Professional Documents
Culture Documents
BAB XV
MATERIAL REQUIREMENT PLANNING: SUATU TINJAUAN TERHADAP
PENERAPAN DALAM PERUSAHAAN
A. Pendahuluan
Tujuan dari artikel ini adalah memberikan penjelasan ringkas mengenai
Material Requirement Planning, membahas kondisi/lingkungan yang ada dalam
penerapan MRP, dan Penerapan Sistem MRP pada Northern Greece (studi kasus).
Mengelola komponen dan subasembling-nya untuk menghasilkan produk
akhir menjadi suatu hal penting. Hal ini disebabkan karena: 1) daur hidup produk
menjadi semakin pendek sebagai akibat pengembangan yang dilakukan secara terus
menerus dan menghasilkan produk baru yang lebih baik. 2) lingkungan yang cepat
berubah, mendorong perusahaan mengurangi sediannya untuk menghindari
keusangan, dan 3) kecenderungan meningkatnya penawaran customized product.
Untuk itu Material Requirement Planning (MRP), baik sebagai system yang berdiri
sendiri, ataupun sebagai bagian dari system perencanaan sumber daya perusahaan
(ERP), memainkan peranan penting dalam pengelolaan dependent demand yang
nantinya akan memberikan keberhasilan dalam perusahaan.
MRP didefinisikan sebagai (Davis & Heineke, 2005) determines the
number of subassemblies, components, and raw materials required and their build
dates to complete a given number of ends product by a specific date. Sementara
Heizer dan Render (1999) mendefinisikannya sebagai a dependent demand
Page 1 of 14
Operations Management
techniques that use bill of material, inventory, expected receipts, and a master
production schedule to determine material requirement. Selain sebagai system yang
berdiri sendiri dalam fungsi operasi, saat ini system MRP juga diintegrasikan dengan
ERP. Gambar 1 (a) menunjukkan bagaimana MRP mengintegrasikan fungsi dalam
pabrik, sedangkan gambar (b) menunjukkan bagaimana ERP mengintegrasikan fungsi
organisasi.
Tujuan dari MRP adalah untuk mengontrol tingkat sediaan, menentukan
prioritas operasi pada masing-masing item dan merencanakan kapasitas system
produksi. Secara detail tingkat sediaan mencakup pemesanan item/parts yang benar,
dengan jumlah yang benar dan waktu yang tepat. Sedangkan prioritas mencakup
pemesanan dengan due date yang tepat dan mempertahankan keterandalan due date
tersebut. Kapasitas system mencakup perencanaan beban kerja baik untuk pekerja
maupun mesin, perencanaan beban yang tepat dan perencanaan wakyu yang memadai
untuk memprediksi beban yang akan dating.
Page 2 of 14
Operations Management
Tema utama dari MRP adalah memperoleh bahan baku yang tepat di tempat
yang tepat dan pada waktu yang tepat. Sedangkan tujuan dari MRP adalah
meningkatan customer satisfaction. Filosofi dasar MRP adalah mempercepat material
bila skedul produksi secara keseluruhan dibatasi oleh waktu, dan memperlambat bila
kebutuhan material tersebut belum dibutuhkan. Hal ini disebabkan bila perusahaan
terlalu banyak menimbun sediaan maka ini berarti banyak capital yang diikat,
membutuhkan ruang penyimpan, memperlambat proses bila terjadi perubahan design,
dan mencegah pembatalan order saat ini.
Keuntungan dari penerapan MRP, meliputi:
1. Menekan harga jual sebagai akibat meningkatnya efisiensi
2. Menekan tingkat sediaan sebagai akibat pencatatan yang lebih akurat
3. Meningkatkan layanan konsumen
4. Mempercepat respon terhadap perubahan pasar
5. Meningkatkan fleksibilitas untuk merubah skedul utama
6. Mengurangi idle time
Sistem MRP berhubungan dengan MPS (Master Production Schedule), BM
(Bill of Material), File catatan sediaan dan Output berupa laporan. Hal ini seperti
tampak pada gambar 2.
Page 3 of 14
Operations Management
Gambar 2.
Struktur Sistem MRP
Dari gambar 2, dapat dilihat permintaan dari langganan yang diketahui dan
prediksi dari permintaan konsumen lainnya, beserta perencanaan produksi secara
keseluruhan akan masuk dalam MPS. MPS merupakan perencanaan yang didasarkan
pada waktu untuk mengetahui berapa banyak item/komponen yang direncanakan
untuk membangun suatu produk. Dari definisi tersebut dapat dilihat yang menjadi
pagar (fence) adalah waktu. Time Fence adalah Periode waktu dengan setiap waktunya memiliki tingkat spesifikasi tertentu
perubahan. Konsumen yang dimaksud disini adalah bagian lain dalam perusahaan
seperti departemen pemasaran. Time Fence dibagi 3, yaitu:
Page 4 of 14
Operations Management
Page 5 of 14
Operations Management
keeping system for the inventory status of all subassemblies, components, and raw
materials.
Setelah memahami sekilas mengenai MRP, maka bagian selanjutnya akan
membahas 2 jurnal yaitu kondisi/lingkungan yang ada dalam penerapan MRP, dan
studi kasus Penerapan Sistem MRP pada Northern Greece.
B. Telaah Jurnal
1. Kondisi/lingkungan yang ada dalam penerapan MRP
MRP dan metode pengelolaan sediaan lainnya yang lebih sederhana seperti
re-order-point (ROP) atau system yang didasarkan pada pengamatan visual seperti
two-bin system (TBS) biasanya dianggap sebagai suatu yang mutually exclusive.
Menurut Axsater dan Rosling (1994) menyatakan bahwa penerapan MRP dapat
dilakukan dalam berbagai macam kondisi perusahaan. Namun secara praktis, model
penerapan sediaan yang lebih sederhana memberikan keuntungan bila ditinjau dari
biaya administrasinya yang rendah. Pendekatan lain dalam system sediaan adalah
dengan metode analisis ABC (Pareto).
Analisis ABC dapat diterapkan dalam lingkungan MRP. Willis dan Shield
(1990) mengklasifikasi item menjadi 2 bagian (bukan 3 seperti pada model analisis
ABC) yaitu klasifikasi A dan klasifikasi C. Barang yang dimasukan dalam klasifikasi
A adalah barang dengan nilai uang yang tinggi, unik dan ketersediannya terbatas.
Dalam ABC analisis biasanya jumlah 10% barang berada dalam klas A, 30% kelas B
dan sisanya 70% kelas C, namun barang dalam kelas A memiliki nilai mencapai 80%
Page 6 of 14
Operations Management
dari nilai barang keseluruhan, kelas B memiliki nilai 15% dan kelas C memiliki nilai
5% dari nilai keseluruhan barang.
dengan metode MRP, sedangkan katagori C dengan metode sederhana ROP dan TBS.
Berdasarkan pemikiran tersebut, Hautaniemi dan Pirtilla (1999) melakukan analisis
lebih lanjut dalam menentukan kebijakan mana yan akan dipergunakan dalam
pengelolaan sediaan yang sesuai dengan kondisi lingkungan perusahaan.
Secara umum, terdapat tiga criteria yang dapat dipergunakan untuk
memahami klasifikasi dari sediaan yaitu: value of usage, supplier lead time (SLT)
yang dibandingkan dengan Final Assembly Schedule (FAS), dan pola distribusi
permintaan. Hautaniemi dan Pirtilla menggunakan ketiga criteria tersebut secara
bersamaan untuk memisahkan item-iem dalam klasifikasi A dan C. Tahap pertama.
Dipisahkan item-item dengan nilai penggunaan yang rendah (klas C), dan selanjutnya
barang dipisahkan yang SLT-nya lebih kecil dari FAS, terakhir mengelompokkannya
berdasarkan pola permintaan item. Dari prosedur pemisahan kelompok barang
tersebut, maka dihasilkan lima kelompok sediaan yang ada pada perusahaan yang
menerapkan job order system (assembly to order-ATO). Proses tersebut dapat
digambarkan pada table 1.
Page 7 of 14
Operations Management
C-Class
Kelompok 1
Tabel 1
Proses Pengklasifikasian Sediaan
Semua item
A-Class
SLT < FAS
SLT > FAS
Singular
Lumpy
demand
demand
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Continuous
deman
Kelompok 5
Page 8 of 14
Operations Management
Operations Management
dengan alasan bahwa perusahaan ini adalah sudah menggunakan system produksi
yang modern. Pokok persoalan yang diidentifikasi dan dianalsis untuk system MRP
pada kasus Siemen adalah; 1) kinerja organisasi sebelum dan sesudah menerapkan
system MRP, 2) tingkat penggunaan MRP, 3) penguraian masalah yang timbul dari
penerapan sistemMRP dan 4) keuntungan penerapan system MRP.
Pada penelitian ini, untuk mempertajam interview lebih mendalam, maka
level manager
prosedur yakni; 1) menganalisis pada kondisi penerapan focus pada system MRP, 2)
mengidentifikasi masalah dan pencarian solusinya, dan 3) evaluasi keuntungan.
b. Research Finding-Discussion
1). Lingkungan organisasi
Siemen Tele Industry SA didirikan sejak tahun 1964 dengan status perusahaan
join venture antara Siemen AG (70%) dan National Bank of Greece (30%).
Perusahaan ini sudah aktif selama 30 tahun untuk keahlian bidang sistem
telekomunikasi di Yunani.
Perusahaan merencanakan adanya on-line antara departemen pemasaran dan
perusahaan software computer di Atena dengan pusat Siemens AG di Munich,
Jerman.
Karakteristik utama untuk lingkungan internal organisasi; 1) fasilitas
perusahaan dimiliki sejak tahun 1971, 2) kualitas produk yang dihailkan tinggi dan
sudah menerapkan TQM dengan standard ISO 9000, 3) selalu melakukan pelatihanPage 10 of 14
Operations Management
Operations Management
Pada kasus ini digunakan sitem MRP dengan skema klasifikasi (Anderson,
et.al 1981). Klasifikasi system MRP yang digunakan adalah klasifikasi A, B, C dan D.
Untuk level A seperti karakteristik dari MRP II dan perencanaan strategi pengadaan,
untuk level B digunakan untuk membuat keputusan dari top management khusus
untuk prioritas dan perencanaan kapasitas, karakteristik perencanaan prioritas ada
pada level C, dan level D adalah system proses data. Pada kasus ini adalah
karakteristik level B dan C dalam hubungannya untuk tingkat pelaksanaan dan
pengimplementasian. Perencanaan kapasitas tidak digunakan dan MRP hanya
menggunakan perencanaan prioritas.
Page 12 of 14
Operations Management
dari pengembangan jadwal utama yang mengindikasikan waktu dan kualitas untuk
syarat penyelesaian setiap item.
4). Benefit
Penelitian pada kasus (penerapan MRP) ini keuntungan yang diperoleh
adalah; 1) penurunan persediaan, 2) pengurangan untuk bahan mentah dan biaya
persediaan, 3) peningkatan pelayanan pada konsumen, 4) kecepatan merespon
perubahan lingkungan pasar, dan 5) manjemen informasi yang bagus terus dengan
segara dapat mengakses setiap informasi.
C. Konklusi
Dari penjelasan pada jurnal 1, pemanfaatan metode MRP dalam manajemen
sediaan pada dasarnya tergantung pada kondisi lingkungan yang ada di perusahaan.
Setelah memahami bahwa penerapan MRP harus dilihat dalam konteks kondisi
lingkungan maka pembahasan berikutnya adalah membandingkan MRP dengan
pendekatan
sediaan
lainnya
seperti
Just
in Time,
Optimized
Production
Page 13 of 14
Operations Management
Page 14 of 14