You are on page 1of 17

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1

Definisi
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau

ketidakseimbangan zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, aktifitas, dan


semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Gizi kurang banyak terjadi pada
anak usia kurang dari 5 tahun (Afriyanto, 2010).
3.2

Peranan Gizi
Gizi merupakan faktor penting bagi kesehatan dan kecerdasan anak. Gizi

penting bagi anak tidak hanya dimulai semenjak anak lahir, tetapi sejak dalam
kandungan. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, cacat
bawaan, dan melahirkan bayi dengan berat badan rendah yang dapat
menyebabkan kelainan di masa mendatang. Penelitian menunjukkan bahwa anak
yang dikandung oleh ibu yang kurang gizi banyak mengalami pertumbuhan otak
dan tubuh yang buruk. Sel-sel otak dapat berkurang secara permanen. (Widodo,
2009)
Tubuh membutuhkan gizi dalam jumlah dan ragam yang sesuai untuk dapat
tumbuh optimal. Ukuran umum kebutuhan gizi dikenal dengan istilah Angka
Kecukupan Gizi (AKG), yang berbeda-beda pada setiap orang karena perbedaan
umur dan berat badan. Pemenuhan gizi yang tepat adalah gizi seimbang, yaitu
terpenuhinya bermacam-macam zat gizi sesuai jumlah yang dibutuhkan. (Widodo,
2009)

3.2.1 Peranan Gizi Bagi Perkembangan Otak dan Motorik


19

a. Peranan Gizi terhadap Perkembangan Otak


Apabila asupan makanan balita tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang
dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung lama, akan dapat mengakibatkan
perubahan metabolisme dalam otak sehingga otak tidak mampu berfungsi secara
normal. Apabila kekurangan gizi ini tetap berlanjut dam semakin berat maka akan
menyebabkan pertumbuhan badan balita terhambat, badan lebih kecil diikuti
dengan ukuran otak yang juga kecil sehingga jumlah sel dalam otak berkurang.
Keadaan ini yang dapat berpengaruh pada kecerdasan anak. (Febry, 2013)
b. Peranan Gizi Terhadap Perkembangan Motorik
Kekurangan gizi pada balita dapat mengakibatkan keterlambatan
perkembangan motorik yang meliputi perkembangan emosi, tingkah laku.
Umumnya anak akan mengisolasi dirinya, apatis (hilang kesadaran), pasif dan
tidak mampu berkonsentrasi. Akhirnya perkembangan kognitif anak akan
terlambat. Perilaku ini dapat dilihat pada anak-anak yang menderita Kurang
Energi Protein (Febry, 2013).
3.3

Kebutuhan Gizi
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk

memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi


ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktifitas, berat badan dan tinggi badan. Antara
asupan zat gizi dan pengeluaranya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh
status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak
setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Proverawati,
2009).

13

a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang
dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhanya masih sangat pesat.
Kecukupanya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhanya

relatif

lebih

besar

daripada

orang

dewasa.

Namun

jika

dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhanya
relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan
bertambanhya usia. Makanan balita seharusnya berpedoman pada gizi yang
seimbang serta harus memenuhi standar kecukupan gizi balita. Gizi seimbang
merupakan keadaan yang menjamin tubuh memperoleh makanan yang cukup dan
mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang dibutuhkan. Dengan gizi
seimbang maka pertumbuhan dan perkembangan balita akan optimal dan daya
tahan tubuhnya akan baik sehingga tidak mudah sakit. (Febry, 2013)
3.4

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Gizi Kurang Pada Balita


Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh yaitu:

a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain :
1. Ketersediaan pangan ditingkat keluarga

14

Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan ditingkat keluarga, hal ini
sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan yang dikonsumsi oleh setiap
anggota keluarga untuk mencapai gizi baik dan hidup sehat. Jika tidak cukup bisa
dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga tidak terpenuhi. Padahal makanan
untuk anak harus mengandung kualitas dan kuantitas cukup untuk menghasilkan
kesehatan yang baik.
2. Pola asuh keluarga
Yaitu pola pendidikan yang diberikan pada anak-anaknya. Setiap anak
membutuhkan cinta, perhatian, kasih sayang yang akan berdampak terhadap
perkembangan fisik, mental dan emosional. Pola asuh terhadap anak berpengaruh
terhadap timbulnya masalah gizi. Perhatian cukup dan pola asuh yang tepat akan
memberi pengaruh yang besar dalam memperbaiki status gizi. Anak yang
mendapatkan perhatian lebih, baik secara fisik maupun emosional misalnya selalu
mendapat senyuman, mendapat respon ketika berceloteh, mendapatkan ASI dan
makanan yang seimbang maka keadaan gizinya lebih baik dibandingkan dengan
teman sebayanya yang kurang mendapatkan perhatian orang tuanya.
3. Kesehatan lingkungan
Masalah gizi timbul tidak hanya karena dipengaruhi oleh ketidak
seimbangan asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi oleh penyakit infeksi.
Masalah kesehatan lingkungan merupakan determinan penting dalam bidang
kesehatan. Kesehatan lingkungan yang baik seperti penyediaan air bersih dan
perilaku hidup bersih dan sehat akan mengurangi resiko kejadian penyakit infeksi.
Sebaliknya, lingkungan yang buruk seperti air minum tidak bersih, tidak ada

15

saluran penampungan air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik dapat
menyebabkan penyebaran penyakit. Infeksi dapat2menyebabkan kurangnya nafsu
makan sehingga menyebabkan asupan makanan menjadi rendah dan akhirnya
menyebabkan kurang gizi.
4. Pelayanan kesehatan dasar
Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan tindak lanjut berupa
konseling, terutama oleh petugas kesehatan berpengaruh pada pertumbuhan anak.
Pemanfaatan fasilitas kesehatan seperti penimbangan balita, pemberian suplemen
kapsul vitamin A, penanganan diare dengan oralit serta imunisasi.
5. Budaya keluarga
Budaya berperan dalam status gizi masyarakat karena ada beberapa
kepercayaan seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur
tertentu yang sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh
kelompok umur tertentu. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu
kebiasaan makan masyarakat yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsipprinsip ilmu gizi. Misalnya, terdapat budaya yang memprioritaskan anggota
keluarga tertentu untuk mengonsumsi hidangan keluarga yang telah disiapkan
yaitu umumnya kepala keluarga. Apabila keadaan tersebut berlangsung lama
dapat berakibat timbulnya masalah gizi kurang terutama pada golongan rawan gizi
seperti ibu hamil, ibu menyusui , bayi dan anak balita.

6. Sosial ekonomi

16

Banyaknya anak bayi dan balita yang kurang gizi dan gizi buruk di
sejumlah wilayah di tanah air disebabkan ketidaktahuan orang tua akan
pentingnya gizi seimbang bagi anak balita yang pada umumnya disebabkan
pendidikan orang tua yang rendah serta faktor kemiskinan. Kurangnya asupan gizi
bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau
makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial
ekonomi yaitu kemiskinan. Faktor karakteristik keluarga yang menjadi
pertimbangan dan dapat mempengaruhi hasil adalah pendapatan keluarga dan
tingkat pendidikan ibu. (Rahardjo, 2012)
7. Pendidikan
Tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan
meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga
dapat meningkatkan daya beli makanan (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, 2009)
8. Geografi dan Iklim
Geografi dan iklim berhubungan dengan jenis tumbuhan yang dapat
hidup sehingga berhubungan dengan produksi makanan (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2009).
b. Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi antara lain :

1. Usia

17

Usia akan menpengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki


orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita.
2. Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia,
semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang
buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk adalah sangat rawan, karena
pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.
3. Infeksi
Infeksi

dapat

menyebabkan

kurangnya

nafsu

makan

sehingga

menyebabkan asupan makanan menjadi rendah yang akhirnya menyebabkan


kurang gizi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2009).
Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri
maupun bersamaan, yaitu:
a. Penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya
absorbsi, dan kebiasaan mengurangi makan pada pada saat sakit.
b. Peningkatan kehilangan cairan /zat gizi akibat penyakit diare, mual/muntah dan
perdarahan yang terus menerus.
c. Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit
(human host) dan parasit yang terdapat dalam tubuh. (Supariasa, 2012)
3.5

Penyebab Gizi Kurang


Pada umumnya kekurangan gizi sering diidentikkan dengan konsumsi

makanan yang tidak mencukupi kebutuhan atau anak sulit untuk makan.
Sebenarnya, ada berbagai penyebab yang menjadikan seorang anak dapat

18

mengalami kekurangan gizi. Berikut ini penyebab kekurangan gizi yang biasa
terjadi. (Widodo, 2009)
a.

Konsumsi makanan yang tidak mencukupi

b.

Peningkatan penngeluaran gizi dari dalam tubuh

c.

Kebutuhan gizi yang meningkat pada kondisi tertentu

d.

Penyerapan makanan dalam sistim pencernaan yang mengalami gangguan

e.

Gangguan penggunaan gizi setelah diserap

3.6

Gangguan Akibat Gizi Kurang


Gangguan akibat kekurangan gizi bergantung pada zat gizi yang

mengalami kekurangan, tetapi secara umum gangguan tersebut meliputi hal


berikut :
a.

Badan lemah, kurang energi untuk melakukan aktivitas.

b.

Penurunan ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit infeksi, misalnya

menjadi mudah terserang flu, diare dan borok kulit. Pada penderita penyakit
infeksi tertentu, penyakit tersebut menjadi tidak sembuh atau bahkan bertambah
parah.
c.

Pertumbuhan badan terhambat, terutama pada anak-anak tampak pada

pertambahan berat badan, otot lembek, dan rambut mudah rontok.


d.

Kemampuan berpikir dan perkembangan mental terhambat sehingga

seseorang tampak bodoh dan mental yang kurang wajar, seperti mudah panik,
tidak peduli, gampang tersinggung, mudah marah, dan cepat putus asa. (Widodo,
2009)
3.7

Faktor Tidak Langsung yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi

19

Ada beberapa faktor tidak langsung yang mendorong terjadinya gangguan


gizi antara lain:
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan
bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga,
khususnya makanan anak balita.
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang
tidak baik terhadap bahan makanan itu. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi
bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein di beberapa
daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil
membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan,
telur, ayam dan jenis makanan protein lainya memberi pengaruh buruk untuk anak
kecil. Anak yang terkena diare malah di puasakan (tidak diberi makanan). Cara
pengobatan ini seperti ini akan memperburuk gizi anak.
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau
disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh
semua zat gizi yang diperlukan.
e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat

20

Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang


menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang
baru telah lahir. Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima
makanan pengganti ASI, dengan penghentian pemberian ASI akan lebih cepat
mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk. Karena alasan
inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan gizi juga perlu dilakukan usaha
untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang
disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut
menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas
maupun jumlah makanan.
g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya
dipakai untuk pertumbuhan. Penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi
adalah : diare, ISPA, tuberculosis, campak, dan cacingan. (Marimbi, 2010)
3.8

Penanggulangan Masalah Gizi Kurang


Penanggulangan masalah gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu antar

departemen dan kelompok profesi, melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan


pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status
sosial ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta peningkatan
teknologi hasil pertanian dan teknologi hasil pangan. Semua upaya ini bertujuan

21

untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang beraneka


ragam dan seimbang dalam mutu gizi. (Almatsier, 2009)
Upaya penanggulangan masalah gizi kurang antara lain :
a.

Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional

b.

Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga

c.

Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan

d.

Peningkatan upaya keamanan panganan dan gizi

e. Peningkatan komuikasi, informasi dan edukasi dibidang pangan dan gizi


masyarakat
f.

Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk


pangan yang bermutu

g. Pemberian makanan tambahan (PMT)


h. Peningkatan kesehatan lingkungan.
3.9

Macam Macam Status Gizi


a.

Klasifikasi Status Gizi

Tabel 2.1 Tabel Status Gizi yang disajikan dalam Z-Skor


INDEKS
Berat badan
umur (BB/U)

Tinggi

badan

umur (TB/U)

STATUS GIZI
menurut Gizi Lebih

AMBANG BATAS *)
>+ 2 SD

Gizi Baik

-2 SD sampai +2 SD

Gizi kurang

< -2 SD sampai -3 SD

Gizi Buruk
menurut Normal
Pendek (stunted)

22

< 3 SD
-2 SD
< -2 SD

Berat

badan

menurut Gemuk

tinggi badan (BB/TB)

>+ 2 SD

Normal

-2 SD sampai + 2 SD

Kurus (wasted)

< -2 SD sampai -3 SD

Kurus sekali

< 3 SD

Sumber : (Proverawati, 2011)


b. Klasifikasi di atas berdasarkan parameter antropometri yang
dibedakan atas:
1. Berat Badan / Umur
Status gizi diukur sesuai dengan berat badan terhadap umur dalam bulan yang
hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1.
2. Tinggi Badan / Umur
Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap umur dalam bulan
yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1.
3. Berat Badan / Tinggi Badan
Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap tinggi badan
4. Lingkar Lengan Atas / Umur
Lingkar lengan atas (LILA) hanya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu gizi
kurang dan gizi baik dengan batasan indeks sebesar 1,5 cm/tahun.
5. Parameter Berat Badan / Tinggi Badan banyak digunakan karena memiliki
kelebihan:
a. Tidak memerlukan data umur
b. Dapat membedakan proporsi badan ( gemuk, normal, kurus).
3.10

Metode Pengukuran Status Gizi

23

Adalah suatu pengukuran terhadap aspek yang dapat menjadi indikator


status gizi, kemudian dibandingkan dengan standar baku yang ada. Sistem
penilaian status gizi dibedakan menjadi 2 yaitu :
a.

Pengukuran secara langsung

1.

Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometri gizi

adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan


komposisi tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi. Secara umum antropometri
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh
manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar
kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit.
(Proverawati, 2011). Di bawah ini akan diuraikan parameter tersebut.
a. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan
penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil
pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila
tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
b. Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk
mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat

24

dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali
terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Adanya
tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang
kekurangan gizi. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan
mineral pada tulang.
c. Tinggi badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah
lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu
tinggi badan

merupakan

ukuran

kedua

yang

penting,

karena

dengan

menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat


dikesampingkan.
d. Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini memang merupakan salah satu
pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak
memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Akan
tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama jika digunakan
sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi.
1.

Baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan belum mendapat


pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia.

2.

Kesalahan

pengukuran

pada

LILA

(pada

berbagai

tingkat

keterampilan pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi


badan, mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit
pada LILA dari pada tinggi badan.

25

3.

Lingkar

lengan

atas

sensitif

untuk

suatu

golongan

tertentu (prasekolah) tetapi kurang sensitif pada golongan lain


terutama orang dewasa
e. Lingkar kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak
secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan pathologi dari besarnya
kepala atau peningkatan ukuran kepala. Lingkar kepala terutama dihubungkan
dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat
selama tahun pertama, akan tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan
keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak dan lapisan tulang
kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi.
f.

Lingkar dada
Biasanya dilakukan pada anak umur 2 sampai 3 tahun, karena rasio lingkar

kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Umur antara 6 bulan dan 5
tahun, rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini dikarenakan
akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak
pada dinding dada.

g. Jaringan lunak
Otak, hati, jantung dan organ dalam lainnya merupakan organ yang cukup
besar dari berat badan, tetapi relative tidak berubah beratnya pada anak malnutrisi.
Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang sangat bervariasi pada penderita

26

KEP. Antropometri jaringan dapat dilakukan pada kedua jaringan tersebut dalam
pengukuran status gizi di masyarakat.
2.

Klinis
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang

dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya
untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah
satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status
gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau
riwayat penyakit. (Proverawati, 2009)
3.

Biokimia
Adalah pemeriksaan spesimen yang di uji secara laboratoris yang

dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Metode ini digunakan untuk
suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih
parah lagi dan untuk menentukan kekurangan gizi yang lebih spesifik.
4.

Biofisik
Adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi

(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya


dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara
yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
b.

Pengukuran secara tidak langsung

1.

Survey Konsumsi

27

Adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat
jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Survey ini dapat mengidentifikasikan
kelebihan dan kekurangan zat gizi.
2.

Statistik Vital
Adalah pengukuran dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan

seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan akibat penyebab


tertentu dan data lain yang berhubungan dengan gizi.
4.

Faktor Ekologi
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi

seperti iklim, tanah, irigasi, dan sebagainya. Penggunaanya yaitu untuk


mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk
melakukan program intervensi gizi. (Proverawati,2009)

28

You might also like