Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. VICO (Virginia Indonesia Company) didirikan pada tahun
1958 oleh Roy M. Huffington. VICO merupakan perusahaan
pertama yang membawa LNG ke Indonesia. PT VICO Indonesia
beroperasi di Sanga-Sanga Kalimantan Timur meliputi wilayah
1.700 kilometer persegi selama lebih dari 40 tahun. Hal ini telah
menghasilkan lebih dari 12,6 TCF gas dan 0,4 miliar barel cair
dari produksi lapangan di Badak, Mutiara, Semberah, Nilam,
Pamaguan, Lampake dan Beras.
Salah satu bagian penting dalam proses produksi adalah
scrubber. Scrubber adalah bejana separator 2 fasa untuk
membersihkan cairan dari aliran gas. Scrubber terdiri dari
beberapa bagian salah satunya adalah Primary Separator Section,
berfungsi untuk mengurangi kecepatan masuk aliran fluida dan
juga berfungsi untuk memisahkan partikel cairan yang besar
dengan aliran gas. Namun pada primary separator section ini
sering terjadi overpressure yang berpotensi menimbulkan api dan
ledakan.
Safety Instrumented System (SIS) merupakan langkah suatu
system untuk mengurangi resiko dan mengembalikan sistem ke
keadaan aman ketika terjadi kecelakaan secara keseluruhan. SIS
terdiri dari 3 komponen yaitu sensor, logic solver dan final
elemen. Tingkat keandalan sebuah SIS dapat diketahui melalui
nilai Probability Failure on Demand (PFD). PFD merupakan
probabilitas kegagalan SIS dalam menjalankan Safety Instrument
Funcion (SIF). SIF mengacu pada fungsi tunggal sedangkan SIS
mengacu pada fungsi keseluruhan. Dari nilai PFD maka dapat
menentukan nilai SIL pada plant tersebut. Semakin besar SIL
maka semakin baik pula keamanannya
1.2 Permasalahan
Adapun rumusan masalah pada laporan ini adalah :
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sejarah VICO Indonesia
Tiga puluh tahun yang lalu perusahaan minyak
independen mendapat penemuan yang tidak disangka-sangka.
VICO Indonesia (sebelumnya dikenal sebagai HUFFCO) sedang
mencari minyak di Palungan Kutai di daerah delta Sungai
Mahakam, Kalimantan Timur. Sumur eksplorasi pertama ternyata
menemukan hidrokarbon. Namun bukan lapangan minyak seperti
yang mereka harapkan, akan tetapi kandungan gas alam yang
sangat besar. Setelah itu, masalahnya adalah bagaimana cara
memanfaatkan penemuan tersebut.
Kegiatan eksplorasi dimulai tiga tahun sebelumnya ketika
seorang tokoh perminyakan asal Texas Roy M. Huffington dan
pengusaha Virginia Jenderal Arch Sproul menandatangani
Contract Production Sharing dengan Pertamina yang mencakup
631.000 hektar daerah delta Sungai Mahakam, yang sudah lama
diduga sangat kaya akan cadangan minyak. Di dukung oleh mitra
usaha patungan Ultamar, Union Texas dan Universe Tankships,
mereka memulai bereksplorasi dan pada bulan Februari 1972
menemukan lapangan raksasa Badak. Hal ini merupakan tonggak
sejarah terbesar dalam kisah energi di Indonesia.
2.1.1 Sejarah Lapangan Badak.
Gas Badak terletak di tengah hutan rimba Kalimantan
bagian timur dan jarak dengan pasar terdekat sekitar seribu
mil lebih. Akan tetapi Huffington dan Sproul memiliki visi
yang sejalan dengan Mobil Oil Company (yang telah
menemukan lapangan gas terbesar di Arun) dan Direktur
Utama Pertamina Dr. Ibnu Sutowo, yaitu: mencairkan gas
alam dan mengangkut LNG yang dihasilkan dengan kapal
tanker khusus ke Jepang serta pasar-pasar lain yang haus
akan energi di wilayah Asia Pasifik. Dengan bantuan teknik
dan komersial HUFFCO beserta mitra- mitranya.
gambar
BAB III
DESAIN SISTEM INSTRUMENTASI SYSTEM (SIS)
PADA SCRUBBER 2640 PADA PLANT SAMBERAH
DI PT.VICO INDONESIA
3.1 Scrubber MT-V-1700
Scrubber MT-V-1700 adalah salah satu fuel gas scrubber
pada plant Mutiara Vico Indonesia. Scrubber adalah suatu bejana
separator dua fasa untuk membersihkan partikel non gas pada
aliran gas. Scrubber berfungsi untuk mengambil fasa liquid yang
terbawa dalam aliran gas agar didapat gas yang bebas liquid.
Scrubber biasanya dipasang pada pipa gas setelah separator
produksi, dan untuk selanjutnya gas dialirkan ke beberapa tempat
seperti kompressor.
16
yang ikut tersedot ke kompresor, maka kompresor akan rusak
karena partikel akan menabrak kompresor dengan tekanan dan
kecepatan tinggi bagaikan tembakan peluru.
Unit Scrubber MT-V-1700 pada perusahaan Vico Indonesia
yang berada di plant Mutiara adalah scrubber jenis packed tower
scrubber yang berkerja berdasar prinsip wet scrubber, pada Wet
scrubber,
arus
gas
kotor
dibawa
menuju
kontak
dengan liquid pencuci
dengan
cara
menyemprotkan,
mengalirkannya atau dengan metode kontak lainnya. Desain dari
alat kontrol polusi udara (termasuk Wet scrubber) tergantung pada
kondisi proses industri dan sifat alami polutan udara yang
bersangkutan. Wet scrubber membuang partikel dengan cara
menangkapnya dalam tetesan atau butiran liquid. Adapun
butiran liquid yang masih terdapat dalam arus gas pasca
pencucian selanjutnya harus dipisahkan dari gas bersih dengan
alat lain yang disebut mist eliminator atau entrainment
separator.Kemampuan Wet scrubber terbatas yaitu menyisihkan
partikel kurang dari 0.3 mikron. Ilustrasi packed tower scrubber
bisa dilihat di gambar 3.2.
17
Spesifikasi scrubber yang digunakan pada Vico Indonesia
yang terdapat pada plant Mutiara ditunjukan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Spesifikasi Scrubber MT-V-1700
Operating Pressure
250 Psig
Max.Allowable/Design Pressure
275 Psig
275 Psig
Operating Temperature
50 - 95 oF
Max.Allowable/Design
Temperature
125 oF
18
plant. BPCS digunakan pada lapisan pertama perlindungan plant
apabila terdapat kondisi tidak aman. BPCS berjalan baik dan
handal apabila pada proses pendesainan dari proses kontrol
dilakukan dengan metode yang benar. Apabila BPCS gagal
menjaga proses di plant, maka alarm akan berbunyi dan
membutuhkan operator untuk mengembalikan ke kondisi normal.
Apabila BPCS tidak berhasil dalam menangani masalah
keamanan, maka proses pengamanan plant akan menuju
perlindungan selanjutnya yaitu berupa Safety Integrated System
(SIS. Lapisan-lapisan perlindungan tadi disebut tindakan
Prevention atau pencegahan terhadap kecelakaan di plant.
Selain tindakan Prevention, pada gambar 3.3 juga
digambarkan tindakan Mitigation atau penanggulangan sebagai
saah satu jenis lapisan proteksi. Tindakan penanggulangan adalah
tindakan menghadapi kecelakaan yang apabila kecelakaan terjadi
atau lapisan Prevention gagal untuk menjaga proses tetap berjalan
normal maka kecelakaan tersebut tidak menyebar atau tidak
menimbulkan kerugian yang lebih besar. Pada Mitigation layer ini
terdapat Active protection layer yaitu lapisan yang berfungsi
untuk mengatasi kejadian seperti over preasure atau over flow.
Device ini biasanya adalah preasure relief valve atau preasure
safety valve yang apabila terjadi over flow atau over preasure
maka valve akan membuka sehingga merelase atau membuang
tekanan atau flow yang berlebihan. Hasil buangan dari more flow
dan more preasure ini kemudian dibakar di flare header. Apabila
Active protection layer gagal mengehentikan kecelakaan ini maka
akan ada Passive protection layer yang akan mencegah
kecelakaan meluas dan menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Passive protection layer ini biasanya berbentuk kolam atau
bangunan yang diharapkan menampung hasil kecelakaan
sehingga zat hasil kecelakaan ini tidak menyebar dan terbuang
sehingga mencemari lingkungan. Apabila layer proteksi tadi
masih tidak bisa menghentikan dampak kecelakaan pada plant
maka diperlukan tindakan evakuasi, Plant emergency response ini
adalah tindakan evakuasi pada orang-orang yang ada didalam
plant dan apabila dampak kecelakaan masih meluas makan
19
diperlukan Community emergency response yaitu evakuasi pada
masyarkat disekitar plant.
3.3 HAZOP
Hazard and Operability Study (HAZOP) adalah sebuah teknik
kualitatif untuk mengidentifikasi kemungkinan potensi bahaya
yang akan terjadi menggunakan serangkaian kata-kata panduan
atau guide words. HAZOP dapat digunakan secara praktis untuk
berbagai tahapan proses. Selain itu, dapat pula digunakan untuk
peralatan baru maupun peralatan yang telah terpasang
sebelumnya serta dapat digunakan untuk semua waktu.
Penggunaannya juga lebih luas, selain identifikasi dilakukan
terhadap mesin dan atau komponen yang akan dianalisis, metode
ini juga dapat digunakan untuk menentukan prosedur dan
instruksi suatu operasi, sehingga kegagalan yang berasal dari
faktor manusia dapat diidentifikasi.
Tujuan dari adanya metode HAZOP adalah untuk meninjau
suatu proses atau operasi pada suatu sistem secara sistematis, dan
untuk mengetahui apakah kemungkinan-kemungkinan adanya
penyimpangan dapat mendorong sistem menuju kecelakaan yang
tidak diinginkan atau tidak. Dalam melakukan HAZOP pada suatu
industri lama, terdapat dokumen-dokumen yang diperlukan,
antara lain:
Data Maintenance
Operating Instructions
20
3.4 Layer Of Protection Analysis (LOPA)
Layer Of Protection Analysis (LOPA) merupakan alat
semikuantitatif untuk menganalisa dan menilai resiko (Center for
Chemical Process Safety,2001). LOPA dapat secara efektif
digunakan pada tiap poin siklus dari sebuah proses atau fasilitas.
Input dari LOPA adalah skenario yang dperoleh dari identifikasi
potnsi bahaya. Tujuan utama LOPA adalah untuk memastikan
bahwa telah ada lapisan perlindungan yang sesuai untuk melawan
skenario kecelakaan. Skenario mungkin membutuhkan satu atau
lebih lapisan perlindungan tergantung pada kompleksitas proses
dan severity dari sebuah consequance. Untuk skenario yang
diberikan hanya satu lapisan perlindungan yang harus berhasil
bekerja mencegah consequance.
21
pertama perlindungan plant apabila terdapat kondisi tidak aman.
Apabila BPCS gagal, maka alarm akan berbunyi dan
membutuhkan operator untuk mengembalikan ke kondisi normal.
Apabila BPCS tidak berhasil dalam menangani masalah
keamanan, maka proses pengamanan plant akan menuju
perlindungan selanjutnya yaitu berupa Safety Integrated System
(SIS).[8]
22
sangat penting karena menyangkut kehandalan dari suatu system
terinstrumentasi. Standar sistem proteksi tidak hanya meliputi
teknologi yang digunakan, tingkat redundansi, kalibrasi ataupun
logika sistem. Ketika risk level yang dihadapi semakin besar
maka diperlukan sistem proteksi yang lebih baik untuk
mengendalikannya. Risk yang telah dihitung selanjutnya akan
dibandingkan dengan performansi pada suatu sistem proteksi.
Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan
performansi sistem tersebut adalah safety integraty level (SIL)
(Gulland,2004).[10]
Safety integrity Level (SIL) merupakan tingkat keamanan
dari suatu komponen instrument yang terkonfigurasi dengan
safety instrumented system (SIS). Seperti sensor, logic solver, dan
final element. Untuk dapat menentukan nilai SIL dari suatu
komponen maka terlebih dahulu mengetahui nilai laju kegagalan
yang kemudian dapat digunakan untuk menentukan nilai
Probability of Failure on Demand (PFD) [11]. Berikut ini
merupakan pengklasifikasian SIL berdasarkan nilai PFD yang
diperoleh berdasarkan standar IEC 615108.
Tabel 2. 5 Kriteria Penentuan SIL[12]
Safety Integrity
Probability of
Level
Failure on Demand
4
0,0001 0,00001
Risk Reduction
Factor
100.000-10.000
0,001 0,0001
10.000-1000
0,01 0,001
1000-100
0,1 0,01
100-10
23
(2.8)
Dimana :
= failure rate (laju kegagalan)
MTTF = Mean Time To Failure
Setelah diketahui nilai failure rate maka menentukan nilai
Probability Failure Demand. Probability of Failure on Demand
(PFD) dihitung berdasarkan persamaan :
(2.9)
Dimana:
PFD
Ti
24
kemungkinan terjadinya failure akan semakin kecil dan tingkat
penurunan resikonya semakin besar. Adapun untuk mendapatkan
data failure rate dapat diperoleh dengan beberapa cara
diantaranya adalah historical data, yaitu data diperoleh
berdasarkan data hasil maintenance suatu perusahaan atau
commercial failure rate data, yaitu data diperoleh dari database
failure rate seperti salah satunya adalah OREDA (Offshore
Reliability Data)
3.8 Metode Risk Graph
Metode risk graph adalah metode kualitatif. Metode ini dapat
menentukan nilai SIL dengan analisa sederhana berdasarkan pada
faktor kegagalan pada proses dan sistem kontrol. Metode ini
seperti grafik pohon yang mempresentasikan satu faktor resiko
dan cabang nilai-nilai yang berbeda. Grafik resiko bertujuan
untuk membuat sebuah skenario bahaya berdasarkan pada
parameter yang mewakili faktor-faktor resiko.
25
dirancang dan dites untuk memenuhi target SIL (Safety Integrity
Level). Diagram blok SIF digambarkan sbb:
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dan pembahasan yang telah
dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Dari analisis bahaya menggunakan metode HAZOP diperoleh
level tingkat bahaya dengan kategori high risk sebanyak 1,
kategori moderate risk sebanyak 9, dan minor risk sebanyak 1.
b. Perhitungan nilai SIL yang telah dilakukan pada BPCS dengan
perhitungan nilai PFD rata-rata sebesar 0. 16974 dan masuk
dalam kategori NO SIL , dengan risk reduction factor 3.35
masih di bawah 10 yang menunjukkan bahwa keandalan
sistem masih rendah.
c. Peningkatan SIL dari SIL 0 menjadi SIL 1 dengan PFD 0.0744
melalui penambahan instalasi LT-1401 yang mempunyai
kategori high risk dengan instalasi secara redundant dan
perhitungan menggunakan persamaan pada konfigurasi 1oo2.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan keamanan
sistem boiler yaitu :
a. Untuk meningkatkan SIL pada boiler, sistem dapat
ditambahkan dengan SIS, sehingga ketika terjadi bahaya yang
sudah tidak dapat ditangani BPCS, sistem masih bisa
diamankan.
b. Pencatatan data logsheet sebaiknya terekam secara histori pada
Microsoft Excel dan jadwal maintenance ditambahkan dengan
waktu finishing untuk memudahkan segala perhitungan yang
berhubungan dengan proses boiler.
26
27
28
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kristianingsih, Luluk. ANALISIS SAFETY SYSTEM DAN
MANAJEMEN RISIKO PADA STEAM BOILER PLTU DI
UNIT 5 PEMBANGKITAN PAITON, PT. YTL.Surabaya:
Tugas Akhir Program Sarjana Teknik Fisika Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. 2013
[[2] Satriya,Azi.2014. Pipa Boiler PLTU Kanci Kabupaten
Cirebon Meledak.http://rri.co.id. Diakses pada tanggal 17
Januari 2015 pukul 20.45
[3] Coal Fire
Manufactured.
Boiler
Packaged.
American
Boiler
29
[10] Gulland, H.G.14 April 2004. Methods of Determining
Safety Integrity Level (SIL) Requirements - Pros and Cons. 4
Sight Consulting
[11] ISA, Safety Instrumented Functions(SIF)-Safety
Integrity Level (SIL) Evaluation Texhniques Determining the
SIL of a SIF via Fault Tree Analysys, Research Triangle Park,
North Carolina 27709: United States of America, 2002.
[12] IEC 611508/61511. 2007. Manual Safety Integrity Level
(SIL). Pepperl+Fuchs