You are on page 1of 22

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN CA.

KANDUNG KEMIH

Makalah ini ditujukkan untuk memenuhi Mata Kuliah KMB


Disusun Oleh Kelompok 2:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Diana Dwi Hartanti


Fitria Selviyani
Hilman Arif Ramdhani
Inav Afiani
Irma Mindo Pauline
Rianty Anggraeni
Selviyanti Setyorini
Trisna
Widya Susilaningrum

(34403014009)
(34403014017)
(34403014018)
(34403014019)
(34403014020)
(34403014032)
(34403014038)
(34403014043)
(34403014045)

Tingkat : II-A

AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTA


DINKES PROVINSI DKI JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SAW yang telah memberikan Rahmat beserta
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan dengan Klien Ca. Kandung Kemih tepat pada waktu yang
telah ditentukan. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Koordinator Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah Ns. Siti Nadiroh
S,Kep M,Kep Sp.KMB
2. Dosen Mata Kuliah Terkait Ns. Tri Endah Pangastuti S,Kep M,Kep
Sp.KMB
3. Teman Tingkat II-A
Kami sadar makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna
sehingga kami mengharpkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan
makalah yang kami buat sehingga dapat menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi seluruh civitas
akademi keperawatan jayakarta khususnya mahasiswa dan mahasiswi sehingga
dapat menambah wawasan dan informasi bagi mahasiswa dan mahasiswi akademi
keperawatan jayakarta.

Jakarta, Februari 2016

Penulis

DAFTAR ISI
1

Kata Pengantar

Daftar Isi

ii

BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang

B Tujuan

C Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan

B Proses Pembentukan urine

C Definisi Ca Kandung Kemih

D Etiologi Ca Kandung Kemih

E Patofisiologi Ca Kandung Kemih

F Manifestasi Klinis Ca Kandung Kemih

G Pemeriksaan Diagnostik Ca Kandung Kemih

10

H Penatalaksanaan Ca Kandung Kemih

11

Komplikasi Ca Kandung Kemih

12

Asuhan Keperawatan Ca Kandung Kemih

12

BAB III PENUTUP


A Kesimpulan
B Saran

20
20

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi
dan melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme dalam tubuh. Kanker
merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat terjadi pada organ sistem
perkemihan, misalnya kanker kandung kemih. Yang paling sering dijangkiti
kanker dari alat perkemihan adalah kandung kemih. Kanker kandung kemih
terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan dengan pada wanita, dan
tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% pasien mempunyai
lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
Tumor atau karsinoma ini lebih sering mengenai laki-laki dengan
perbandingan 2,7 : 1. Biasanya dijumpai sebagai tumor superficial dan pada
umumnya belum disertai metastasis, namun rekurensinya tinggi. Merupakan
tumor maligna kedua pada system genitourinary.
Tumor dari kandung kemih berurutan dari papiloma benigna sampai
ke carcinoma maligna yang invasif. Kebanyakan neoplasma adalah jenis selsel transisi, karena saluran kemih dilapisi epithelium transisi. Neoplasma
bermula seperti papiloma, karena itu setiap papiloma dari kandung kemih
dianggap pramalignansi dan diangkat bila diketahui. Karsinoma sel-sel
squamosa jarang timbul dan prognosanya lebih buruk. Neoplasma yang lain
adalah adenocarcinoma.
B. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang konsep

penyakit dan asuhan

keperawatan Kanker Kandung Kemih secara teoritis.

Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami definisi, anatomi fisiologi, etiologi,


manifestasi klinis, patofisiologi, patoflow, komplikasi, pemeriksaan
penunjang dan penatalaksanaan.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
Kanker Kandung Kemih Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa
keperawatan pada klien dengan Kanker Kandung Kemih
c. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien
Kanker Kandung Kemih
d. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada
klien dengan Kanker Kandung Kemih
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi implementasi keperawatan yang
telah dilaksanakan pada klien dengan Kanker Kandung Kemih
C. Sistematika Penulisan
Laporan ini disusun secara sistematis yang terdiridari 4 Bab, yaitu tersusun
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini terdapat Latarbelakang, rumusan masalah yang diambil, tujuan
dari penulisan makalah ini, dan juga membuat sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pada Bab ini menyajikan penjelasan tinjauan teoritis yang berisi anfis system
perkemihan, proses pembentukan urine, definisi, penyebab terjadinya
penyakit, manisfestasi klinik, patofisiologi, PATHWAY, pemeriksaan
diagnostic, komplikasi, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan.
BAB III PENUTUP
Pada Bab ini penulis menuliskan kesimpulan dan saran dari makalah

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan

Sistem Perkrmihan Terdiri Dari :


1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan berbentuk seperti
kacang. Terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan kebawah
oleh hati. Kutup atas ginjal kanan terletak setinggi kosta 12, sedangkan
kutup atas ginjal kiri terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal pada orang
dewasa memiliki panjang 12 sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya
antara 120 sampai 150 gram. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula fibrosa
tipis mengkilat, terbagi menjadi dua bagian yaitu: bagian eksternal yang
disebut Korteks, dan bagian internal disebut Medula.
Dilihat dari permukaan anterior, struktur ginjal terdiri dari; arteri
dan vena renalis, saraf dan pembuluh getah bening yang keluar dan
masuk melalui hilus, ureter.
Darah dialirkan ke dalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan
keluar dari dalam ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari
aorta abdominalis dan vena renalis membawa darah kembali ke dalam

vena kava inferior.Aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya 25% dari
curah jantung.
Dilihat dari potongan longitudinal, struktur ginjal terdiri dari:
Kapsula, Korteks, Piramid medula, nefron (terdiri dari glomerulus dan
tubulus: proksimal, ansa Henle, distal), kaliks (minor dan mayor), pelvis
ginjal dan ureter.
2. Ureter
Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian
besar terdiri atas otot polos. Setiap ureter memiliki panjang 10 sampai 12
inci, Organ ini menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih.
Organ ini berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urin ke kandung
kemih.
3. Kandung Kemih (Vesika Urinaria)
Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang sebagian besar
dindingnya terdiri dari otot polos disebut muskulus detrusor yang dapat
mengempis, terletak dibelakang simfisis pubis. Kontraksi otot ini
terutama berfungsi untuk mengosongkan kandung kemih pada saat BAK.
Organ ini berfungsi sebagai wadah sementara untuk menampung urin dan
mendorong kemih keluar tubuh dibantu oleh uretra.
4. Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari
kandung kemih sampai ke luar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci
dan pada laki-laki sekitar 8 inci.
B. Proses Pembentukan Urin

Proses pembentukan urin terdiri dari tiga tahap yaitu filtrasi,


reabsorpsi, dan augmentasi. Semuanya terbentuk di dalam ginjal tepatnya di
bagian nefron. Urine adalah salah satu hasil dari sistem ekskresi pada
manusia yang merupakan hasil penyaringan darah oleh ginjal. Urine
mengandung zat-zat berbahaya yang harus dikeluarkan oleh tubuh. Berikut
adalah 3 proses pembentukan urine.
1. Filtrasi
Filtrasi merupakan perpindahan cairan dari glomelurus menuju ke
ruang kapsula bowman dengan menembus membran filtrasi. Membran
filtrasi terdiri dari tiga lapisan, yaitu sel endotelium glomelurus,
membran basiler, dan epitel kapsula bowman. Tahap ini adalah proses
pertama dalam pembentukan urine.
Darah dari arteriol masuk ke dalam glomerulus dan kandungan
air, glukosa, urea, garam, urea, asam amino, dll lolos ke penyaringan dan
menuju ke tubulus.

Glomerulus adalah kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam


kapsula bowman. Ukuran saringan pada glomerulus membuat protein dan
sel darah tidak bisa masuk ke tubulus. Pada glomerulus terdapat sel-sel
endotelium yang berfungsi untuk memudahkan proses penyaringan.
Filtrasi menghasilkan urine primer/filtrat glomerulus yang masih
mengandung zat-zat yang masih bermanfaat seperti glukosa, garam, dan
asam amino. Urin primer mengandung zat yang hampir sama dengan
cairan yang menembus kapiler menuju ke ruang antar sel. Dalam keadaan
normal, urin primer tidak mengandung eritrosit, tetapi mengandung
protein yang kadarnya kurang dari 0,03%. Kandungan elektrolit
(senyawa yang larutannya merupakan pengantar listrik) dan kristaloid
(kristal halus yang terbentuk dari protein) dari urin primer juga hampir
sama dengan cairan jaringan. Kadar anion di dalam urin primer termasuk
ion Cl- dan ion HCO3-, lebih tinggi 5% daripada kadar anion plasma,
sedangkan kadar kationnya lebih rendah 5% daripada kation plasma.
selain itu urin primer mengandung glukosa, garam-garam, natrium,
kalium, dan asam amino.
2. Reabsorpsi
Reabsorpsi terjadi di dalam tubulus kontortus proksimal dan
dilakukan oleh sel-sel epitelium di tubulus tersebut. Fungsinya adalah
untuk menyerap kembali zat-zat di urine primer yang masih bermanfaat
bagi tubuh seperti glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca, 2+, Cl-,
HCO3-, dan HbO42-. Air akan diserap kembali melalui proses osmosis di
tubulus dan lengkung henle. Zat-zat yang masih berguna itu akan masuk
ke pembuluh darah yang mengelilingi tubulus. Hasil dari reabsorpsi
adalah urine sekunder/filtrat tubulus yang kadar ureanya lebih tinggi dari
urine primer.
Urine sekunder masuk ke lengkung henle. Pada tahap ini terjadi
osmosis air di lengkung henle desenden sehingga volume urin sekunder
berkurang dan menjadi pekat. Ketika urine sekunder mencapai lengkung
henle asenden, garam Na+ dipompa keluar dari tubulus, sehingga urea
menjadi lebih pekat.
3. Augmentasi
6

Setelah melewati lengkung henle, urine sekunder akan memasuki


tahap augmentasi yang terjadi di tubulus kontortus distal. Disini akan
terjadi pengeluaran zat sisa oleh darah seperti H+, K+, NH3, dan
kreatinin. Ion H+ dikeluarkan untuk menjaga pH darah. Proses
augmentasi menghasilkan urine sesungguhnya yang sedikit mengandung
air.
Urine sesungguhnya mengandung urea, asam urine, amonia, sisasisa pembongkaran protein, dan zat-zat yang berlebihan dalam darah
seperti vitamin, obat-obatan, hormon, serta garam mineral.
Kemudian urine sesungguhnya akan menuju tubulus kolektivus
untuk dibawa menuju pelvis yang kemudian menuju kandung kemih
(vesika urinaria) melalui ureter. Urine inilah yang akan keluar menuju
tubuh melalui uretra.
C. Definisi Kanker Kandung Kemih
Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria) adalah
suatu kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel kanker
atau tumor pada kandung kemih.
Kanker buli-buli adalah kanker yang mengenai organ buli-buli (kandung
kemih). Buli-buli adalah organ yang berfungsi untuk menampung air kemih
yang berasal dari ginjal. Jika buli-buli telah penuh maka air kemih akan
dikeluarkan.
Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung
kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air
kencing warna merah terus.
D. Etiologi Kanker Kandung Kemih
Penyebab pasti tidak diketahui. Berhubungan dengan iritasi dan
infeksi kandng kemih kronis pada penderita kalkuli ginjal, pasien dengan
kateter urine menetap, sistitis kimiawi akibat sikofosfamid, atau iradiasi
panggul.
Keganasan kandung kemih terjadi karena induksi bahan karsinogen yang
banyak terdapat disekitar kita. Beberapa faktor resiko yang mempermudah
seseorang menderita karsinoma kandung kemih adalah :

1. Pekerjaan. Pekerja-pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat),


labolatorium, pabrik korek api, tekstil, pabrik kulit dan pekerja pada
salon/ pencukur rambut sering terpapar oleh karsinogen berupa senyawa
amin aromatik (2-naftilamin, bensidin, dan 4-aminobifamil)
2. Perokok. Resiko untuk mendapatkan karsinoma kandung kemih pada
perokok adalah 2-6 kali lebih besar dibandungkan dengan bukan
perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatik
dan nitrosamin.
3. Infeksi saluran kemih. Telah diketahui bahwa kuman kuman E.coli
dan Proteus spp menghasilkan
nitrosamin yang merupakan zat
karsinogen.
4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan. Kebiasaan mengkonsumsi
kopi , pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat, serta
pemakaian obat-obatan siklofosfasmid yang diberikan intravesika,
fenasetin, opium, dan obat antituberkolosa INH dalam jangka waktu lama
dapat meningkatkan resiko timbulnya karsinoma kandung kemih.
5. Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan
pertambahan usia.
6. Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil
terdapat pada orang Asia.Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
7. Riwayat keluarga, Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita
kanker kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita
kanker ini.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya karsinoma kandung kemih adalah
zat karsinogen, baik eksoghen dari rokok atau bahan kimia atau endogen dari
hasil metabolisme. Penyebab lain diduga akibat dari pemakaian analgetik,
sitostatik, dan iritasi kronik oleh batu, sistosomiasis (infeksi parasit karena
iritasi kandung kemih) atau radiasi.
E. Patofisiologi
Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50 tahun
dan angka kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Karena usia
yang semakin tua, maka akan terjadi penurunan imunitas serta rentan terpapar
radikal bebas menyebabkan bahan karsinogen bersirkulasi dalam darah.

Selanjutnya masuk ke ginjal dan terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas


bergabung dengan urin terus menerus, masuk ke kandung kemih. Radikal
bebas mengikat elektron DNA & RNA sel transisional sehingga terjadi
kerusakan DNA. Mutasi pada genom sel somatik menyebabkan pengaktifan
oonkogen pendorong pertumbuhan, perubahan gen yang mengendalikan
pertumbuhan, dan penonaktifan gen supresor kanker. Sehingga produksi gen
regulatorik hilang dan replikasi DNA berlebih. Akhirnya terjadi kanker pada
kandung kemih.
F. Manifestasi Klinis Kanker Kandung Kemih
1. Hematuria : hematuria dapat dibagi menjadi hematuria intermiten atau
penuh, dan dapat dinyatakan sebagai hematuria awal atau terminal
hematuria, sebagian dari pasien kanker kandung kemih akan ada
pembuangan gumpalan gumpalan darah dan bangkai bangkai busuk.
2. Rasa terbakar atau nyeri ketika berkemin.
3. Desakan untuk berkemih.
4. Sering berkemih terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar
kencing.
5. Badan terasa panas dan lemah.
6. Nyeri pinggang karena tekanan saraf.
7. Nyeri pada satu sisi karena hydronefrosis.
Gejala dari kanker vesika uranaria menyerupai gejala infeksi kandung
kemih (sititis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut
dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi,
gejalanya tidak menghilang.
G. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Kandung Kemih
Pada pemeriksaan fisik, kadang bisa diraba/dirasakan benjolan di perut.
Jika dicurigai kanker ginjal, maka dilakukan beberapa pemeriksaan sebagai
berikut:
1. Urografi intravena
2. USG
3. CT scan
4. MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran
tumor.
Jika tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk dilakukan
analisa. Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa dilakukan sebagai
9

persiapan pembedahan untuk memberikan keterangan tambahan mengenai


tumor dan arteri renalis. (Sumber : Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan Edisi 2)
Prosedur diagnostic yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
Biasanya tidak ditemukan kelainan selain hematuria. Anemia dapat
dijumpai sebagai tanda adanya perdarahan kronis atau pendesakan sel
metastasis ke sumsum, sedangkan uremia dapat dijumpai apabila tumor
menyumbat kedua muara ureter baik karena obstruksi tumornya sendiri
ataupun limfadenopati.
2. Pemeriksaan radiologi
Dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, dan foto torax.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan traktus urinarius yaitu
berupa adanya gangguan fungsi eksresi ginjal, hidronefrosis, hidroureter,
dan filling defect pada buli-buli, menilai infiltrasi tumor ke dinding bulibuli, dan melihat adanya metastasis regional atau jauh.

3. Sitoskopi dan biopsy


Pada persangkaan adanya tumor buli-buli maka pemeriksaan sitoskopi
adalah mutlak dilakukan, bila perlu pdapat dilakukan CT-scan. Pada
pemeriksaan sitoskopi, dapat dilihat adanya tumaor dan sekaligus dapat
dilakukan biopsi atau reseksi tumor yang juga merupakan tindakan
pengobatan pada tumor-tumor superficial. (Sumber :Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan)
H. Penatalaksanaan Kanker Kandung Kemih
1. Pengobatan
a. Intravesical Imunnotherapy (Bacillus Calmette-Guerin {BCG}
immunotherapy)
b. Intravesical kemoterapi
c. Kemoterapi ajuvan
d. Terapi radiasi
2. Intervensi Bedah
a. Terapi endoskopik.
b. Radikal kistektomi.
1) Panggul limfadenektomi. Setelah melakukan kistektomi, sebuah
pengalihan kemih harus dibuat dari segmen usus.
10

2) Conduit (pengalihan): conduits dapat dibangun baik dari ileum


atau usus besar.
3) Kantong Indiana.
4) Neobladder.
3. Perawatan untuk kanker kandung kemih
a. Perawatan makanan :
1) Pasien kanker kandung kemih dianjurkan untuk memakan buah
dan sayuran segar
2) Harus diberikan diet tinggi protein seperti telur, susu dan ikan
3) Berikan makanan kesukaan pasien kanker kandung kemih yang
telah dimodifikasi, tetapi hindari makanan pedas, keras dan yang
sulit dicerna oleh tubuh.
b. Perawatan setelah Operasi
1) Kondisi ruangan harus tetap bersih, dengan udara yang bersih
juga
2) Pasien kanker kandung kemih harus hindari infeksi, harus
meningkatkan daya tahan tubuh
3) Keluarga harus terus memberikan semangat dan membantu
pasien menghilangkan sikap dan pikiran negative.
I. Komplikasi Kanker Kandung Kemih
Komplikasi pembedahan meliputi peredaran dan infeksi, efek samping
dari radiasi dapat menimbulkan striktur pada ureter, uretra, atau kolon.
Komplikasi lain dikaitkan dengan daerah metastase penyakit.
1. Infeksi sekunder bil atumor mengalami ulserasi
2. Retensi urine bil atumor mengadakan invasi ke bladder neck
3. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi
J. Asuhan Keperawatan Kanker Kandung Kemih
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien.
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan Utama : Pasien nyeri saat BAK dan agak mengedan,
ada benjolan pada abdomen sebelah bawah, sulit BAB, dan
nyeri diseluruh tubuh terutama dipinggang.

11

2) Riwayat Penyakit Sekarang(riwayat penyakit yang diderita


pasien saat masuk rumah sakit). Darah keluar sedikit-sedikit saat
BAK dan terasa nyeri sera sulit BAB.
3) Riwayat Penyakit Dahulu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga, penyakit yang pernah diderita
anggota keluarga yang menjadi faktor resiko.
5) Riwayat psikososial dan spiritual.
6) Kondisi lingkungan rumah.
7) Kebiasaan sehari-hari (pola eliminasi BAK, pola aktivitas
latihan, pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (rokok,
ketergantungan obat, minuman keras).
c. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan letih
Tanda : Perubahan kesadaran
2) Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah normal (hipertensi)
Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia,
3)
4)
5)
6)
7)

disritmia
Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung
Eleminasi
Gejala : Perubahan gejala BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, Urine bewarna merah
Makanan & Cairan
Gejala : Mual muntah
Tanda : Muntah
Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara (Vertigo)
Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit pada daerah abdomen
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan

nyeri
8) Interaksi Sosial
Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
9) Keamanan
Gejala : Trauma baru

12

Tanda : Terjadi kekambuhan lagi


10) Seksualisasi
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga silus menstruasi berturut-turut
Tanda : Atrofi payudara, amenorea
11) Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden
depresi
Tanda : Prestasi akademik tinggi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan eliminasi urine b.d peradangan kandung kemih, pascadiversi urine.
b. Nyeri b.d respons inflamasi kandung kemih, kerusakan jaringan
pasca bedah.
c. Risiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas pasca kemoterapi dan
radiasi, post de entre luka pasca bedah.
d. Kerusakan integritas kulit b.d pascabedah, adanya stoma.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan yang
kurang, peningkatan metabolism, mual muntah.
f. Kecemasan b.d tindakan invasive diagnostic, intervensi medic,
rencana bedah.
g. Pemenuhan informasi b.d tindakan diagnostik invasive, intervensi
kemoterapi, radiasi dan pembedahan, adanya stoma, perencanaan
pasien pulang.
h. Berduka disfungsional b.d. perubahan anatomis seksual.

3. Intervensi Keperawatan
a. Perubahan eliminasi urine b.d peradangan kandung kemih, pascadiversi urine.
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Tujuan: Pola eliminasi 1

Kaji

urine membaik.

partisipasi

Intervensi

RASIONAL

kemampuan

13

dan

Menjadi data dasar dalam


memberikan informasi.

Kriteria Hasil:
Secara

keluarga.
Lakukan dan ajarkan

cara perawatan ostomi.


Pasang alat ostomi

yang tepat ukuran.


Bantu
pasien

objektif

berpartisipasi
aktivitas

2
dalam

yang

b.d.

perawatan stoma.

ostomi secara mandiri.


Pantau
proses
penyembuhan

mengunjungi

urine

kontak

dengan

kulit

akibat

diajak

dalam
agar

kemandirian meningkat.
Mencegah iritasi pada
daerah

sekitar

yang benar.
Mengembangkan
intervensi dini terhadap
kemungkinan

komplikasi.
Menurunkan kecemasan
dan ketakutan terhadap

kemampuan beradaptasi.
Menurunkan
risiko

infeksi.
Memberi

diversi

urine. Bersihkan stoma

perlu

kulit,

untuk mencegah iritasi

keluarga

ostomi.
Mengembangkan teknik

mengalami ostomi.
Sarankan klien untuk
mencegah

atau

kulit

seseorang yang telah


7

pasien

berpartisipasi

luka

insisi pada ostomi.


Anjurkan
klien

dengan

stoma yang ada, maka

melakukan perawatan
5

Pascabedah

kesempatan

dengan sabun dan air

dan penguatan terhadap

lalu dikeringkan pada

prosedur

mengganti

setiap

kantong

dan

penggantian

kantong urine.
Ganti kantung ostomi

mengevaluasi stoma.

sesuai kebutuhan.

b. Nyeri b.d respons inflamasi kandung kemih, kerusakan jaringan


pasca bedah.
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Tujuan: Nyeri pasien

Intervensi
1. Tentukan
14

RASIONAL
riwayat

1. Memberikan

informasi

terkontrol
Kriteri Hasil:
Skala nyeri berkurang

nyeri, lokasi, durasi

yang diperlukan untuk

dan intensitas.
2. Evaluasi
therapi:

merencanakan asuhan.
2. Untuk mengetahui terapi

pembedahan, radiasi,

yang dilakukan sesuai

khemotherapi,

atau tidak, atau malah

sampai hilang.
Pasien mengungkapkan
perasaan

biotherapi,

nyaman

klien

berkurangnya nyeri.

ajarkan

dan

keluarga

tentang

cara

menyebabkan
komplikasi.
3. Untuk
meningkatkan

menghadapinya.
3. Berikan pengalihan
seperti reposisi dan
aktivitas

(tehnik

mengalihkan

perhatian

diri atas efek samping


dengan

mendengarkan musik

penanganan

dengan

klien dari rasa nyeri.


4. Meningkatkan
kontrol

menyenangkan seperti
atau nonton TV.
4. Menganjurkan tehnik

kenyamanan

menurunkan

stress dan ansietas.


5. Untuk meredakan rasa
nyeri

stress
relaksasi,

visualisasi,
bimbingan), gembira,
dan berikan sentuhan
therapeutic.
5. Kolaborasi
dokter

dengan
tentang

pemberian analgesik

c. Pemenuhan informasi b.d tindakan diagnostik invasive, intervensi


kemoterapi, radiasi dan pembedahan, adanya stoma, perencanaan
pasien pulang.
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Tujuan: Terpenuhinya

Intervensi
1

Ajarkan

klien
15

RASIONAL
dan

Meningkatkan

informasi

yang

di

keluarga prosedur dan

butuhkan pasien.

tujuan terpi.
Lakukan pemberian

2
Kriteria Hasil:
Pasien

teradaptasi
-

dialami.
mampu
-

mengungkapkan jadwal
pengobatan

dan

intravesika:
Gunakan

tekhnik

steril

dalam

menurunkan ansietas.

retensi obat.
Meningkatkan lapisan

kateterisasi.
Instruksikan klien

kandungan

kemih

untuk

dengan obat-obatan.
Memberikan kontak

berkemih

obat

yang besar dari obat

dimasukkan.
Instruksikan untuk

dengan

selalu

kandung kemih.
Mencegah pemajanan

mengubah

posisi.
Instruksikan untuk
berkemih

beberapa jam.
Instruksikan klien

permukaan

pada kemoterapi dan

selama

untuk
3

mencegah infeksi.
Emeningkatkan

dalam

menunggu

bagian

sebelum

tujuannya.

dan

kemoterapi

dengan kondisi yang


Pasien

pemahaman

imunoterapi

yang

dikeluarkan

melalui

urine.
Meningkatkan
kemandirian.

toileting

dengan hati-hati.
Ajarkan
perawatan
stoma

selama

dirumah.

d. Berduka disfungsional b.d. perubahan anatomis seksual


Tujuan dan Kriteria
Hasil
Tujuan: Dalam waktu

Intervensi
1

Anjurkan klien untuk

RASIONAL
1

Meningkatkan

integrasi

3 x 24 jam adaptasi

mengungkapkan

dari perubahan ke dalam

pasien meningkat.
Kriteria Hasil:

perasaan

gaya tubuh.

ostomi

mengenai
dan kanker
16

Pasien

kandung kemih dan

teradaptasi

dampak

dengan kondisi

diharapkan pada gaya

yang dialami.
Pasien mampu

hidup.
Evaluasi

yang

perasaan

mengungkapkan

klien

perasannya.

diversi urinarius dan

mengenai

efeknya,

identitas

seksual,

hubungan,

dan citra diri.


Bant

rencana

asuhan keperwatan.

Meningkatkan

adaptasi

fisiologis.

fungsi

kandung kemih.
Berikan kesempatan
untuk berduka atas
kehilangan

untuk

merumuskan

penampilan fisik atas

data

untuk

memisahkan
kehilangan

Sebagai

fungsi

Memberi waktu untuk


mengatasi kehilangan.

kandung kemih.
Pantau apakah klien
dapat

melihat

ostominya.

Ketidakmampuan
memandang

ostominya

mengidikasikan kesulitan
koping.

17

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria) adalah
suatu kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel kanker
atau tumor pada kandung kemih. Penyebab yang pasti dari kanker vesika
urinaria tidak diketahui. Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa kanker
ini memiliki beberapa faktor resiko seperti lingkungan pekerjaan, usia,
merokok, infeksi, dan lain-lain.
Gejala dari kanker vesika uranaria menyerupai gejala infeksi kandung
kemih (sititis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut
dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi,
gejalanya tidak menghilang.
18

Penanganan kanker kandung kemih tergantung pada derajat tumornya


(yang didasarkan pada derajat deferiensi sel), stadium pertumbuhan tumor
(derajat invasi local serta ada tidaknya metastase) dan multisentrisitas tumor
tersebut (apakah tumor tersebut memiliki banyak pusat).Usia pasiaen dan
status fisik, mental serta emosional harus dipertimbangkan dalam menentukan
bentuk terapinya
B. Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat
mengerti bagaimana asuhan keperawatan kanker kandung kemih, dan paham
bagaimana patofiologi yang terjadi klien kanker kandung kemih. sehingga
bisa berpikir kritis dalam melakukan tindakan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C & John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC
Muttaqin, Arif & Kumala Sari. 2014. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

19

You might also like