Professional Documents
Culture Documents
Judul Percobaan
II. Tanggal Percobaan
III. Selesai Percobaan
1.
Tujuan Percobaan
V. Dasar Teori
Reaksi pengendapan telah dipergunakan secara luas dalam kimia analitik, dalam
penentuan gravimetric dan dalam pemisahan sample menjadi komponen-komponennya.
Pengendapan merupakan sebuah taknik dasar yang sangat penting dalam banyak
prosedur analitik.
Titrasi-titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan tidak berjumlah banyak dalam
analisis titrimetrik seperti titrasi-titrasi yang terlibat dalam reaksi redoks atau asam
basa. Contoh dari titrasi pengendapan dibatasi pada yang melibatka pngendapan dari
ion perak dengan anion-anion seperti halogen atau tiosinat. Penggunaan reaksi semacam
ini terbats karena kurangnya indikator yang cocok. Dalam beberapa kasus, terutama
dalam titrasi dari larutan encer dan titran ditambahkan secara perlahan, penjenuhan
yang luar biasa tidak terjadi dan tingkat pengendapan menjadi lambat.
Dasar reaksi titrasi pengendapan ialah terjadinya endapan pada reaksi antara zat
analit dengan penitrasi, misalnya :
Ag+ + X- AgX(g)
dimana X = halogen
CARA MOHR
Indikator K2CrO4, titran adalah AgNO3. Terutama untuk menentukan garam
klorida dengan titrasi langsung, atau menentukan garam perak dengan titrasi kembali
setelah ditambah larutan NaCl berlebih. pH harus diatur agar tidak terlalu asam
maupun terlalu basa (antara 6 dan 10).Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada
titik akhir dengan titrant sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang
menunjukkan titik akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan
Ag+.
Pada analisa Cl- mula-mula terjadi reaksi :
Ag+ + Cl-
AgCl
Ag2CrO4
Jadi dalam tiga cara tersebut titrant masing-masing tertentu, indicator dan Ph
untuk cara Mohr dan Volhart tertentu, sedang dalam cara Fajans indikator tidak harus
tertentu dan Ph disesuaikan dengan indikator.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah sebagai berikut :
1. Temperatur. Semakin meningkat temperatur, maka meningkat pula kelarutannya.
2. Pemilihan Pelarutan. Garam anorganik lebih dapat larut dalam air dari pada
dalam larutan organik, kelarutan dalam air lebih besar dari pada dalam larutan
organik.
3. Efek ion-sekutu. Dengan adanya ion sekutu yang berlebihan, kelarutan dari
sebuah endapan bisa jadi lebih besar dari pada tetapan kelarutan produk.
4. Efek aktivitas.
5. Efek Ph.
6. Efek hidrolisis.
7. Hidroksida metal.
8. Efek pembentukan kompleks.
VI.
1 buah
2. Erlenmeyer 250 mL
2 buah
3. Buret
1 buah
4. Spatula
1 buah
5. Pipet Gondok 10 ml
1 buah
6. Gelas Ukur
2 buah
7. Pipet tetes
6 buah
Bahan
1.
NaCl
2.
Air suling
3.
AgNO3
4.
5.
Air Laut
VII.
CARA KERJA
NaCl
Buret
Ditimbang 0,062 g
Dipindahkan dalam labu ukur
100 ml
Dilarutkan dengan air suling
Diencerkan sampai tanda batas
Hasil
AgNO3 dalam
buret
Dipipet sebanyak 25
mL dengan pipet
seukuran
Dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 100ml
Ditambah 10 ml air
suling
Ditambah 5 tetes
indikator K2CrO4
Digunakan untuk
titran
Hasil
Hasil
Dibaca dan dicatat angka pada
buret saat awal dan akhir titrasi
Dicatat volume larutan AgNO3
yang digunkan dalam titrasi
Dihitung konsentrasi AgNO3
Hasil
Hasil
Dipipet 10 ml
diencerkan dalam labu ukur 100 ml
Hasil
Dipipet 10 ml
Diencerkan dalam labu ukur 100 ml
Hasil
Diambil 10 ml
Ditambahkan 5 tetes K2CrO4 5 %
Hasil
Dititrasi dengan AgNO3 sampai
terjadi endapan merah bata
Hasil
*percobaan dilakukan 3
kali*percobaan dilakukan 3
kali
No.
perc.
1.
Alur
NaCl 0,062 g
dipindahkan
dalam labu ukur
100 ml
diencerkan
samapi tanda
batas dengan air
suling.
Larutan Baku
dipipet 10 ml
ditambahkan 10
ml air suling
ditambah 1 ml
indikator K2CrO4
Hasil
dititrasi
dengan
AgNO3
dalam
buret
Hasil
Pengamatan
NaCl : serbuk
putih
Dugaan /
Reaksi
Di lampiran
Simpulan
1. [ AgNO3 ] =
0,0137 N
indikator K2CrO4 :
kuning
AgNO3 : jernih tak
berwarna
Larutan Baku :
jernih tak berwarna
Larutan Baku +
indikator K2CrO4
2. [ AgNO3 ]=
0,0132 N
3. [ AgNO3 ] =
0,0131 N
: kuning jernih
larutan setelah
dititrasi :
Merah bata dan
ada endapan.
V AgNO3 :
V1 = 7,7 ml
V2 = 8,0 ml
V3 = 8,1 ml
4. [ AgNO3 ]
rata-rata =
0,0133N
No.
perc.
1.
Alur
Air laut
Diukur massanya
dengan neraca
analitis
Diukur volumenya
Dicari massa
jenisnya
Hasil
Dipipet 10 ml
diencerkan dalam
labu ukur 100 ml
Hasil
Dipipet 10 ml
diencerkan dalam
labu ukur 100 ml
Hasil
Diambil 10 ml
Ditambahkan 5
tetes K2CrO4 5 %
Hasil
Dititrasi dengan
AgNO3 sampai
terjadi endapan
merah bata
Hasil
Hasil
Pengamatan
Air laut : jernih,
tak berwarna
Dugaan /
Reaksi
Di lampiran
Simpulan
1. %Cl- =
7,2640%
AgNO3 : Jernih
tak berwarna
larutan baku :
jernih tak
berwarna
2. %Cl- =
8,4235 %
larutan baku +
indikator :
kuning
larutan setelah
titrasi : merah
bata dan
terdapat
endapan.
v AgNO3
v1 = 1,6 ml
v2 : 1,9 ml
v3 : 2,0 ml
3. %Cl- =
9,0719 %
%Cl- rata-rata =
8,2531%
1.
baku
(analit)
dengan
larutan
AgNO3
sebagai
titran
yang
dicari
karena tidak
diperhitungkan nantinya konsentrasi air suling yang diambil. Setelah itu, menyiapkan
larutan AgNO3untuk distandarisasi yaitu dengan memasukkan larutan AgNO3 (tiran)
pada buret yang sebelumnya telah disiapkan dan telah dibersihkan.
Metode Mohr biasanya digunakan untuk mentitrasi ion halida seperti NaCl dengan
AgNO3 sebagai pentitran dan K2CrO4 sebagai indikator. Ketika NaCl dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer dan ditambahkan indikator K2CrO4 yang kemudian dititrasi sedikit
demi sedikit dengan AgNO3 akan terbentuk endapan putih yang merupakan AgCl. Dan
ketika NaCl sudah habis bereaksi dengan AgNO3 sementara jumlah AgNO3 masih ada
maka AgNO3 akan bereaksi dengan indikator K2CrO4 yang berwarna krem. Dalam
titrasi ini, perlu dilakukan secara cepat dan pengocokannya pun juga kuat agar
Ag+ tidak teroksidasi menjadi AgO yang menyebabakan titik akhir titrasi menjadi sulit
dicapai.
Kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan dengan megukur
volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag + dapat tepat
diendapkan.
Pada titik akhir titrasi akan menunjukkkan perubahan warna suspensi dari
kuning manjadi kuning-coklat. Perunbahan ini terjadi karena timbulnya Ag 2CrO4 saat
hampir mencapai titik ekivalen, hampir semua ion Cl- berikatan manjadi AgCl. Larutan
standar yang digunakan dalam metode ini adalah AgNO3 yang memiliki normalitas
0,100 N, adanya indikator K2CrO4 menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir
dengan titran sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang
menunjukkan titik akhir adalah perubahan warnanya dari warna endapan analit dengan
Ag+. Pada analisa Cl- terjadi reaksi :
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s)
sedangkan pada titik akhir titran juga bereaksi menurut reaksi:
2Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2 CrO4 (s)
Pengaturan pH sangat diperlukan agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi jadi
pengendalian pH sangat diperlukan untuk memberikan konsentrasi yang tepat dari anion
indikator tanpa mengendapkan zat yang tidak diinginkan. Apabila pH terlalu tinggi maka
akan tenrbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi Ag 2O sehingga titran
terlalu banyak terpakai. Dan reaksi yang akan terjadi adalah :
2Ag+(aq) + 2OH-(aq)
2AgOH (s)
Ag2O(s) + H2O(l)
Bila pH terlalu rendah, ion CrO4- sebagian akan berubah manjadi Cr2O7-, reaksi yang akan
terjadi adalah :
2H+ + 2CrO4-2
Cr2O7-2 + H2O
XI. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan analisis data serta pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Standarisasilarutan AgNO3denganlarutanNaCl
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa normalitas atau konsentrasi
AgNO3 (argentum nitrat) dapat diketahui melalui analisis menggunakan metode
titrimetri, titrasi argentometri dengan standar primer natrium klorida (NaCl) 0,0106
N yang melibatkan K2CrO4 sebagai indikator yang menunjukkan perubahan warna
menjadi endapan merah bata pada titik ekivalen.
Konsentrasi dari AgNO3 dapat diketahui berdasarkan volume AgNO3 rata-rata
yang diperoleh dari titrasi dan dengan rumus N1.V1 = N2. V2(mek HCl = mek
AgNO3) didapatkan konsentrasi AgNO3 0,0133 N.
2.
metode
titrasiar
airlaut
gentometri
dapat
yang
dikeahui
melalui
analisi
melibatkanK2CrO4 sebagai
indikator yang menunjukkan perubahan warna menjadi endapan merah bata pada
titik ekivalen.
Perhitungan kadarCl- dalam sampel air lautanalisisdenganmenggunakan rumus
persen berat. Dan diperolehkadarCl- rata rata adalahsebesar 8,2531 %.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi 4.
Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Day, R.A. Underwood.A.L.1986. Quantitative Analysis. New York: Prentice Hall
(terjemahan oleh A. Hadyana P 1998). Analisis Kimia Kuantitatif (ed. Ke-6) Jakarta :
Erlangga.
Tim DDKA. 2001. Panduan Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik. Surabaya: Jurusan
Kimia FMIPA Unesa.
LAMPIRAN
1. Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 0,1 N dengan NaCl p.a sebagai baku
Diketahui : massa NaCl = 0,062 gram = 62 mg
v NaCl = 10 ml
v AgNO3= 7,7 ml ; 8 ml ; 8,1 ml
ditanya : [AgNo3] rata-rata.........?
jawab :
mmol NaCl =
62mg
= 1,0609 mmol
58, 443mg / mmol
M NaCl =
1, 0609mmol
= 0,0106 M
100ml
N NaCl =
I.
II.
III.
m.ek NaCl
0,0106N.10 ml
N AgNO3
=
=
=
m.ek AgNO3
N AgNO3 . 7,7 ml
0,0137 N
m.ek NaCl
0,0106 N . 10 ml
N AgNO3
=
=
m.ek AgNO3
N AgNO3 . 8 ml
0,0132 N
m.ek NaCl
0,0106 N . 10 ml
N AgNO3
=
=
[AgNO3] rata-rata
m.ek AgNO3
N AgNO3 . 8,1 ml
0,0131 N
0, 0137 N 0, 0132 N 0, 0131 N
= 0,0133 N
3
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
air laut =
= 1,0409 g/ml
v
50ml
massa sampel = . V sampel
= 1,0409 g/ml . 10 ml
= 10,04090 gram
I.
m.ek Cl-
m.ek AgNO3
0,013 N . 1,6 ml
0,0213 m.ek
0, 7561g
%Cl
x100 7, 2640%
10, 4090 g
II.
m.ek Cl-
m.ek AgNO3
0,013 N . 1,9 ml
0,0247 m.ek
7, 2640
8, 4235 9, 0719 %
3
0,8768 g
%Cl
x100 8, 4235%
10, 4090 g
III.
m.ek Cl-
m.ek AgNO3
0,013 N . 2,0 ml
0,0266 m.ek
0,9443 g
%Cl
x100 9, 0719%
10, 4090 g
7, 2640
8, 4235 9, 0719 %
3
REAKSI
3.
4.
5.
2Ag+(aq) + CrO42-(aq)
= 8,2531 %
1.
HasilSetelahtitrasidarikirikekanan :
V1AgNO3
: 7,7 mL
V2AgNO3
: 8,0 mL
V3AgNO3
: 8,1 mL
2.
PenentuankadarCl-dalamair laut
HasilSetelahtitrasidarikirikekan
an :
V1HCl
: 3,0 mL
V2HCl
: 3,0 mL
HasilSetelahtitrasidarikirikekanan
V3HCl
: 3,0 mL:
V1AgNO3
V2AgNO3
V3AgNO3
: 1,6 mL
: 1,9 mL
: 2,0mL