You are on page 1of 20

MAKALAH

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 3
ANTIBIOTIK TETRASIKLIN
KELOMPOK I

DI SUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

NIA HERIANI
ANDI MARTINI
AYU DIAN P.M
IMANUELA SAKKA
ANDRINI KURNIA SARI
YUYUN
FITRA
SYARIF MOH RAFDI

(G 701 14 005)
(G 701 14 065)
(G 701 14 004)
(G 701 14 059)
(G 701 14 020)
(G 701 14 133)
(G 701 14 131)
(G 701 14 137)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016

Daftar isi

Kata pengantar.......................................................................................................
Daftar isi................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
I.1 Latar Belakang.....................................................................................
I.2 Rumusan Masalah................................................................................
I.3 Tujuan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................
II.1

Definisi Antibiotik Tetrasiklin..........................................................

II.2

Mekanisme Kerja.............................................................................

II.3

Spektrum Tetrasiklin........................................................................

II.4

Farmakokinetik Antibiotik Kloramfenikol.......................................

II.5

Golongan Antibiotik Tetrasiklin.......................................................

II.6

Efek Samping Antibiotik Tetrasiklin................................................

II.7

Interaksi Obat...................................................................................

II.8

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan....................................................

II.9

Dosis Tetrasiklin...............................................................................

II.10 Resistensi Tetrasiklin.......................................................................


II.11 Penggunaan Klinik Tetrasiklin.........................................................
BAB IIIPENUTUP
III.1 Kesimpulan ........................................................................................
III.2 Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena
berkat dan bimbingan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
sebagai mana mestinya.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai antibiotik tetrasiklin yang dapat kita
jadikan acuan dalam dunia farmasi.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
serta membantu kami dalam penulisan makalah ini.
Kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat diharapkan untuk perbaikan
makalah ini di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palu, Oktober 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Pada saat ini banyak macam antibiotik tersedia di pasaran . Begitu
banyak macamnya sehingga kadang-kadang membingungkan bagi dokter
yang ingin menggunakannya. Apalagi dengan adanya tekanan promosi yang
sangat gencar, tidak jarang merangsang pemakaian antibiotik yang menjurus ke
arah ketidakrasionalan .
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang
Tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan
antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu
penemuan antibiotika penting. Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama
ditemukan

adalah

klortetrasiklin

yang

dihasilkan

oleh

Streptomyces

aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus.


Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga
dapat diperoleh dari spesies Streptomyces lain.
Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara
deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi.
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam
natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa
dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan
tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya.
P protection for its fermentation and production was also first issued in
1950.Pada tahun 1950, Profesor Harvard Robert Woodward menentukan struktur
kimia Terramycin, nama merek untuk anggota keluarga tetrasiklin; paten
perlindungan untuk fermentasi dan produksi juga pertama kali diterbitkan pada
tahun 1950. A research team of seven scientists at , in collaboration with
Woodward, participated in the two-year research leading to the discovery .
Alasan mengapa disebut tetrasiklin karena terdiri dari 4 (tetra-) hidrokarbon
cincin (-cycl-) derivasi (-ine) yang merupakan subclass dari poliketida yang
memiliki kerangka octahydrotetracene-2-karboksamida.

I.2

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah yaitu :
1. Jelaskan Pengertian antibiotik Tetrasiklin ?
2. Sebutkan golongan antibiotik Tetrasiklin , meliputi :
a. Cara kerja
b. Efek obat
c. Interaksi obat
d. Kegunaannya
e. Cara penggunaannya secara klinis

I.3

Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian antibiotik golongan Tetrasiklin
2. Mengetahui golongan antibiotik Tetrasiklin , meliputi :
a. Cara kerja
b. Efek obat
c. Kegunaannya
d. Cara penggunaannya secara klinis
.

BAB II
ISI
II.1

Definisi Antibiotik Tetrasiklin

Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu Anti (melawan) dan
Biotikos (cocok untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942
untuk menggambarkan semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme
yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Namun istilah ini
kemudian digeser dengan ditemukannya obat antibiotik sintetis.
Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara
deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi.
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam
natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa
dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan
tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya.
Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara
deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi.
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam
natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa
dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan
tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya.

II.2

Mekanisme Kerja
Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik
dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.

Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis


protein. Hal ini dilakukan dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S
sehingga t-RNA tidak menempel pada ribosom yang mengakibatkan tidak
terbentuknya amino asetil RNA. Antibiotik ini dilaporkan juga berperan dalam
mengikat ion Fe dan Mg. Meskipun tetrasiklin dapat menembus sel mamalia
namun pada umumnya tidak menyebabkan keracunan pada individu yang
menerimanya.
Ada 2 proses masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram
negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah
sistem transport aktif. Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan ribosom
30S dan menghalangi masuknya tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.
Pada umumnya efek antimikroba golongan Tetrasiklin sama (sebab
mekanisme kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas
masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat
membelah yang dipengaruhi antibiotika Tetrasiklin.
II.3

Spektrum Tetrasiklin
Tetrasklin memperlihatkan spectrum antibakteri yang luas meliputi
kuman gram positif dan negative,aerobic dan anaerobic. Selain itu juga aktif
terhadap

spiroket,mikroplasma, riketsia, klmidia, legionela,

dan

protozoa

tertentu.
Pada umumnya tetrasiklin tidak digunakan untuk pengobatan infeksi
oleh

sterptokokus

karena

ada

obat

lain

yang

lebih

efektif

yaitu

penisilinG,eritromiin,sefaloporin : kecuali doksisiklin yang digunakan untuk


pengobatan

sinusitis

pada

orang

dewasa

yang

disebabkan

oleh Str.

Pneumoniae dan Str.pyogenes. Banyak strain S. Aureus yang resisten terhadap


tetrasiklin. Tetra siklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin dalam
pengobatan

infeksi

batang

gram

positif

seperti

B.anthracis, Eryspelothrixrhusiopathiae, Clostridium

tetani dan Listeria

monocytogens.
Kebanyakan strain N.gonorrhoeae sensitive terhadap tetrasiklin, tetapi N.
Gonorroheae sensitive terhadap tetrasiklin,tetapi N. Gonorrhoeae penghasil
penisilinase (PPNG) biasanya resisten terhadap tetrasiklin. Efektivitasnya tinggi
terhadap

infeksi

batang

gram-negatif

seperti

Brucella,

Francisella

tularensis, Pseudomonas mallei, Pseuodomonas pseudomallei, Vibrio cholera,


Campylobacter

fetus,

granulomatis, Yersinia
minor, Leptotrichia
Fusobacterium.

Haemophilus
pestis,

ducreyi

Pasteurella

buccalis, Bordetella

Strain

tertentu

dan

E.colli, Klebsiella, Enterbacter, Proteus

multocida, Spirillium

pertusis,

H.influinzae
indol

Calymmatobacterium
Acinetobacter

mungkin
positif

dan

dan

sensitive, tetapi
Pseudomonas

umumnya resisten.
Tetrasiklin juga merupakan obat yang sangat efektif untuk infeksi
Mycoplasma

pneumonia, Ureaplasma

urealyticum, Chlamiydia

trachomatis, Chlamydia psittaci, dan berbagai riketsia. Selain itu obat ini juga
aktif

terhadap

Borrelia

recurentis, Treponema

pallidum, Treponema

pertenue, Actinomyces israelii. Dalam kadar tinggi antibiotic ini menghambat


pertumbuhan Entamoeba histolytica.
II.4

Farmakokinetik Antibiotik Kloramfenikol


a. Absorpsi
Sekitar 30-80 % tetrasiklin diserapdaam saluran cerna. Doksisiklin dan
minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi ini sebagian besar berlangsung
dilambung dan usus halus bagian atas. Adanya makanan dalam lambung
mengahmbat penyerapan golongan tetrasiklin,kecuali minosiklin dan
doksisklin. Absorpsi berbagai jenis tetrasiklin dihambat dalam derajat
tertentu oleh PH tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin
dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam
kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam antacid,dan juga
ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah

makan. Tetrasiklin fosfat kompleks tidak terbukti lebih baik absorpsinya dari
sediaantetrasiklin biasa.
b. Distribusi
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam
jumlah yang bervariasi. Pemberian oral 250 mg tetrasiklin, klortetrasiklin
dan oksitetrasiklin tiap 6 jam menghasilkan kadar sekitar 2.0-2.5
mcg/ml. Masa paruh doksisiklin tidak berubah pada insufiensi ginjal
sehingga

obat

ini

boleh

diberikan

pada

gagal

ginjal.

Dalam

cairan serebbrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar


dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya meningitis.
Penetrasi ke cairan tubuh lain dari jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan
ini ditimbun dalam system retiloendotelial di hati, limpa dan sumsum
tulang, serta dentin dan email dari gigi yang belum bererupsi. Golongan
tetrasiklin menembus sawar uri dan terdapat dalam air susu ibu dalam kadar
yang relative tinggi. Dibandingkan dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin
dan minosiklin daya penetrasinya ke jaringan lebih baik.
Distribusi tetrasiklin berlangsung ke seluruh tubuh kecuali jaringan
lemak. Afinitas yang besar terjadi pada jaringan dengan kecepatan
metabolisme dan pertumbuhan yang cepat seperti hati, tulang, gigi, dan
jaringan neoplasma. Dalam jaringan tulang dan gigi, tetrasiklin akan
disimpan dalam bentuk kompleks kalsium. Tetrasiklin akan membentuk
ikatan dengan protein plasma. Walaupun demikian, lama kerja suatu
kelompok senyawa tetrasiklin ini tidak ditentukan oleh ikatan proteinnya,
melainkan ditentukan oleh sifat-sifat kimia masing-masing senyawa.
Tetrasiklin dapat berikatan dengan protein sebesar 65%. Distribusi dalam
plasenta dapat terjadi dengan mudah karena senyawa tetrasiklin dapat
melewati plasenta. Kadar tetrasiklin yang tinggi juga terdapat dalam air
susu.
c. Ekskresi

Golongan

tetrasiklin

dieksresi

melalui

urin

dengan

filtrasi

glomerulus,dan melalui empedu. Pada pemberian peroral kira-kira 20-55%

golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin yang


diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam
serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen ususini
mengalami sirkulasi enterohepatik : maka obat ini masih terdapat dalam
darah untuk waktu lama setelah terapi dihantikan.Bila terjadi obstruksi pada
saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami kumulasi
dalam darah.Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja.
II.5

Golongan Antibiotik Tetrasiklin


Antibiotik golongan tetrasiklin dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan
sifat farmakokinetiknya :

a) Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin. Absorpsi kelompok tetrasiklin


ini tidak lengkap dengan masa paruh 6-12 jam.

b) Demetilklortetrasiklin. Absorpsinya lebih baik dan masa paruhnya kira-kira


16 jam sehingga cukup diberikan 150 mg peroral tiap 6 jam.
c) Doksisklin dan minosiklin.Absorpsinya baik sekali dan masa paruhnya 1720 jam. Tetrasiklin golongan ini cukup diberikan 1 atau 2 kali 100mg sehari.
II.6

Efek Samping Antibiotik Tetrasiklin


Efek samping dalam penggunaan tetrasiklin diantaranya yaitu:
a) Reaksi Kepekaan
Reaksi kulit yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin
ialah erupsi morbiliformis, urtikaria dan dernmatitis ekfoliatif. Reaksi yang
lebih hebat ialah udem angioneurotik dan reaksi anafilaksis. Demam dan
eosinofilia dapat pula tejadi pada waktu terapi berlangsung.Sensitisasi silang
antara berbagai derivate tetrasiklin sering terjadi.
b) Reaksi Toksik Dan Iritatif
Iritasi lambung paling sering terjadi pada pemberian tetrasiklin per
oral,terutama dengan oksuitetrasiklin dan doksisiklin.Makin besar dosis yang
diberikan,makin sering pula terjadi reaksi ini. Keadaan ini dapat diatasi
dengan mengurangi dosis untuk sementara waktu atau memberikan golongan
tetrasiklin bersama waktu atau makanan, tetapi jangan dengan susu atau
antacid yang mengandung aluminium,magnesium atau kalsium. Diare

seringkali timbul akibat iritasi dan ini harus dibedakan dengan diare akibat
superinfeksi

stafilokokus

atau

Clotridium

difficile

yang

sangat

bahaya. Manifestasi reaksi iritatif yang lain ialah terjadinya tromboflebitis


pada pemberian IV dan rasa nyeri setempat bila golongan tetrasiklin
disuntikan IM tanpa anastetik local.
Terapi dalam waktu lama juga dapat menimbulkan kelainan darah tepi
seperti leukositosis, limfosit atipik, granulasi toksik pada granulosit dan
trombositopenia. Reaksi
tetrasiklin,tetapi

fototoksik

paling

sering

demetilklortetrasiklin. Manifestasinya

paling

jarang

timbul
berupa

timbul

pada

dengan

pemberian

fotosensitivitas, kadang-

kadang disertai demam dan eosinofiia. Pigmentasi kuku dan onikolisis, yaitu
lepasnya kuku dari dasarnya, juga dapat terjadi.
Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian golongan tetrasiklin dosis
tinggi (lebih dari 2 gram sehari) dan paling sering terjadi setelah pemberian
parenteral. Oksitetrasiklin dan tetrasiklin mempunyai sifat hepatotoksik yang
paling lemah dibandingkan dengan golongan tetrasiklin lain. Wanita hamil
dengan pielonafritis paling sering menderita kerusakan hepar akibat
pemberian golongan tetrasiklin. Kecuali doksisiklin,golongan tetrasiklin
akan mengalami kumulasi dalam tubuh, karena itu dikontraindikasikan pada
gagal ginjal.Efek samping yang paling sering timbul biasanya berupa
azotemia,iperfosfatemia dan penurunan berat badan. Golongan tetrasiklin
memperlambat

koagulasidarah

dan

memperkuat

efek

antikoagulan

kumarin. Diduga hal ini disebabkan oleh terbentuknya kelat dengan


kalsium, tetapi mungkin juga karena obat-obat ini mempengaruhi sifat
fisikokimia lipoprotein plasma.
Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedang tumbuh dan
membentuk kompleks.pertumbuhan tulang akan terhambat sementara pada
fetus dan anak bahaya ini terutama terjadi mulai pertengahan masa hamil

sampai anak umur tiga tahun.Timbulnya kelainan ini lebih ditentukan oleh
jumlah daripada lamanya penggunaan tetrasiklin.
Pada gigi susu maupun gigi tetap,tetrasiklin dapat menimbulkan
disgenesis,perubahan warna permanen dan kecenderungan terjadinya
karies.Perubahan warna bervariasi dari kuning coklat sampai kelabu
tua.Karena itu tetrasiklin jangan digunakan mulai pertengahan kedua
kehamilan sampai anak umur 8 tahun.Efek ini terlihat lebih sedikit pada
oksitetrasiklin dan doksisiklin.
c) Perusakan warna pada gigi
Tetrasiklin mengandung gugus-gugus hidroksil, dimana gugus
tersebut akan membentuk ikatan bila dikombinasikan dengan Ca++ sebagai
unsur-unsur pembentuk gigi. Tetrasiklin dapat mengikat kalsium secara
irreversible, kemudian berikatan dengan kristal hidroksiapatit baik di dentin
maupun enamel. Juga, mempunyai kemampuan membentuk kompleks atau
ikatan dengan kristal hidroksiapatit dalam gigi sehingga mengakibatkan
terbentuknya senyawa orthocalcium phosphat complex yang tertimbun pada
gigi dan menyebabkan perubahan warna pada gigi. Dentin ditunjukkan
sebagai jaringan yang paling sulit untuk berubah warna daripada enamel jika
melalui plasenta. Menyebabkan gigi kuning, abu-abu, coklat hingga hitam,
terutama untuk bayi dan anak-anak dibawah usia 8 tahun.

Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya perubahan warna


pada gigi. Faktor-faktor tersebut antara lain struktur kimia dari senyawa
tetrasiklin, dosis yang digunakan, lamanya pemakaian dan masa pembentukan
gigi.
Faktor utama penyebab dari perubahan warna pada gigi anak akibat
tetrasiklin adalah pemberian obat dalam masa pembentukan gigi, baik gigi
sulung maupun gigi permanen. Pada masa pembentukan gigi, struktur gigi
yang sedang mengalami kalsifikasi seperti kalsium akan diikat oleh tetrasiklin
secara irreversible. Kemudian ikatan tersebut mengikat hidroksi apatit dalam

struktur gigi yang sedang erupsi. Ikatan ini nantinya akan menetap pada
dentin dan enamel sehingga mengakibatkan perubahan warna pada gigi.
d) Merapuhkan gigi dan melubangi gigi
Pemakaian tetrasiklin yang terus-menerus menyebabkan email gigi tidak
terbentuk sempurna, dan permukaan gigi tidaklah halus dan rata. Gigi
menjadi sulit dibersihkan, dan plak menempel dengan kuat sehingga gigi
mudah berlubang.
e) Gangguan pencernaan
Gangguan saluran pencernaan

merupakan

yang

sering

terjadi.

Diantaranya seperti mual, muntah, diare, nyeri menelan , iritasi


kerongkongan. Efek samping yang jarang terjadi termasuk : kerusakan hati,
pankreatitis, gangguan darah, fotosensitif, reaksi hipersensitif (ruam,
dermatitis eksfoliatif, sindrom steven-johnson, urtikaria, angioedema,
anafilaksis, carditis). Sakit kepala dan gangguan penglihatan dapat terjadi
dan dapat menjadi penanda peningkatan tekanan dalam kepala dan segera
hentikan pengobatan bila ini terjadi.
f) Kebanyakan efek samping tetracycline yang muncul adalah mual, muntah,
diare, radang lidah, radang usus, dermatitis, dan urtikaria.
g) Beberapa efek samping yang tidak begitu serius seperti : luka atau bengkak
di dubur atau area genital, diare atau sakit perut, bercak putih atau luka di
bagian dalam mulut, kesulitan menelan, dan keputihan yang terasa gatal.
h) Efek samping lainnya berupa : pusing dan sakit kepala parah, penglihatan
kabur, demam, menggigil, nyeri tubuh, gejala flu, kencing lebih sedikit dari
biasanya atau tidak sama sekali, urin berwarna gelap, rasa sakit parah pada
perut bagian atas menyebar ke punggung, detak jantung cepat, kehilangan
nafsu makan, sakit kuning (menguningnya kulit atau mata), mudah memar
atau perdarahan.
i) Menyebabkan efek fotosensitifitas pada kulit (paparan cahaya matahari
secara intens sebaiknya dihindari selama pemakaian antibiotik ini).

j) Reaksi pada kulit biasanya berupa kulit panas, mengelupas, kulit menjadi
pucat atau menguning dan ruam kulit merah.
k) Tetracycline juga bisa menyebabkan kesulitan nafas dan shock anafilaksis
pada beberapa orang yang peka.
II.7

Interaksi Obat
Berikut ini adalah interaksi dengan obat-obat lain jika digunakan secara
bersamaan :
a. Jika diberikan bersamaan dengan susu, yogurt, dan produk susu lainnya
menjadi tidak aktif.
b. Makanan mengurangi penyerapan tetracycline.
c. Hal yang sama terjadi jika diberikan bersamaan dengan obat gangguan
pencernaan (antasida dan obat-obat mulas) yang mengandung divalen dan
trivalen kation (mis Al, Ca, Mg), Fe, Zn dan Na persiapan bikarbonat,
kaolin-pektin, subsalisilat, sucralfate, strontium ranelate, colestipol dan
kolestiramin.
d. Sebaiknya tidak
e.
f.
g.
h.

diberikan

bersamaan

dengan

alkaloid

ergot

dan

methotrexate, karena potensi toksik obat-obat ini meningkat.


Tetracycline dapat mengganggu efek bakterisida penicillin.
Dapat mempotensiasi efek antikoagulan.
Dapat menurunkan efektivitas kontrasepsi oral.
Efek nefrotoksik tetracycline diperburuk oleh diuretik atau obat nefrotoksik

lain.
i. Dapat meningkatkan efek hipoglikemik insulin dan sulfonilurea pada pasien
diabetes mellitus.
j. Penggunaan bersamaan dengan methoxyflurane dapat mengakibatkan
keracunan ginjal yang fatal.
k. Peningkatan risiko benign intracranial hipertensi jika digunakan bersamaan
dengan vitamin A atau retinoid (mis acitretin, isotretinoin, tretinoin).
II.7

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan


Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien selama menggunakan antibiotik
ini adalah sebagai berikut :

Hati-hati memberikan antibiotik ini pada penderita dengan fungsi hati dan
ginjal yang rusak terutama pada pemakaian obat dalam jangka waktu
panjang.

Tidak boleh menggunakan tetracycline jika anda sedang hamil. Antibiotik ini
menghambat perkembangan gigi dan tulang termasuk untuk janin.

Tetracycline mengurangi efektivitas kontrasepsi oral. Oleh karena itu


sebaiknya gunakan alat kontrasepsi lain berupa kondom atau alat kontrasepsi
lainnya.

Tetracycline disekresi ke dalam air susu ibu (ASI). Ibu menyusui sebaiknya
tidak menggunakan antibiotik ini.

Anak usia di bawah 8 tahun tidak boleh menggunakan antibiotik ini karena
bisa menghambat perkembangan gigi dan tulang. Antibiotik ini juga bisa
menyebabkan gigi berubah warna menjadi kuning, abu-abu, coklat hingga
hitam.

Susu, yogurt, dan produk susu lainnya, suplemen zat besi, multivitamin,
suplemen kalsium, antasida, atau obat pencahar menyebabkan antibiotik ini
menjadi tidak aktif. Kalau penggunaan antibiotik ini memang dibutuhkan
beri jarak waktu yang cukup. Jika ada obat pilihan lain, sebaiknya dipilih
obat yang lebih aman.

Gunakan Tetracycline sesuai dengan anjuran dokter, baik itu jumlah maupun
durasi penggunaanya. Jangan menghentikan pengobatan di tengah jalan
untuk mencegah terjadinya resistensi.

Pada wanita hamil. Terbukti beresiko terhadap janin manusia berdasarkan


bukti-bukti empiris yang didapatkan dari investigasi, pengalaman marketing
maupun studi terhadap manusia. Namun jika potensi keuntungan bisa
dijamin penggunaan obat pada ibu hamil bisa dilakukan meskipun potensi
risiko sangat besar. Antibiotik yang mengandung tetracycline mampu
menghambat perkembangan gigi dan tulang janin. Jika tidak benar-benar
dibutuhkan, penggunaan antibiotik ini selama kehamilan sebaiknya tidak
dilakukan.

II.8

Dosis Tetrasiklin

Dosis tetrasiklin yang paling sering digunakan pada anak adalah 250 mg
diberikan setiap 6 jam sekali dan penggunaannya sampai 5-7 hari saja.
Pemberian ini akan menghasilkan kadar plasma puncak dalam tubuh sekitar 2-3
g/ml. Jika kadar obat dalam plasma melewati batas normal akibat dari
pemakaian dosis yang besar, frekuensi penggunaan obat yang lama dan berulang
maka ditakutkan akan memberikan dampak pada gigi berupa perubahan warna.
II.9

Resistensi Tetrasiklin
Resistensi bakteri terhadap tetrasiklin dapat muncul bila dihasilkan
membran sitoplasma yang berbeda (bentuk perubahan) dan mencegah
pengikatan tetrasiklin pada subunit 30S ribosom, sehingga sintesis protein dapat
terus berlangsung. Mekanisme resistensi tetrasiklin lainnya adalah resistensi
pompa eflux, didasarkan atas transpor tetrasiklin keluar sel secara cepat,
sehingga mencegah akumulasi tetrasiklin pada dosis toksik, sehungga sintesis
protein bakteri tidak terhambat. Hal ini terjadi akibat adanya mutasi pada gen
yang menyebabkan protein eflux tetrasiklin.
Secara normal, pada saat tetrasiklin berdifusi melewati membran
sitoplasma bakteri, tetrasiklin akan dikonversi dalam bentuk ionik. Hal ini
membuat tetrasiklin tidak lagi dapat berdifusi melewati membran sehingga
menyebabkan akumulasi tetrasiklin di dalam sel, yang akhirnya dapat
menghambat sintesis protein bakteri dan menyebabkan kematian sel bakteri.

Beberapa

spesies

kuman, terutama

sterptokokus

beta

hemolitikus, E.coli, Pseudomonas aeruginosa, Str.pneumoniae, N.gonorrhoeae,


Bacteroides, Shigella dan S.aureus makin meningkat resistensinya terhadap
tetrasiklin.Resistensi terhadap satu jenis tetrasiklin biasana disertai resistensi
terhadap semua tetrasiklin lainnya kecuali minosiklin pada resistensi S.aureus
dan doksisiklin pada resistensi B.fragilis.
II.10 Penggunaan Klinik Tetrasiklin
a. Tetrasikin

Tetrasiklin terutama digunakan untuk pengobatan acne vulgaris dan


rosacea. Tetrasikin juga dapat digunakan untuk pengobatan infeksi pada
saluran pernafasan, sinus, telinga bagian tengah, saluran kemih, usus dua
belas jari dan juga Gonore. Tetrasiklin dipasaran dalam bentuk kapsul
dengan kandungan 250 mg dan 500 mg. Juga ada yang dalam bentuk buffer
untuk mengurangi efek sampingnya mengritasi lambung.
b. Doksisiklin
Kegunaan Doksisiklin selain seperti Tetrasiklin juga digunakan untuk
pencegahan pada infeksi Antraks. Dan digunakan untuk pengobatan dan
pencegahan Malaria, serta perawatan infeksi Kaki Gajah. Doksisiklin di
pasaran tersedia dalam bentuk sediaan tablet da kapsul dengan kanduungan
50 mg dan 100 mg.
c. Oksitetrasiklin
Oksitetrasiklin berguna dalam pengobatan infeksi karena Ricketsia dan
Klamidia, pada saluran nafas, saluran cerna, kulit dan jaringan lunak dan
infeksi karena hubungan kelamin. Doksisiklin di pasaran tersedia dalam
bentuk sediaan tablet da kapsul dengan kanduungan 50 mg dan 100 mg.
d. Minosiklin
Minosiklin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri seperti
Pneumonia dan infeksi saluran nafas lain, jerawat dan infeksi kulit, kelamin
dan saluran kemih. Minosiklin juga dapat membunuh bakteri dari hidung dan
tenggorokan anda yang dapat menyebabkan meningitis. Minosiklin
dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 50 mg dan 100 mg.

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi
klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi. Golongan
Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan
jalan menghambat sintesis protein kuman. Tetrasiklin mempunyai spektrum luas
yang dapat menghambat bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif.
Adapun golongan tetra siklin yaitu Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin,
Demetilklortetrasiklin, Doksisklin dan minosiklin. Tetrasikin juga digunakan
untuk pengobatan infeksi pada saluran pernafasan, sinus, telinga bagian tengah,

saluran kemih, usus dua belas jari dan juga Gonore. Tetrasiklin dipasaran dalam
bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500 mg. Juga ada yang dalam
bentuk buffer untuk mengurangi efek sampingnya mengritasi lambung.
III.2 Saran
Sebagai seorang farmasis sebaiknya lebih memahami perbedaan pada tiap
golongan obat antibiotika terkhusus pada golongan tetrasiklin dimana setiap
fungsi dan mekanisme kerja obat terhadap bakteri berbeda, agar seorang farmasis
lebih memahami dan dapat mengaitkan setiap kasus kesehatan yang bersangkutan
mengenai obat antibiotika terkhusus tetrasiklin.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Bagian farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Gayabaru
Arifin, Sjamsul. 1985. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka
Chandury A. In vitro activity of Cefpirome A new fourth generation cephalosporin.
Indian J. of Medical Microbiology 2003; 21:50-51
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Pedoman Penggunaan Antibiotik Nasional. Edisi 1, 1992, Jakarta.
Anonim, 1995. farmakologi dan terapi edisi 4, fakultas kedokteran UI ,Jakarta

Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi : ulasan bergambar Ed.2. Jakarta : Widya


Medika
Ganiswara S.G. ( Ed) : Farmakologi dan terapi . Edisi IV, Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran UI, 1955, Jakarta.
Mandel G. L., Douglas R. G., Bennet J. E., Dolin R. : Principles and Practice Of
Infectious Disease : Antimicrobial Therapy 1995 / 1996. Churchill
Livingstone, 1995.
Schwartz, dkk, 2000, Intisari Prinsip - Prinsip Ilmu Bedah. Editor : G. Tom Shires
dkk, EGC ; Jakarta
Schwartz.Shires.Specer Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu bedah Ed 6Buku
kedokterean EGC 1995 Jakarta 47
Tierney L. M., Mc Phee S. J.,Papadakis M. A. : Current Medical Diagnosis and
Treatment 35 th Ed. Appleton and Lange, 1996, Stamfod.
Tumah H. Fourth-Generation Cephalosporins : In vitro Activity against Nosocomial
Gram-Negative

Bacili

Compared

with

Ciprofloxacin. Chemoteraphy 2005;51:80-85

-Lactam

Antibiotics

and

You might also like