You are on page 1of 7

A.

Penelitian Deskriptif
1. Rancangan Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuanmelakukan deskripsi
mengenai fenomena yang ditemukan, baik yang berupa factor resiko maupun efek
atau hasil. Fenomena hasil penelitian disajikan secara apa adanya, peneliti tidak
mencoba menganalisa bagaimana dan mengapa fenomena tersebut dapat terjadi oleh
karena itu penelitian deskriptif tidak perlu ada hipotesis. Contoh penelitian deskriptif:
survey angka kesakitan dan kematian di suatu daerah, atau gambaran klinis dan
laboratorium penyakit atau sindrom. Laporan hasil terapi yang dilakukan tanpa
control juga di pandang sebagai laporan deskriptif.
2. Rancangan Penelitian Analitik
Pada penelitian analitik peneliti mencoba mencari hubungan antar variable. Pada
penelitian ini dilakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan, karena itu pada
penelitian analitik perlu di buat hipotesis.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa data yang dikumpulkan pada penelitian
deskriptif sering dipakai untuk, atau dilanjutkan dengan, melakukan penelitian
analitik. Jadi jikalau kita akan melakukan penelitian terhadap suatu penyakit yang
datanya masih terlalu sedikit, sebaikan dilakukan penelitian deskriptif lebih dahulu,
kemudian data dasarnya dipakai untuk menyusun latar belakang serta hipotesis untuk
penelitian analitik.
Desain penelitian analitik observasional pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu:
a. Penelitian cross sectional.
b. Penelitian kasus-kontrol.
c. Penelitian kohort.
Telah dikemukakan bahwa klasifikasi jenis disain penelitian sangat beragam; tiap
ahli membuat klasifikasinya sendiri, kadang dengan mengabaikan klasifikasinya
yang di buat oleh orang lain. Klasifikasi yang sederhana dan banyak dipakai pada
studi epidiomologi maupun penelitian kedokteran klinis yang kami anjurkan untuk
dipakai.
Pembagian tersebut didasarkan pada ada atau tidaknya intervensi ataupun
manipulasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap subjek penelitian. Pada studi
eksperimental peneliti melakukan manipulasi terhadap satu atau lebih variable ubjek
penelitian dan kemudian memplajari efek perlakuan tersebut, sedangkan pada studi

observasional ia melakukan pengamatan ataupengukuran terhadap pelbagai variable


subjek penelitian menurut keadaan alamiah, tanpa melakukan manipulasi atau
intervensi.
Perlu sedikit dijelaskan tentang makna kata intervensi dalam kontek ini. Yang
dimaksud dengan intervensi disini adalah perlakuan yang dilakukan peneliti terhadap
subyek penelitian, dan hasil perlakuan tersebut di amati, diukur dan dianalisis. Bila
dalam pelaksanaan suatu penelitian peneliti melakukan tindakan atau intervensi,
namun efek intervensi tersebut tidak diukur , hal tersebut bukan suatu studi
intervisional. Sebagai contoh, seorang ahli bedah yang melakukan intervensi bedah
untuk mengambil batu empedu, dan meneliti komposisi batu empedu yang
diambilnya,tidak dikatakan melakukan penelitian intervisional.

DISAIN
PENELITIAN

OBSEVASIONAL
1. Laporan Kasus
2. Seri kasus
3. Studi cross-sectional
4. Studi kasus control
5. Studi kohort

INTERVENSIONAL
1. Uji klinis.
2. Intervensi :
a. Pendidikan
b. Prilaku
c. Kesehatan
d. Masyarakat

a. Penelitian Obesevasional
1) Laporan Kasus dan Seri Kasus
Banyak ahli yang tidak menganggap bahwalaporan kasus
dan seri kasus ini sebagai suatu penelitian. Dasar pendapat tersebut
dapat kita pahami, mengingat filosofi dasar penelitian: the essence
of researchis comparison. Dari laporan kasus seri kasus kita tidak
dapat menilai terdaptanya hubungan sebab-akibat, karena
dilakukan tanpa menggunakan control. Bila pada pelaporan kasus
dikemukakan adanya gejala efek samping terhadap sejenis obat

baru, hal itu harus ditanggapi secara berhati-hati karena factor


peluang (chance) disini sangat besartetatpi efek samping pada
laporan kasus merupakan dokumentasi yang sangat berharga, oleh
karena dapat menggugah kita untuk waspada terhadap
kemungkinan efek samping tersebut memberi stimulasi untuk
melakukan penelitian lanjut.
Banyak laporan kasus atau seri kasus pada masa lampau
yang kemudian membuahkan penmuan penyakit baru. Misalnya
laporan kasus oleh Richard Bright pada tahun 1827 membuahkan
penyakit glomerulonefritis yang pada saat ini ternyata sangat
beraneka-ragam jenisnya. Laporan William Heberden tahun 1772
mengenai sakit dada pada sejumlah kasur akhirnya membuahkan
penyakit angina pectoris. Bahkan akhir-akhir ini suatu laporan seri
kasus yaitu 5 kasus homoseksual yang menderita pneumonia akibat
Pneumocytis carinii pada tahun 1980-1981, pada akhirnya
membuahkan penemuan penyakit AIDS sebagai penyakit yang
baru muncul ke permukaan dunia kedokteran.
Salah satu bentuk laporan seri kasus yang sering dilakukan
adalah pengaruh pengobatan/prosedur atau tindakan pengobatan
pada sejumlah kasus. Laporan semacam ini meskipun dilakukan
pada lebih 50 kasus, tidak mempunyai nilai yang besar didunia
penelitian, oleh karena tidak dilakukan dengan control. Penelitian
semacam ini hanyalah memberi petunjuk mengenai kemungkinan
efek baik obat tersebut beberapa efek samping, atau komplikasi
yang dapat timbul dalam pemakian sesuatu obat atau prosedur.
Seharusnya penelitian semacam ini di lanjutkan dengan penelitian
ekspremental untuk benar-benar membuktikan adnya efek obat
atau prosedur tersebut.
Tidak jarang suatu laporan kasus yang mengesankan
terdapatnya efek terapi obat atau prosedur pengobatan, setelah
dilakukan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan baik
ternyata hasilnya lain. Contohnya adalah penggunaan obat
imunosupresif imuran pada sindrom nefrotik relapsfrekuen; obat
tersebut mulainya dilaporkan efektif, namun setelah dilakukan
studi eksperimental (uji klinis) oleh ISKDC (International Study
Of Kidney Disease in Children) secara kolaboratif, ternyata pasien
yang diberi imuran hasilnya sama dengan kelompokmkontrol yang

tidak diberikan imuran, sehingga disimpulkan bahwa penggunaan


imuran pada pasien sindrom nefrotik yang sering mengalami relaps
adalah tidak efetkif.
2) Penelitian Cross Sectional
Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan
observasi atau pengukuran variable pada suatu saat. Kata satu saat
disini bukan berarti semua subjek diamati tepat pada saat yang
sama, tetepi artinya tiap subjek dilakukan pada saat pemeriksaan
tersebut. Jadi pada studi cross sectional peneliti tidak melakukan
tidak lanjut.
Desain cross sectional dapat dipergunakan peneitian
deskriptif, namun juga dapat untuk penelitian analitik.
Contoh penelitiian cross sectional deskriptif
a) Penelitian persentase bayi yang mendapat asi ekslusif di suatu
komunitas
b) Penelitian prevelan asma pada anak sekolah di Jakarta
c) Penelitian nilai norma laboratirium pada remaja
Contoh penelitian cross sectional analitik:
a) Perbedaan proposal pemberian asi ekslusif berdasar pada
pelbagi tingkat pendidikan ibu
b) Perbedaan kolestrol siswa SMP daerah kota dan desa
c) Perbedaan prevanlansi asma antara siswa lelaki denga
perempuan
d) Peran factor dalam terjadinya penyakit tertent
Dalam study analitik cross sectional yang mempljari
hubungan
antara factor resiko dengan penyakit (efek),
observasi atau pengukuran terhadap variable bebas (factor
resiko) dan variable tergantung (efek) dilakukan dalam waktu
yang bersamaan. Dari pengukuran tersebut maka diketahui
jumlah subyek maupun pada kelompok tanpa factor resiko
3) Studi Kasus-Kontrol
Berbeda dengan studi cross sectional, pada studi kasus
control obsevasi atau pengukuran variable bebas dan tergantung
tidak dilakukan pada saat yang sama. Pada desain ini peneliti
melakukan pengukuran variable pengukuran variable tergantung,
yakni efek, sedang variable bebasnya dicari secara retrospektif;
karena itu studi kasus kontrol dapat dianggap sebagai studi

longitudinal; variable subjek tidak hanya diobservasi pada suatu


saat tetetapi diikuti pada periode tertentu.
Seperti telah disebut, pada studi kasus-kontrol dilakukan
identifikasi subjek(kasus) yang terkena penyakit(efek), kemudian
diikuti secara retrospektif ada atau tidak adanya factor resiko yang
diduga berperan. Sebagai control dipilih subyek yang berasal dari
populasi yang karakteristiknya sama dengan kasus, dan hanya
berbeda dalam hal terdapatnya penyakit atau kelainan yang akan
diteliti. Kontrol dapat dipilih dengan cara serasi (matching) atau
maching.
Seperti pada studi cross sectional, hasil pengukuran pada
studi kasus-kontrol biasanya disusun dalam table 2 x 2 . Hubungan
sebab akibat factor resiko dan efek diperoleh secara tidak
langsung, yakni dengan menghitung resiko relative yang dalam
studi kasus studi-kontrol dinyatakan sebagai resiko odds (odds
ratio). Odds adalah perbandingan antara peluang terjadinya sesuatu
dengan peluan untuk tidak terjadinya sesuatu; misalnya peluang
petinju Muhamad Ali untuk menang melan Joe Fraizer adalah
75%, maka Odds Muhamad Ali untuk menang 75% : 25% =3
Rasio odds menunjukan besarnya peran factor resiko yang
diteliti terhadap terjadinya penyakit (efek). Resiko odds sama
dengan 1 menunjukan bahwa factor yang diteliti tidak merupakan
resiko untuk terjadinya efek; rasio yang lebih dari 1 menunjukan
bahwa benar factor tersebut menyebabkan efek, sedang rasio odds
yang kurang dari 1 menunjukan bahwa factor yang diteliti tersebut
bukan merupakan resiko, melainkan bersifak protektif. Dalam
penelitian ini perlu diperhatikan interval kepercayaan rasio odds.
4) Penelitian Kohort
Berlawan dengan studi kasus-kontrol yang mulai dengan
identifikasi efek, pada enelitian kohort yang diidentifikasi dulu
adalah kausnya, kemudian subyek diikuti secara prospektif selama
periode tertentu untuk mencari ada tidaknya efek. Pada penelitian
kohort murni, yang diikuti adalah subjek yang belum mengalami
efek. Sebagian subyek tertresebut secara ailmiah akan mengalmi
perjalanan terhadap factor resiko tertentu, sebagian lain tidak
terpajan menjadi control dalam keadaan ini, karena kedua
kelompok berangkat dari populasi yang sama, maka keduanya
akan sebanding (comparable) kecuali dalam hal terdapatnya

pejanan terhadap factor resiko. Kedua kelompok ini kemudian


diikuti selama periode waktu tertentu dan ditentukan apakah terjadi
efek.
Hasil pengamatan studi kohort juga disusun dalam table
2x2. Dari table tersebut dapat ditentukan insidens terjadinya efek
pada kelompok terpajan dan kelompok control. Selanjutnya dapat
dihitung resiko relative, atau resiko insidens, yakni perbandingan
antara insidens efek pada kelompok dengan factor resiko dengan
insidens efek pada kelompok tanpa risiko. Risiko relative
menggambarkan peran factor yang diteliti terhadap terjadinya
penyait ; bila nilai resiko relative = 1 maka factor yang diteliti
bukan merupakan factor risiko, nilai yang lebih dari 1 menunjukan
bahwa factor tersebut merupakan factor risiko, sedang nilai yang
kurang dari 1 menunjukan bahwa factor yang diteliti tersebut
bersifat protektif. Dalam melakukan interprestasi terhadap risiko
relative tersebut harus diperhatikan interval kepercayaannya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa risiko relative yang besar
menunjukan asosiasi yang kuat.

3. Penelitian Eksperimental
Studi eksperimental , sering pula disebut studi intervensional, adalah salah satu
rancangan penelitian yang dipergunakan ntuk mencari hubungan sebab-akibat.
Dibandingkan dengan studi observasional, studi eksperimental ini mempunyai kapasitas
asosiasi yang lebih tinggi. Kesimpulan adanya hubungan sebab-akibat pada studi
observasional, baik berupa penelitian cross sectional, kasus-kontrol, maupun kohort
hanya sampa pada tingkat dugaan atau dugaan kuat dengan landasan teori atau telaah
logis yang dilakukan pene;iti, pada studi ekspremental asosiasi sebab-akibat lebih tegas
dan lebih nyata, tetapi studi ini pada umumnya mahal dan pelaksanaannya rumit,
sehingga pengguanaannya lebih terbatas.
Di dalam klinik, studi ekspremental sering dilakukan, yang berupa uji klinis
untuk melihat efek terapeutik obat atau procedure pengobatan. Di lapangan, studi
ekspremental serig dilakukan dalam bentuk trial komunikasi misalnya penelitian
pengaruh misalnya penelitian pengaruh penyuluhan pembersihan air tergenang disekitar

rumah terhadapdisekitar rumah terhadap insidens demam berdarah dengue disuatu


daerah.

You might also like