkan dan
menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
yang sesuai dengan materi barisan
dan
deret
aritmatika
dengan
menggunakan konteks Gerhana
Matahari Total.
2. Membuat dan menyusun pokok
materi bahasan Barisan dan Deret
Aritmatika dengan menggunakan
konteks Gerhana Matahari Total
3. Mempersiapkan
Lembar
Kerja
Peserta Didik (LKPD) berupa
LKPD-Konsep dan LKPD-Soal
4. Mempersiapkan instrumen penilaian
Peserta Didik

5. Memilih waktu yang bersesuaian


untuk melakukan penelitian
Tahapan pelaksanaan
Peneliti memberikan permasalahan
yang berhubungan dengan konteks Gerhana
Matahari Total berupa Lembar Kerja Peserta
Didik dalam mencari Konsep Barisan dan
Deret Aritmatika kepada 14 mahasiswa
Pendidikan Matematika 2015 Kampus
Palembang Universitas Sriwijaya. Dari
pengimplementasian Desain Pembelajaran
dengan menggunakan konteks Gerhana
Matahari Total berupa Lembar Kerja Peserta
Didik, akan diperoleh kesalahan dalam
mencari Konsep Barisan dan Deret
Aritmatika oleh siswa.
Tahapan Analisis data
Tahapan analisis data pada penelitian
ini adalah analisis terhadap lembar kerja
peserta didik baik berupa LKPD-Konsep
dan Latihan.
Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes
dan Hasil Observasi Langsung selama
kegiatan Belajar mengajar berlangsung.
Hasil tes dan Observasi merupakan data
utama dalam penelitian ini.

Tes
Bentuk tes yang digunakan adalah
tes uraian yaitu soal yang berhubungan
dengan materi Barisan dan Deret Aritmatika
menggunakan konteks Gerhana Matahari
Total. Alasan memilih tes uraian ini agar
lebih mudah melihat tahapan penyelesaian
soal dikerjakan dan tingkat kepemahaman
mahasiswa baik dalam pengerjaan kelompok
maupun pengerjaan individual.
Observasi
Observasi pada penelitian dilakukan
oleh pengamatan kegiatan terhadap subjek
yang diteliti selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Alasan memilih Observasi
sebagai data utama dalam penelitian karena
dengan menggunakan observasi secara
langsung selama pembelajaran dapat melihat
kegiatan mahasiswa. Alasan lainnya, adalah
dapat melihat cara pengerjaannya serta dapat
mengikut sertakan observer dalam kegiatan
pembelajaran pada kegiatan kelompok.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada sub bab ini akan dijelaskan
hasil dari pengumpulan data yang telah
dilakukan. Hasil dari pengimplementasian
Desain Pembelajaran Model Problem Based
Learning dengan menggunakan konteks
Gerhana Matahari Total pada materi Barisan
dan Deret Aritmatika.

Barisan
Aritmatika

Tabel 3. Data Hasil Tingkat Pemahaman Konsep Siswa


Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Materi Tahapan M CM TM M CM TM M CM TM
1

Deret
Aritmatika

5
1
2
3
4

Keterangan :
M
: Mengerti
CM : Cukup Mengerti
TM : Tidak Mengerti
Berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang,
peneliti memberikan LKPD kepada siswa
agar siswa dapat menemukan sendiri konsep
dari barisan dan deret aritmetika dimana
siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok
kecil. Siswa juga diminta untuk memberi
nama kelompok mereka masing-masing agar
dapat dikenali oleh guru juga kelompok lain.
Setelah itu, siswa pun membaca petunjuk
pengerjaan LKPD Konsep yang telah
diberikan dan kemudian mengerjakannya
sesuai dengan alokasi waktu yang tertulis
dalam Petunjuk.
Kelompok kecil dalam kelas peneliti
terbagi menjadi 3 kelompok, dengan nama
Kelompok 1, Kelompok 2, dan Kelompok 3.
Tiga kelompok ini menjalankan diskusi
kelompok sebagaimana yang diperintahkan
oleh guru. Selama pengerjaan LKPD
Konsep ini, terlihat bahwa Kelompok 1 dan
Kelompok 2 dapat mengerjakan LKPD
Konsep dengan baik dan terlibat diskusi
yang aktif pula. Namun agak berbeda pada
Kelompok 3. Kelompok ini juga terlibat
diskusi yang aktif bahkan sering terjadi adu
mulut antar anggota Kelompok 3 selama
pengerjaan LKPD Konsep.
Pengerjaan LKPD ini terbagi atas 2
permasalahan. Untuk permasalahan pertama

membahas mengenai konsep barisan


aritmatika. Berdasarkan hasil observasi,
Kelompok 1 dan Kelompok 2 tidak
mengalami kesulitan dalam menemukan
konsep barisan aritmatika dan dapat
menyelesaikan sesuai waktu yang telah
ditentukan. Mereka dapat memahami konsep
seperti yang diharapkan. Berikut adalah
jawaban dari Kelompok 1:

Gambar 2. Hasil isian mahasiswa pada


LKPD Konsep Langkah 4
Transkip percakapan peneliti terhadap salah
satu mahasiswa dalam kelompok:
1 Peneliti
Ini berapa?
2 R
1983 kak,
3 Peneliti
Mengapa isiannya 1983?
4 R
Karena U1-nya kak,
Kutipan transkip percakapan di atas
menunjukkan bahwa Kelompok 1, yang
dalam hal ini diwakili oleh salah satu
anggota kelompoknya, sudah paham konsep
barisan dimana U1 berpengaruh terhadap
rumus barisan aritmatika. Untuk Kelompok
2 juga tidak jauh berbeda dengan isian

Kelompok 1. Namun, pada Kelompok 3


ternyata memiliki isian yang sedikit berbeda
terutama pada saat langkah ke-4 di LKPD
Konsep.

Gambar 3. Isian mahasiswa

Peneliti

NPS

Peneliti

NPS

Peneliti

NPS

Peneliti

10 NPS

11 Peneliti
12 NPS

Gambar 4. Diskusi kelompok 3


Transkip percakapan:
1

Peneliti

NPS

Mengapa ini hasilnya


2016?
Iya kak, ini salah
(menyalahkan teman
satu kelompok)

Tadi bingung, eh 9 + 9
berapa? (menanyakan
teman satu kelompok)
18 kamu ni. Ini bukan
2016
Jadi kalau bukan 2016,
berapa isiannya?
Oh 2016 + 33, nah kan
benar kalau 2016 + (1
x 33)
Mengapa ini isiannya
masih 2016? Ini juga
mengapa 1?
Nah yang ini mengapa
1983 kak?
Coba kalian lihat
polanya
(menunjuk
LKPD). Kan ini 0,
kemudian 1, ini kan
pola
jadi
secara
berurutan
Nah, berarti ini 2,
benar tadi 2 dong.
Terus 1983
Itu bisa
Terus ini benar 33 kan
kak? Jangan dicoret
lagi

Kelompok 3 terlihat kesulitan


menyesuaikan pola yang telah diketahui
sebelumnya.
Mereka
belum
bisa
menyebutkan 1983 sebagai suku pertama
dari barisan yang ada. Selain itu, mereka
juga belum bisa menyesuaikan pola ke-n
dari yang diketahui.
Tabel 4. Data Hasil Latihan Subjek
No Nama Skor Keterangan
1
FGS
50 Tidak Tuntas
2
HZ
90
Tuntas
3
NPS
50 Tidak Tuntas
4
SA
40 Tidak Tuntas
5
SKS
50 Tidak Tuntas

6
7
8
9
10
11
12
13
14

NS
DKS
ANS
NWS
R
IFI
WAN
IM
ZA

100
100
100
100
100
100
100
100
100

Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas

Tabel 4 diatas merupakan hasil


latihan
dari
Mahasiswa
Pendidikan
Matematika 2015 yang telah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan Desain
Pembelajaran berbasis Masalah (Problem
Based Learning) pada materi Barisan dan
Deret Aritmatika. Berdasarkan dari semua
subjek yang diteliti diatas, dalam
mengerjakan Latihan mandiri terdapat 4
subjek yang masih belum bisa mencapai
target yang di harapkan. Hal ini disebabkan
masih ada beberapa mahasiswa yang masih
belum bisa memahami konsep dari Barisan
dan Deret Aritmatika. Alasan lain,
dikarenakan
beberapa
mahasiswa
mencontek jawaban temannya yang jelasjelas salah dalam menyelesaikan soal
latihan.
Setelah kami identifikasi lebih lanjut
latihan yang dikerjakan oleh mahasiswa,
kami menemukan beberapa masalah baik
dari kurang telitinya mahasiswa dalam
mengerjakan soal dan membaca soal yang
diberikan pengajar. Dari hasil pengamatan
kami, mahasiswa sebenarnya sudah paham
dengan konsep yang diajarkan tetapi
mahasiswa masih kurang teliti.
Pengajar
memberikan
latihan
sebanyak 2 soal. Dari hasil latihan
mahasiswa pada soal yang pertama, 4 dari
14 mahasiswa masih kurang teliti dalam

menjawab soal. Di soal dijelaskan bahwa


mahasiswa diminta untuk menghitung tinggi
tangga yang ke-20 dan menentukan pola
barisannya. Tetapi 4 mahasiswa hanya
menjawab pertanyaan mengenai tinggi
tangga yang ke-20, dan tidak menjawab
pertanyaan mengenai pola barisan. Disini
menunjukkan bahwa mahasiswa tidak teliti
dalam membaca dan memahami soal.

(a)

(b)
Gambar 4. (a) Soal; (b) Jawaban
mahasiswa
Begitu juga dalam menyelesaikan
soal yang kedua, beberapa mahasiswa masih
kurang teliti dalam mengerjakan soal, seperti
2 mahasiswa ini yang telah mengerjakan
soal sesuai langkah-langkah pengerjaan soal
yang terdapat dalam lembar penilaian. Di
soal dijelaskan bahwa siswa harusnya
menentukan jumlah banyaknya buku yang
akan terjual di toko selama setahun, tetapi

siswa menjawab seperti gambar di bawah


ini:

Gambar 5. Jawaban mahasiswa


Tampak pada gambar di atas bahwa
jawaban mahasiswa tidak sesuai dengan
lembar penilaian.

rumus yang benar tetapi dalam menentukan


mana beda mana 1 serta 2 masih belum
bisa. Jadi, kedua mahasiswa ini masih belum
paham konsep.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan data yang telah diambil
pada tabel yang ada pada hasil dan
pembahasan.
Pelaksanaan
Desain
Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) kepada 14 mahasiswa pendidikan
matematika 2015 Kampus Palembang
Universitas Sriwijaya sudah sangat baik.
Hasil belajar siswa dapat dikatakan hanya
baik, hal ini dikarenakan terdapat 4
mahasiswa yang belum tuntas dalam
pengerjaan latihan. Dari 4 mahasiswa, 2
diantaranya, ternyata masih belum bisa
memahami konsep mencari selisih antara
suku awal dengan suku berikutnya.
Dilihat dari analisis data yang telah
diperoleh, peneliti mengajukan beberapa
saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu
penelitian ini menggunakan mahasiswa
sebagai subjek penelitian, sehingga data
yang didapatkan tidak begitu sesuai dengan
yang diharapkan. Jadi, untuk penelitian
selanjutnya, sebaiknya menggunakan siswa
sebagai subjek penelitian. Lalu untuk latihan
yang diberikan kepada subjek sebaiknya
dapat lebih menggali lagi pemahaman siswa
akan konsep barisan dan deret Aritmatika

Gambar 6. Jawaban mahasiswa


Lalu
dari
analisis
jawaban
mahasiswa, ada 2 mahasiswa yang masih
tidak memakai pola dan tidak paham konsep
beda. Soal menanyakan berapa tinggi tangga
yang ke-20 dan tentukanlah pola barisannya,
kedua mahasiswa ini memang menggunakan

DAFTAR PUSTAKA
Bungel, M.F. (2014). Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 4 Palu Pada Materi

Prisma. Dalam Jurnal Elektronik


Pendidikan
Matematika
Tadulako, Vol 2, No 1. Diakses
tanggal 1 Mei 2016 dari
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/in
dex.php/JEPMT/article/downloa
d/3230/2285

2013/2014, Skripsi (Denpasar:


Universitas
Mahasaraswati
Denpasar, 2014). Diakses 2 Mei
2016
dari
http://unmaslibrary.ac.id/wpcontent/uploads/2014/11/skripsikarmajaya-pdf.pdf

Dewi, ET dkk. (2014). Penerapan Model


Problem
Based
Learning
Terhadap
Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Kelas X SMA Negeri
Tugumulyo Tahun Pelajaran
2014/2015. Diakses tanggal 1
Mei
2016
dari
http://mahasiswa.mipastkipllg.co
m/repository/Artikel%20Elda%2
0Tiara%20Dewi%20%28401105
1%29.pdf

Lathiifah, IJ dkk. (2015). Pengembangan


Bahan Ajar Materi Aturan
Pencacahan
Menggunakan
Pembelajaran Berbasis Masalah
di SMA. Dalam Jurnal Didaktik
Matematika, Vol 2 No 2. Diakses
tanggal 1 Mei 2016 dari
www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/art
icle/download/2817/2689

Hidayah, M. (2015). Penerapan Problem


Based
Learning
Dalam
Pembelajaran Matematika Untuk
Peningkatkan
Kemampuan
Pemecahan Masalah Pada Siswa
Kelas VIII Semester II SMPN 1
Teras Tahun 2014/2015. Diakses
1
Mei
2016
dari
http://eprints.ums.ac.id/33199/21
/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Karmajaya. Upaya Meningkatkan Aktivitas
Dan Prestasi Belajar Siswa
Dalam Pembelajaran Bangun
Datar
Segiempat
Melalui
Penerapan Model Problem Based
Learning (PBL) Pada Siswa
Kelas VIIA SMP Negeri 6
Kintamani
Tahun
Pelajaran

Lembaga

Penerbangan dan Antariksa


Nasional. Gerhana Matahari
Total 9 Maret. Diakses 1 Mei
2016
dari
http://lapan.go.id/files_arsip/Ger
hana_Matahari_Total_9_Maret_2
016.pdf

Lewy dkk. (2009). Pengembangan Soal


Untuk Mengukur Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi Pokok
Bahasan Barisan Dan Deret
Bilangan di Kelas IX Akselerasi
SMP
Xaverius
Maria
Palembang. Diakses 15 Maret
2016
dari
http://eprints.unsri.ac.id/820/1/2_
Lewy_14-28.pdf
Noormandiri, BK. (2007). Matematika untuk
SMA Kelas XII Program Ilmu
Alam. Jakarta: Erlangga.

Syuro, MC dkk. (2012).


Penerapan
Pembelajaran Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VII MTs Al-Maarif 01
Singosari. Diakses 2 Mei 2016
dari
http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artik
elCB39169F6EB7DF723E503D
7F110D0E33.pdf
Udhayani,

L.
(2014).
Peningkatan
Kemampuan
Penalaran
Matematika Melalui Strategi
Problem Based Learning Bagi
Siswa SMK. Diakses 1 Mei 2016
dari
http://eprints.ums.ac.id/28716/14
/11._NASKAH_PUBLIKASI.pd
f

Wahyuningtyas, Mila dan Kusrini. (2013).


Penerapan
Model
Problem
Based Instruction (PBI) Pada
Materi Barisan Dan Deret Di
Kelas XII SMA Muhammadiyah 1
Jombang.
Dalam
Ejournal
Unesa, Vol 2, No 2. Diakses
tanggal 1 Mei 2016 dari
http://ejournal.unesa.ac.id/index.
php/mathedunesa/article/view/26
99/4715
Yulianti, E dkk. (2015). Pengaruh Model
Problem Based Learning (PBL)
Terhadap
Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Kelas X SMA Negeri 2
Lubuklinggau. Diakses tanggal 1

Mei
2016
dari
http://mahasiswa.mipastkipllg.co
m/repository/Artikel%20Evimaz
%20Yulianti.pdf
Zaura, B dan Sulastri. (2012). Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
Sebagai
Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar
SIswa Pada Materi Barisan Dan
Deret Bilangan Di Kelas IX SMP
Negeri 1 Labuhanhaji Aceh
Selatan. Dalam Jurnal Peluang,
Vol 1, No 1. Diakses tanggal 1
Mei
2016
dari
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/p
eluang/article/view/1293

You might also like