Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
1118011044
1118011085
1118011106
1118011120
1118011134
BABI
PENDAHULUAN
Pada awal tahun 2014 di Indonesia menyelenggarakan asuransi kesehatan bagi seluruh
rakyatnya yakni Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) adalah suatu program masyarakat/rakyat dengan tujuan memberikan kepastian
jaminan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat
hidup sehat, produktif dan sejahtera yang sesuai dengan prinsip asuransi sosial dan
prinsip equitas yang terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19
ayat1. Dengan diselenggarakan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pasien
yang berobat di rumah sakit semakin meningkat. Hal ini disebabkan masyarakat
Indonesia sudah sadar akan pentingnya arti kesehatan.
Kesehatanadalahkeadaansejahteradaribadan,jiwadansosialyangmemungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Berdasarkan Undang
Undang nomor 36 tahun 2009, kesehatan merupakan salah satu unsur hak asasi
manusiayangharusdiperoleholehseluruhlapisanmasyarakatdanmerupakansalah
satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacita Bangsa
Indonesia dengan menggunakan prinsip non diskriminatif, partisipatif dan
berkelanjutan(Kemenkes,2014).
bukanlah barang baru, asuransi kesehatan untuk pegawai negeri sipil merupakan
lanjutan dari Restitutie Regeling 1934 dan pada tahun 1985 dimulai asuransi untuk
tenaga kerja (ASTEK) serta tahun 1987 dengan menggerakkan dana masyarakat
melalui DUKM. Pada tahun 1992 diterbitkan tiga buah undang-undang yang berkaitan
dengan asuransi yaitu UU No. 2 Tentang Asuransi, UU No. 3 Tentang JAMSOSTEK
(Jaminan Sosial Tenaga Kerja) serta UU No. 23 Tentang Kesehatan yang di dalamnya
terkandung
pasal
65-66
tentang
JPKM
(Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
Masyarakat).
Jaminan Kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. JPKM mengikuti pola managed care di
Amerika dengan pembayaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
silang; yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit, yang
kaya membantu yang miskin.
C. Perangkuman Risiko
Perangkuman risiko merupakan inti dari asuransi dan terjadi ketika sejumlah
individu yang berisiko sepakat menghimpun risiko untuk mengurangi beban yang
harus ditanggung masing-masing individu. Perangkuman risiko meningkatkan
kemungkinan memperoleh keluaran yang bersifat "moderat" dan menjauhi
keluaran-keluaran ekstrem, selain itu mengurangi biaya risiko yaitu kerugian
finansial yang terkait dengan risiko peristiwa tersebut. Hal ini terjadi karena
sebagian besar peristiwa sakit merupakan peristiwa independen, sehingga berlaku
hukum penggandaan probabilitas (Multiplication Law of Probability), apabila sakit
merupakan peristiwa dependen, misalnya penyakit menular, maka hukum tersebut
tidak berlaku. Selanjutnya Murti memberikan contoh, seseorang berhubungan
dengan peristiwa sakit hanya mempunyai 2 (dua) kemungkinan yaitu sehat atau
sakit (Murti B, 2000).
D. Hukum Jumlah Besar
Asuransi membutuhkan peserta dalam jumlah yang besar, agar risiko dapat
didistribusikan secara merata dan luas serta dikurangi secara efektif. Prinsip ini
merupakan konsekuensi hukum jumlah besar, makin banyak peserta, makin besar
risiko yang dapat dikurangi. Menurut para analis di Amerika Serikat, jumlah
anggota 50.000 per Health Maintenance Organization (HMO), dipandang
menguntungkan (Djuhaeni, 2007).
E. Peristiwa Independen
Seperti telah dijelaskan, persitiwa-peristiwa perangkuman risiko diasumsikan
bersifat independen. Pada keadaan peristiwa dependen hukum penggandaan
probabilitas tidak berlaku karena probabilitas orang-orang akan sakit pada waktu
yang bersamaan pada peristiwa dependen lebih besar daripada peristiwa
independen. Contohnya: TBC (dependen) lebih besar kemungkinannya daripada
penyakit jantung (independen) (Djuhaeni, 2007).
F. Perilaku Penghindar Risiko
sebagainya.
Asymetric Information
Asymetric Information yaitu keadaan tidak seimbang antara pengetahuan
pemberi pelayanan (provider) dengan pengguna jasa pelayanan (klien/pasien)
karena pasien ignorance, provider-lah yang menentukan jenis dan volume
pelayanan yang perlu dikonsumsi oleh pasien. Keadaan ini akan memicu
terjadinya supply induced demand yaitu pemberian pelayanan melebihi
4.
imunisasi.
5. Padat Karya
Banyak sekali jenis tenaga yang memberikan kontribusi dalam pelayanan
kesehatan dan bekerja secara tim, contohnya : tenaga di rumah sakit (lebih dari
60 jenis).
6. Mix-outputs
mampu hidup lebih lama dengan indikator umur harapan hidup; kedua,
menikmati hidup sehat dengan indikator angka kesakitan; ketiga, mempunyai
kesempatan meningkatkan pengetahuan dengan indikator angka melek huruf dan
tingkat pendidikan serta keempat, hidup sejahtera dengan indikator pendapatan
per kapita (Djuhaeni, 2007).
Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain :
- Pemerintah yang berperan sebagai regulator dan pembuat kebijakan
- Permintaan (demand) masyarakat
- Sosio-ekonomi dan budaya masyarakat.
Untuk lebih jelasnya keseluruhan sistem digambarkan seperti pada bagan di
halaman berikut.
b. Asuransi bipartied; PPK dapat merupakan milik atau dikontrol oleh perusahaan
asuransi.
b.
Jenis ini sesuai dengan bentuk bipartied, keuntungan yang diperoleh adalah
pengamatan terhadap biaya kesehatan dapat ditingkatkan sehingga terjadi
penghematan. Kerugiannya pelayanan kesehatan yang diberikan tergantung dari
badan penyelenggara bukan kebutuhan masyarakat (Djuhaeni, 2007).
Ditinjau dari jenis pelayanan yang ditanggung
Ditinjau dari jenis pelayanan yang ditanggung, asuransi kesehatan dapat
dibedakan atas :
b.
pelayanan kesehatan.
Pembayaran berdasarkan
kapitasi
yaitu
berdasarkan
jumlah
Ditinjau dari waktu pembayaran terhadap PPK, asuransi kesehatan terbagi atas:
a.
b.
dengan
pelayanan
komprehensif
dengan
tujuan
Sistem anggaran
Yang dimaksud dengan sistem anggaran yaitu sistem pembayaran di muka
dengan besaran uang sesuai dengan yang diajukan oleh penyelenggara
pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, keberhasilan penyelenggaraan asuransi
kesehatan sangat tergantung dari kemampuan perencanaan penyelengara
pelayanan kesehatan serta kejelian dari perhitungan sendiri (owner estimate)
dari badan penyelenggara sehingga kedua belah pihak sama-sama
diuntungkan.
Keuntungan sistem pembayaran di muka antara lain mencegah meningkatnya
biaya
kesehatan
serta
mendorong
pelayanan
pencegahan.
Sehingga
pertimbangan
kebutuhan
pelayanan,
gilirannya Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (sesuai Sila ke 5 Panca
Sila) dapat terwujud. Pada Pasal 28 H ayat (1) (2) (3) UUD 45 disebutkan:
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
Selanjutnya pada pasal 34 ayat (1), (2), (3) UUD 1945 disebutkan:
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
Setiap saat kita sangat berpotensi mengalami risiko antara lain: dapat terjadi sakit
berat, menjadi tua dan pensiun, tidak ada pendapatan-masa hidup bisa panjang.
Sementara dukungan anak/keluarga lain tidak selalu ada dan tidak selalu cukup.
d. Pada umumnya masyarakat indonesia masih berpikir praktis dan jangka pendek
sehingga belum ada budaya menabung untuk dapat menanggulangi apabila ada
musibah sakit
e. Masyarakat kita umumnya belum insurance minded terutama dalam asuransi
kesehatan. Hal ini mungkin premi asuransi yang ada (komersial) mahal atau
memang belum paham manfaat asuransi.
Dengan demikian untuk menjamin agar semua risiko tersebut dapat teratasi tanpa
adanya
hambatan
financial
maka
Jaminan
Kesehatan
Nasional
yang
profit).
Asuransi sosial manfaatnya komprehensif (promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif) sesuai dengan kebutuhan medis, sedangkan asuransi komersial
manfaatnya terbatas sesuai dengan premi yang dibayarkan.
lebih dari enam bulan. Untuk menjadi peserta harus membayar iuran
jaminan kesehatan. Bagi yang mempunyai upah/gaji, besaran iuran
berdasarkan persentase upah/gaji dibayar oleh pekerja dan Pemberi Kerja.
Bagi yang tidak mempunyai gaji/upah besaran iurannya ditentukan dengan
nilai nominal tertentu, sedangkan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu
membayar iuran maka iurannya dibayari pemerintah. Beberapa pengertian:
1.
Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran
2.
Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah,
atau imbalan dalam bentuk lain.
3. Pekerja Penerima Upah adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi
kerja dengan menerima gaji atau upah.
4. Pekerja Bukan Penerima Upah adalah setiap orang yang bekerja atau
berusaha atas risiko sendiri
5. Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum
atau
badan
lainnya
yang
mempekerjakan
tenaga
kerja,
atau
Kepuasan
merupakan
tanggapan
pelanggan
dengan
dengan BPJS pada tahun 2014 dan pada akhirnya mencapai kepuasan
pasien sebesar 85% pada tahun 2019. Perpres No. 12 Tahun 2013
menyebutkan bahwa dalam jangka waktu paling sedikit tiga bulan peserta
JKN berhak memilih FKTP yang diinginkan. Adanya mutasi peserta JKN
tentu akan berdampak bagi FKTP terkait besaran kapitasi dan jumlah
peserta yang bisa dilayani Parasuraman dan Beryy dalam Muninjaya (2012)
telah melaksanakan penelitian dan mengidentifikasi lima dimensi dalam
menilai mutu pelayanan. Kelima dimensi karakteristik mutu pelayanan.
1. Bukti langsung (tangibles) bahwa mutu pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh
para penggunanya secara langsung dengan menggunakan inderanya (mata, telinga
dan rasa) untuk menilai mutu layanan kesehatan yang diterima meliputi
ketersediaan sarana dan prasarana, kebersihan dan kenyamanan ruang penerimaan
pasien, ketersediaan sarana komunikasi, tempat parkir, penampilan staf yang rapi,
menarik dan bersih.
2. Kehandalan (reliability) meliputi kemampuan memberikan pelayanan dengan
segera, terpercaya, akurat, sesuai dengan yang telah dijanjikan dan bersikap simpati
kepada pelanggan.
3. Daya tanggap (responsiveness) yaitu keinginan dan kemampuan dalam
memberikan pelayanan yang tanggap, cepat, tepat waktu dan tidak lama kepada
pelanggannya.
4. Jaminan (assurance) yaitu kriteria yang berkaitan dengan pengetahuan, kesopanan
dan kepercayaan pelanggan kepada petugas. Dimensi ini meliputi keramahan,
kompetensi teknis dan keamanan.
5. Empati (empathy) yaitu kriteria yang berkaitan dengan kepedulian dan perhatian
kepada setiap pelanggan, memahami kebutuhan mereka dan bisa dihubungi
pelanggan yang membutuhkan bantuan.
Terkait dengan dimensi mutu pelayanan terdapat beberapa pendapat dari hasil
penelitian. Hasil penelitian mutu pelayanan di Puskesmas Pamboang Kabupaten
Majene Tahun 2012 didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara ketepatan
waktu, hubungan antar manusia, informasi, kenyamanan dengan mutu pelayanan.
Hasil yang sama didapatkan pada penelitian Wati et al., (2012) bahwa ada
hubungan antara kenyamanan, informasi, akses dan kompetensi teknis petugas
dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daya Makasar. Wira (2014) dalam
penelitiannya mendapatkan hasil bahwa persepsi kehandalan, daya tanggap,
jaminan, empati memiliki hubungan yang bermakna dengan kepuasan pasien rawat
patient loyalty dapat berupa membicarakan hal yang positif tentang faskes dari
mulut kemulut, kemauan untuk merekomendasikan faskes tersebut kepada teman
sampai kemauan menggunakan faskes itu kembali sangat dipengaruhi oleh
kepuasannya terhadap mutu layanan faskes yang ditunjukkan dengan empat
dimensi mutu yaitu kehandalan, komunikasi, empati, bukti fisik dan biaya. Hasil
penelitian di India menunjukkan, bahwa kepuasan pasien diantaranya ditentukan
oleh kualitas layanan yang diberikan oleh provider, sikap, perilaku tenaga
kesehatan dan biaya yang dikeluarkan. Keterlibatan provider dalam pelayanan
kesehatan sering dikaitkan atau berujung pada kepuasan pasien, sehingga kepuasan
pasien ini akan mempengaruhi loyalitasnya pada provider tersebut yaitu berupa
merekomendasikan provider pada koleganya, kepatuhan dan mau menggunakan
kembali pelayanan bahkan untuk tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau lebih
mahal (Prastiwi & Ayubi, 2008).
Terdapat pula hasil penelitian, bahwa terdapat hubungan antara kepuasan dan minat
kunjungan ulang pasien ke Puskesmas di Kota Bekasi yang bermakna secara
statistik (Prastiwi & Ayubi, 2008). Kepuasan pasien merupakan hal yang penting
dalam era persaingan di dunia kesehatan saat ini, dimana pasien yang merasakan
kepuasan akan membuat mereka loyal untuk tetap memakai jasa layanan di faskes
tersebut dan pelanggan yang setia tentunya akan membuat faskes mampu bersaing
dan bertahan.
Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan:
1. BPJS Kesehatan membayaran kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama
dengan Kapitasi.
2. Sedangkan untuk
fasilitas
kesehatan
rujukan
tingkat
lanjutan
BPJS
tentu
memerlukan
ketersediaan dana yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan sarana dan
prasarana medis dan nonmedis yang diperlukan (investment cost) tetapi juga
untuk membiayai pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan
(operational cost). Mekanisme pembiayaan yang sering ditemukan pada
pelayanan kesehatan ada dua macam yaitu:
a. Pembiayaan secara tunai (fee for service) yang artinya setiap kali pasien
datang ke dokter keluarga maka akan membayar biaya pelayanan.
b. Pembiayaan melalui asuransi kesehatan (health insurance) yang artinya
setiap kali pasien datang ke dokter keluarga tidak perlu membayar
secara tunai karena pembayaran tersebut telah ditanggung oleh pihak
ketiga yaitu badan asuransi.
Bentuk Pembiayaan Pelayanan pada Dokter Keluarga
Menurut Azwar (1996) bentuk pembiayaan atau pembayaran yang dilakukan
oleh badan asuransi kepada penyedia pelayanan kesehatan memiliki banyak
jenis. Bentuk yang paling lama dikenal adalah pembiayaan/pembayaran atas
dasar tagihan (reimbursement). Pembayaran ini dilakukan oleh badan asuransi
kepada penyedia pelayanan kesehatan sesuai tagihan yang diberikan. Dalam
perjalanannya, pembayaran ini menimbulkan banyak masalah baik dari segi
administrasi maupun penyalahgunaan pelayanan. Keadaan ini tentu akan
memberatkan badan asuransi dan berdampak pada kenaikan premi peserta
asuransi, hal ini dapat memicu biaya kesehatan akan terus meningkat.
c.
BAB III
CRITICAL APRAISAL
A. Analisis PICO
Problem
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang efektif, efisien, dan dituntut untuk memberikan informasi
kesehatan yang tepat dalam pelayanan kesehatan dan menghasilkan data yang akurat. Di
dalam penyelenggaraan pelayanan publik, masih banyak dijumpai kekurangan, sehingga
mempengaruhi kualitas pelayanan kepada masyarakat. Kepuasan pelanggan adalah
indikator utama dari standar suatu fasilitas kesehatan dan merupakan suatu ukuran mutu
pelayanan kepuasan pelanggan yang rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan
yang akan mempengaruhi provitabilitas fasilitas kesehatan tersebut, sedangkan sikap
karyawan terhadap pelanggan juga akan berdampak terhadap kepuasan pelanggan.
Berdasarkan hal tersebut diperlukan penelitian tentang kepuasan pasien BPJS terhadap
pelayanan di unit rawat jalan Rumah Sakit Permata Medika Semarang.
Patient
Populasi
Pasien BPJS di Rumah Sakit Permata Medika Semarang triwulan I Tahun 2014 sebanyak
10.129 orang
Sampel
Pengambilan sampel dilaksanakan dengan accident sampel, dari hasil perhitungan sampel,
didapatkan sampel 99 orang dari total populasi 10.129 orang.
Intervention
Sampel diberi kuisioner dengan variabel yang dinilai berupa Variabel Reability/Keandalan,
Responsiveness/daya tanggap, Assurance/jaminan, Emphaty/empati, Tangibles /berwujud.
Comparison
Pada penelitian ini tidak membandingkan antara satu kelompok dengan kelompok lain
Outcomes
Pada variabel Reability / keandalan beberapa responden puas dengan tindakan yang cepat
dan tepat terhadap pemeriksaan, pengobatan dan perawatan sebesar 56,56%. Pada variabel
Responsiveness / daya tanggap responden puas dalam dokter dan perawat yang
memberikan reaksi cepat dan tanggap sebesar 54,54% dan responden tidak puas dalam
aspek kesiagaan petugas kesehatan untuk membantu pasien sebesar 10,10%. Pada variabel
Assurance / Jaminan responden puas dengan adanya jaminan keamanan dan Kepercayaan
sebesar 51,51% dan responden tidak puas dalam kemampuan para dokter dalam
menetapkan diagnosis penyakit sebesar 14,14%. Pada variabel Emphaty/empati responden
puas dalam kepedulian terhadap kebutuhan dan keinginan pasien sebesar 56,56% dan
responden tidak puas dalam tersedianya pelayanan kesehatan 24 jam sebesar 9,09%. Pada
variabel Tangibles / berwujud responden puas dalam aspek kebersihan, kerapian, dan
kenyamanan ruangan sebesar 58,58%.
B. ANALISIS VIA
Validity:
a. Design: cross sectional
b. Populasi dan sampel: Populasi dalam studi ini adalah Pasien BPJS di Rumah
Sakit Permata Medika Semarang triwulan I Tahun 2014 sebanyak 10.129 orang.
Sampel dalam studi ini menggunakan accident sampel, dari hasil perhitungan
sampel, didapatkan sampel 99 orang dari total populasi 10.129 orang.
c. Pengumpulan sampel: accidental sampling
Importance:
a. Karakteristik subjek: Sembilan puluh sembilan pasien dari unit rawat jalan
Rumah Sakit Permata Medika Semarang
b. Drop out: c. Analisis: Data dianalisis dengan analisis univariat.
Applicability:
a. Apakah hasil penelitian ini dapat di terapkan di Lampung khususnya di
Puskesmas Gedong Tataan?
Menurut kelompok kami hasil penelitian ini baik dan dapat diterapkan di Indonesia
karena dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam upaya untuk meningkatkan
kualitas pelayanan sehingga dapat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan
yang ada di Puskesmas Gedong Tataan menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar administrasi kesehatan edisi ketiga. Jakarta: Binarupa
Aksara
Djuhaeni H. 2007. Asuransi kesehatan dan managed care. Bandung: IKM Unpad
Hall, J.A. Dan Dornan, M.C., 1990. Patient Sociodemographic Characteristics As
Predictors Of Satisfaction With Medical Care: A Meta-Analysis. Social Science &
Medicine
Imbalo S. Pohan 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: EGC
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Jaminan Kesehatan Nasional.
Kotler, Philip. 2002. Marketing Management, Millenium Edition North Western University
New Jersey, Prentice Hall Inc
Mehr, R. I., & Cammack, E. 1981. Principle of Insurance. Illinois: Richard D. Irwin, Inc
Muninjaya, A.A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC
Muninjaya, A.A. Gde. 2012. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC
Murti Bhisma. 2000. Dasar-dasar Asuransi Kesehatan. Yogyakarta : Kanisius
Prastiwi, EN dan Ayubi, D., 2008. Hubungan Kepuasan Pasien Bayar dengan Minat
Kunjungan Ulang di Puskesmas Wisma Jaya Kota Bekasi Tahun 2007. Makara,
kesehatan, Vol. 12, No. 1, Juni 2008
PT. Askes Indonesia. 2009. Buletin Bulanan Info Askes Edisi Agustus. Jakarta
Sulastomo. 2002. Asuransi Kesehatan Sosial, Sebuah Pilihan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
Thabrany, Hasbullah. 2001. Asuransi Kesehatan di Indonesia. Depok: Pusat Kajian
Ekonomi Kesehatan FKMUI