You are on page 1of 37

LABORATORIUM KOROSI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2016/2017


MODUL

: Korosi Logam Baja Karbon di Berbagai Larutan

PEMBIMBING : Ir. Retno Indarti MT.


Tanggal Praktikum : 30 September 2016
Tanggal Penyerahan : 7 Oktober 2016
Oleh :
Kelompok
Nama

Kelas

:V
: 1. Mohammad Arilga Pamungkas
2. Mohammad Naufal Syarief
3. Nadya Rimadanti
4. Novita Deni
: 3A

141411018
141411019
141411020
141411021

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Korosi dalam istilah sehari-hari dikenal sebagai peristiwa perkaratan. Korosi ini

sebenarnya Merupakan peristiwa oksidasi logam, proses korosi banyak menimbulkan


masalah pada barang-barang yang terbuat dari besi walaupun logam-logam lain (kecuali
logam mulia) dapat juga mengalami korosi. Jadi jelas korosi dikenal sangat merugikan.
Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya, yang
berusaha untuk mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang bila logam telah
membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil.
Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaannya sangat luas
dalam kehidupan sehari-hari.Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang sangat
mudah mengalami korosi. Padahal besi yang telah mengalami korosi akan kehilangan nilai
jual dan fungsi komersialnya. Ini tentu saja akan merugikan sekaligus membahayakan. Oleh
karena itu, dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh berbagai kondisi lingkungan
(larutan) terhadap korosi yang dialami logam besi.
1.2

Tujuan Percobaan
Menghitung potensial logam dalam berbagai larutan menggunakan elektroda standar

CSE kedalam standar SHE


Menunjukan kondisi logam setelah direndam beberapa waktu diberbagai larutan pada

diagram E-pH untuk sistem Fe-H2O


Menghitung laju korosi baja dalam berbagai larutan berdasarkan metode kehilangan
berat.

BAB II

LANDASAN TEORI
Korosi adalah suatu proses elektrokimia dimana atom-atom akan bereaksi dengan zat
asam dan membentuk ion-ion positif (kation). Hal ini akan menyebabkan timbulnya aliranaliran elektron dari suatu tempat ke tempat yang lain pada permukaan metal. Secara garis
besar, korosi ada dua jenis yaitu : Korosi Internal yaitu korosi yang terjadi akibat adanya
kandungan CO2 dan H2S pada minyak bumi sehingga apabila terjadi kontak dengan air akan
membentuk asam yang merupakan penyebab korosi; dan Korosi Eksternal yaitu korosi yang
terjadi pada bagian permukaan dari sistem perpipaan dan peralatan, baik yang kontak dengan
udara bebas ataupun dengan permukaan tanah, akibat adanya kandungan zat asam pada udara
ataupun tanah.
Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas bahan
terhadap waktu. Laju korosi pada umumnya dihitung menggunakan 2 cara yaitu : metode
kehilangan berat dan metode elektrokimia.
2.1

Metode kehilangan berat


Metode kehilangan berat adalah perhitungan laju korosi dengan mengukur kehilangan

atau kekurangan berat akibat korosi yang terjadi. Metode ini menggunakan jangka waktu
penelitian atau pengkorosian sampai mendapatkan jumlah kehilangan berat akibat korosi
yang terjadi. Untuk mendapatkan jumlah kehilangan berat akibat korosi digunakan rumus
sebagai berikut (Jones, 1992) :
Mpy = (534 w) / (DAT) ...................................... (3.1)
Keterangan :
Mpy = mils per year, w = kehilangan berat, (g), D = densitas (g/cm 3), A = luas permukaan
spesimen (in2), T = waktu pengkorosian (jam)
Metode ini mengukur kembali berat awal dari benda uji (spesimen). Selisih berat dari pada
berat awal merupakan nilai kehilangan berat. Selisih berat dikembalikan ke dalam rumus
untuk mendapatkan laju kehilangan beratnya. Perhitungan laju korosi logam berdasarkan
metode kehilangan berat dapat juga digunakan rumus :
Laju korosi (r) = w/A.t, satuan dalam mdd (mg per dm2)

.............. (3.2)

Atau
Laju korosi (r) = w/(A.t.D) satuan dalam mpy (mils per year)

........ (3.3)

Dengan :
w = selisih berat, A= luas permukaan logam, dan t = waktu pengkorosian, dan D = densitas.

Metode ini memerlukan waktu yang lama dan suistinable dapat dijadikan acuan
terhadap kondisi tempat objek diletakkan (dapat diketahui seberapa korosif daerah tersebut)
juga dapat dijadikan referensi untuk perlakuan awal (treatment) yang harus diterapkan pada
daerah dan kondisi tempat objek tersebut.
2.2

Kesetimbangan Elektroda dan Persamaan Nernst


Apabila logam besi dicelupkan dalam larutan asam, maka :

Anoda

: Fe Fe 2++2e

Katoda

: 2H++2e H2
Elektroda kesetimbangan ditentukan oleh besarnya perubahan energy bebas (G)

yang merupakan perbedaan antara keadaan akhir dan keadaan awal, antar produk dan
pereaksi untuk reaksi elektrokimia. Dengan kata lain, energy oksidasi (anodic) = energy
reduksi (katodik), tetapi dengan arah yang (tanda) berlawanan. Untuk reaksi elektrokimia :
Oks + ne Red
G reaksi = G produk -G reaktan atau = G red-G oks
Dalam suatu system elektrokimia pada tekanan dan temperature tetap, energy yang
berhubungan dengan proses adalah perubahan energy bebas, yang dinyatakan dalam G.
Hubungan antara G dengan potensial elektroda dirumuskan sesuai persamaan:
G = -nFE atau

Go = -nFEo

Persamaan termodinamika dapat ditulis :


Go reaksi

= Go red - Go oks + (RT) ln [ red/oks]

atau

= Go produk - Go reaktan + (RT) ln[ produk/reaktan]


= Go + (RT) ln [produk/reaktan]
Karena E = - G/nF, maka persamaan termodinamika menjadi :
E

= Eo (RT)/(nF) ln [red/oks]

Persamaan ini disebut persamaan Nernst :


G

= Go + RT ln K

nFE

= nFEo - RT ln K

= Eo - [ RT/nF] ln K

Apabila ada reaksi:


A + B C + D
E = Eo - [RT/nF] ln (aC.aD/aA . aB)
E = Eo - [RT/nF] ln (a produk/a reaktan)
( a = aktivitas; a = 1 jika unsur, senyawa, logam dalam kondisi stabil)

Sebagai contoh untuk reaksi :


Fe 2++2eFe
E

= Eo - (RT/nF) ln a red/a oks


= Eo - (RT/nF) ln a Fe/aFe2+

Karena aktivitas Fe = 1 maka :


E

= Eo-(RT/nF) ln 1/a Fe 2+

= Eo+( RT/nF) ln a Fe 2+

Apabila konsentrasi Fe2+ berturut-turut = 1 M, 0.1M, 0.01 M dan E o Fe = - 0,440 Volt/SHE


maka nilai E sebagai berikut:
E

= - 0,440 + {(1,987)(298)(2,303)(4,184)}/(2)(96500) log a Fe2+

= - 0,440 + 0,0592/2 log 1


= -0,44 Volt/SHE

= - 0,440 + 0,0592/2 log 0,01 = - 0,4991 Volt/SHE

= - 0,440 + 0,0592/2 log 0,001 = - 0,52 Volt/SHE

Nilai 0,0592 diperoleh dari (1,987)(298)(2,303)(4,184)/96500


Nilai 4,184 konversi kalori ke Joule.
Nilai 2,303 konversi ln menjadi log.
2.3

Diagram E pH
Diagram ini menampilkan daerah-daerah kestabilan air, daerah-daerah logam akan

imun, terkorosi atau terpasivasi sebagai fungsi dari potensial sel dan pH. Diagram ini
memberikan informasi tentang reaksi anodic dan katodik yang mungkin terjadi dan
kemungkinan proteksi korosi berdasarkan termodinamika. Diagram E-pH (Pourbaix) dibuat
untuk logam murni dan dengan bertambahnya hasil pengukuran besaran termodinamika
paduan, beberapa diagram potensial paduan telah dibuat.

Gambar 1. Diagran potensial terhadap PH


(Sumber : http://www.kgs.ku.edu/Publications/Bulletins/239/Macpherson/)
Perhatikan diagram potensial terhadap pH untuk system Fe - H 2O. Di atas garis (b)
gas oksigen lebih stabil sehingga kenaikan potensial antar muka ke potensial di atas garis (b)
menyebabkan terbentuknya gas O2. Sebaliknya penurunan potensial antar muka ke potensial
di bawah garis (a) menyebabkan terjadinya gas H2. Persamaan garis (a) dan (b) dapat diplot
dengan menggunakan persamaan reaksi air yang tereduksi maupun air teroksidasi. Reaksi air
tereduksi:
H2O + e 1/2H2 + OHE

= Eo + RT (2,303) log aoks


nF

a red

= Eo + RT (2,303) log aH+


a

H2

nF

= 0 + 2,303 RT log [H+] = 0 - 2,303 RT pH


nF

nF

Sudah didefinisikan bahwa pH = - log [H +], konsentrasi hydrogen yang juga dapat
ditulis CH+ jadi [H+] = CH+ atau definisi log CH+ = -pH dengan demikian diperoleh
persamaan:
E

= 0 - (2,303) (298) (1,987) (4,184) pH


(1)(96500)

Potensial standar H2= 0 Volt


E = - 0,0592 pH

Jika pH

= -2

Maka E

= - (0,0592)(-2)

= 0,1182 Volt

Jika pH = 16
E

= - (0,0592)(16)

= -0,944 Volt

Jadi untuk garis (a) mempunyai persamaan:


E = -0,0592 pH
Dengan menggunakan cara yang sama, maka diperoleh persamaan untuk garis (b)
E = EoO2 - (2,303)(298)(1,987) (4,184) pH
(1)(96500)
E = 1,23 - 0,0592 pH
Jika pH = - 2 diperoleh E = 1,344 Volt
Jika pH = 16 diperoleh E = 0,282 Volt
E ( +)

Fe2+
E = -0,440 Volt

E(-)

Fe

Jika aktivitas logam semakin menurun (menjadi kecil), maka arah gerak ke bawah
sehingga terbentuk endapan Fe yang stabil, artinya Fe imun atau kebal terhadap korosi. Kalau
bergerak ke atas maka aktivitas logam akan naik. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya ion
Fe2+ sehingga terjadi korosi. Besi (Fe) dalam keadaan ion, unsur maupun senyawa
mempunyai energy bebas standar yang dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Harga energy bebas unsur Fe/senyawanya


Unsur/Senyawanya/Ion
Fe

Go (kal)
0

FeO hydrous

-58.880

Fe3O4 anhydrous

-242.400

Fe2O3 anhydrous

-177.100

Fe2O3 hydrous

-161.930

Fe++

-20.300

HFeO2-

-90.627

Fe+++

-2.530

FeOH++

-55.910

Fe(OH)2+

-106.200

FeO4- -

-117.685

H2O

-56.690

Referensi potensial dan konversi elektroda

Gambar 2. Potensial elektroda


(Sumber : http://corrosion-doctors.org/Corrosion-Thermodynamics/Reference-HalfCells.htm)

Gambar 3. Tabel konversi elektroda


(Sumber: http://corrosion-doctors.org/Corrosion-Thermodynamics/Reference-Half-CellsConversion.htm)

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Tabel 3.1 Alat dan Bahan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Alat
Elektroda standar (kalomel atau CuSO4/Cu)
Gelas kimia 500 mL (5 buah)
pH Universal
Pelat baja (5 buah)
Kabel
Multimeter
Batang Pengaduk
Neraca Analitik
Gelas Ukur 100 mL

10

Pipet ukur

11

Bola Hisap

Bahan
Aquadest
Larutan NaOH 2% 200 mL
Larutan HCl 2 % 200 mL
Larutan K2Cr4.O7 2% 200 mL
Larutan NaCl 3,56 % 200 mL
Air keran

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Persiapan Spesimen (Benda Kerja)
Menyiapkan 5 buah logam Fe dengan ukuran 2 x 4,9 cm

Mengampelas semua logam Fe sampai bersih dari kotoran

Mencuci logam Fe dengan air bersih

Mengeringkan dan menimbang semua yang telah disiapkan

Mengukur luas permukaan masing-masing logam Fe

Gambar 3.2.1 Persiapan Spesimen


3.2.2 Persiapan Larutan

Menyiapkan 5 buah gelas kimia yang telah bersih

Memberi tanda atau nomor pada semua gelas kimia

Mengisi gelas kimia pertama dengan 200 mL larutan NaOH


2%, gelas kimia kedua dengan 200 mL larutan HCl 2%, gelas
kimia ketiga dengan larutan NaOH 2%, gelas keempat dengan
200 larutan air keran dan gelas kimia kelima dengan 200
larutan Na2HPO4.2H2O 1%.

Merendam semua logam dalam masing-masing larutan

Gambar 3.2.2 Prosedur Persiapan Larutan

3.2.3 Pengamatan dan Pengukuran


Mengamati secara visual gejala yang
timbul pada logam Fe pada masingmasing larutan

Mengukur potensial logam dengan


elektroda kalomel dan pH masingmasing larutan

Melakukan pengamatan Fe selama


berada dalam larutan setelah 30 menit
perendaman

Mengukur pH larutan dan potensial


logam

Gambar 3.2.3 Skema Pengamatan dan Pengukuran


3.2.4 Pengamatan dan Pengukuran Selama 3 Hari

Mengamati gejala yang ditunjukkan logam


Fe dalam larutan

Mengukur potensial logam dengan elektroda


standar kalomel dan pH masing-masing
larutan

Mengampelas logam dan mencuci logam


sampai bersih

Mengeringkan dan menimbang berat


masing-masing logam Fe setiiap larutan

Gambar 3.2.4 Prosedur Pengamatan dan Pengukuran Selama 3 Hari

BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Data Pengamatan Awal
Tabel 4.1.1 Pengamatan Awal
No.

1
2
3
4
5

Larutan

Pot/Standar

pH

Pot/SHE

Pengamatan Kondisi

CuSo4 / Cu

Larutan

(gram)

(Volt)

Logam

(Volt)
-0,493
-0,543
-0,504
-0,601
-0,417

14
1
6
5
7

10,3656
10,1299
10,2691
10,4402
10,5304

NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran

-0,175
-0,225
-0,186
-0,283
-0,099

Bening
Bening
Bening
Orange Pekat
Bening

4.1.2 Data Pengamatan Setelah 30 Menit


Tabel 4.1.2 Pengamatan Setelah 30 Menit
No

Larutan

Pot/Standar

pH

Pot/SHE

Pengamatan Kondisi

CuSo4 / Cu

Larutan

(Volt)

Logam

1
2
3
4
5

(Volt)
-0,381
-0,503
-0,582
-0,089
-0,556

14
1
6
5
6

NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran

-0,063
-0,185
-0,264
0,229
-0,238

Bening
Agak keruh
Bening
Orange agak Pekat
Agak Keruh

4.1.3 Data Pengamatan Setelah 3 Hari


Tabel 4.1.3 Pengamatan Setelah 3 Hari

Pot/Standar
No.

Larutan

CuSo4 / Cu
(Volt)

Luas
pH

Pot/SH

Permukaan

Pengamatan Kondisi

Larutan

(gram)

E (Volt)

Logam

Logam

(cm2)
Larutan Bening dan ada

NaOH 2%

-0,412

14

10,3506

-0,094

19,60

yang mengendap dan


kondisi logamnya
menjadi berwarna hitam
Larutan berwarna agak
keruh dan ada yang

HCl 2%

-0,419

9,7280

-0,101

17,10

mengendap. Kondisi
ogamnya berwarna spot
hitam
Larutan agak keruh dan
ada yang mengendap.

NaCl 3,56%

-0,708

10,2163

-0,390

18,62

Kondisi logamnya
menjadi berwarna agak
kecokelatan
Larutan berwarna

K2Cr2O7 2%

-0,289

10,4066

0,029

18,62

orange pudar dan


kondisi logamnya
berwarna spot hitam
Larutan berwarna keruh
dan ada yang

Air Keran

-0,660

10,3680

-0,342

19,60

mengendap. Kondisi
logamnya berwarna
hitam

4.2 Pengolahan Data


4.2.1

Mengubah Potensial Standar Cu/CuSo4 ke dalam Standar SHE (+0,318 Volt)


4.2.1.1 Data Pengamatan Awal
Tabel 4.2.1.1 Potensial standar CuSo4/ Cu ke dalam Standar SHE
No.

Larutan

Pot/Standar CuSo4/ Cu (Volt)

Pot/SHE (Volt)

1
2
3
4
5

NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran

-0,493
-0,543
-0,504
-0,601
-0,417

-0,175
-0,225
-0,186
-0,283
-0,099

4.2.1.2 Data Pengamatan Setelah 30 Menit


Tabel 4.2.1.2 Potensial standar CuSo4/ Cu ke dalam Standar SHE
No.
1
2
3
4
5

Larutan
NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran

Pot/Standar CuSo4/ Cu (Volt)


-0,381
-0,503
-0,582
-0,089
-0,556

Pot/SHE (Volt)
-0,063
-0,185
-0,264
0,229
-0,238

4.2.1.3 Data Pengamatan Setelah 3 Hari


Tabel 4.2.1.3 Potensial standar CuSo4/ Cu ke dalam Standar SHE
No.
1
2
3
4
5

4.2.2

Larutan
NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran

Pot/Standar CuSo4/ Cu (Volt)


-0,412
-0,419
-0,708
-0,289
-0,660

Pot/SHE (Volt)
-0,094
-0,101
-0,390
0,029
-0,342

Menghitung Laju Korosi (r) dalam satuan panjang/satuan waktu


Tabel 4.2.2 Laju Korosi

No
1
2
3
4
5

Larutan

W1

(gram)
NaOH 2%
10,3656
HCl 2%
10,1299
NaCl 3,56%
10,2691
K2Cr2O7 2%
10,4402
Air Keran
10,5304
4.2.3 Diagram e-pH

W2

dW

(gram)
10,3506
9,7280
10,2163
10,4066
10,3680

(gram)
0,015
0,4019
0,0528
0,0336
0,1624

(Cm2)
19,60
17,10
18,62
18,62
19,60

(hari)
3
3
3
3
3

(gr/Cm3)
7,86
7,86
7,86
7,86
7,86

r (mpy)
4,6639
143,2311
17,2810
10,9970
50,4946

Potensial (V/SHE)

pH
Gambar 4.2.3 Diagram e-pH
4.2.4

Kondisi Logam di berbagai larutan berdasarkan Diagram e-pH


4.2.4.1 Kondisi Logam Awal
Tabel 4.2.4.1 Kondisi Logam diberbagai Larutan Setelah Pengamatan Awal

No
1
2
3
4
5

Larutan

pH Larutan

Pot/SHE (Volt)

Kondisi Logam

NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran

14
1
6
5
7

-0,175
-0,225
-0,186
-0,283
-0,099

Pasif
Aktif / Terkorosi
Transisi (Antara Aktif dan Pasif)
Aktif / Terkorosi
Pasif

4.2.4.2 Kondisi Logam Setelah 30 Menit


Tabel 4.2.4.2 Kondisi Logam diberbagai Larutan Setelah Pengamatan 30 Menit

No

Larutan

pH Larutan

Pot/SHE (Volt)

Kondisi Logam

1
2
3
4
5

NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran

14
1
6
5
6

-0,063
-0,185
-0,264
0,229
-0,238

Pasif
Aktif / Terkorosi
Transisi (Antara Aktif dan Pasif)
Transisi (Antara Aktif dan Pasif)
Transisi (Antara Aktif dan Pasif)

4.2.4.3 Kondisi Logam Setelah 3 Hari


Tabel 4.2.4.3 Kondisi Logam diberbagai Larutan Setelah Pengamatan 3 Hari

4.2.5

No

Larutan

pH Larutan

Pot/SHE (Volt)

Kondisi Logam

1
2
3
4
5

NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran

14
1
6
5
6

-0,094
-0,101
-0,390
0,029
-0,342

Pasif
Aktif / Terkorosi
Transisi (Antara Aktif dan Pasif)
Transisi (Antara Aktif dan Pasif)
Transisi (Antara Aktif dan Pasif)

Pengaruh pH terhadap Laju Korosi


Tabel 4.2.5 Pengaruh pH terhadap Laju Korosi
No
1
2
3
4
5

Larutan
NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran

pH Larutan
14
1
6
5
6

Laju Korosi
4,6639
143,2311
17,2810
10,9970
50,4946

Gambar 4.2.5 Diagram pH terhadap Laju Korosi

4.3 Pembahasan
4.3.1 Mohammad Arilga Pamungkas
Korosi merupakan suatu proses elektrokimia yang melibatkan adanya transfer
elektron dari anodik (melepas elektron) ke katodik (menangkap elektron) atau reaksi oksidasi
reduksi,

yang berlangsung secara spontan. Tujuan dari praktikum ini antara lain

menghitung potensial logam dalam berbagai larutan dengan menggunakan elektroda CSE
yang diubah ke dalam standar SHE, menjelaskan pengaruh pH larutan terhadap laju korosi
logam besi, menunjukan kondisi logam setelah direndam beberapa waktu di berbagai larutan
pada diagram E pH untuk sistem Fe H2O, dan menghitung laju korosi baja dalam berbagai
larutan berdasarkan metode kehilangan berat (W).
Percobaan dilakukan dengan mencelupkan lempeng besi ke dalam larutan HCl 2%,
NaOH 2%, NaCl 3,56%, K2Cr2O7 2% dan air keran selama 3 hari. Pengamatan dilakukan
dengan mengukur potensial standar dan pH larutan. Dari nilai potensial (dalam SHE) dan pH,
praktikan dapat mengetahui kondisi logam berdasarkan diagram E pH (Pourbaix) logam
besi.
Reaksi elektrokimia logam Fe didalam HCl 2%, sebagai berikut :
Anodik
Katodik

: Fe
: 2H+ + 2e

Fe2+ + 2e
H2

Logam Fe yang direndam dalam larutan HCl 1% memiliki laju korosi paling tinggi
sebesar 143,23 mpy. Logam yang tercelup dalam HCl ini mengalami laju korosi yang cepat,
dari bentuk fisiknya pun terlihat jelas terdapat karat pada logam. Hal ini juga dapat
dibuktikan dengan diagram E-pH untuk system Fe-H2O pada awal reaksi logam tersebut
bersifat aktif (terkorosi) dengan nilai potensial awal bernilai -0,225 volt/SHE dengan pH 1
dan pada akhir reaksi bersifat aktif dengan potensial bernilai -0,185 Volt/SHE dengan pH 1.
Reaksi elektrokimia logam Fe didalam larutan NaOH 2%, sebagai berikut :
Anodik
: Fe
Fe2+ + 2e
Katodik
: O2 + 2H2O + 2e
4OHLogam Fe yang direndam dalam larutan NaOH 2% memiliki laju korosi sebesar
4,6639 mpy. Laju korosi Fe dalam NaOH 2% tidak begitu cepat (berjalan lambat), dengan
nilai potensial awal bernilai -0,175 volt/SHE dengan pH 14 dan pada akhir reaksi bersifat
pasif dengan potensial bernilai -0,094 volt/SHE dengan pH 14.
Reaksi elektrokimia logam Fe didalam air keran, sebagai berikut :
Anodik
Katodik

: Fe
: 2H2O + 2e

Fe2+ + 2e
2OH- + H2

Logam Fe yang direndam dalam air keran memiliki laju korosi relative besar yaitu
sebesar 50,4946 mpy. Menurut diagram E pH untuk sistem Fe H 2O pada awal reaksi
logam berada terdapat pada kondisi transisi dengan nilai potensial awal bernilai -0,099
volt/SHE dengan pH 7 dan pada akhir kondisi logam berada pada kondisi transisi pula
dengan potensial bernilai -0,342 volt/SHE dengan pH 6.
Reaksi elektrokimia logam Fe didalam larutan NaCl 3,56%, sebagai berikut :
Anodik
: Fe
Fe2+ + 2e
Katodik
: 2H2O + 2e
2OH- + H2
Logam Fe yang direndam dalam larutan NaCl 3,56% memiliki laju korosi sebesar
17,2810 mpy. Menurut diagram E pH untuk sistem Fe H 2O pada awal reaksi logam
tersebut bersifat transisi dengan nilai potensial awal bernilai -0,186 volt/SHE dengan pH 6
dan pada akhir reaksi bersifat transisi dengan potensial bernilai -0,390 volt/SHE dengan pH
6.
Reaksi elektrokimia logam Fe didalam larutan K2Cr2O7 2%, sebagai berikut :
Anodik
: Fe
Fe2+ + 2e
Katodik
: 2H2O + 2e
2OH- + H2
Logam Fe yang direndam dalam larutan K2Cr2O7 2% memiliki laju korosi sebesar
10,9970 mpy. Menurut diagram E pH untuk sistem Fe H 2O pada awal reaksi logam
tersebut bersifat aktif terkorosi dengan nilai potensial awal bernilai -0,283 volt/SHE dengan
pH 5 dan pada akhir reaksi bersifat aktif dengan potensial bernilai 0,029 volt/SHE dengan pH
5.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa laju korosi logam Fe dalam larutan HCl 2
% lebih besar dibandingkan laju korosi logam Fe didalam larutan lainnya. Hal itu disebabkan
banyaknya kandungan konesntrasi ion H+ yang tinggi yang bersifat asam (pH rendah)
sehingga dapat mempercepat laju korosi.
Laju korosi logam Fe di dalam larutan NaOH 2% memiliki nilai paling rendah, hal
ini dapat disebabkan oleh larutan NaOH yang bersifat basa sehingga laju korosi berjalan
lambat. Selain itu, permukaan logam besi dalam NaOH menjadi terpasifkan. Laju korosi di
larutan K2Cr2O7 terbilang relatif rendah karena krom merupakan inhibitor korosi, potensial
Crom lebih negative dibandingkan besi sehingga dapat memperlambat laju korosi.
Terdapat beberapa cara

untuk menurunkan laju korosi salah satunya dengan

menaikkan pH larutan, atau dengan menggunakan metoda proteksi katodik seperti arus paksa
(impress current) dan anoda korban (sacrificial anode) , coating, dll.

4.3.2 Muhammad Naufal Syarief


Korosi merupakan bentuk reaksi pertukaran elektron yang terjadi secara spontan
antara logam dengan lingkuangannya. Proses ini terjadi akibat adanya driving force yang
berupa perbedaan potensial. Proses korosi terjadi pada logam-logam yang potensial sel nya
lebih besar dari potensial standar logam tersebut. Korosi akan menyebabkan kerusakan atau
degradasi pada logam tersebut.
Dalam praktikum Korosi Dalam Berbagai Larutan ini digunakan plat besi sebagai
benda kerja dan larutan NaOH 2%; HCl 2%; K 2Cr2O7 2%; NaCl 3,56% dan Air Kran sebagai
elektrolitnya. Pengamatan dilakukan pada keadaan awal, setelah direndam selama 30 menit
dan setelah direndam selama 2-3 hari.
Indikator korosi yang didapatkan pada praktikum ini adalah perubahan potensial
logam dan pengurangan massa logam. Nilai potensial suatu logam dipengaruhi oleh sifat dari
lingkungannya. Terkorosi atau tidaknya suatu logam dapat diprediksi dengan melihat
hubungan antara pH dan potensial logam dalam diagram E-pH.
Berdasarkan diagram porubaix (E-pH), pada keadaan awal, logam dalam NaOH
berada pada kondisi pasif, dimana laju korosi berjalan lambat karena telah terbentuk Fe(OH) 3
sebagai hasil dari reaksi dari Fe3+ + 2OH- Fe(OH)3. Logam dalam HCl berada pada kondisi
aktif terkorosif. Ion H+ dalam larutan akan secara aktif bereaksi dengan Fe membentuk
Fe(OH)2 yang merupakan bentuk dari karat. Logam dalam K2Cr2O7 pada kondisi aktif,
berdasarkan literature logam dalam K2Cr2O7 seharusnya berada dalam kondisi pasif karena
K2Cr2O7 merupakan inhibitor yang akan menghambat laju korosi dengan membentuk lapisan
oksida di atas permukaan logam.dan air keran berada pada kondisi pasif.
Setelah perendaman selama 3 hari, logam dalam larutan NaOH dan air keran berada
dalam kondisi pasif walaupun air keran pada kondisi transisi. Logam dalam larutan HCL
masih aktif sehingga tetap mengalami proses pengkorosian. Logam dalam larutan K 2Cr2O7
dalam keadaan aktif. Berdasarkan literatur,logam dalam K 2Cr2O7 seharusnya berada dalam
kondisi pasif karena K2Cr2O7 merupakan inhibitor yang akan menghambat laju korosi dengan
membentuk lapisan oksida di atas permukaan logam. Sedangkan pada larutan garam NaCl
baik itu dari kondisi awal hingga 3 hari tetap pada kondisi transisi antara aktif dan pasif
Proses korosi ini semakin diperjelas dengan berkurangnya massa logam dalam semua
larutan. Massa logam yang berkurang banyak adalah pada logam yang direndam dalam HCl

yaitu sebesar 0,4 gram. Hal tersebut dapat terjadi karena HCl yang digunakan memiliki pH
yang sangat asam. Selain itu, Proses korosi pada HCl terjadi pada pengamatan awal
perendaman sampai hari ke-3 perendaman. Massa logam yang paling sedikit berkurang
adalah logam yang direndam dalam NaOH sebanyak 0,015 gram. Karena Fe dalam larutan
basa pada kondisi pasif.
Berkurangnya massa logam berbanding lurus dengan laju pembentukkan korosi.
Semakin banyak berkurang massa logam maka semakin besar laju pembentukkan korosi,
begitu pula sebaliknya.
Korosi merupakan proses yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, kandungan
air (kelembapan), dan juga pH merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat laju
korosi. Ketika pH suatu larutan/lingkungn asam, logam akan semakin cepat terkorosi.
Sementara semakin basa pH suatu larutan, biasanya akan terbentuk lapisan pasif yang akan
melindungi logam dalam proses korosi yang lebih lanjut lagi.

4.3.3 Novita Deni


Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Pada praktikum korosi
diberbagai larutan diperlihatkan dengan menggunakan lempengan logam Fe pada lima larutan
yaitu NaCl, NaOH, HCl, air keran dan K2Cr2O7. Sedangkan pengamatan dilakukan pada awal,
setelah direndam 30 menit dan setelah direndam selama 3 hari.
Indikator korosi yang didapatkan pada praktikum ini adalah perubahan potensial
logam dan pengurangan massa logam. Nilai potensial suatu logam dipengaruhi oleh sifat dari
lingkungannya. Terkorosi atau tidaknya suatu logam dapat diprediksi dengan melihat
hubungan antara pH dan potensial logam dalam diagram E-pH.
Berdasarkan diagram porubaix (E-pH), pada keadaan awal, logam dalam NaOH dan
air keran berada pada kondisi pasif, dimana laju korosi berjalan lambat karena telah terbentuk
Fe(OH)3 sebagai hasil dari reaksi dari Fe3+ + 2OH- Fe(OH)3. Logam dalam HCl berada
pada kondisi aktif terkorosif. Ion H+ dalam larutan akan secara aktif bereaksi dengan Fe
membentuk Fe(OH)2 yang merupakan bentuk dari karat, sedangkan logam dalam K 2Cr2O7
berada dalam kondisi aktif/Terkorositdan NaCl berada dalam kondisi Transisi (Antara Aktif
dan Pasif).
Setelah perendaman selama 30 menit, logam dalam larutan NaOH berada dalam
kondisi pasif, logam dalam larutan HCl berada dalam kondisi aktif, sedangkan larutan NaCl,
air keran dan K2Cr2O7 berada pada kondisi Transisi (Antara Aktif dan Pasif). Namun, pH pada
air keran mengalami penurunan yaitu dari pH 7 menjadi pH 6.
Setelah perendaman selama 3 hari, logam dalam larutan NaOH berada dalam kondisi
pasif, logam dalam larutan HCl berada dalam kondisi aktif, sedangkan larutan NaCl, air keran
dan K2Cr2O7 berada pada kondisi Transisi (Antara Aktif dan Pasif). sBerdasarkan
literatur,logam dalam K2Cr2O7 seharusnya berada dalam kondisi pasif karena K2Cr2O7
merupakan inhibitor yang akan mneghambat laju korosi dengan membentuk lapisan oksida di
atas permukaan logam.
Berdasarkan diagram pH terhadap Laju korosi pada Gambar 4.2.5 dapat dilihat bahwa
pH dapat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses korosi. Pada diagram tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin kecil pH maka laju korosi semakin cepat sehingga logam dapat

terkorosi dengan cepat. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa logam
akan terkorosi pada pH < 7.
Proses korosi ini semakin diperjelas dengan berkurangnya massa logam dalam semua
larutan. Massa logam yang paling banyak berkurang adalah pada logam yang direndam
dalam HCl yaitu sebesar 0,4019 gram. Hal tersebut dapat terjadi karena HCl merupakan
larutan yang mempunyai pH asam yaitu 1. Massa logam yang paling sedikit berkurang adalah
logam yang direndam dalam NaOH sebanyak 0,015 gram. Hal tersebut dapat terjadi karena
larutan NaOH bersifat basa (pH 14) sehingga proses korosi terjadi sangat lambat.
Berkurangnya massa logam berbanding lurus dengan laju pembentukkan korosi. Semakin
banyak berkuarang massa logam maka semakin besar laju pembentukkan korosi, begitu pula
sebaliknya.

4.3.4 Nadya Rimadanti


Praktikum kali ini yaitu korosi baja karbon dalam berbagai larutan. Korosi terjadi
karena adanya kecenderungan suatu logam berubah menjadi keadaan yang lebih stabil
melalui reaksi oksidasi. Kecenderungan oksidasi logam bervariasi tergantung pada potensial
reduksinya. Kesetimbangan potensial elektroda (Eeq) suatu logam sesuai dengan
keseimbangan oksidasi dan reduksinya. Korosi merupakan suatu proses elektrokimia yang
melibatkan adanya transfer elektron dari anodik (melepas elektron) ke katodik (menangkap
elektron) atau reaksi oksidasi reduksi, yang berlangsung secara spontan. Proses ini terjadi
akibat adanya driving force yang berupa perbedaan potensial. Proses korosi terjadi pada
logam-logam yang potensial sel nya lebih besar dari potensial standar logam tersebut. Korosi
akan menyebabkan kerusakan atau degradasi pada logam tersebut.
Dalam praktikum Korosi Dalam Berbagai Larutan ini digunakan plat besi sebagai
benda kerja dan larutan NaOH 2%; HCl 2%; NaCl 3,56%; K 2Cr2O7 2% dan Air Kran sebagai
elektrolitnya. Pengamatan dilakukan pada keadaan awal, setelah direndam selama 30 menit
dan setelah direndam selama 3 hari.
Indikator korosi yang didapatkan pada praktikum ini adalah perubahan potensial
logam dan pengurangan massa logam. Nilai potensial suatu logam dipengaruhi oleh sifat dari
lingkungannya. Terkorosi atau tidaknya suatu logam dapat diprediksi dengan melihat
hubungan antara pH dan potensial logam dalam diagram E-pH.
Setelah pengamatan selama 30 menit, pH larutan tidak berubah kecuali pada air keran,
pH nya menurun satu tingkat dari 7 menjadi 6 tapi tetap dianggap netral. Tidak terjadinya
peningkatan atau penurunan pH pada larutan asam atau basa setelah terjadi korosi
menunjukkan bahwa pada percobaan ini peristiwa korosi tidak mempengaruhi pH larutan.
Potensial pada larutan asam dan basa cenderung naik, akan tetapi pada garam dan air
potensialnya cenderung turun, hal ini dikarenakan laju korosi pada larutan asam lebih cepat
dibandingkan dengan larutan garam ataupun larutan basa. Begitu juga dengan hasil
pengamatan setelah 3 hari, potensial laruan HCl meningkat dan tidak terjadi perubahan pH.
Logam baja yang berada pada larutan NaOH memiliki laju korosi yang rendah
sehingga kondisi logamnya pasif terkorosi karena telah terbentuk Fe(OH) 3 sebagai hasil
reaksi dari Fe3+ + 2OH- Fe(OH)3, sedangkan ketika logam baja berada pada larutan HCl,
maka laju korosinya tinggi sehingga logam tersebut aktif terkorosi. Ion H + dalam larutan akan
secara aktif bereaksi dengan Fe membentuk Fe(OH)2 yang merupakan bentuk dari karat.
Berbeda hal nya dengan larutan garam dan air keran yang memiliki pH netral, laju korosinya

rendah sehingga berada pada titik kesetimbangan atau transisi begitu juga dengan larutan
K2Cr2O7 yang sedikit asam berada pada daerah transisi.
Setelah perendaman selama 3 hari, logam dalam larutan HCl seharunya berada dalam
kondisi pasif. Hal tesebut terjadi karena ion H+ dalam larutan sebagian besar telah beraksi
dengan logam dan membentuk lapisan coklat diatas pemukaan logam. Logam dalam larutan
K2Cr2O7 dalam keadaan aktif. Berdasarkan literatur,logam dalam K2Cr2O7 seharusnya berada
dalam kondisi pasif karena K2Cr2O7 merupakan inhibitor yang akan mneghambat laju korosi
dengan membentuk lapisan oksida di atas permukaan logam.
Terjadinya proses korosi ditandai lagi dengan berkurangnya massa logam dalam
semua larutan. Massa logam yang berkurang banyak adalah pada logam yang direndam
dalam larutan HCl. Besarnya pH mempengaruhi kecepatan reaksi, pada umumnya pH dan
alkalinitas naik, kecepatan korosi akan naik. Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada
kondisi pH < 7 semakin besar, karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada
katode yaitu: 2H+(aq) + 2e- H2 . Karena pH dari air keran yang awalnya asam menjadi basa
yang mengindikasikan bahwa ion-ion H+ dalam air kran telah banyak berkurang.
Korosi merupakan proses yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, kandungan
air (kelembapan), dan juga pH merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat laju
korosi. Ketika pH suatu larutan/lingkungn asam, logam akan semakin cepat terkorosi.
Sementara semakin basa pH suatu larutan, biasanya akan terbentuk lapisan pasif yang akan
melindungi logam dalam proses korosi yang lebih lanjut lagi.

BAB V
SIMPULAN
1. Tabel Hasil Percobaan

pH

NaOH

akhi
r

14

14

HCl 2%

NaCl

2%

3,56%
K2Cr2O7

2%
Air Keran

Kondisi logam

korosi

Larutan
Awal

potensia

laju

(V/SHE)

mpy

4,6639
143,2311
17,2810

l logam

Awal

Akhir

Pasif

Pasif

Aktif / Terkorosi

Aktif / Terkorosi

Transisi (Antara

Transisi (Antara

Aktif dan Pasif)

Aktif dan Pasif)

10,9970

Aktif / Terkorosi

50,4946

Pasif

Aktif / Terkorosi
Transisi (Antara
Aktif dan Pasif)

awal

akhir

-0,175

-0,094

-0,225

-0,101

-0,186

-0,390

-0,283

0,029

-0,099

-0,342

2. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa laju korosi logam Fe dalam air HCl
2% lebih besar dibandingkan laju korosi logam Fe didalam larutan NaCl
3,56%, K2Cr2O7 2%, air keran dan NaOH 2%, sehingga korosi lebih cepat
terjadi didalam HCl.
3. Terdapat beberapa cara

untuk menurunkan laju korosi yaitu dengan

menaikkan pH larutan, karena laju korosi akan meningkat apabila pH larutan


rendah (bersifat asam), atau dengan menggunakan metoda proteksi katodik
(memperbesar potensial selnya), coating, dll.

DAFTAR PUSTAKA
Jones, Denny A. 1992. Principles and Prevention of Corrosion. New York : Macmillan
Publishing Company.
Macpherson

and

Townsend.

T.T.

Water

Chemistry

and

Sustainable

Yield.

http://www.kgs.ku.edu/Publications/Bulletins/239/Macpherson/ [7 Oktober 2016]


Ngatin A,. Modul Praktikum Korosi Korosi Logam Baja Karbon di Berbagai Larutan.
Departemen Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung.
Pierre,

R.

Roberge.

2008.

Corrosion

Thermodynamics.

http://corrosion-

doctors.org/Corrosion-Thermodynamics/Reference-Half-Cells-Conversion.htm

[6

Oktober 2016]
Pierre,

R.

Roberge.

2008.

Reference

Half-Cells

(Electrodes)

http://corrosion-

doctors.org/Corrosion-Thermodynamics/Reference-Half-Cells.htm [5 Oktober 2016]


Piron, D.L. 1991. The Electrochemistry of Corrosion, Nace.

LAMPIRAN

1. Potensial Sel CuSO4/Cu ke SHE


a. Pengamatan Awal

Larutan NaOH 2%
ECuSO4/Cu = -0,493 volt
ESHE
= -0,493 volt + 0,318 volt

= -0,175 volt/SHE

Larutan HCl 2%
ECuSO4/Cu = -0,543 volt
ESHE
= -0,543 volt + 0,318 volt

= -0,283 volt/SHE

= -0,225 volt/SHE

Larutan K2Cr2O7 2%
ECuSO4/Cu = -0,601 volt
ESHE
= -0,601 volt + 0,318 volt

Air Keran
ECuSO4/Cu = -0,417 volt
ESHE
= -0,417volt + 0,318 volt
= -0,099 volt/SHE

Larutan NaCl 3,65%


ECuSO4/Cu = -0,504 volt
ESHE
= -0,504 volt + 0,318 volt
= -0,186 volt/SHE

b. Pengamatan Setelah 30 Menit

Larutan NaOH 2%
ECuSO4/Cu = -0,381 volt
ESHE
= -0,381 volt + 0,318 volt

= -0,063 volt/SHE

Larutan HCl 2%
ECuSO4/Cu = -0,503 volt
ESHE
= -0,503 volt + 0,318 volt
= -0,185 volt/SHE

Larutan NaCl 3,65%


ECuSO4/Cu = -0,582 volt
ESHE
= -0,582 volt + 0,318 volt
= -0,264 volt/SHE

Larutan K2Cr2O7 2%
ECuSO4/Cu = -0,089 volt
ESHE
= -0,089 volt + 0,318 volt
= 0,229 volt/SHE

Air Keran
ECuSO4/Cu = -0,556 volt
ESHE
= -0,556 volt + 0,318 volt
= -0,238 volt/SHE

c. Pengamatan Setelah 3 Hari

Larutan NaOH 2%
ECuSO4/Cu = -0,412 volt
ESHE
= -0,412 volt + 0,318 volt

Larutan K2Cr2O7 2%
ECuSO4/Cu = -0,289 volt
ESHE
= -0,289 volt + 0,318 volt

= -0,094 volt/SHE

= 0,029 volt/SHE

Larutan HCl 2%
ECuSO4/Cu = -0,419 volt
ESHE
= -0,419 volt + 0,318 volt

Air Keran
ECuSO4/Cu = -0,660 volt
ESHE
= -0,660 volt + 0,318 volt

= -0,101 volt/SHE

= -0,342 volt/SHE

Larutan NaCl 3,65%


ECuSO4/Cu = -0,708 volt
ESHE
= -0,708 volt + 0,318 volt
= -0,390 volt/SHE

2. Perhitungan Luas Permukaan masing-masing Logam

Larutan NaOH 2%

Panjang plat = 4,9 cm

Panjang plat= 4,9 cm

Lebar plat = 2 cm

Lebar plat = 1,9 cm

A=2xPxL
= 2 x 4,9 cm x 2cm
= 19,60 cm2

Larutan K2Cr2O7 2%

Larutan HCl 2%

A =2xPxL
= 2 x 4,9 cm x 1,9 cm
= 18,62 cm2

Air Keran

Panjang plat= 4,5 cm

Panjang plat= 4,9 cm

Lebar plat = 1,9 cm

Lebar plat = 2 cm

A =2xPxL
= 2 x 4,5 cm x 1,9 cm
= 17,10 cm2
Larutan NaCl 3,65%
Panjang plat= 4,9 cm
Lebar plat = 1,9 cm
A =2xPxL
= 2 x 4,9 cm x 1,9 cm

A=2xPxL
= 2 x 4,9 cm x 2cm
= 19,60 cm2

= 18,62 cm2
3. Perhitungan Laju Korosi (r) dalam satuan mpy

Larutan NaOH 2%
r

dW
A.t .

5,9372
21,28 x 6 x 7,86

0,015 gr
= 19,60 Cm 2 x 3 hari x 7,86 gr /Cm 3

cm
= 3,2455 x 10-5 hari

1000 mils
1inchi

365 hari
1 year

dW
A.t .

5,9372
21,28 x 6 x 7,86

0,4019 gr
= 17,10 Cm 2 x 3 hari x 7,86 gr /Cm 3

cm
= 9,9673 x 10-4 hari

1 inchi
2,54 cm

1000 mils
1inchi

365 hari
1 year

= 143,2311mpy
Larutan NaCl 3,65%
r

dW
A.t .

5,9372
21,28 x 6 x 7,86

0,0528 gr
= 18,62 Cm 2 x 3 hari x 7,86 gr /Cm 3

cm
= 1,2026 x 10-4 hari

1 inchi
2,54 cm

= 4,6639 mpy
Larutan HCl 2%
r

1 inchi
2,54 cm

1000 mils
1inchi

= 17,2810 mpy
Larutan K2Cr2O7 2%
r

dW
A.t .

5,9372
21,28 x 6 x 7,86

0,0336 gr
= 18,62 Cm 2 x 3 hari x 7,86 gr /Cm 3

365 hari
1 year

-5

= 7,6527 x 10

cm
hari

1 inchi
2,54 cm

1000 mils
1inchi

365 hari
1 year

= 10,9970 mpy

Air Keran
r

dW
A.t .

5,9372
21,28 x 6 x 7,86

0,1624 gr
= 19,60 Cm 2 x 3 hari x 7,86 gr /Cm 3

cm
= 3,5319 x 10-4 hari

1 inchi
2,54 cm

1000 mils
1inchi

= 50,4946 mpy

Data Pengamatan Awal


Tabel Data Pengamatan Awal
No

Pengamatan

Keterangan

Larutan HCl

Larutan NaCl

365 hari
1 year

Larutan NaOH

Larutan Air Keran

Larutan K2Cr2O7

Elektroda Standar

Indikator Universal
6

untuk mengetahui
nilai pH

Baja Karbon

Multimeter untuk
8

mengukur potensial
sel

No

Data Pengamatan Setelah 3 Hari


Tabel Data Pengamatan Setelah 3 Hari
Pengamatan

Keterangan

Larutan berwarna keruh dan ada yang mengendap.


Kondisi logamnya berwarna hitam

Larutan berwarna orange pudar dan kondisi


ogamnya berwarna spot hitam

Larutan agak keruh dan ada yang mengendap.


3

Kondisi logamnya menjadi berwarna agak


kecokelatan

Larutan Bening dan ada yang mengendap dan


kondisi logamnya menjadi berwarna hitam

Larutan berwarna agak keruh dan ada yang


5

mengendap. Kondisi ogamnya berwarna spot


hitam

Data Pengamatan dari Awal sampai Akhir Praktikum


Tabel Data Pengamatan dari Awal sampai Akhir Praktikum

No
1

Pengamatan

Keterangan
Kondisi Pengamatan Awal

Kondisi Pengamatan Setelah 30 Menit

Kondisi Pengamatan Setelah 3 Hari

Kondisi Logan di berbagai Larutan Awal

Kondisi Logam di berbagai Larutan Setelah 30 Menit

Kondisi Logam di berbagai Larutan Setelah 3 Hari

You might also like