You are on page 1of 15

PRAKTIK KEPERAWATAN KOMPREHENSIF

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


DI RUANG INTERNA WANITA PANDAN WANGI
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYULUHAN KESEHATAN HEPATITIS:DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
Hari / tanggal

: Kamis , 09 Agustus 2012

Tempat

: Ruang Pandan Wangi

Waktu

: 11.00-11.40 menit

Sasaran

: Keluarga Pasien Ruang Pandan wangi

Materi

: Hepatitis :Dengan Masalah Keperawatan Nutrisi Kurang Dari


Kebutuhan Tubuh

A. TUJUAN
1) TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Nutrisi pada pasien Hepatitis, sasaran
dapat mengerti dan memahami kembali mengenai pentingnya nutrisi bagi
pasien hepatitis
2) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta diharapkan mampu :
1. Menjelaskan cara perawatan pasien hepatitis terutama dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi.
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dengan hepatitis
B.

SASARAN
Keluarga Pasien di ruang Pandan Wangi.

C.

MATERI
1.

Cara perawatan hepatitis

2.

Pentingnya nutrisi bagi pasien hepatitis

D.

METODE
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab

E.

SETTING
1) Setting waktu
N

Waktu

Kegiatan Penyuluhan

5 menit

Pendahuluan

o
1.

Kegiatan Peserta

Pelaksanaan

2.

3.
4.

30 menit

5 menit
5 menit

1. Mengucapkam
salam pembuka
2. Menanyakan
kabar peserta
3. Memperkenalka
n diri beserta tim
4. Menjelaskan
kontrak waktu
dan
tujuan
penyuluhan
5. Menjelaskan
topic yang akan
diberikan
Pelaksanaan
1. Mengggali
pengetahuan
awal peserta
2. Menjelaskan
materi
3. Mempersilahkan
peserta
untuk
mengajukan
pertanyaan dan
fasilitator
memotivasi
peserta
untuk
bertanya
4. Fasilitator
menjawab
pertanyaan
Evaluasi
Mengajukan pertanyaan
sebagai review
Penutup
1. Menegaskan
kesimpulan dari
topik yang sudah
dibahas
sebelumnya
2.
Mengucapkan
terimakasih atas
waktu
dan
perhatian peserta
3. Mengucapkan
salam penutup
4. Membagikan
leaflet

1. Menjawab salam
2. Menyatakan
keadaanya
3. Mendengarkan

Moderator

4. Memperhatikan

5. Memperhatikan

1. Menjawab
Penyaji
2. Memperhatikan
3. Bertanya
Moderator

4. Memperhatikan

Menjawab

Moderator

1. Menjawab

Moderator

2. Mengucapkan
kembali
terimakasih
kepada mahasiswa
yang telah member
penyuluhan
3. Menjawab salam
4. Menerima

2) Setting Tempat

Keterangan :

F.

= peserta

= penyaji

= moderator

= observer

MEDIA
1. LCD
2. Leaflet

G.

PENGORGANISASIAN
1. Pembimbing ruangan
2. Pembimbing akademik
3. Moderator
4. Penyaji
5. Obeserver
6. Fasilitator

: Endang Pantjarwati S.Kep.,Ns


Isnanik Amd. Kep
: Dr.Kusnanto, S.Kp.M.Kes
Ika Yuni , S,Kep.,Ns.,M.Kep.,SpKMB
: Lauriena Al Isati, S.Kep
: 1.Perawat: Oktafrastia S, S. Kep
2. Medis : Dokter PPDS
3. Ahli Gizi : Anggi
: Made indra A, S.Kep
: Eni Tri astutik, S. Kep
Dendhy Dwi . Kep
Fauziah Firasanti, S. Kep
Dina Hiedana., S. Kep
Eko Saputri S. Kep
Ayu Dewi N S.Kep
Siska C, S.Kep
Liza Maulida R S.Kep

KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
-

Kesiapan SAP dan materi, media (leaflet, LCD)

Kesiapan penyuluh dan pengorganisasian

Kesiapan peserta

2. Evaluasi proses

Kesesuaian waktu

Respon sasaran selama penyuluhan

Kelancaran kegiatan

Peran penyuluh sesuai dengan pengorganisasian

3. Evaluasi hasil
Sasaran dapat megetahui :

Cara perawatan pasien hepatitis


Pentingnya nutrisi bagi pasien hepatitis

MATERI
Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Hepatitis yang
berlangsung kurang dari 6 bulan disebut "hepatitis akut", hepatitis yang berlangsung
lebih dari 6 bulan disebut "hepatitis kronis".
A. PENYEBAB
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus
hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus
lainnya,

seperti

mononukleosis

infeksiosa,

demam

kuning

dan

infeksi

sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obatobatan.
B. JENIS VIRUS HEPATITIS

Virus hepatitis A
Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini terjadi

akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi


wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.

Virus hepatitis B
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan

melalui darah atau produk darah. Penularan biasanya terjadi diantara para pemakai
obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau diantara mitra seksual
(baik heteroseksual maupun pria homoseksual).
Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi
selama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang
membawa virus hepatitis B. Di daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus
hepatitis B berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati.

Virus hepatitis C
Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah. Virus

hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan

jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Untuk


alasan yang masih belum jelas, penderita "penyakit hati alkoholik" seringkali
menderita hepatitis C.

Virus hepatitis D

Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini
menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki resiko tinggi
terhadap virus ini adalah pecandu obat.

Virus hepatitis E

Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang


hanya terjadi di negara-negara terbelakang.

Virus hepatitis G

Jenis baru dari virus hepatitis yang telah terdeteksi baru-baru ini.
Virus-virus lain yang dapat menyebabkan hepatitis :

Virus Mumps

Virus Rubella

Virus Cytomegalovirus

Virus Epstein-Barr

Virus Herpes

Pengobatan

Calcium I + Cordyceps, cara pemakaian :


o

pagi hari (1 jam setelah makan pagi) 2 kapsul Cordyceps

siang hari (setelah makan siang) 1 sachet Calcium I + 2 kapsul


Cordyceps (1 jam setelah minum Calcium I)

sore/malam hari (setelah makan malam) 2 kapsul Cordyceps

Calcium I + Cordyceps + Zinc (Jika komposisi Calcium I + Cordyceps saja


belum cukup), Cara pemakaian :
o

pagi hari (1 jam setelah makan pagi) 2 kapsul Cordyceps + 2 kapsul


Zinc

siang hari (setelah makan siang) 1 sachet Calcium I + 2 kapsul


Cordyceps (1 jam setelah minum Calcium I) + 2 kapsul Zinc

sore/malam hari (setelah makan malam) 2 kapsul Cordyceps + 2


kapsul Zinc

Cordyceps (paket hemat), Cara pemakaian 2 - 3 kapsul Cordyceps setiap


habis makan

Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis
B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan
hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi
hati atau kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi
epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di
Tiongkok dan berbagai negara Asia.
Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan
paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine,
chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam
industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja
tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang
beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun
yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi
menetralkan racun-racun lain.
C. DIAGNOSIS
Dibandingkan virus AIDS (HIV), virus Hepatitis B (HBV) seratus kali lebih
ganas (infectious), dan sepuluh kali lebih banyak (sering) menularkan. Kebanyakan
gejala Hepatitis B tidak nyata.
Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang
disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai
dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan
berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan
sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B
kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan
intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN). Diagnosis infeksi Hepatitis
B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan
histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi
infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5).

Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat
penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan
biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT.
Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktifitas kroinflamasi. Oleh karena
itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien
dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat
dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki
respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan
kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil
pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif. Sedangkan tujuan
pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan
diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral.
Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat
berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam
ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas.
Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak
kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh.
Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh
terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan
kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh.
Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi
carrier inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di
atas) maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis.

D.

SUMBER DAN CARA PENULARAN


Virus hepatitis-B mempunyai lingkungan tertentu untuk tinggal, jika batas

kelangsungan hidupnya telah berakhir pada suatu tuan rumah tertentu ia akan
mencari host (tuan rumah) baru. Kultur virus hepatitis-B dalam jaringan sampai
saat ini belum berhasil dilakukan.
Ada beberapa cairan dan sekresi manusia yang potensial untuk menjadi
sumber penularan virus ini, yaitu :
1. Darah
2. Air seni

3. Tinja dan Sekresi usus


4. Air liur dan sekresi Nasofaring
5. Semen, Sekresi vagina dan Darah menstruasi
6. Air susu, Keringat dan berbagai cairan tubuh lain
Hepatitis-B merupakan penyakit pada manusia. Penelitian HbsAg pada
binatang tidak memberikan hasil. Secara eksperimen hanya chimpanse yang
terbukti peka.
Ditemukannya HbsAg saja di dalam serum tidak berarti bahwa hal itu suatu
tanda infektifitas. Adanya HbsAg tidak paralel dengan adanya partikel virus
hepatitis-B lengkap. Demikian juga sebaliknya, tidak ditemukannya HbsAg pada
infeksi virus hepatitis-B akut tidak selalu berarti bahwa tidak ada partikel virus
hepatitis-B lengkap. Tidak ditemukannya HbsAg ini adalah sebagai akibat test
yang tidak peka. Dengan cara pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
dimungkinkan untuk mendeteksi virus dalam kadarnya yang sangat rendah.
HbsAg bukan petanda pasti keadaan infektifitas, HbeAg dan HBV DNA
lebih mencerminkan adanya partikel virus hepatitis-B lengkap dan berhubungan
dengan keadaan inefektifitas.
Cara penyebaran (transmisi) virus hepatitis-B secara garis besar dapat
dibagi dalam 2 cara, yaitu secara horizontal (melalui kulit dan selaput lendir)
dan vertikal (antara ibu dan anak pada masa perinatal).
A. Penularan melalui kulit (perkutan)
Terjadi jika bahan yang mengandung HbsAg / partikel virus hepatitis-B
masuk ke dalam kulit yang tidak sehat. Terdapat 2 keadaan ini :
1. Penularan perkutan yang nyata
Jika bahan yang infeksius masuk melewati kulit ( misalnya
penyuntikan darah atau bahan yang berasal dari darah, baik secara iv
atau tusukan jarum).
Contoh : -

Hepatitis pasca transfusi

Hemodialisa

Alat suntik (yang tidak steril)

2. Penularan perkutan tidak nyata


Penularan seperti ini bisa terjadi dari kenyataan bahwa banyak
penderita mendapat virus hepatitis-B tetapi tidak dapat mengingat
pernahkah ia mengalami trauma pada kulit atau hal lain.

Virus hepatitis-B tidak dapat menembus kulit yang sehat, namun


dapat melalui kulit yang mengalami kelainan dermatologik
(mikrolesi).
B. Melalui selaput lendir (peroral, seksual)
Terdapat 2 jalan :
1. Penularan peroral
Ini terjadi jika bahan yang infeksius mengenai selaput lendir mulut.
Penularan timbul pada mereka yang mengalami luka di dalam
mulutnya, seperti : pada praktek dokter gigi.
2. Penularan seksual
Cara ini terjadi melalui kontak seksual dengan selaput lendir saluran
genital, akibat hubungan seksual dengan individu mengandung
HbsAg yang bersifat infeksius.
Cara A dan B disebut penularan secara horizontal.
C. Penularan perinatal (transmisi vertikal)
Cara ini disebut juga penularan maternal neonatal. Proses infeksi
virus hepatitis-B dapat terjadi pada saat :
a) Di dalam uterus (in utero)
b) Sewaktu persalinan
c) Pasca persalinan
Dikenal beberapa teori yang memungkinkan terjadinya penularan
infeksi hepatitis-B secara vertikal dari ibu ke anak, yaitu :
1. Transfusi materno Fetal
2. Perpindahan virus melalui placenta
3. Inoculum yang tertelan oleh janin
4. Kontaminasi abrasi/ laserasi pada kulit/ selaput lendir
5. Melalui kolostrum.
Penularan secara vertikal ini dapat terjadi dari ibu dengan hepatitis-B
akut maupun pengidap hepatitis-B kronik.
Penularan perinatal ini merupakan masalah yang besar di negaranegara dimana terdapat prevalensi infeksi virus hepatitis-B yang tinggi
dengan prevalensi HbeAg yang tinggi. Hampir semua bayi yang
dilahirkan dari ibu dengan HbeAg positipo akan terkena infeklsi pada
bulan ke-2 dan ke-3 dari kehidupannya. HbeAg pada ibu sangat
memegang peranan penting untuk penularan. Sebaliknya walaupun ibu

mengandung HbsAg positip namun jika HbsAg dalam darah negatip,


maka daya tularnya menjadi rendah.
E. PENANGANAN DAN PENGOBATAN HEPATITIS B
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan maka
akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B,
maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara
injeksi.
a. Pengobatan oral yang terkenal adalah ;

Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal


dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak,
Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu
penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter.

Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan


lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh
buruk terhadap fungsi ginjal.

Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita


Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala,
pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan
dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan stabil.

b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ;


Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar
sinar yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di
sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN,
ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam
seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah
depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek
lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan
demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol.
F. REAKSI TUBUH TERHADAP INFEKSI VIRUS HEPATITIS-B
HbsAg disintesis pada sitoplasma sel hati dan kemudian dilepaskan ke
dalam aliran darah. Adanya HbsAg di dalam darah merupakan petunjuk paling
dini infeksi virus hepatitis-B yang sedang berlangsung. HbsAg sudah dapat
ditemukan dalam darah pada masa inkubasi dan titer tertinggi dicapai pada saat
timbulnya gejala klinis atau setelah aktivitas enzim transaminase serum (Alanin
transaminase / SGPT dan Aspartat transaminase / SGOT) menjadi normal.

HbsAg umumnya menetap selama gejala klinis masih ada dan mulai
menghilang 3 bulan kemudian. HbsAg yang menetap selama 6 bulan atau lebih
menunjukkan adanya infeksi virus hepatitis-B yang kronik persisten atau
penderita menjadi carrier.
Anti HbsAg muncul pada fase penyembuhan yaitu beberapa waktu setelah
HbsAg menghilang dari sistem peredaran darah. Anti HBs merupakan parameter
penyembuhan serta perlindungan terhadap infeksi virus hepatitis-B berikutnya.
G. PERAWATAN
Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan sel-sel hati
mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada
umumnya, sel-sel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi
penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan diet dan istirahat yang
baik.
Hepatitis B akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi Hepatitis B kronik
(menahun) dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Saat ini ada
beberapa perawatan yang dapat dilakukan untuk Hepatitis B kronis yang dapat
meningkatkan kesempatan bagi seorang penderita penyakit ini. Perawatannya
tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan adefovir dan modulator sistem
kebal seperti Interferon Alfa ( Uniferon).
Selain itu, ada juga pengobatan tradisional yang dapat dilakukan. Tumbuhan
obat atau herbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan
Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi
hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang,
kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati.

H. PENTINGNYA NUTRISI BAGI PENDERITA HEPATITIS


Hati berperan dalam metaboisme karbohidrat, lemak, dan protein. Dalam
keadaan normal, hati mengandung bermacam-macam enzim metabolisme sehingga
seluruh proses metabolisme dan detoksifikasi racun/toksin terjadi di dalam hati. Hati
juga memproduksi empedu yang disimpan dalam kantong empedu dan akan
dikeluarkan jika diperlukan. Empedu dalam saluran pencernaan bermanfaat untuk
absorpsi lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E,
dan K. Maka, jika kelainan atau kerusakan fungsi hati berpengaruh terhadap saluran

cerna dan penggunaan makanan dalam tubuh sehingga sering menyebabkan


gangguan gizi. Oleh karena itu, diperlukan diet khusus agar tidak memperberat
fungsi hati yang sedang sakit.
Terapi Gizi pada Penderita Hepatitis
Diet khusus bagi penderita hepatitis dalam jumlah yang optimal membantu
penyembuhan luka pada sel-sel hati dan memulihkan kekuatan hati. Selain itu, dapat
meningkatkan regenerasi sel-sel hati yang rusak, memperbaiki penurunan berat
badan akibat kurang nafsu makan, mual dan muntah, mencegah katabolisme protein,
mencegah atau mengurangi ascites, dan koma hepatik.
Dalam diet Hepatitis mencakup pemenuhan zat-zat gizi yang diperlukan tubuh,
seperti :
1. Kalori dalam jumlah yang tinggi untuk mencegah pemecahan protein yang
diberikan bertahap sesuai kemampuan penderita hepatitis. Kalori diberikan
dalam jumlah tinggi karena adanya demam dan diperlukan untuk proses
regenerasi jaringan serta untuk menambah persediaan tenaga. Kebutuhan
kalori bersifat individual sehingga perlu perhitungan khusus.
2. Protein perlu diberikan dalam jumlah yang tinggi agar dapat memperbaiki
jaringan hati yang rusak dan mempertahankan fungsi-fungsi utama tubuh.
Selain itu, protein merupakan agen lipotropik yang merubah lemak menjadi
lipoprotein agar dapat keluar dari hati untuk mencegah perlemakan hati.
3. Pemberian lemak sesuai kondisi penderita hepatitis. Jika ada gangguan
pencernaan lemak/steatorhea dan mual, gunakan lemak dengan asam lemak
rantai sedang (Medium Chain Triglyserida) karena jenis lemak ini tidak
membutuhkan aktivitas lipase dan asam empedu dalam proses absorpsinya.
Selain itu, pemberian lemak harus dikurangi tetapi pembatasan terlalu ketat
tidak dianjurkan karena akan mengurangi kelezatan makanan sehingga akan
menurunkan nafsu makan. Lemak diberikan dalam mudah yang mudah
dicerna atau dalam bentuk emulsi.
4. Asupan Natrium diberikan dalam jumlah yang rendah, tergantung tingkat
edema dan ascites
5. Selain makanan, perlu suplemen B kompleks, vitamin K (untuk mencegah
perdarahan), vitamin C dan Zink untuk mempercepat penyembuhan.
6. Penambahan vitamin A dan D yang berlebihan sangat tidak dianjurkan karena
akan memperberat fungsi hati yang sakit
7. Bentuk makanan diberikan dalam bentuk lunak terutama bila ada mual dan
muntah.

Dalam melaksanakan diet ini bersifat individual atau sangat bergantung pada kondisi
kesehatan seseorang sehingga perlu berkonsultasi langsung dengan ahli gizi dan
dokter. Selain diet, faktor lingkungan sangat berperan dalam pencegahan penyakit
hepatitis seperti menjaga kebersihan makanan dan alat makan yang menjadi media
penularan hepatitis. Oleh karena itu, untuk mengurangi resiko terkena hepatitis,
sebaiknya kita dapat menerapkan pola hidup sehat seperti tidur minimal 8 jam sehari,
berolahraga secara teratur, mengurangi stress, menjaga kebersihan makanan dan alat
makan, makan makanan bergizi dalam jumlah seimbang sesuai kebutuhan dan
menjaga hubungan sosial.
Penatalaksanaan Diet
Tujuan: memberikan makanan yang tepat dan secukupnya pada penderita penyakit
hati guna mempercepat perbaikan faal hati tanpa memberatkan pekerjaannya.
Macam Diet:
1.Diet Hati I : makanan tinggi energy, protein cukup (1 gr/kg BB), lemak sedang,
karbohidrat tinggi, bila ada acites dan tanda-tanda dieresis diberikan rendah garam.
Bahan makanan yang menimbulkan gas dihindari. Diet Hati I diberikan pada pasien
dengan serum albumin >3,5 gr %
2.Diet Hati II diberikan pada pasien dengan serum albumin <3,5gr%.
Makanan tinggi energy, tinggi protein (1,2 gr/kg BB), lemak sedang, karbohidrat
tinggi. Bila ada acites dan tanda-tanda dieresis diberikan rendah garam.
Pemilihan Bahan Makanan Bagi Penderita Hepatitis :
1. Hindari makanan yang dapat menimbulkan gas, seperti ubi, singkong, kacang
merah, kol, sawi, lobak, nangka, durian dan lain-lain.
2. Hindari makanan yang telah diawetkan seperti sosis, ikan asin, kornet, dan
lain-lain.
3. Pilihlah bahan makanan yang kandungan lemaknya tidak banyak seperti daging
yang tidak berlemak, ikan segar, ayam tanpa kulit.
4. Sebaiknya pilih sayur-sayuran yang sedikit mengandung serat seperti bayam,
wortel, bit, labu siam, kacang panjang muda, buncis muda, daun kangkung
dan sebagainya.
5. Bumbu-bumbu jangan terlalu merangsang. Salam, laos, kunyit, bawang merah,
bawang putih dan ketumbar boleh dipakai tetapi jangan terlalu banyak.
6. Hindarkan makanan yang terlalu berlemak seperti daging babi, usus, babat,
otak, sum-sum dan santan kental.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih
bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges,M.E.,

Moorhouse,

M.F.,

Geissler, A.C.,

1993,

Rencana Asuhan

Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien,


Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam
RSUP dr.Sardjito, yogyakarta.

You might also like