Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Sistem peradilan di Indonesia menganut pemeriksaan dalam dua tingkatan
yakni pemeriksaan tingkat pertama yang dilakukan oleh pengadilan tingkat pertama
dan pemeriksaan tingkat kedua yaitu merupakan pemeriksaan ulang yang dilakukan
oleh pengadilan tinggi. pengadilan tingkat pertama sendiri yaitu Pengadilan Negeri
(PN), Pengadilan Agama, Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), Pengadilan Militer
sedang pengadilan tinggi tingkat kedua yaitu Pengadilan Tinggi (PT), Pengadilan
Tinggi Agama, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT TUN), dan Mahkamah
Tinggi Militer.
Upaya hukum merupakan hak dari pihak yang dikalahkan untuk tidak
menerima putusan pengadilan, yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau
hak untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali dalam hal menurut cara yang
diatur oleh undang-undang. Upaya hukum terhadap putusan pengadilan ialah usaha
untuk mencari keadilan pada tingkat pengadilan yang lebih tinggi dari pengadilan
yang menjatuhkan putusan tersebut.
Upaya hukum bukanlah dimaksudkan untuk memperlama penyelesaian
sengketa suatu perkara, apalagi dimakudkan untuk mengenyampingkan kepastian
hukum. Namun, upaya hukum diperlukan karena hal ini merupakan hak dari masingmasing pihak untuk memberi kepastian bagi dirinya melalui cara yang telah di
akomodasi oleh undang-undang. Bagaimanapun tidak bisa dinafikan bahwa hakim
ialah soso manusia yang juga dekat dengan kesalahan, dapat bersifat subjektif, tak
jarang pula dapat memihak salah satu pihak dan tak urung membuyarkan kepastian
dari putusan yang dijatuhkan.
Dengan tersedianya upaya hukum, putusan yang telah dijatuhkan oleh hakim
masih dimungkinkan diperiksa ulang ketepatannya. Dalam hal peradilan Tata Uaha
Negara, beberapa cara diatur guna upaya hukum.
Terdapat beberapa upaya hukum yang dapat ditempuh oleh para pihak dalam
lingkungan peradilan tata usaha negara, baik terhadap putusan pengadilan yang belum
mempunyai kekuatan hukum tetap, maupun terhadap putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
Sarana-sarana perlindungan hukum terhadap Putusan Pengadilan Tata Usaha
Negara, meliputi:
1. Perlawanan terhadap penetapan Ketua Pengadilan terhadap penolakan gugatan
melalui prosedur dismisal (rapat permusyawaratan para hakim).
2. Banding kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (Pasal 122 vide pasal
130).
tidak dapat diajukan oleh yang bersangkutan, walaupun tenggang waktu untuk
mengajukan permohonan pemeriksaan banding belum lampau (Pasal 129).
B. Kasasi
Terhadap putusan pengadilan tingkat banding dapat dilakukan upaya hukum
Kasasi ke Mahkamah Agung RI. Pemeriksaan ditingkat Kasasi diatur dalam pasal
131, yang menyebutkan bahwa pemeriksaan tingkat terakhir di Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara dapat dimohonkan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung.
Untuk acara pemeriksaan ini dilakukan menurut ketentuan UU No.14 Tahun 1985 Jo.
UU No. 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung.
Menurut Pasal 55 ayat (1) UU Mahkamah Agung, pemeriksaan kasasi untuk
perkara yang diputus oleh Pengadilan dilingkungan Pengadilan Agama atau oleh
pengadilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dilakukan menurut ketentuan
UU ini. Dengan demikian sama halnya dengan ketiga peradilan yang lain, yaitu
Peradilan Umum, Peradilan Agama, dan Peradilan Militer, maka Peradilan Tata
Usaha Negara juga berpuncak pada Mahkamah Agung.
Untuk dapat mengajukan permohonan pemeriksaan di tingkat kasasi, Pasal 143
UU No 14 Tahun 1985 menentukan bahwa permohonan kasasi dapat diajukan jika
pemohon terhadap perkaranya telah menggunakan upaya hukum banding, kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang.
Menurut Pasal 46 ayat (1) UU No 14 Tahun 1985, permohonan pemeriksaan
di tingkat kasasi harus diajukan dalam tenggang waktu 14 hari setelah putusan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara diberitahukan kepada pemohon. Apabila
tenggang waktu 14 hari tersebut telah lewat tanpa ada permohonan kasasi yang
diajukan oleh pihak yang berperkara, maka menurut Pasal 46 ayat (2) UU Nomor 14
Tahun 1985 ditentukan bahwa pihak yang berperkara dianggap telah menerima
putusan.
Mengingat pemberitahuan adanya putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara itu dilakukan dengan menyampaikan salinan putusan Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara dengan surat tercatat oleh Panitera kepada penggugat atau tergugat,
maka perhitungan 14 hari itu dimulai esok harinya setelah penggugat atau tergugat
menerima surat tercatat yang dikirim oleh Panitera yang isinya salinan putusan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.
Alasan pengajuan kasasi sebagaimana tertuang dalam Pasal 30 ayat (1) UU No 14
Tahun 1985 jo UU No 5 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa MA dalam tingkat
kasasi membatalkan putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua
lingkungan peradilan, karena:
Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundangundangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang
bersangkutan.
C. Peninjauan Kembali
Sementara itu apabila masih ada diantara para pihak masih belum puas terhadap
putusan Hakim Mahkamah Agung pada tingkat Kasasi, maka dapat ditempuh upaya
hukum luar biasa yaitu Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung RI. Pemeriksaan
Peninjauan Kembali diatur dalam pasal 132, yang menyebutkan bahwa :
Ayat (1) : Terhadap putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap dapat diajukan permohonan Peninjauan Kembali pada Mahkamah Agung.
Ayat (2) : Acara pemeriksaan Peninjauan Kembali ini dilakukan menurut
ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) UU No. 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung.
Dengan mengikuti ketentuan yang terdapat dalam Pasal 67 UU No 14 Tahun
1985, dapat diketahui bahwa permohonan peninjauan kembali terhadap putusan
perkara sengketa TUN yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, hanya dapat
diajukan berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
-
Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak
lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada buktibukti baru yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu;
Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih daripada
yang dituntut;
Apabila antara pihak-pihak yang sama, mengenai suatu hal yang sama, atas
dasar yang sama, oleh pengadilan yang sama atau sama tingkatnya telah
diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lain;
Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata.
KESIMPULAN
Pada dasarnya dalam proses pengadilan di Indonesia, para pihak yang
bersengketa apabila telah berkekuatan hukum tetap dapat mengajukan suatu tindakan
untuk mendapatkan suatu keputusan lebih. Tindakan tersebut dinamakan Upaya
Hukum.
Ada empat macam dari upaya hukum dalam lingkungan peradilan tata usaha
negara, yaitu penolakan terhadap rapat dismisal, banding kepada Pengadilan Tinggi
TUN, Kasasi kepada Mahkamah Agung, dan peninjauan kembali.
Masing-masing upaya hukum tertera dalam UU no.5 tahun 1986, terdapat
pada pasal 122-130 tentang Banding di PTTUN, pasal 131 tentang Kasasi di MA, dan
pasal 132 tentang Peninjauan Kembali.
DAFTAR PUSTAKA