Professional Documents
Culture Documents
Tempat
Waktu
: 11.00-11.40 menit
Sasaran
Materi
A. TUJUAN
1) TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Nutrisi pada pasien Hepatitis, sasaran
dapat mengerti dan memahami kembali mengenai pentingnya nutrisi bagi
pasien hepatitis
2) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta diharapkan mampu :
1. Menjelaskan cara perawatan pasien hepatitis terutama dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi.
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dengan hepatitis
B.
SASARAN
Keluarga Pasien di ruang Pandan Wangi.
C.
MATERI
1.
2.
D.
METODE
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab
E.
SETTING
1) Setting waktu
N
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
5 menit
Pendahuluan
o
1.
Kegiatan Peserta
Pelaksanaan
2.
3.
4.
30 menit
5 menit
5 menit
1. Mengucapkam
salam pembuka
2. Menanyakan
kabar peserta
3. Memperkenalka
n diri beserta tim
4. Menjelaskan
kontrak waktu
dan
tujuan
penyuluhan
5. Menjelaskan
topic yang akan
diberikan
Pelaksanaan
1. Mengggali
pengetahuan
awal peserta
2. Menjelaskan
materi
3. Mempersilahkan
peserta
untuk
mengajukan
pertanyaan dan
fasilitator
memotivasi
peserta
untuk
bertanya
4. Fasilitator
menjawab
pertanyaan
Evaluasi
Mengajukan pertanyaan
sebagai review
Penutup
1. Menegaskan
kesimpulan dari
topik yang sudah
dibahas
sebelumnya
2.
Mengucapkan
terimakasih atas
waktu
dan
perhatian peserta
3. Mengucapkan
salam penutup
4. Membagikan
leaflet
1. Menjawab salam
2. Menyatakan
keadaanya
3. Mendengarkan
Moderator
4. Memperhatikan
5. Memperhatikan
1. Menjawab
Penyaji
2. Memperhatikan
3. Bertanya
Moderator
4. Memperhatikan
Menjawab
Moderator
1. Menjawab
Moderator
2. Mengucapkan
kembali
terimakasih
kepada mahasiswa
yang telah member
penyuluhan
3. Menjawab salam
4. Menerima
2) Setting Tempat
Keterangan :
F.
= peserta
= penyaji
= moderator
= observer
MEDIA
1. LCD
2. Leaflet
G.
PENGORGANISASIAN
1. Pembimbing ruangan
2. Pembimbing akademik
3. Moderator
4. Penyaji
5. Obeserver
6. Fasilitator
KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
-
Kesiapan peserta
2. Evaluasi proses
Kesesuaian waktu
Kelancaran kegiatan
3. Evaluasi hasil
Sasaran dapat megetahui :
MATERI
Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Hepatitis yang
berlangsung kurang dari 6 bulan disebut "hepatitis akut", hepatitis yang berlangsung
lebih dari 6 bulan disebut "hepatitis kronis".
A. PENYEBAB
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus
hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus
lainnya,
seperti
mononukleosis
infeksiosa,
demam
kuning
dan
infeksi
sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obatobatan.
B. JENIS VIRUS HEPATITIS
Virus hepatitis A
Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini terjadi
Virus hepatitis B
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan
melalui darah atau produk darah. Penularan biasanya terjadi diantara para pemakai
obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau diantara mitra seksual
(baik heteroseksual maupun pria homoseksual).
Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi
selama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang
membawa virus hepatitis B. Di daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus
hepatitis B berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati.
Virus hepatitis C
Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah. Virus
hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan
Virus hepatitis D
Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini
menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki resiko tinggi
terhadap virus ini adalah pecandu obat.
Virus hepatitis E
Virus hepatitis G
Jenis baru dari virus hepatitis yang telah terdeteksi baru-baru ini.
Virus-virus lain yang dapat menyebabkan hepatitis :
Virus Mumps
Virus Rubella
Virus Cytomegalovirus
Virus Epstein-Barr
Virus Herpes
Pengobatan
Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis
B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan
hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi
hati atau kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi
epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di
Tiongkok dan berbagai negara Asia.
Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan
paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine,
chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam
industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja
tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang
beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun
yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi
menetralkan racun-racun lain.
C. DIAGNOSIS
Dibandingkan virus AIDS (HIV), virus Hepatitis B (HBV) seratus kali lebih
ganas (infectious), dan sepuluh kali lebih banyak (sering) menularkan. Kebanyakan
gejala Hepatitis B tidak nyata.
Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang
disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai
dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan
berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan
sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B
kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan
intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN). Diagnosis infeksi Hepatitis
B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan
histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi
infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5).
Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat
penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan
biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT.
Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktifitas kroinflamasi. Oleh karena
itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien
dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat
dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki
respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan
kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil
pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif. Sedangkan tujuan
pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan
diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral.
Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat
berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam
ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas.
Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak
kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh.
Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh
terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan
kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh.
Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi
carrier inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di
atas) maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis.
D.
kelangsungan hidupnya telah berakhir pada suatu tuan rumah tertentu ia akan
mencari host (tuan rumah) baru. Kultur virus hepatitis-B dalam jaringan sampai
saat ini belum berhasil dilakukan.
Ada beberapa cairan dan sekresi manusia yang potensial untuk menjadi
sumber penularan virus ini, yaitu :
1. Darah
2. Air seni
Hemodialisa
HbsAg umumnya menetap selama gejala klinis masih ada dan mulai
menghilang 3 bulan kemudian. HbsAg yang menetap selama 6 bulan atau lebih
menunjukkan adanya infeksi virus hepatitis-B yang kronik persisten atau
penderita menjadi carrier.
Anti HbsAg muncul pada fase penyembuhan yaitu beberapa waktu setelah
HbsAg menghilang dari sistem peredaran darah. Anti HBs merupakan parameter
penyembuhan serta perlindungan terhadap infeksi virus hepatitis-B berikutnya.
G. PERAWATAN
Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan sel-sel hati
mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada
umumnya, sel-sel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi
penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan diet dan istirahat yang
baik.
Hepatitis B akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi Hepatitis B kronik
(menahun) dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Saat ini ada
beberapa perawatan yang dapat dilakukan untuk Hepatitis B kronis yang dapat
meningkatkan kesempatan bagi seorang penderita penyakit ini. Perawatannya
tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan adefovir dan modulator sistem
kebal seperti Interferon Alfa ( Uniferon).
Selain itu, ada juga pengobatan tradisional yang dapat dilakukan. Tumbuhan
obat atau herbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan
Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi
hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang,
kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati.
Dalam melaksanakan diet ini bersifat individual atau sangat bergantung pada kondisi
kesehatan seseorang sehingga perlu berkonsultasi langsung dengan ahli gizi dan
dokter. Selain diet, faktor lingkungan sangat berperan dalam pencegahan penyakit
hepatitis seperti menjaga kebersihan makanan dan alat makan yang menjadi media
penularan hepatitis. Oleh karena itu, untuk mengurangi resiko terkena hepatitis,
sebaiknya kita dapat menerapkan pola hidup sehat seperti tidur minimal 8 jam sehari,
berolahraga secara teratur, mengurangi stress, menjaga kebersihan makanan dan alat
makan, makan makanan bergizi dalam jumlah seimbang sesuai kebutuhan dan
menjaga hubungan sosial.
Penatalaksanaan Diet
Tujuan: memberikan makanan yang tepat dan secukupnya pada penderita penyakit
hati guna mempercepat perbaikan faal hati tanpa memberatkan pekerjaannya.
Macam Diet:
1.Diet Hati I : makanan tinggi energy, protein cukup (1 gr/kg BB), lemak sedang,
karbohidrat tinggi, bila ada acites dan tanda-tanda dieresis diberikan rendah garam.
Bahan makanan yang menimbulkan gas dihindari. Diet Hati I diberikan pada pasien
dengan serum albumin >3,5 gr %
2.Diet Hati II diberikan pada pasien dengan serum albumin <3,5gr%.
Makanan tinggi energy, tinggi protein (1,2 gr/kg BB), lemak sedang, karbohidrat
tinggi. Bila ada acites dan tanda-tanda dieresis diberikan rendah garam.
Pemilihan Bahan Makanan Bagi Penderita Hepatitis :
1. Hindari makanan yang dapat menimbulkan gas, seperti ubi, singkong, kacang
merah, kol, sawi, lobak, nangka, durian dan lain-lain.
2. Hindari makanan yang telah diawetkan seperti sosis, ikan asin, kornet, dan
lain-lain.
3. Pilihlah bahan makanan yang kandungan lemaknya tidak banyak seperti daging
yang tidak berlemak, ikan segar, ayam tanpa kulit.
4. Sebaiknya pilih sayur-sayuran yang sedikit mengandung serat seperti bayam,
wortel, bit, labu siam, kacang panjang muda, buncis muda, daun kangkung
dan sebagainya.
5. Bumbu-bumbu jangan terlalu merangsang. Salam, laos, kunyit, bawang merah,
bawang putih dan ketumbar boleh dipakai tetapi jangan terlalu banyak.
6. Hindarkan makanan yang terlalu berlemak seperti daging babi, usus, babat,
otak, sum-sum dan santan kental.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih
bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges,M.E.,
Moorhouse,
M.F.,
Geissler, A.C.,
1993,
Rencana Asuhan