Professional Documents
Culture Documents
Kelas
:V
: 1. Mohammad Arilga Pamungkas
2. Mohammad Naufal Syarief
3. Nadya Rimadanti
4. Novita Deni
: 3A
141411018
141411019
141411020
141411021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Korosi dalam istilah sehari-hari dikenal sebagai peristiwa perkaratan. Korosi ini
Tujuan Percobaan
Menghitung potensial logam dalam berbagai larutan menggunakan elektroda standar
BAB II
LANDASAN TEORI
Korosi adalah suatu proses elektrokimia dimana atom-atom akan bereaksi dengan zat
asam dan membentuk ion-ion positif (kation). Hal ini akan menyebabkan timbulnya aliranaliran elektron dari suatu tempat ke tempat yang lain pada permukaan metal. Secara garis
besar, korosi ada dua jenis yaitu : Korosi Internal yaitu korosi yang terjadi akibat adanya
kandungan CO2 dan H2S pada minyak bumi sehingga apabila terjadi kontak dengan air akan
membentuk asam yang merupakan penyebab korosi; dan Korosi Eksternal yaitu korosi yang
terjadi pada bagian permukaan dari sistem perpipaan dan peralatan, baik yang kontak dengan
udara bebas ataupun dengan permukaan tanah, akibat adanya kandungan zat asam pada udara
ataupun tanah.
Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas bahan
terhadap waktu. Laju korosi pada umumnya dihitung menggunakan 2 cara yaitu : metode
kehilangan berat dan metode elektrokimia.
2.1
atau kekurangan berat akibat korosi yang terjadi. Metode ini menggunakan jangka waktu
penelitian atau pengkorosian sampai mendapatkan jumlah kehilangan berat akibat korosi
yang terjadi. Untuk mendapatkan jumlah kehilangan berat akibat korosi digunakan rumus
sebagai berikut (Jones, 1992) :
Mpy = (534 w) / (DAT) ...................................... (3.1)
Keterangan :
Mpy = mils per year, w = kehilangan berat, (g), D = densitas (g/cm 3), A = luas permukaan
spesimen (in2), T = waktu pengkorosian (jam)
Metode ini mengukur kembali berat awal dari benda uji (spesimen). Selisih berat dari pada
berat awal merupakan nilai kehilangan berat. Selisih berat dikembalikan ke dalam rumus
untuk mendapatkan laju kehilangan beratnya. Perhitungan laju korosi logam berdasarkan
metode kehilangan berat dapat juga digunakan rumus :
Laju korosi (r) = w/A.t, satuan dalam mdd (mg per dm2)
.............. (3.2)
Atau
Laju korosi (r) = w/(A.t.D) satuan dalam mpy (mils per year)
........ (3.3)
Dengan :
w = selisih berat, A= luas permukaan logam, dan t = waktu pengkorosian, dan D = densitas.
Metode ini memerlukan waktu yang lama dan suistinable dapat dijadikan acuan
terhadap kondisi tempat objek diletakkan (dapat diketahui seberapa korosif daerah tersebut)
juga dapat dijadikan referensi untuk perlakuan awal (treatment) yang harus diterapkan pada
daerah dan kondisi tempat objek tersebut.
2.2
Anoda
: Fe Fe 2++2e
Katoda
: 2H++2e H2
Elektroda kesetimbangan ditentukan oleh besarnya perubahan energy bebas (G)
yang merupakan perbedaan antara keadaan akhir dan keadaan awal, antar produk dan
pereaksi untuk reaksi elektrokimia. Dengan kata lain, energy oksidasi (anodic) = energy
reduksi (katodik), tetapi dengan arah yang (tanda) berlawanan. Untuk reaksi elektrokimia :
Oks + ne Red
G reaksi = G produk -G reaktan atau = G red-G oks
Dalam suatu system elektrokimia pada tekanan dan temperature tetap, energy yang
berhubungan dengan proses adalah perubahan energy bebas, yang dinyatakan dalam G.
Hubungan antara G dengan potensial elektroda dirumuskan sesuai persamaan:
G = -nFE atau
Go = -nFEo
atau
= Eo (RT)/(nF) ln [red/oks]
= Go + RT ln K
nFE
= nFEo - RT ln K
= Eo - [ RT/nF] ln K
= Eo-(RT/nF) ln 1/a Fe 2+
= Eo+( RT/nF) ln a Fe 2+
Diagram E pH
Diagram ini menampilkan daerah-daerah kestabilan air, daerah-daerah logam akan
imun, terkorosi atau terpasivasi sebagai fungsi dari potensial sel dan pH. Diagram ini
memberikan informasi tentang reaksi anodic dan katodik yang mungkin terjadi dan
kemungkinan proteksi korosi berdasarkan termodinamika. Diagram E-pH (Pourbaix) dibuat
untuk logam murni dan dengan bertambahnya hasil pengukuran besaran termodinamika
paduan, beberapa diagram potensial paduan telah dibuat.
a red
H2
nF
nF
Sudah didefinisikan bahwa pH = - log [H +], konsentrasi hydrogen yang juga dapat
ditulis CH+ jadi [H+] = CH+ atau definisi log CH+ = -pH dengan demikian diperoleh
persamaan:
E
Jika pH
= -2
Maka E
= - (0,0592)(-2)
= 0,1182 Volt
Jika pH = 16
E
= - (0,0592)(16)
= -0,944 Volt
Fe2+
E = -0,440 Volt
E(-)
Fe
Jika aktivitas logam semakin menurun (menjadi kecil), maka arah gerak ke bawah
sehingga terbentuk endapan Fe yang stabil, artinya Fe imun atau kebal terhadap korosi. Kalau
bergerak ke atas maka aktivitas logam akan naik. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya ion
Fe2+ sehingga terjadi korosi. Besi (Fe) dalam keadaan ion, unsur maupun senyawa
mempunyai energy bebas standar yang dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Go (kal)
0
FeO hydrous
-58.880
Fe3O4 anhydrous
-242.400
Fe2O3 anhydrous
-177.100
Fe2O3 hydrous
-161.930
Fe++
-20.300
HFeO2-
-90.627
Fe+++
-2.530
FeOH++
-55.910
Fe(OH)2+
-106.200
FeO4- -
-117.685
H2O
-56.690
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat
Elektroda standar (kalomel atau CuSO4/Cu)
Gelas kimia 500 mL (5 buah)
pH Universal
Pelat baja (5 buah)
Kabel
Multimeter
Batang Pengaduk
Neraca Analitik
Gelas Ukur 100 mL
10
Pipet ukur
11
Bola Hisap
Bahan
Aquadest
Larutan NaOH 2% 200 mL
Larutan HCl 2 % 200 mL
Larutan K2Cr4.O7 2% 200 mL
Larutan NaCl 3,56 % 200 mL
Air keran
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
1
2
3
4
5
Larutan
Pot/Standar
pH
Pot/SHE
Pengamatan Kondisi
CuSo4 / Cu
Larutan
(gram)
(Volt)
Logam
(Volt)
-0,493
-0,543
-0,504
-0,601
-0,417
14
1
6
5
7
10,3656
10,1299
10,2691
10,4402
10,5304
NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran
-0,175
-0,225
-0,186
-0,283
-0,099
Bening
Bening
Bening
Orange Pekat
Bening
Larutan
Pot/Standar
pH
Pot/SHE
Pengamatan Kondisi
CuSo4 / Cu
Larutan
(Volt)
Logam
1
2
3
4
5
(Volt)
-0,381
-0,503
-0,582
-0,089
-0,556
14
1
6
5
6
NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran
-0,063
-0,185
-0,264
0,229
-0,238
Bening
Agak keruh
Bening
Orange agak Pekat
Agak Keruh
Pot/Standar
No.
Larutan
CuSo4 / Cu
(Volt)
Luas
pH
Pot/SH
Permukaan
Pengamatan Kondisi
Larutan
(gram)
E (Volt)
Logam
Logam
(cm2)
Larutan Bening dan ada
NaOH 2%
-0,412
14
10,3506
-0,094
19,60
HCl 2%
-0,419
9,7280
-0,101
17,10
mengendap. Kondisi
ogamnya berwarna spot
hitam
Larutan agak keruh dan
ada yang mengendap.
NaCl 3,56%
-0,708
10,2163
-0,390
18,62
Kondisi logamnya
menjadi berwarna agak
kecokelatan
Larutan berwarna
K2Cr2O7 2%
-0,289
10,4066
0,029
18,62
Air Keran
-0,660
10,3680
-0,342
19,60
mengendap. Kondisi
logamnya berwarna
hitam
Larutan
Pot/SHE (Volt)
1
2
3
4
5
NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran
-0,493
-0,543
-0,504
-0,601
-0,417
-0,175
-0,225
-0,186
-0,283
-0,099
Larutan
NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran
Pot/SHE (Volt)
-0,063
-0,185
-0,264
0,229
-0,238
4.2.2
Larutan
NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran
Pot/SHE (Volt)
-0,094
-0,101
-0,390
0,029
-0,342
No
1
2
3
4
5
Larutan
W1
(gram)
NaOH 2%
10,3656
HCl 2%
10,1299
NaCl 3,56%
10,2691
K2Cr2O7 2%
10,4402
Air Keran
10,5304
4.2.3 Diagram e-pH
W2
dW
(gram)
10,3506
9,7280
10,2163
10,4066
10,3680
(gram)
0,015
0,4019
0,0528
0,0336
0,1624
(Cm2)
19,60
17,10
18,62
18,62
19,60
(hari)
3
3
3
3
3
(gr/Cm3)
7,86
7,86
7,86
7,86
7,86
r (mpy)
4,6639
143,2311
17,2810
10,9970
50,4946
Potensial (V/SHE)
pH
Gambar 4.2.3 Diagram e-pH
4.2.4
No
1
2
3
4
5
Larutan
pH Larutan
Pot/SHE (Volt)
Kondisi Logam
NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran
14
1
6
5
7
-0,175
-0,225
-0,186
-0,283
-0,099
Pasif
Aktif / Terkorosi
Transisi (Antara Aktif dan Pasif)
Aktif / Terkorosi
Pasif
No
Larutan
pH Larutan
Pot/SHE (Volt)
Kondisi Logam
1
2
3
4
5
NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran
14
1
6
5
6
-0,063
-0,185
-0,264
0,229
-0,238
Pasif
Aktif / Terkorosi
Transisi (Antara Aktif dan Pasif)
Transisi (Antara Aktif dan Pasif)
Transisi (Antara Aktif dan Pasif)
4.2.5
No
Larutan
pH Larutan
Pot/SHE (Volt)
Kondisi Logam
1
2
3
4
5
NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran
14
1
6
5
6
-0,094
-0,101
-0,390
0,029
-0,342
Pasif
Aktif / Terkorosi
Transisi (Antara Aktif dan Pasif)
Transisi (Antara Aktif dan Pasif)
Transisi (Antara Aktif dan Pasif)
Larutan
NaOH 2%
HCl 2%
NaCl 3,56%
K2Cr2O7 2%
Air Keran
pH Larutan
14
1
6
5
6
Laju Korosi
4,6639
143,2311
17,2810
10,9970
50,4946
4.3 Pembahasan
4.3.1 Mohammad Arilga Pamungkas
Korosi merupakan suatu proses elektrokimia yang melibatkan adanya transfer
elektron dari anodik (melepas elektron) ke katodik (menangkap elektron) atau reaksi oksidasi
reduksi,
yang berlangsung secara spontan. Tujuan dari praktikum ini antara lain
menghitung potensial logam dalam berbagai larutan dengan menggunakan elektroda CSE
yang diubah ke dalam standar SHE, menjelaskan pengaruh pH larutan terhadap laju korosi
logam besi, menunjukan kondisi logam setelah direndam beberapa waktu di berbagai larutan
pada diagram E pH untuk sistem Fe H2O, dan menghitung laju korosi baja dalam berbagai
larutan berdasarkan metode kehilangan berat (W).
Percobaan dilakukan dengan mencelupkan lempeng besi ke dalam larutan HCl 2%,
NaOH 2%, NaCl 3,56%, K2Cr2O7 2% dan air keran selama 3 hari. Pengamatan dilakukan
dengan mengukur potensial standar dan pH larutan. Dari nilai potensial (dalam SHE) dan pH,
praktikan dapat mengetahui kondisi logam berdasarkan diagram E pH (Pourbaix) logam
besi.
Reaksi elektrokimia logam Fe didalam HCl 2%, sebagai berikut :
Anodik
Katodik
: Fe
: 2H+ + 2e
Fe2+ + 2e
H2
Logam Fe yang direndam dalam larutan HCl 1% memiliki laju korosi paling tinggi
sebesar 143,23 mpy. Logam yang tercelup dalam HCl ini mengalami laju korosi yang cepat,
dari bentuk fisiknya pun terlihat jelas terdapat karat pada logam. Hal ini juga dapat
dibuktikan dengan diagram E-pH untuk system Fe-H2O pada awal reaksi logam tersebut
bersifat aktif (terkorosi) dengan nilai potensial awal bernilai -0,225 volt/SHE dengan pH 1
dan pada akhir reaksi bersifat aktif dengan potensial bernilai -0,185 Volt/SHE dengan pH 1.
Reaksi elektrokimia logam Fe didalam larutan NaOH 2%, sebagai berikut :
Anodik
: Fe
Fe2+ + 2e
Katodik
: O2 + 2H2O + 2e
4OHLogam Fe yang direndam dalam larutan NaOH 2% memiliki laju korosi sebesar
4,6639 mpy. Laju korosi Fe dalam NaOH 2% tidak begitu cepat (berjalan lambat), dengan
nilai potensial awal bernilai -0,175 volt/SHE dengan pH 14 dan pada akhir reaksi bersifat
pasif dengan potensial bernilai -0,094 volt/SHE dengan pH 14.
Reaksi elektrokimia logam Fe didalam air keran, sebagai berikut :
Anodik
Katodik
: Fe
: 2H2O + 2e
Fe2+ + 2e
2OH- + H2
Logam Fe yang direndam dalam air keran memiliki laju korosi relative besar yaitu
sebesar 50,4946 mpy. Menurut diagram E pH untuk sistem Fe H 2O pada awal reaksi
logam berada terdapat pada kondisi transisi dengan nilai potensial awal bernilai -0,099
volt/SHE dengan pH 7 dan pada akhir kondisi logam berada pada kondisi transisi pula
dengan potensial bernilai -0,342 volt/SHE dengan pH 6.
Reaksi elektrokimia logam Fe didalam larutan NaCl 3,56%, sebagai berikut :
Anodik
: Fe
Fe2+ + 2e
Katodik
: 2H2O + 2e
2OH- + H2
Logam Fe yang direndam dalam larutan NaCl 3,56% memiliki laju korosi sebesar
17,2810 mpy. Menurut diagram E pH untuk sistem Fe H 2O pada awal reaksi logam
tersebut bersifat transisi dengan nilai potensial awal bernilai -0,186 volt/SHE dengan pH 6
dan pada akhir reaksi bersifat transisi dengan potensial bernilai -0,390 volt/SHE dengan pH
6.
Reaksi elektrokimia logam Fe didalam larutan K2Cr2O7 2%, sebagai berikut :
Anodik
: Fe
Fe2+ + 2e
Katodik
: 2H2O + 2e
2OH- + H2
Logam Fe yang direndam dalam larutan K2Cr2O7 2% memiliki laju korosi sebesar
10,9970 mpy. Menurut diagram E pH untuk sistem Fe H 2O pada awal reaksi logam
tersebut bersifat aktif terkorosi dengan nilai potensial awal bernilai -0,283 volt/SHE dengan
pH 5 dan pada akhir reaksi bersifat aktif dengan potensial bernilai 0,029 volt/SHE dengan pH
5.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa laju korosi logam Fe dalam larutan HCl 2
% lebih besar dibandingkan laju korosi logam Fe didalam larutan lainnya. Hal itu disebabkan
banyaknya kandungan konesntrasi ion H+ yang tinggi yang bersifat asam (pH rendah)
sehingga dapat mempercepat laju korosi.
Laju korosi logam Fe di dalam larutan NaOH 2% memiliki nilai paling rendah, hal
ini dapat disebabkan oleh larutan NaOH yang bersifat basa sehingga laju korosi berjalan
lambat. Selain itu, permukaan logam besi dalam NaOH menjadi terpasifkan. Laju korosi di
larutan K2Cr2O7 terbilang relatif rendah karena krom merupakan inhibitor korosi, potensial
Crom lebih negative dibandingkan besi sehingga dapat memperlambat laju korosi.
Terdapat beberapa cara
menaikkan pH larutan, atau dengan menggunakan metoda proteksi katodik seperti arus paksa
(impress current) dan anoda korban (sacrificial anode) , coating, dll.
yaitu sebesar 0,4 gram. Hal tersebut dapat terjadi karena HCl yang digunakan memiliki pH
yang sangat asam. Selain itu, Proses korosi pada HCl terjadi pada pengamatan awal
perendaman sampai hari ke-3 perendaman. Massa logam yang paling sedikit berkurang
adalah logam yang direndam dalam NaOH sebanyak 0,015 gram. Karena Fe dalam larutan
basa pada kondisi pasif.
Berkurangnya massa logam berbanding lurus dengan laju pembentukkan korosi.
Semakin banyak berkurang massa logam maka semakin besar laju pembentukkan korosi,
begitu pula sebaliknya.
Korosi merupakan proses yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, kandungan
air (kelembapan), dan juga pH merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat laju
korosi. Ketika pH suatu larutan/lingkungn asam, logam akan semakin cepat terkorosi.
Sementara semakin basa pH suatu larutan, biasanya akan terbentuk lapisan pasif yang akan
melindungi logam dalam proses korosi yang lebih lanjut lagi.
terkorosi dengan cepat. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa logam
akan terkorosi pada pH < 7.
Proses korosi ini semakin diperjelas dengan berkurangnya massa logam dalam semua
larutan. Massa logam yang paling banyak berkurang adalah pada logam yang direndam
dalam HCl yaitu sebesar 0,4019 gram. Hal tersebut dapat terjadi karena HCl merupakan
larutan yang mempunyai pH asam yaitu 1. Massa logam yang paling sedikit berkurang adalah
logam yang direndam dalam NaOH sebanyak 0,015 gram. Hal tersebut dapat terjadi karena
larutan NaOH bersifat basa (pH 14) sehingga proses korosi terjadi sangat lambat.
Berkurangnya massa logam berbanding lurus dengan laju pembentukkan korosi. Semakin
banyak berkuarang massa logam maka semakin besar laju pembentukkan korosi, begitu pula
sebaliknya.
rendah sehingga berada pada titik kesetimbangan atau transisi begitu juga dengan larutan
K2Cr2O7 yang sedikit asam berada pada daerah transisi.
Setelah perendaman selama 3 hari, logam dalam larutan HCl seharunya berada dalam
kondisi pasif. Hal tesebut terjadi karena ion H+ dalam larutan sebagian besar telah beraksi
dengan logam dan membentuk lapisan coklat diatas pemukaan logam. Logam dalam larutan
K2Cr2O7 dalam keadaan aktif. Berdasarkan literatur,logam dalam K2Cr2O7 seharusnya berada
dalam kondisi pasif karena K2Cr2O7 merupakan inhibitor yang akan mneghambat laju korosi
dengan membentuk lapisan oksida di atas permukaan logam.
Terjadinya proses korosi ditandai lagi dengan berkurangnya massa logam dalam
semua larutan. Massa logam yang berkurang banyak adalah pada logam yang direndam
dalam larutan HCl. Besarnya pH mempengaruhi kecepatan reaksi, pada umumnya pH dan
alkalinitas naik, kecepatan korosi akan naik. Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada
kondisi pH < 7 semakin besar, karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada
katode yaitu: 2H+(aq) + 2e- H2 . Karena pH dari air keran yang awalnya asam menjadi basa
yang mengindikasikan bahwa ion-ion H+ dalam air kran telah banyak berkurang.
Korosi merupakan proses yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, kandungan
air (kelembapan), dan juga pH merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat laju
korosi. Ketika pH suatu larutan/lingkungn asam, logam akan semakin cepat terkorosi.
Sementara semakin basa pH suatu larutan, biasanya akan terbentuk lapisan pasif yang akan
melindungi logam dalam proses korosi yang lebih lanjut lagi.
BAB V
SIMPULAN
1. Tabel Hasil Percobaan
pH
NaOH
akhi
r
14
14
HCl 2%
NaCl
2%
3,56%
K2Cr2O7
2%
Air Keran
Kondisi logam
korosi
Larutan
Awal
potensia
laju
(V/SHE)
mpy
4,6639
143,2311
17,2810
l logam
Awal
Akhir
Pasif
Pasif
Aktif / Terkorosi
Aktif / Terkorosi
Transisi (Antara
Transisi (Antara
10,9970
Aktif / Terkorosi
50,4946
Pasif
Aktif / Terkorosi
Transisi (Antara
Aktif dan Pasif)
awal
akhir
-0,175
-0,094
-0,225
-0,101
-0,186
-0,390
-0,283
0,029
-0,099
-0,342
2. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa laju korosi logam Fe dalam air HCl
2% lebih besar dibandingkan laju korosi logam Fe didalam larutan NaCl
3,56%, K2Cr2O7 2%, air keran dan NaOH 2%, sehingga korosi lebih cepat
terjadi didalam HCl.
3. Terdapat beberapa cara
DAFTAR PUSTAKA
Jones, Denny A. 1992. Principles and Prevention of Corrosion. New York : Macmillan
Publishing Company.
Macpherson
and
Townsend.
T.T.
Water
Chemistry
and
Sustainable
Yield.
R.
Roberge.
2008.
Corrosion
Thermodynamics.
http://corrosion-
doctors.org/Corrosion-Thermodynamics/Reference-Half-Cells-Conversion.htm
[6
Oktober 2016]
Pierre,
R.
Roberge.
2008.
Reference
Half-Cells
(Electrodes)
http://corrosion-
LAMPIRAN
Larutan NaOH 2%
ECuSO4/Cu = -0,493 volt
ESHE
= -0,493 volt + 0,318 volt
= -0,175 volt/SHE
Larutan HCl 2%
ECuSO4/Cu = -0,543 volt
ESHE
= -0,543 volt + 0,318 volt
= -0,283 volt/SHE
= -0,225 volt/SHE
Larutan K2Cr2O7 2%
ECuSO4/Cu = -0,601 volt
ESHE
= -0,601 volt + 0,318 volt
Air Keran
ECuSO4/Cu = -0,417 volt
ESHE
= -0,417volt + 0,318 volt
= -0,099 volt/SHE
Larutan NaOH 2%
ECuSO4/Cu = -0,381 volt
ESHE
= -0,381 volt + 0,318 volt
= -0,063 volt/SHE
Larutan HCl 2%
ECuSO4/Cu = -0,503 volt
ESHE
= -0,503 volt + 0,318 volt
= -0,185 volt/SHE
Larutan K2Cr2O7 2%
ECuSO4/Cu = -0,089 volt
ESHE
= -0,089 volt + 0,318 volt
= 0,229 volt/SHE
Air Keran
ECuSO4/Cu = -0,556 volt
ESHE
= -0,556 volt + 0,318 volt
= -0,238 volt/SHE
Larutan NaOH 2%
ECuSO4/Cu = -0,412 volt
ESHE
= -0,412 volt + 0,318 volt
Larutan K2Cr2O7 2%
ECuSO4/Cu = -0,289 volt
ESHE
= -0,289 volt + 0,318 volt
= -0,094 volt/SHE
= 0,029 volt/SHE
Larutan HCl 2%
ECuSO4/Cu = -0,419 volt
ESHE
= -0,419 volt + 0,318 volt
Air Keran
ECuSO4/Cu = -0,660 volt
ESHE
= -0,660 volt + 0,318 volt
= -0,101 volt/SHE
= -0,342 volt/SHE
Larutan NaOH 2%
Lebar plat = 2 cm
A=2xPxL
= 2 x 4,9 cm x 2cm
= 19,60 cm2
Larutan K2Cr2O7 2%
Larutan HCl 2%
A =2xPxL
= 2 x 4,9 cm x 1,9 cm
= 18,62 cm2
Air Keran
Lebar plat = 2 cm
A =2xPxL
= 2 x 4,5 cm x 1,9 cm
= 17,10 cm2
Larutan NaCl 3,65%
Panjang plat= 4,9 cm
Lebar plat = 1,9 cm
A =2xPxL
= 2 x 4,9 cm x 1,9 cm
A=2xPxL
= 2 x 4,9 cm x 2cm
= 19,60 cm2
= 18,62 cm2
3. Perhitungan Laju Korosi (r) dalam satuan mpy
Larutan NaOH 2%
r
dW
A.t .
5,9372
21,28 x 6 x 7,86
0,015 gr
= 19,60 Cm 2 x 3 hari x 7,86 gr /Cm 3
cm
= 3,2455 x 10-5 hari
1000 mils
1inchi
365 hari
1 year
dW
A.t .
5,9372
21,28 x 6 x 7,86
0,4019 gr
= 17,10 Cm 2 x 3 hari x 7,86 gr /Cm 3
cm
= 9,9673 x 10-4 hari
1 inchi
2,54 cm
1000 mils
1inchi
365 hari
1 year
= 143,2311mpy
Larutan NaCl 3,65%
r
dW
A.t .
5,9372
21,28 x 6 x 7,86
0,0528 gr
= 18,62 Cm 2 x 3 hari x 7,86 gr /Cm 3
cm
= 1,2026 x 10-4 hari
1 inchi
2,54 cm
= 4,6639 mpy
Larutan HCl 2%
r
1 inchi
2,54 cm
1000 mils
1inchi
= 17,2810 mpy
Larutan K2Cr2O7 2%
r
dW
A.t .
5,9372
21,28 x 6 x 7,86
0,0336 gr
= 18,62 Cm 2 x 3 hari x 7,86 gr /Cm 3
365 hari
1 year
-5
= 7,6527 x 10
cm
hari
1 inchi
2,54 cm
1000 mils
1inchi
365 hari
1 year
= 10,9970 mpy
Air Keran
r
dW
A.t .
5,9372
21,28 x 6 x 7,86
0,1624 gr
= 19,60 Cm 2 x 3 hari x 7,86 gr /Cm 3
cm
= 3,5319 x 10-4 hari
1 inchi
2,54 cm
1000 mils
1inchi
= 50,4946 mpy
Pengamatan
Keterangan
Larutan HCl
Larutan NaCl
365 hari
1 year
Larutan NaOH
Larutan K2Cr2O7
Elektroda Standar
Indikator Universal
6
untuk mengetahui
nilai pH
Baja Karbon
Multimeter untuk
8
mengukur potensial
sel
No
Keterangan
No
1
Pengamatan
Keterangan
Kondisi Pengamatan Awal