Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
oleh
Kelompok 01
oleh
Lisfa Dayani
NIM 142310101001
NIM 142310101019
Lisnawati
NIM 142310101033
NIM 142310101041
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat dan segala
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Glomerulonefritis. Makalah ini
disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Medikal yang telah diberikan oleh dosen pembimbing dan
penanggung jawab mata kuliah.
Penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari kontribusi dan bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Muhammad Zulfatul Ala, M.Kep, selaku fasilitator matakuliah
Keperawatan Medikal
Jember;
2. Rekan satu kelompok yang mampu bekerjasama dan berusaha semaksimal
mungkin sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik;
3. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu dalam penyelesaian
makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Sekian semoga adanya makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................1
1.3 Manfaat.........................................................................................................1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1 Definisi...........................................................................................................2
2.2 Epidemiologi.................................................................................................2
2.3 Etiologi...........................................................................................................3
2.4 Klasifikasi......................................................................................................3
2.5 Patofisologi....................................................................................................4
2.6 Manifestasi Klinis.........................................................................................5
2.7 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................6
2.8 Penatalaksanaan medis................................................................................7
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................10
3.1 Pengkajian...................................................................................................11
3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................13
3.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................14
3.4 Implementasi Keperawatan.......................................................................17
3.5 Evaluasi.......................................................................................................20
Daftar pustaka......................................................................................................21
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
inflamasi glomerulus ginjal dengan leukosit dalam urin, eritrosit, retensi garam,
air dan nitrogen dan proteinuria. Glumerolunefritis akut adalah bentuk nefritis
yang paling umum terjadi pada anak-anak. Penyakit ini berupa inflamasi
glomeruli yang umumnya terjadi setelah infeksi saluran pernapasan atas, infeksi
streptokokus. Penyakit ini dianggap sebagai penyakit kompleks imun (Betz,
Cecily L. & Sowden Linda A, 2002).
Tanda dan gejala pada glomerulonefritis ini sangat mendadak, biasanya
penderita akan mengalami mual, muntah, hipertensi dan anemia. Selain itu gejala
lain bisa tampak terlihat misalnya kencing sedikit, lembabnya kelopak mata dan
hipertensi. Kemungkinan besar penyakit ini dapat sembuh sekitar 80%.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Glomerulonefritis.
2. Untuk mengetahui epidemiologi Glomerulonefritis.
3. Untuk mengetahui etiologi Glomerulonefritis.
4. Untuk mengetahui klasifikasi Glomerulonefritis.
5. Untuk mengetahui patofisiologi Glomerulonefritis.
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis Glomerulonefritis.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Glomerulonefritis.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis Glomerulonefritis.
1.3 Manfaat
Manfaat dalam mempelajari asuhan keperawatan glomerulonefritis ini,
kita dapat mengetahui bagaimana tanda dan gejalanya, jalan penyakit atau
penyebarannya, car pengobatan, dan pemeriksaan apa saja yang digunakan dalam
menangani glomerulonefritis ini. Selain itu ini bisa menjadi tambahan wawasan
kita mengenai suatu penyakit.
2.2 Epidemiologi
Glomerulonefritis sering ditemukan pada anank yang berusia antara 610 tahun dan lebih sering menyerang anak laki-laki dibandingkan dengan anak
perempuan. Perbandingan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan adalah
2:1 serta jarang terjadi pada anak dibawah usia 3 tahun. Berdasarkan hasil
dari penelitian multisenter di Indonesia yang terjadi pada tahun 1988,
melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di Rumah Sakit pendidikan
dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), Jakarta
(24,7%), Bandung (17,6%) dan Palembang (8,2%). Perbandingan antara lakilaki dan perempuan 2:1 dan terbanyak terjadi pada anak usia antara 6-8 10
tahun (40,6%).
2.3 Etiologi
Timbulnya GNA didahului infeksi ekstrarenal, terutama di traktus
respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta
haemolyticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 40. Hubungan antara GNA dan
infeksi streptococcus ini ditemukan pertama kali oleh Lohlein pada tahun
1907 dengan alasan bahwa :
1
hari. Dari tipe-tipe tersebut diatas tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen dari
pada yang lain. Mengapa tipe yang satu lebih bersifat nefritogen dari pada
yang lainnya belum diketahui dengan jelas. Mungkin faktor iklim atau alergi
yang mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman
streptococcus. GNA juga dapat disebabkan oleh sifilis, keracunan (timah
hitam, tridion), amiloidosis, trombosis vena renalis, penyakit kolagen, purpura
anafilaktoid, dan lupus eritematosis (Ngastiyah, 2005).
2.4 Klasifikasi
a. Glomerulonefritis Akut
Glomerulonefritis akut merupakan istilah yang mengacu pada
sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus. IgG
(antibodi) yang ditemukan di serum manusia dan dapat dideteksi pada
dinding kapiler glomerular. Akibat dari reaksi antingen-antibodi, agregat
molekul (kompleks) dibentuk dan beredar ke seluruh tubuh. Beberapa dari
kompleks ini terperangkap di glomerulus, suatu bagian penyaring di ginjal
dan mencetuskan respon inflamasi. Pada kebanyakan kasus, stimulus
reaksi ini berasal dari infeksi streptococus grup A di kerongkongan, yang
biasanya mencetuskan glomerulus dengan interval 2-3 minggu. Produk
stretococus berlaku sebagai antingen, menstimulasi sirkulasi antibodi dan
menghasilkan endapan kompleks di glomerulus sehingga menyebabkan
cedera pada ginjal. Glumerulonefritis juga dapat disertai demam scarlet
dan impetigo (infeksi pada kulit) dan infeksi virus akut (infeksi pernafasan
terjadi
kerusakan
glomerulus
yang
parah
sehingga
2.5 Patofisologi
Glomerulunefritis pada umumnya disebabkan bakteri streptococus setelah
terjadinya infeksi sistemik dari infeksi saluran pernafasan bagian atas.
Streptococcus bertindak sebagai antigen, menstimulasi antibodi yang
bersirkulasi menyebabkan cedera ginjal. Hal ini menyebabkan streptococus
yang masuk ke dalam pembuluh darah renal yang menginfeksi di ginjal
akibatnya terjadi proliferasi seluler (peningkatan produksi sel endotelial yang
melapisi glomerulus), akibatnya akan menjadi jaringan parut. Akibat
pembentukan jaringan parut tersebut menyebabkan glomerulonefritis akan
menghalangi penyaringan darah. Pada glomerulonefritis ginjal akan
membesar, membengkak dan kongesti. Seluruh jaringan glomerulus di
pembuluh darah di pengaruhi dalam berbagai tingkat tanpa memperhatikan
glomerulonefritis yang ada. Streptococcus bertindak sebagai antigen,
menstimulasi antibodi yang bersirkulasi menyebabkan cedera ginjal. ( Brunner
& Suddarth, 2002)
2.6 Manifestasi Klinis
1.6.1 Faringitis atau tonsilitis
Peradangan pada faring dan juga tonsilitis yang disebabkan oleh
peradangan akibat streptococus.
1.6.2
Sesak nafas
Sesak nafas terjadi karena kongesti darah akibat dari tidak
tersaringnya darah secara normal oleh glomerulus sehingga kongesti
darah juga terjadi di paru-paru karena peningkatan volume darah
dalam tubuh akibatnya paruparu kehilangan elasisitas dan mengurangi
1.6.3
pernafasan.
Demam
Demam terjadi sebagai tanda bahwa terjadi peradangan sistemik
1.6.4
dalam tubuh.
Malaise
Klien akan mengalami malaise karena akibat dari ketidakseimbangan
1.6.5
1.6.6
1.6.7
pembuluh darah.
Anoreksia
Anoreksia terjadi karena kondisi pasien yang mengalami malaise dan
1.6.8
1.6.9
1.
2.
1.8.2
1.
dan
bumex.
3. Dialisis untuk penyakit ginjal tahap akhir.
(Nettina, 2001).
PATHWAY
infeksi
vaskul
vaskul
er
er
reaksi antigen
dan antibodi
Zat
Zat
toksik
toksik
Tertimbun di
ginjal
Obstruksi saluran
kemih
Retensi
Suplai darah ke
Iritasi/cedera
jaringan
Menekan saraf
hematuri
a
Nyeri panggul
anemi
a
GFR
GGA
(Glomerulonefritis)
Sekresi protein
tergnggu
Sindrom uremia
Urokom tertimbun
dikulit
prepospat
emia
Gangguan keseimbangan
As.basa
pruriti
s
Produksi
MK: gg integritas
Perubah
an
Hb
oksihemoglob
in
Tek.
Vol.
Edema
As.
Lambung
Sekresi
eritropoitis
Retensi
Na dan K
Preload
MK: gg.
Perfusi
jaringan
MK:
Intoleransi
aktivitas
Suplai
Nausea,
MK: gg. Kebutuhan
nutrisi
Iritasi
infek
si
gastrit
is
Mual
Beban
perdarah
Kerja jantung
kiri
Hipertrofi Vol.
Hematemesis,
COP
anem
Aliran
darah
ginjal
RAA
Retensi Na &
H2O
MK:
Kelebihan
Vol. Cairan
Suplai o2
ke
jaringan
Metabolis
me aerob
As. Laktat
Bendungan
atrium kiri
Tek. Vena
pulmonalis
Edema
paru
MK: gg
pertukaran
gas
Fatigue &
nyeri
MK: gg Rasa
Nyaman
Nilai Normal :
1. Volume Urin : 1500cc/24 jam
2. Ureum : ( Laki-laki = 8,84-24,7 mmol/24jam atau 1-2,8 mg/24jam,
wanita : 7,9-14,1 mmol/24jam atau 0,9-1,6 mg/24jam )
3. Kreatinin : (Laki-laki = 55-123 mikromol/L atau 0,6-1,4 mg/dl,
wanita : 44-106 mikromol/L atau 0,5-1,2 mg/dl )
4. Natrium : 40 - 220 mEq/L/24 jam
5. Berat jenis urin : 1.015 1,025
6. Albumin : 3,8 - 5,1 gr/d
7. Protein : 10 140 mg/L
10
11
perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah
selama 2 minggu.
d. Pola tidur dan istirahat
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus.
e. Pola kognitif dan perseptual
Peningkatan ureum darh menyebabkan kulit kasar dan gatal. Gangguan
penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi.
f. Pola persepsi diri
Klien merasa cemas karena urinnya bewarna merah dan wajah serta
kakinya oedem.
g. Pola hubungan peran
Klien selama sakit ditemani oleh keluarganya.
3.2 Pemeriksaan Diagnostik
Pada hasil laboratorium didapatkan hasil :
1. Hb turun (9)
2. Ureum dan serum kreatinin meningkat
12
13
Rasional
1. Pasien
melaporkan
skala
oleh:
kecemasan,
suhu,
distensi
ketegangan,
kandung
jumlah
cairan seimbang
2. Mengetahui peningkatan
edema
3. Memantau tekanan darah
14
Kriteria Hasil:
5. Pembatasan
1. Pengeluaran
urin
ml/kgBB/jam
2. Tekanan darah
batas
normal
1-2
cairan
dan
pembatasan
Gangguan
urin
(130/90
(1.015 1,025)
eleminasi Setelah dilakukan perawatan
berhubungan 3x24
jam,
infeksi
dapat
Mengetahui
keparahan gejala
2. Mengetahui
keparahan infeksi
3. Gejala
dapat
terkontrol
4. Urin output dalam
membutuhkan
pembatasan
intake
sodium.
Menejemen Retensi Urin
1. Monitor
eleminasi
urin
frekuensi,
Kriteria Hasil:
1.
juga
termasuk
pemasukan
dalam
mmHg)
3. Tidak ada edema
4. Berat jenis urin normal
3.
agar stabil
4. Klien
membutuhkan
warna
2. Pantau
tanda
retensi urin
3. Ajarkan pasien
tanda
dan
dan
gejala
mengenai
gejala
infeksi
saluran kemih
4. Ajarkan
pasien/keluarga
penyakit
2. Mengetahui
tingkat
pengeluaran urin
3. Membantu
mengendalikan
infeksi
Kerusakan
kulit
dengan
volume cairan
jam,
diharapkan
(sensasi,
elastisitas,
temperatur,
hidrasi,
pigmentasi)
2. Tidak ada luka atau lesi
pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Mampu melindungi kulit
dan
ekstremitas
jika
pitting
edema ada
2. Monitor sumber tekanan dan
dipertahankan
bisa
Manajemen Tekanan
1. Kaji edema dan tinggikan
mempertahankan
kelembapan
gesekan
3. Monitor
mobilitas
dan
aktivitas pasien
4. Rubah posisi pasien minimal
2 jam sekali
1. Meningkatkansirkulasi
untuk
mengurangi
pembengkakan
2. Mencegah
resiko
kerusakan
lebih
kulit
parah
3. Mengantisipasi aktivitas
yang
dapat
merusak
integritas kulit
4. Dapat
mengurangi
tekanan dan memperbaiki
sirkulasi,
penurunan
kulitserta
perawatan alami
16
agen
biologis (infeksi)
Implementasi
Ttd
Lisfa
07.15 07.30
7.30 07.45
07.45 07.55
2.
Kelebihan
mekanisme
(oliguria).
3.
Gangguan
pencetus
3. Memberikan tindakan kenyamanan
4. Mengajarkan teknik non farmakologi
(relaksasi, terapi aktivitas)
5. Mengolaborasi pemberian anti nyeri
07.55 08.00
Volume 10-09-2016
nyeri)
2. Membantu pasien mengidentifikasi faktor
Lisfa
1.
2.
3.
4.
5.
17
urin
Kerusakan
kulit
eleminasi
urin
termasuk
kemih
4.
1. Memonitor
warna
2. Memantau tanda dan gejala retensi urin
3. Mengajarkan pasien mengenai tanda dan
gejala infeksi saluran kemih
4. Mengajarkan pasien/keluarga
mencatat
integritas 10-09-2016
berhubungan 16.00 16.15
dengan
volume cairan
gangguan
16.15 16.30
16.30 16.45
Lisfa
1. Mengkaji
edema
dan
meninggikan
16.45 17.00
18
19
3.5 Evaluasi
No Diagnosa
1.
Nyeri
akut
Evaluasi
berhubungan S: Pasien mengatakan nyerinya berkurang
Kelebihan
P: lanjutkan intervensi
Cairan S: Pasien mengatakan kakinya masih
bengkak
3.
Gangguan
eleminasi
P: Lanjutkan intervensi
urin S: Pasien mengatakan pipis lebih banyak
4.
Kerusakan
integritas
P: Lanjutkan intervensi
kulit S: Pasien mengatan bengkaknya berkurang
Daftar pustaka
Arif, Mansjoer, dkk., (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3,
Aesculpalus, FKUI, Jakarta
20
21