You are on page 1of 22

JURNAL PRAKTIKUM DFK

MODUL 4
DISPENSING, KIE, DAN PMR

Oleh
Ester Novella Br Tobing
2443013274

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2016

I. TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan dispensing resep dengan alur yang tepat
Mahasiswa dapat menganalisa kesesuaian suatu resep dokter dengan kondisi pasien
Mahasiswa dapat menganalisa resep dan menyiapkan obat sesuai kaidah kefarmasian
Mahasiswa dapat melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada pasien
dengan benar
Mahasiswa dapat menuliskan patient medication record (PMR)
II.

Tinjauan tentang Hipertensi


Hipertensi adalah kondisi di mana jika tekanan darah sistole 140 mmHg atau lebih
tinggi dan tekanan darah diastole 90 mmHg atau lebih tinggi (Chobanian et al., 2003).
Tekanan darah cenderung bervariasi dari waktu kewaktu dan dipengaruhi oleh teknik
pengukuran tekanan darah, waktu pengukuran, emosi, rasa sakit, ketidaknyamanan,
hidrasi, suhu, latihan dan obat. Adapun klasifikasi hipertensi menurut JNC VII dapat di
lihat pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun menurut JNC
VII (Dipiro, 2008)
Klasifikasi
Normal

Sistolik (mmHg)
<120

Diastolik (mmHg)
Dan <80

Prehipertensi

120-139

Atau 80-89

Hipertensi Tingkat 1

140-159

Atau 90-99

Hipertensi Tingkat 2

160

Atau 110

Sebagian besar penderita hipertensi primer atau esensial etiologi patofisiologinya


tidak diketahui. Hipertensi primer tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan.
Pada sebagian kecil penderita hipertensi, dikenal sebagai hipertensi sekunder mempunyai
penyebab yang spesifik baik endogen maupun eksogen. Apabila penyebab hipertensi
sekunder dapat diidentifikasi, maka hipertensi pada penderita ini memiliki potensi dapat
disembuhkan (Dipiro et al., 2008).

Berdasarkan etiologinya terdapat 2 jenis hipertensi, yaitu : (Dipiro et al., 2008)


a. Hipertensi Primer (esensial)

Hipertensi dipengaruhi oleh faktor genetik sehingga sering dinyatakan kejadian


riwayat dalam suatu keluarga. Menurut data, tekanan darah yang monogenik dan
poligenik mempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi esensial. Banyak
karakteristik genetik dari gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium,
tetapi juga adanya mutasi-mutasi genetik yang mengubah ekskresi urin kallikrein,
pelepasan nitrat oksida, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.
Lebih dari 90% penderita hipertensi merupakan hipertensi primer (esensial).
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab hipertensi sekunder paling umum adalah disfungsi ginjal akibat
penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular. Baik secara langsung maupun
tidak, obat-obat tertentu dapat menyebabkan atau memperburuk hipertensi dengan
meningkatkan tekanan darah (tabel 2.2). Apabila penyebab tersebut dapat
diidentifikasi, tahap pertama dalam penanganannya yaitu dengan menghentikan
obat yang bersangkutan atau mengobati penyakit yang menyertainya. Kurang dari
10% penderita hipertensi merupakan hipertensi sekunder.
Tabel 2.2 Penyebab Hipertensi Sekunder (Dipiro et al., 2008)
Penyakit

Obat

- Koarktasi Aorta

- Estrogen (biasanya pil *KB dengan


kadarestrogen tinggi)
- Kortikosteroid, *ACTH
- Sibutramin
- Fenilpropanolamin dan analognya
- Siklosporin dan Takrolimus
- Eritropoetin
- Antidepressan (terutama venlafaxin),
bromokriptin, buspiron, karbamazepin,
klozapin, desfulran, ketamin,
metoklopramid

- Sindrom Cushing
- Penyakit Renovaskular
- Penyakit Paratiroid
- Pheochromocytoma
- Aldosteronisme Primer
- Penyakit Tiroid

*ACTH : Adrenokortikotropik hormon


*KB : Keluarga Berencana
Tekanan Darah Sistolik diperoleh selama kontraksi jantung dan Tekanan Darah Diastolik
diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi. Banyak faktor yang mengontrol
tekanan darah berkontribusi secara potensial dalam terbentuknya hipertensi, faktor-faktor
tersebut adalah :

1. Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan atau variasi diurnal),
2.
3.
4.
5.

mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stress psikososial dll


Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor
Asupan natrium (garam) berlebihan
Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi

angiotensin II dan aldosteron.


6. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide natriuretik
7. Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus vaskular
dan penanganan garam oleh ginjal.
8. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah
kecil di ginjal
9. Diabetes mellitus
10. Resistensi insulin
11. Obesitas
12. Meningkatnya aktivitas vascular growth factor.
13. Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik
inotropik dari jantung, dan tonus vascular
14. Berubahnya transpor ion dalam sel
Mekanisme Terjadinya Hipertensi
Mekanisme tejadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah yang mengandung angiotensinogen diproduksi
dihati, selanjutnya oleh hormon, rennin yang diproduksi oleh ginjal akan diubah menjadi
angiotensin I oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin
II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah
melalui dua aksi utama, aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik
(ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi dihipotalamus (kelenjar pituitary) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatkan ADH, sangat sedikit urin yang
diekskresikan keluar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal naiknya konsentrasi NaCl akan

diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Saseen dan Maclaughlin, 2007).
Faktor Resiko
Faktor resiko hipertensi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Umur
Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena
hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut
cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas 65 tahun. Pada usia
lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik.
Sedangkan menurut JNC VII memakai tekanan diastolik sebagai bagian tekanan yang
lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi
sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada
pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh
darah menjadi lebih kaku, sebagai akibatnya adalah meningkatnya tekanan darah
sistolik (Chobanian et al, 2003).
b. Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria lebih banyak yang
menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk
peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung
dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita Namun, setelah
memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah
usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria
yang diakibatkan oleh faktor hormonal (Saseen dan Maclaughlin, 2007).
c. Stres
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut,
rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin
dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah
akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis (Saseen dan
Maclaughlin, 2007).
d. Konsumsi garam
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar
sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan tekanan
darah dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengkonsumsi

garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan pada
masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram sehingga tekanan darah rata-rata lebih
tinggi (Armilawaty dkk, 2007).
e. Obesitas
Obesitas sangat erat kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang, di mana
seseorang lebih banyak mengkonsumsi lemak dan protein tanpa memperhatikan serat.
Kelebihan berat badan meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular
karena beberapa sebab. Makin besar masa tubuh, makin banyak darah yang
dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Volume darah
yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan
lebih besar pada dinding arteri (Armilawaty dkk, 2007).
f. Kebiasaan merokok
Kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok
yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri dan mengakibatkan proses arterosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi
autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya
arterosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut
jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung (Ali, 2010).
Komplikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama pada penyakit serebrovaskular (stroke,
transienst ischemic attack), arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia,
dan atrial fibrilasi. Dalam jangka waktu lama hipertensi akan merusak endotel arteri dan
mempercepat atherosclerosis. Komplikasi hipertensi termasuk dalam rusaknya organ tubuh
seperti, jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Mortalitas dan morbiditas
dapat meningkat apabila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular
Faktor Resiko Mayor
lain (tabel 2.3) (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Hipertensi
Merokok
Obesitas
(BMI 30) Resiko Kardiovaskular (Departemen Kesehatan RI, 2006)
Tabel
2.3 Faktor-Faktor
Immobilitas
Dislipidemia
\
Diabetes Mellitus
Mikroalbuminuria atau perkiraan GFR < 60 ml/min
Umur (> 55 tahun untuk laki-laki, > 65 tahun untuk perempuan)
Riwayat keluarga untuk penyakit kardiovaskular prematur (lakilaki < 55 tahun atau perempuan
< 65 tahun)
Kerusakan Organ Target
Otak (stroke, transienst ischemic attack, dementia)
Mata (retinopathy)
Jantung (left ventricular hypertrophy, angina atau pernah infark miokard, gagal jantung)
Penyakit ginjal kronis
Penyakit arteri perifer

Tinjauan tentang Penatalaksanaan Hipertensi


Terapi Nonfarmakologi
Pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus memperhatikan perubahan pola gaya
hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita hipertensi. Selain
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, perubahan gaya hidup juga dapat
mengurangi efek buruk berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada penderita tekanan
darah prehipertensi. Perubahan gaya hidup yang penting adalah menurunkan berat badan
pada pasien yang obesitas, mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop
Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium, diet rendah natrium, berhenti merokok,
aktivitas fisik, dan mengurangi konsumsi alkohol (Dipiro et al., 2008).
Pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan buah-buahan, sayuran, dan produk
susu rendah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh berkurang. Hal ini dianjurkan
oleh JNC VII yang terbukti menurukan tekanan darah. Asupan natrium idealnya sampai
1,5g/hari. Asupan kalium diperoleh dari buah-buahan dan sayuran dengan kandungan tinggi,
idealnya 4,7g/hari pada penderita dengan fungsi ginjal normal. Aktifitas fisik dapat
menurunkan tekanan darah seperti olahraga aerobik secara teratur minimal 30 menit per hari
dalam seminggu. Merokok merupakan faktor resiko utama untuk penyakit kardiovaskular.
Penderita hipertensi yang merokok harus diberikan konseling yang berhubungan dengan
resiko lain yang ditimbulkan karena merokok (Dipiro et al., 2008).
Penurunan berat badan pada pasien hipertensi dengan obesitas sangat diperlukan
karena obesitas dan hipertensi itu merupakan 2 hal yang saling berkaitan erat dan tingkat
obesitas juga berkorelasi positif dengan terjadinya hipertensi. Pada pasien hipertensi yang
mengalami obesitas dapat menurunkan tekanan darahnya tanpa perlu mengubah asupan
garam. Mempertahankan turunnya berat badan umumnya sulit dilakukan oleh sebagian besar
orang, sehingga kombinasi latihan fisik seperti aerobik atau olahraga serta konseling diet
makanan dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan terapi (Oates and Brown, 2012).

Terapi Farmakologi
a. Diuretik
Diuretik adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air dan
natrium klorida. Diuretik digunakan untuk mengurangi edema pada gagal jantung
kongestif, beberapa penyakit ginjal dan sirosis hepatis (Neal, 2006). JNC VII
merekomendasikan diuretik tipe tiazid bila memungkinkan sebagai terapi lini pertama
untuk kebanyakan pasien, baik digunakan tunggal maupun dikombinasikan dengan
salah satu dari kelas lain. Empat subkelas diuretik digunakan untuk mengobati
hipertensi yaitu (Dipiro, 2008)
- Golongan Tiazid
Mekanisme kerja :tiazid bekerja terutama pada segmen awal tubulus distal, di
mana tiazid menghambat reabsorpsi NaCl dengan terikat pada sinporter yang
berperan untuk kotranspor Na+/Cl- elektronetral. Terjadi peningkatan ekskresi Cl,
Na+ dan disertai H2O. Beban Na+ yang meningkat dalam tubulus distal
menstimulasi pertukaran Na+ dengan K+ dan H+, meningkatkan sekresinya dan
menyebabkan hipokalemia dan alkalosis metabolik. Efek samping termasuk
kelemahan, impotensi dan kadang-kadang ruam kulit.Yang lebih sering terjadi
adalah efek metabolik seperti hipokalemia, hiperurisemia, terganggunya toleransi
-

glukosa maupun lipid (Neal, 2006).


Golongan Loop Diuretik
Obat yang bekerja di loop menghambat reabsorpsi NaCl dalam ansa Henle
asedens segmen tebal. Segmen ini mempunyai kapasitas yang besar untuk
mengabsorpsi NaCl sehingga obat yang bekerja pada tempat ini menyebabkan
diuresis yang lebih hebat daripada diuretik lain. Diuretik loop bekerja pada
membran lumen dengan cara menghambat kotranspor Na+/K+/2Cl-. Obat yang
bekerja pada loop dapat menyebabkan hiponatremia, hipotensi, hipovolemia dan

hipokalemia (Neal, 2006).


Diuretik Hemat Kalium
Diuretik hemat kalium adalah obat antihipertensi yang lemah bila digunakan
sendiri tetapi memberikan efek aditif bila dikombinasi dengan golongan tiazid
atau loop. Selanjutnya diuretik ini menggantikan kalium dan magnesium yang
hilang akibat pemakaian diuretik lain (Dipiro, 2008). Amiloride dan triamteren
menurunkan permeabilitas membran lumen terhadap Na+ pada distal nefron
dengan mengisi kanal Na+ dan menghambatnya. Hal ini meningkatkan ekskresi

Na+ (Cl- dan H2O) dan menurunkan ekskresi K+ (Neal, 2006).


Golongan Antagonis Aldosteron

Spironolakton secara kompetitif memblok ikatan aldosteron pada reseptor


sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan menurunkan
sekresi K+. Spironolakton merupakan diuretik lemah, karena hanya 2% dari
reabsorpsi Na+ total yang berada di bawah kendali aldosteron (Neal, 2006).
b. ACEi (Angiotensin Converting Enzym Inhibitor)
Mekanisme kerja dari ACEi adalah menghambat perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II, di mana angiotensin II adalah vasokonstriktor kuat yang juga
merangsang sekresi aldosteron (Dipiro, 2008). Efek yang tidak diinginkan yang sering
terjadi adalah batuk kering yang bisa disebabkan oleh peningkatan bradikinin. Efek
samping dari ACEi yang jarang terjadi namun serius adalah angioedema, proteinuria
dan neutropenia (Neal, 2006).
c. ARB (Angiotensin II Reseptor Blockers)
ARB menghambat secara langsung reseptor angiotensinogen II tipe I (AT1) yang
memediasi efek angiotensinogen II yang sudah diketahui pada manusia yaitu
vasokonstriksi maupun pelepasan aldosteron. ARB tidak memblok reseptor
angiotensinogen tipe 2 (AT2) (Dipiro, 2008). Obat ini mempunyai sifat yang sama
dengan ACEi tetapi tidak menyebabkan batuk (Neal, 2006).
d. CCB (Calcium Channel Blockers)
Mekanisme kerja CCB adalah menghambat masuknya Ca2+ ke dalam sel dengan
terikat pada kanal kalsium tipe L, antagonis ini menyebabkan relaksasi otot polos
arteriol. Hal ini menurunkan resistensi perifer dan menyebabkan penurunan tekanan
darah. Efek samping yang sering terjadi adalah akibat vasodilatasi berlebihan dan
termasuk pusing, hipotensi dan edema pada pergelangan kaki (Neal, 2006). Ada dua
subkelas CCB, yaitu dihidropiridin dan nondihidropiridin. Nondihidropiridin
(verapamil dan diltiazem) menurunkan denyut jantung dan memperlambat konduksi
nodal atriventrikular. Verapamil menghasilkan efek negative inotropik dan
kronotropik yang bertanggungjawab terhadap kecenderungannya untuk memperparah
atau menyebabkan gagal jantung pada pasien resiko tinggi. Diltiazem juga
mempunyai efek ini tetapi tidak sebesar verapamil. Diltiazem dan verapamil dapat
menyebabkan anorexia, nausea, edema perifer dan hipotensi. Verapamil dapat
menyebabkan konstipasi pada 7% pasien. Efek samping ini terjadi juga pada diltiazem
tetapi lebih sedikit. CCB dihidropiridin sangat efektif pada lansia dengan hipertensi
sistolik terisolasi (isolated systolic hypertension) (Dipiro, 2008).
e. Penyekat (-blockers)

- bloker menyebabkan penurunan tekanan darah melalui penurunan curah jantung.


Kelemahan _-bloker adalah efek samping yang sering terjadi seperti tangan dingin
dan fatigue dan efek yang jarang terjadi namun serius seperti provokasi asma dan
gagal jantung (Neal, 2006). Pemberian -bloker tiba-tiba dapat menyebabkan angina
tidak stabil, infark miokard dan bahkan kematian pada pasien-pasien dengan resiko
tinggi penyakit koroner. Pemberhentian tiba-tiba juga dapat menyebabkan rebound
hypertension. Untuk mencegah ini, -bloker harus diturunkan dosisnya dan
diberhentikan secara perlahan-lahan selama 1-2 minggu (Dipiro, 2008).
f. Penyekat 1(1-blockers)
Bekerja pada pembuluh darah perifer dan menghambat pengambilan katekolamin
pada sel otot halus, menyebabkan vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah. 1bloker adalah obat alternatif kombinasi dengan antihipertensi primer lainnya. Efek
samping yang terjadi adalah fenomena dosis pertama yang ditandai dengan pusing
sementara atau pingsan dan palpitasi (Dipiro, 2008).
g. Aliskiren
Aliskiren adalah obat antihipertensi oral baru yang bekerja menghambat renin secara
langsung. Obat ini memblok aktivasi RAAS sehingga dapat menurunkan aktivitas
plasma renin dan menurunkan tekanan darah.Aliskiren tidak dapat digunakan pada
kehamilan karena menunjukkan efek teratogenik (Dipiro, 2008).
h. Agonis 2-sentral
Klonidin, guanabenz, guanfasin dan metildopa menurunkan tekanan darah terutama
dengan merangsang reseptor 2 adrenergik di otak. Perangsangan ini menurunkan
aliran simpatetik dari pusat vasomotor di otak dan meningkatnya tonus vagal.
Penurunan

aktivitas

simpatetik,

bersamaan

dengan

meningkatnya

aktivitas

parasimpatetik, dapat menurunkan denyut jantung, cardiac output, total peripheral


resistance, aktifitas plasma renin dan refleks baroreseptor. Klonidin sering digunakan
untuk hipertensi yang resistan dan metildopa adalah obat lini pertama untuk hipertensi
pada kehamilan. Penghentian agonis 2 sentral secara tiba-tiba dapat menyebabkan
rebound hypertension (Dipiro, 2008).
i. Antagonis Adrenergik Perifer
Reserpin menurunkan tekanan darah dengan mengosongkan norepinefrin dari ujung
saraf simpatetik. Reserpin juga mengosongkan katekolamin dari otak dan
miokardium, mengakibatkan sedasi, depresi dan berkurangnya curah jantung.
Reserpin dapat menyebabkan retensi natrium dan air yang cukup bermakna. Harus

dikombinasikan dengan diuretic (tiazid lebih disukai).Reserpin digunakan sebagai


terapi lini ketiga pengobatan hipertensi (Dipiro, 2008).
j. Vasodilator arteri langsung (direct arterial vasodilators)
Efek antihipertensi dari hidralazin dan minoksidil disebabkan oleh relaksasi langsung
otot polos arteriolar tetapi tidak menyebabkan vasodilatasi ke pembuluh darah vena.
Kedua obat juga menyebabkan penurunan tekanan perfusi yang kuat yang
mengaktifkan refleks baroreseptor. Pengaktifan refleks baroreseptor menyebabkan
meningkatnya aliran simpatetik, sehingga meningkatkan denyut jantung, curah
jantung dan pelepasan renin (Dipiro, 2008).

Tabel 2.4 Obat Antihipertensi Primer (Dipiro, 2008)


Kelas

Sub kelas

Nama dagang

Dosis lazim

Frekuensi

(mg/hari)

pemberian

Diuretik

Tiazid

Hydrochlorotiazide

12,5 25

Chlortalidone (Hygroton)

12,5 25

Indapamide (Lozol)

1,25 2,5

Metolazone (Zaroxolyn)

2,5 5

Furosemide (Lasix)

20 80

Bumetanide (Bumex)

0,5 4

Torsemide (Demadex)

5 10

Amilorid (Midamor)

5 10

1 atau 2

Amilorid/hydrochlortiazide

5 10 /

(Moduretic)

50 - 100

Triamterene (Dyrenium)

50 100

1 atau 2

Triamterene/hydrochlortiazide

37,5 75 /

(Dyazide)

25 50

(Microzide,H.C.T)

Loop

Hemat kalium

Antagonis aldosteron

Spironolakton (Aldactone)
Spironolakton/hydrochlortiazid
e
(Aldactazide)
Eplerenone (Inspra)

25 50

1 atau 2

25 50 /

25 50
50 100

ACEi

1 atau 2

Captopril (Capoten)

25 150

2 atau 3

Lisinopril (Prinivil, Zestril)

10 40

Benazepril (Lotensin)

10 40

1 atau 2

Enalapril (Vasotec)

5 40

1 atau 2

Fosinopril (Monopril)

10 40

Moexipril (Univasc)

7,5 30

1 atau 2

Perindopril (Aceon)

4 16

Quinapril (Accupril)

10 80

1 atau 2

Ramipril (Altace)

2,5 10

1 atau 2

Trandolapril (Mavik)

14

ARBs

CCBs

Dihydropiridines

Kandesartan (Atacand)

8 32

1 atau 2

Irbesartan (Avapro)

150 300

Losartan (Cozaar)

50 100

1 atau 2

Telmisartan (Micardis)

20 80

Valsartan (Diovan)

80 320

Eprosartan (Teveten)

600 800

1 atau 2

Olmesartan (Benicar)
Amlodipine (Norvask)

20 40
2,5 10

1
1

Nifedipine long-acting (Adalat

30 90

Felodipine (Plendil)

5 20

CC,Procardia XL)
Isradipine (Dynacirc)

5 10

Nondihydropyridine

Isradipine SR (Dynacirc SR)

5 20

Nicardipine SR (Cardene SR)

60 120

Nisoldipine (Sular)

10 40

Diltiazem SR (Cardizem SR)

180 360

Diltiazem ER (Cardizem LA)

120 540

Verapamil SR (Isoptin SR)

180 480

1 atau 2

Verapamil ER (Coveral HS)

180 420

1 (malam)

Atenolol (Tenormin)

25 100

Bisoprolol (Zebeta)

2,5 10

Betaxolol (Kerlone)

5 20

Metoprolol tartrate (Lopressor)

100 400

Metoprolol succinate (Toprol

50 200

Kardioselektif

XL)

-bloker

Nonselektif

Propranolol (Inderal)

160 480

Propranolol long-acting (Inderal 80 320

2
1

LA)
Nadolol (Corgard)

40 120

Aktivitas

Acebutolol (Sectral)

200 800

simpatomimetik

Carteolol (Cartrol)

2,5 10

intrinsik

Penbutolol (Levatol)

10 40

Pindolol (Visken)

10 60

Campuran penyekat

Carvedilol (Coreg)

12,5 50

dan

Labetalol (Normodyne,

200 800

Trandate)

Tabel 2.5 Obat Antihipertensi Alternatif (Dipiro, 2008)


Kelas

Nama obat (paten)

Dosis lazim

Frekuensi

Doxazosin (Cardura)

(mg/hari)
18

Prazosin (Minipress)

2 20

2 atau 3

Penghambat renin

Terazosin (Hytrin)
Aliskiren (Tekturna)

1 20
150 300

1 atau 2
1

langsung
Agonis sentral

Clonidin (Catapres)

0,1 0,8

Methyldopa (Aldomet)

250 1000

Antagonis adrenergik

Reserpin (Hanya generik)

0,05 0,25

1 atau 2

perifer
Vasodilator

Minoxidil (Loniten)

10 40

2 atau 4

arteri langsung

Hidralazin (Apresoline)

20 100

1-bloker

RESEP

pemberian

Skrining Administrasi Resep :


Komponen

Ada

Tidak

Komponen

Ada

Nama dokter

Jumlah obat

No. telepon

Aturan pakai

dokter
SIP dokter

Paraf/ tanda tangan dokter

Tempat dan

Nama pasien

tanggal resep
Nama obat

Umur dan BB pasien

Narkotik

Tidak

Skrining Farmasetika :
Nama obat

ISDN

Furosemid

Digoksin

Vitamin B-complex

Bentuk sediaan
Dosis obat

Tablet sublingual
3x1 tablet dengan

Tablet
1x1 pagi hari

Tablet
2x1

Tablet
3x1

Ketersediaan obat
Kandungan obat
Jumlah obat
Lama pemakaian
Cara pemakaian

dosis 5 mg
Ada
Isosobid dinitrat
45
30 hari
Tablet diletakkan di

Ada
Furosemid
30
30 hari
Digunakan 1 kali

Ada
Digoksin
30
15 hari
Digunakan pada

Ada
B1, B6. B12
90
30 hari
Digunakan 3 kali

bawah lidah dan

sehari pada pagi

pagi dan malam

sehari

dibiarkan meleleh

hari

hari 1 tablet

(sublingual)
Perubahan bentuk
Stabilitas dan
penyimpanan

Penyimpanan pada

Simpan

suhu 20-25C

wadah

dalam Simpan di tempat


tertutup sejuk dan kering,

rapat,
dari

terlindung dalam wadah


cahaya,

di tertutup rapat.

tempat sejuk dan

simpan dalam wadah


tertutup baik di
tempat sejuk 1525C dan terlindung
dari cahaya

kering.
Harga obat
Rekam Medis Pasien (Patient Medication Record)
Nama :
Jenis kelamin:
Tgl lahir/usia:

Heri Subagya
Laki-laki

BB/TB

Riwayat alergi:
Riwayat penyakit:

Kondisi sosial
(merokok, alkohol,

Alamat:
Telp./Hp:
Pekerjaan:
Peserta
asuransi:
Riwayat pengobatan

kopi, dll)
Nama dokter:

Dr. Anna Karenina

Tanggal
Mulai
Berakhi

Dokter

Nama obat

Aturan pakai

Indikasi

Dr. Anna Karenina

ISDN

3x1 tablet

Untuk mengobati

1x1 pagi hari


2x1

angina pektoris
Antihipertensi
Untuk pengobatan

3x1

jantung
Peningkatan daya

Dr. Anna Karenina


Dr. Anna Karenina
Dr. Anna Karenina

Furosemid
Digoksin
Vitamin B-complex

tahan tubuh

Pembahasan Resep :
Obat yang tertera dalam resep sudah sesuai dengan tujuan pengobatan untuk pasien
yaitu untuk pengobatan hipertensi. Furosemid yang berperan sebagai diuretik derivat asam
antranilat. Aktivitas diuretik furosemid terutama dengan jalan menghambat absorpsi natrium
dan klorida, tidak hanya pada tubulus proksimal dan tubulus distal, tapi juga pada loop of
Henle. Tempat kerja yang spesifik ini menghasilkan efektivitas kerja yang tinggi untuk
menurunkan tekanan darah. ISDN digunakan untuk pengobatan angina pektoris. Dosis yang
diberikan untuk ISDN untuk pengawasan klinis dengan pemberian tablet sudah tepat.
Digitoksin yang merupakan glikosida jantung bermanfaat untuk pengobatan takikardi
supraventrikel, terutama untuk mengontrol respon ventrikular pada fibrilasi atrium yang
menetap. Pemberikan vitamin B-kompleks juga sudah tepat untuk memulihkan kondisi tubuh
pasien dari sakit akan tetapi dosis yang diberikan belum tepat. Penggunaan vitamin Bkompleks sebaiknya diberikan 3 kali sehari 1-2 tablet, sedangkan menurut resep dari dokter
pemberian vitamin B-complex diberikan dalam 3 kali sehari 1 tablet.
Proses Persiapan Obat
Penerimaan
Skrining Admistratif

Skrining
Farmasetis
Pemeriksaan ketersediaan obat

Perhitungan
harga
Penyiapan Obat

Penyerahan kepada pasien disertai KIE

Apotek Widya Mandala

Apotek Widya Mandala

Jl. Raya Kalisari Selatan No. 1 Pakuwon City, Surabaya Jl. Raya Kalisari Selatan No. 1 Pakuwon City, Surabaya
Telp. 031-777000
Apoteker : Ester Novella

SIK : 2443013274

Telp. 031-777000
Apoteker : Ester Novella

No: 033Tgl. 11-08-2016

No: 033

SIK : 2443013274
Tgl. 11-08-2016

Tn. Heri Subagya

Tn. Heri Subagya

Tiga Kali Sehari Tablet Sebelum Makan

Pagi Hari Satu Tablet

Apotek Widya Mandala

Apotek Widya Mandala

Jl. Raya Kalisari Selatan No. 1 Pakuwon City, Surabaya Jl. Raya Kalisari Selatan No. 1 Pakuwon City, Surabaya
Telp. 031-777000
Apoteker : Ester Novella
No: 033

SIK : 2443013274

Telp. 031-777000
Apoteker : Ester Novella

Tgl. 11-08-2016

No: 033

SIK : 2443013274

Tgl. 11-08-2016

Tn. Heri Subagya

Tn. Heri Subagya

Pagi dan Malam Satu Tablet

Tiga Kali Sehari Satu Tablet

Harus dengan

Harus dengan

Harus dengan

resep dokter

resep dokter

resep dokter

APOTEK WIDYA MANDALA

APOTEK WIDYA MANDALA

Jl. Raya Kalisari Selatan No. 1 Pakuwon City, Surabaya

Jl. Raya Kalisari Selatan No. 1 Pakuwon City, Surabaya

Nama Obat

: ISDN

Nama Obat

: Furosemid

Nama Industri

: Darya Varia

Nama Industri

: Graha Farma

Tanggal Kadaluarsa

: Desember 2018

Tanggal Kadaluarsa

: Desember 2018

Tanggal
23/7/201

Masuk
100

6
11/8/201

Keluar

Sisa

45

55

Paraf

Tanggal
22/7/201

Masuk
60

6
11/8/201

Keluar

Sisa

30

70

Paraf

6
APOTEK WIDYA MANDALA

APOTEK WIDYA MANDALA

Jl. Raya Kalisari Selatan No. 1 Pakuwon City, Surabaya

Jl. Raya Kalisari Selatan No. 1 Pakuwon City, Surabaya

Nama Obat

: Digoksin

Nama Obat

: Vitamin B-kompleks

Nama Industri

: Sandoz

Nama Industri

: Sanbe Farma

Tanggal Kadaluarsa

: Desember 2018

Tanggal Kadaluarsa

: Desember 2018

Tanggal
23/7/201
6
11/8/201
6

Masuk
50

Keluar

30

Sisa

20

Paraf

Tanggal
9/8/2016
11/8/201
6

Masuk
150

Keluar

Sisa

90

60

Paraf

PERCAKAPAN KIE
Apoteker

: Selamat siang bapak ada yang bisa saya bantu ? Saya Ester, apoteker di
apotek ini.

Pasien

: Iya bu, saya mau tebus obat yang ada dalam resep ini.

Apoteker

: Silahkan duduk pak. Boleh, saya lihat resepnya pak?

Paseien

: Iya, ini bu.

Apoteker

: (menerima resep, melakukan skrining dan rencana dispending). Resepnya


untuk bapak Heri Subagya. Apakah ini dengan bapak Heri sendiri?

Pasien

: Iya saya sendiri bu.

Apoteker

: Apakah sebelumnya bapak sudah pernah mendapat resep seperti ini ?

Pasien

: Belum pernah mbak, ini baru pertama kalinya.

Apoteker

: Kalau boleh saya tahu, dokter tadi bilang bapak sakit apa?

Pasien

: Kata dokter saya sakit hipertensi bu.

Apoteker

: Iya, benar pak. Obatnya ini untuk mengurangi tekanan darah tinggi. Apakah
bapak ingin menebus semua obat yang diresepkan oleh dokter ini?

Pasien

: Iya bu, saya tebus semua obatnya.

Apoteker

: Baik pa, mohon ditunggu sebentar ya pak.

Pasien

: Baik bu.

------- proses skrining dan dispensing -------Apoteker

: Bapak Heri Subagya?

Pasien

: Iya bu, saya Heri Subagya.

Apoteker

: Bapak ini obatnya ada empat macam ya pak. ini Isosorbid dinitrat untuk
mengobati jantung (sambil menunjukkan obat) diminum tiga kali sehari
tablet ya pak. Untuk penggunaan isosorbid dinitrat ini diletakkan di bawah
lidah ya pak. Ini furosemid untuk antihipertensinya diminum satu kali sehari

pada pagi hari. Ini digoksin untuk jantung juga diminum pagi dan malam hari
satu tablet ya pak, dan yang terakhir ini vitamin b-complex untuk daya tahan
tubuh bapak diminum 3 kali sehari ya pak. Apakah bapak bisa mengulangi
pemakaian obatnya pak?
Pasien

: Oh iya bu. Isosorbid dinitrat diminum tiga kali sehari tablet diletakkan di
bawah lidah, furosemid diminum satu kali sehari pada pagi hari, digoksin
diminum pagi dan malam hari satu tablet, vitamin b-complex 3 kali sehari ya
bu?

Apoteker

: Iya benar sekali pak.

Pasien

: Lalu apakah ada efek sampingnya bu dari obat-obat ini?

Apoteker

: Iya, seperti furosemid setelah bapak konsumsi mungkin bapak akan sering ke
belakang untuk buang air kecil, karena cara kerja obatnya seperti ini pak.

Pasien

: Oh begitu, baik bu. Kalau saya lupa bagaimana ya bu, karena ini obat banyak
sekali.

Apoteker

: Jangan sampai lupa pak, minta tolong kepada keluarga untuk mengingatkan
atau bapak dapat membuat alarm pada handphone bapak untuk mengatur
waktu dalam meminum obat.

Pasien

: Lalu apakah ada makanan atau hal yang harus saya lakukan untuk dapat
mengurangi tekanan darah saya bu?

Apoteker

: Ubah gaya hidup pak seperti pola makan. Mulai sekarang bapak harus
konsumsi makanan yang kaya dengan buah-buahan, sayuran, dan produk susu
rendah lemak. Asupan garam juga harus mulai dikurangi. Harus rajin
berolahraga ya pak minimal 30 menit per hari dalam seminggu.

Pasien

: Kenapa konsumsi garam harus dikurangi bu?

Apoteker

: Garam itu menyebabkan penumpukan cairan di dalam tubuh pak karena


garam menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan. Karena menumpuk
dalam cairan tubuh sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

Pasien

: Oh begitu ya bu. Baiklah saya mengerti sekarang.

Apoteker

: Apakah masih ada yang kurang jelas pak?

Pasien

: Tidak ada bu, saya sudah mengerti semua. Terima kasih atas informasinya bu.

Apoteker

: Iya pak sama-sama. Jangan lupa minum obatnya dan hal-hal yang harus
dilakukan ya pak. Semoga lekas sembuh.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zulfikar., 2010. Wanita Perokok Rentan Terkena Stroke. hhtp://www.depkes.go.id.
Armilawaty, Amalia, H., Amiruddin, R., 2007, Hipertensi Dan Faktor Resikonya Dalam
Kajian Epidemiologi, Bagian Epidimiologi FKM UNHAS, (online),
http://ridwanamiruddin.wordpress.com diakses pada 13 September 2016.
Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R., Cushman, W.C., Green, L.A., and Joseph, L.L.,
2003, The Seven Report of The Joint National Comitte on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: The JNC 7 Express, U.S. Department
of Health and Human Services, New York.
Departemen Kesehatan RI, 2006, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi, Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan, Jakarta.
Dipiro, J., Talbert R. L., Yee G. C., Matzke G. R., Wells B. G. and Posey L. M., 2008,
Pharmacotherapy a Patophysiologic Approach, The Mc Graw Hill Companies, United
States.
Neal, Michael J. 2006, At a Glance:Farmakologi Medis, in Juwalita Surapsari, Amalia
Safitri, 5th ed., Erlangga Medical Series, Jakarta.
Oates and Brown, 2012, Hipertensi in Goodman and Gilman., Dasar Farmakologi Terapi,
Vol.2, 10th ed, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

You might also like