Professional Documents
Culture Documents
FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 3
ANTIBIOTIK TETRASIKLIN
KELOMPOK I
DI SUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
NIA HERIANI
ANDI MARTINI
AYU DIAN P.M
IMANUELA SAKKA
ANDRINI KURNIA SARI
YUYUN
FITRA
SYARIF MOH RAFDI
(G 701 14 005)
(G 701 14 065)
(G 701 14 004)
(G 701 14 059)
(G 701 14 020)
(G 701 14 133)
(G 701 14 131)
(G 701 14 137)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
Daftar isi
Kata pengantar.......................................................................................................
Daftar isi................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
I.1 Latar Belakang.....................................................................................
I.2 Rumusan Masalah................................................................................
I.3 Tujuan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................
II.1
II.2
Mekanisme Kerja.............................................................................
II.3
Spektrum Tetrasiklin........................................................................
II.4
II.5
II.6
II.7
Interaksi Obat...................................................................................
II.8
II.9
Dosis Tetrasiklin...............................................................................
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena
berkat dan bimbingan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
sebagai mana mestinya.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai antibiotik tetrasiklin yang dapat kita
jadikan acuan dalam dunia farmasi.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
serta membantu kami dalam penulisan makalah ini.
Kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat diharapkan untuk perbaikan
makalah ini di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Pada saat ini banyak macam antibiotik tersedia di pasaran . Begitu
banyak macamnya sehingga kadang-kadang membingungkan bagi dokter
yang ingin menggunakannya. Apalagi dengan adanya tekanan promosi yang
sangat gencar, tidak jarang merangsang pemakaian antibiotik yang menjurus ke
arah ketidakrasionalan .
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang
Tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan
antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu
penemuan antibiotika penting. Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama
ditemukan
adalah
klortetrasiklin
yang
dihasilkan
oleh
Streptomyces
I.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah yaitu :
1. Jelaskan Pengertian antibiotik Tetrasiklin ?
2. Sebutkan golongan antibiotik Tetrasiklin , meliputi :
a. Cara kerja
b. Efek obat
c. Interaksi obat
d. Kegunaannya
e. Cara penggunaannya secara klinis
I.3
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian antibiotik golongan Tetrasiklin
2. Mengetahui golongan antibiotik Tetrasiklin , meliputi :
a. Cara kerja
b. Efek obat
c. Kegunaannya
d. Cara penggunaannya secara klinis
.
BAB II
ISI
II.1
Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu Anti (melawan) dan
Biotikos (cocok untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942
untuk menggambarkan semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme
yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Namun istilah ini
kemudian digeser dengan ditemukannya obat antibiotik sintetis.
Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara
deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi.
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam
natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa
dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan
tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya.
Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara
deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi.
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam
natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa
dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan
tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya.
II.2
Mekanisme Kerja
Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik
dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.
Spektrum Tetrasiklin
Tetrasklin memperlihatkan spectrum antibakteri yang luas meliputi
kuman gram positif dan negative,aerobic dan anaerobic. Selain itu juga aktif
terhadap
dan
protozoa
tertentu.
Pada umumnya tetrasiklin tidak digunakan untuk pengobatan infeksi
oleh
sterptokokus
karena
ada
obat
lain
yang
lebih
efektif
yaitu
sinusitis
pada
orang
dewasa
yang
disebabkan
oleh Str.
infeksi
batang
gram
positif
seperti
monocytogens.
Kebanyakan strain N.gonorrhoeae sensitive terhadap tetrasiklin, tetapi N.
Gonorroheae sensitive terhadap tetrasiklin,tetapi N. Gonorrhoeae penghasil
penisilinase (PPNG) biasanya resisten terhadap tetrasiklin. Efektivitasnya tinggi
terhadap
infeksi
batang
gram-negatif
seperti
Brucella,
Francisella
fetus,
granulomatis, Yersinia
minor, Leptotrichia
Fusobacterium.
Haemophilus
pestis,
ducreyi
Pasteurella
buccalis, Bordetella
Strain
tertentu
dan
multocida, Spirillium
pertusis,
H.influinzae
indol
Calymmatobacterium
Acinetobacter
mungkin
positif
dan
dan
sensitive, tetapi
Pseudomonas
umumnya resisten.
Tetrasiklin juga merupakan obat yang sangat efektif untuk infeksi
Mycoplasma
pneumonia, Ureaplasma
urealyticum, Chlamiydia
trachomatis, Chlamydia psittaci, dan berbagai riketsia. Selain itu obat ini juga
aktif
terhadap
Borrelia
recurentis, Treponema
pallidum, Treponema
makan. Tetrasiklin fosfat kompleks tidak terbukti lebih baik absorpsinya dari
sediaantetrasiklin biasa.
b. Distribusi
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam
jumlah yang bervariasi. Pemberian oral 250 mg tetrasiklin, klortetrasiklin
dan oksitetrasiklin tiap 6 jam menghasilkan kadar sekitar 2.0-2.5
mcg/ml. Masa paruh doksisiklin tidak berubah pada insufiensi ginjal
sehingga
obat
ini
boleh
diberikan
pada
gagal
ginjal.
Dalam
Golongan
tetrasiklin
dieksresi
melalui
urin
dengan
filtrasi
seringkali timbul akibat iritasi dan ini harus dibedakan dengan diare akibat
superinfeksi
stafilokokus
atau
Clotridium
difficile
yang
sangat
fototoksik
paling
sering
demetilklortetrasiklin. Manifestasinya
paling
jarang
timbul
berupa
timbul
pada
dengan
pemberian
fotosensitivitas, kadang-
kadang disertai demam dan eosinofiia. Pigmentasi kuku dan onikolisis, yaitu
lepasnya kuku dari dasarnya, juga dapat terjadi.
Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian golongan tetrasiklin dosis
tinggi (lebih dari 2 gram sehari) dan paling sering terjadi setelah pemberian
parenteral. Oksitetrasiklin dan tetrasiklin mempunyai sifat hepatotoksik yang
paling lemah dibandingkan dengan golongan tetrasiklin lain. Wanita hamil
dengan pielonafritis paling sering menderita kerusakan hepar akibat
pemberian golongan tetrasiklin. Kecuali doksisiklin,golongan tetrasiklin
akan mengalami kumulasi dalam tubuh, karena itu dikontraindikasikan pada
gagal ginjal.Efek samping yang paling sering timbul biasanya berupa
azotemia,iperfosfatemia dan penurunan berat badan. Golongan tetrasiklin
memperlambat
koagulasidarah
dan
memperkuat
efek
antikoagulan
sampai anak umur tiga tahun.Timbulnya kelainan ini lebih ditentukan oleh
jumlah daripada lamanya penggunaan tetrasiklin.
Pada gigi susu maupun gigi tetap,tetrasiklin dapat menimbulkan
disgenesis,perubahan warna permanen dan kecenderungan terjadinya
karies.Perubahan warna bervariasi dari kuning coklat sampai kelabu
tua.Karena itu tetrasiklin jangan digunakan mulai pertengahan kedua
kehamilan sampai anak umur 8 tahun.Efek ini terlihat lebih sedikit pada
oksitetrasiklin dan doksisiklin.
c) Perusakan warna pada gigi
Tetrasiklin mengandung gugus-gugus hidroksil, dimana gugus
tersebut akan membentuk ikatan bila dikombinasikan dengan Ca++ sebagai
unsur-unsur pembentuk gigi. Tetrasiklin dapat mengikat kalsium secara
irreversible, kemudian berikatan dengan kristal hidroksiapatit baik di dentin
maupun enamel. Juga, mempunyai kemampuan membentuk kompleks atau
ikatan dengan kristal hidroksiapatit dalam gigi sehingga mengakibatkan
terbentuknya senyawa orthocalcium phosphat complex yang tertimbun pada
gigi dan menyebabkan perubahan warna pada gigi. Dentin ditunjukkan
sebagai jaringan yang paling sulit untuk berubah warna daripada enamel jika
melalui plasenta. Menyebabkan gigi kuning, abu-abu, coklat hingga hitam,
terutama untuk bayi dan anak-anak dibawah usia 8 tahun.
struktur gigi yang sedang erupsi. Ikatan ini nantinya akan menetap pada
dentin dan enamel sehingga mengakibatkan perubahan warna pada gigi.
d) Merapuhkan gigi dan melubangi gigi
Pemakaian tetrasiklin yang terus-menerus menyebabkan email gigi tidak
terbentuk sempurna, dan permukaan gigi tidaklah halus dan rata. Gigi
menjadi sulit dibersihkan, dan plak menempel dengan kuat sehingga gigi
mudah berlubang.
e) Gangguan pencernaan
Gangguan saluran pencernaan
merupakan
yang
sering
terjadi.
j) Reaksi pada kulit biasanya berupa kulit panas, mengelupas, kulit menjadi
pucat atau menguning dan ruam kulit merah.
k) Tetracycline juga bisa menyebabkan kesulitan nafas dan shock anafilaksis
pada beberapa orang yang peka.
II.7
Interaksi Obat
Berikut ini adalah interaksi dengan obat-obat lain jika digunakan secara
bersamaan :
a. Jika diberikan bersamaan dengan susu, yogurt, dan produk susu lainnya
menjadi tidak aktif.
b. Makanan mengurangi penyerapan tetracycline.
c. Hal yang sama terjadi jika diberikan bersamaan dengan obat gangguan
pencernaan (antasida dan obat-obat mulas) yang mengandung divalen dan
trivalen kation (mis Al, Ca, Mg), Fe, Zn dan Na persiapan bikarbonat,
kaolin-pektin, subsalisilat, sucralfate, strontium ranelate, colestipol dan
kolestiramin.
d. Sebaiknya tidak
e.
f.
g.
h.
diberikan
bersamaan
dengan
alkaloid
ergot
dan
lain.
i. Dapat meningkatkan efek hipoglikemik insulin dan sulfonilurea pada pasien
diabetes mellitus.
j. Penggunaan bersamaan dengan methoxyflurane dapat mengakibatkan
keracunan ginjal yang fatal.
k. Peningkatan risiko benign intracranial hipertensi jika digunakan bersamaan
dengan vitamin A atau retinoid (mis acitretin, isotretinoin, tretinoin).
II.7
Hati-hati memberikan antibiotik ini pada penderita dengan fungsi hati dan
ginjal yang rusak terutama pada pemakaian obat dalam jangka waktu
panjang.
Tidak boleh menggunakan tetracycline jika anda sedang hamil. Antibiotik ini
menghambat perkembangan gigi dan tulang termasuk untuk janin.
Tetracycline disekresi ke dalam air susu ibu (ASI). Ibu menyusui sebaiknya
tidak menggunakan antibiotik ini.
Anak usia di bawah 8 tahun tidak boleh menggunakan antibiotik ini karena
bisa menghambat perkembangan gigi dan tulang. Antibiotik ini juga bisa
menyebabkan gigi berubah warna menjadi kuning, abu-abu, coklat hingga
hitam.
Susu, yogurt, dan produk susu lainnya, suplemen zat besi, multivitamin,
suplemen kalsium, antasida, atau obat pencahar menyebabkan antibiotik ini
menjadi tidak aktif. Kalau penggunaan antibiotik ini memang dibutuhkan
beri jarak waktu yang cukup. Jika ada obat pilihan lain, sebaiknya dipilih
obat yang lebih aman.
Gunakan Tetracycline sesuai dengan anjuran dokter, baik itu jumlah maupun
durasi penggunaanya. Jangan menghentikan pengobatan di tengah jalan
untuk mencegah terjadinya resistensi.
II.8
Dosis Tetrasiklin
Dosis tetrasiklin yang paling sering digunakan pada anak adalah 250 mg
diberikan setiap 6 jam sekali dan penggunaannya sampai 5-7 hari saja.
Pemberian ini akan menghasilkan kadar plasma puncak dalam tubuh sekitar 2-3
g/ml. Jika kadar obat dalam plasma melewati batas normal akibat dari
pemakaian dosis yang besar, frekuensi penggunaan obat yang lama dan berulang
maka ditakutkan akan memberikan dampak pada gigi berupa perubahan warna.
II.9
Resistensi Tetrasiklin
Resistensi bakteri terhadap tetrasiklin dapat muncul bila dihasilkan
membran sitoplasma yang berbeda (bentuk perubahan) dan mencegah
pengikatan tetrasiklin pada subunit 30S ribosom, sehingga sintesis protein dapat
terus berlangsung. Mekanisme resistensi tetrasiklin lainnya adalah resistensi
pompa eflux, didasarkan atas transpor tetrasiklin keluar sel secara cepat,
sehingga mencegah akumulasi tetrasiklin pada dosis toksik, sehungga sintesis
protein bakteri tidak terhambat. Hal ini terjadi akibat adanya mutasi pada gen
yang menyebabkan protein eflux tetrasiklin.
Secara normal, pada saat tetrasiklin berdifusi melewati membran
sitoplasma bakteri, tetrasiklin akan dikonversi dalam bentuk ionik. Hal ini
membuat tetrasiklin tidak lagi dapat berdifusi melewati membran sehingga
menyebabkan akumulasi tetrasiklin di dalam sel, yang akhirnya dapat
menghambat sintesis protein bakteri dan menyebabkan kematian sel bakteri.
Beberapa
spesies
kuman, terutama
sterptokokus
beta
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi
klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi. Golongan
Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan
jalan menghambat sintesis protein kuman. Tetrasiklin mempunyai spektrum luas
yang dapat menghambat bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif.
Adapun golongan tetra siklin yaitu Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin,
Demetilklortetrasiklin, Doksisklin dan minosiklin. Tetrasikin juga digunakan
untuk pengobatan infeksi pada saluran pernafasan, sinus, telinga bagian tengah,
saluran kemih, usus dua belas jari dan juga Gonore. Tetrasiklin dipasaran dalam
bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500 mg. Juga ada yang dalam
bentuk buffer untuk mengurangi efek sampingnya mengritasi lambung.
III.2 Saran
Sebagai seorang farmasis sebaiknya lebih memahami perbedaan pada tiap
golongan obat antibiotika terkhusus pada golongan tetrasiklin dimana setiap
fungsi dan mekanisme kerja obat terhadap bakteri berbeda, agar seorang farmasis
lebih memahami dan dapat mengaitkan setiap kasus kesehatan yang bersangkutan
mengenai obat antibiotika terkhusus tetrasiklin.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Bagian farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Gayabaru
Arifin, Sjamsul. 1985. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka
Chandury A. In vitro activity of Cefpirome A new fourth generation cephalosporin.
Indian J. of Medical Microbiology 2003; 21:50-51
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Pedoman Penggunaan Antibiotik Nasional. Edisi 1, 1992, Jakarta.
Anonim, 1995. farmakologi dan terapi edisi 4, fakultas kedokteran UI ,Jakarta
Bacili
Compared
with
-Lactam
Antibiotics
and