ANAK- ANAK

Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati
mereka.(Markus 10:16)
Peristiwa ini terjadi ketika saya dan beberapa orang teman sedang merayakan ulang tahun seorang rekan.
Kami makan di sebuah rumah makan yang cukup ramai; pengunjungnya dan berbagai lapisan masyarakat.
Saat kami makan itulah datang dua orang pengamen cilik. Usia mereka kurang lebih tujuh tahun-an;
penampilan lusuh, tetapi mereka kreatif. Mereka bernyanyi dengan memakai alat musik made in sendiri,
yang satu memakai icik-icik, alat musik dari beberapa tutup botol yang sudah dibikin pipih dan direnteng
menjadi satu dan dipaku pada sebilah kayu kecil; yang satu lagi memakai botol gallon aqua yang digantung
dipundak dengan tali rafia.
Tetapi yang menarik saya justru lagu-lagu yang mereka nyanyikan; bukan lagu-lagu anak-anak umumnya,
tetapi lagu-lagu orang dewasa seperti lagu Iwan Fals yang ini, Kumenanti seorang kekasih, yang tercantik
yang datang dihari ini dan lagu Koes Plus. Begini nasib jadi bujangan kemana-mana asalkan suka tiada
orang yang melarang Ketika mereka mendekat ke meja kami, iseng saya minta mereka menyanyikan lagu
anak-anak macam Anak Gembala. Mereka tidak bisa. Ya sudah, akhirnya kami minta mereka menyanyikan,
Selamat Ulang Tahun.
Lantas saya jadi berpikir, kenapa kedua anak itu sampai tidak tahu lagu-lagu yang seharusnya mereka
ketahui ? Saya berkeyakinan, bahwa lingkunganlah yang telah membentuk mereka menjadi begitu.
Lingkungan dimana mereka tinggal telah begitu rupa menanamkan nilai dan kebutuhan yang semestinya
belum saatnya dimiliki anak-anak usia mereka.
Bagaimana dengan anak-anak kita ; lingkungan yang seperti apa yang telah kita ciptakan untuk membentuk
pribadi mereka; apakah nilai dan kebutuhan mereka sudah kita penuhi sesuai tingkat usia mereka ? Ah,
jangan-jangan mereka pun lebih mengenal lagu--lagu Iwan Fals daripada lagu-lagu Sekolah Minggu; lebih
tahu tokoh--tokoh komik daripada tokoh-tokoh Alkitab. Semoga tidak. (Jeany Shanti Devi)