You are on page 1of 43

LAPORAN

ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA NY.S DENGAN
KANKER SERVIKS
IVB
DI RUANG MAWAR 3 RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA

Disusun Oleh:
1. Deni Wahyu Agustina

(070115B01

2. Enggar Puspa Andari

9)

3. Octavia Nur Aini Wahyudi

(070115B02

4. Putri Ahadiyah
5. Sulnadi

9)
(070115B06
2)
(070115B06
3)
(070115B07
8)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN

2016
BAB I
TINJAUAN TEORI
1. Kanker Serviks
A. Pengertian
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi
pada serviks, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat
melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan merupakan
sebuah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks
(Sukaca, 2009).
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel
serviks, kanker serviks dapat berasal dari sel-sel di leher rahim
dan dari sel-sel mulut rahim atau keduanya (Suheimi, 2010).
Kanker serviks atau kanker serviks atau kanker leher rahim
adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk
kearah rahim yang terletak antara rahim dan liang senggama
(vagina) (Rina, 2009).
B. Faktor Yang Mempengaruhi
Faktor resiko adalah faktor yang memudahkan terjadinya
infeksi virus HPV dan faktor lain yang memudahkan terjadinya
kanker serviks. Menurut American Cancer Society, tahun 2008,
faktor-faktor

yang

dapat

meningkatkan

terjadinya

kanker

serviks pada wanita adalah :


1) Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Virus yang tersebar luas menular melalui hubungan
seksual. Infeksi HPV telah diidentifikasi sebagai faktor resiko
yang paling utama untuk kanker serviks. Di antara lebih
dari 125 jenis HPV terdapat jenis HPV yang agresif (HPV 16
dan 18) yang dapat menyebabkan transformasi sel-sel
menjadi ganas di serviks.
2) Kontrasepsi

Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama dari 4


atau 5 tahun dapat meningkatkan resiko terkena kanker
serviks

sebesar

1,5

2,5

kali.

Beberapa

penelitian

menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan wanita


sensitive terhadap HPV yang dapat menyebabkan adanya
peradangan

pada

genitalia

sehingga

beresiko

untuk

terjadinya kanker serviks.


3) Merokok
Wanita yang merokok memiliki resiko dua kali lebih
besar

terhadap

kanker

serviks

daripada

non-perokok.

Bahan-bahan kimia yang ditemukan dalam rokok setelah


terhisap melalui paru-paru dapat terdistribusi luas ke
seluruh tubuh melalui aliran darah. Beberapa senyawa
tersebut dapat dijumpai pada lender serviks wanita yang
merokok. Peneliti meyakini bahwa bahan-bahan kimia
tersebut dapat merusak DNA pada sel-sel serviks dan
berkontribusi terhadap berkembangnya kanker serviks.
4) Umur
Perempuan

yang

rawan

mengidap

kanker

serviks

adalah mereka yang berusia 35-50 tahun dan masih aktif


berhubungan seksual (pervalensi 5-10%). Meski infeksi HPV
seiring pertambahan usia, namun sebaliknya resiko infeksi
menetap/persisten justru meningkat. Hal ini diduga karena
seiring

pertambahan

usia,

terjadi

perubahan

anatomi

(retraksi) dan histology (metaplasia).


5) Frekuensi Kehamilan
Jumlah kehamilan yang pernah dialami wanita juga
meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks. Sehingga,
wanita

yang

mempunyai

banyak

anak

atau

ering

melahirkan mempunyai resiko terserang kanker serviks


lebih besar.
6) Pendapatan atau status sosial ekonomi
Tingkat

penghasilan

secara

langsung

berhubungan

dengan standar hidup, para wanita berpendapatan rendah


hamper lima kali lebih tinggi beresiko terkena kanker

serviks daripada kelompok wanita yang berpendapatan


lebih tinggi. Kemiskinan yang mengakibat ketidakmampuan
mereka untuk mendapat pelayanan kesehatan yang baik
dan tidak dapat membayar biaya-biaya tes kesehatan yang
cukup mahal (Nurwijaya.et.al, 2002)
7) Pendidikan
Penelitian
pendidikan

Harahap

dengan

1983

kejadian

di

RSCM

kanker

antara

serviks

tingkat
terdapat

hubungan yang kuat, dimana kanker serviks cenderung


lebih banyak terjadi pada wanita yang berpendidikan
rendah dibandingkan wanita yang berpendidikan tinggi
(88,9%). Tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan
tingkat sosio ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Surbakti E (2004)
dalam Melva (2008). Pendidikan mempunyai hubungan
bermakna dengan kejadian kanker serviks dengan kata lain
penderita

kanker

serviks

yang

berpendidikan

rendah

merupakan faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya


kanker serviks.
8) Pekerjaan
Menurut Teheru (1998) dan Hidayati (2001) dalam
Melva (2008)

terdapat hubungan antara kanker serviks

dengan pekerjaan, dimana wanita pekerja kasar, seperti


buruh, petani memperlihatkan 4 kali lebih mungkin terkena
kanker serviks dibandingkan wanita pekerja ringan atau
bekerja

di

kantor.

Dua

kejadian

yang

terpisah

memperlihatkan adanya hubungan antara kanker serviks


dengan pekerjaan. Para istri pekerja kasar 4 kali lebih
mungkin terkena kanker serviks dibandingkan para istri
pekerja kantor atau

pekerja ringan, kebanyakan dari

kelompok yang pertama ini dapat diklasifikasikan ke dalam


kelompok

sosial

ekomoni

rendah,

mungkin

standar

kebersihan yang tidak baik pada umumnya faktor sosial


ekomoni rendah cenderung memulai aktifitas seksual pada
usia lebih muda.

C. Manifestasi Klinis
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tandatanda yang khas. Namun, kadang biasa ditemukan gejalagejala sebagai berikut :
1) Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang
keluyar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk
akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2) Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang
kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
3) Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
4) Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuningkuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah.
5) Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah
bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di dareah
pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis.
Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
7) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena
kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan
poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya
fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejalagejala akibat metastasis jauh (Andrijono, 2009).
D. Perkembangan Kanker Serviks
Perkembangan dari infeksi HPV onkogenik menjadi kanker
serviks dapat berlangsung apabila terjadi infeksi yang menetap
dari beberapa sel yang terdapat pada serviks (sel epitel pipih
atau lonjong di zona transformasi serviks). Perkembangan sel
yang tidak normal pada epitel serviks dapat berkembang
menjadi

prakanker

yang

disebut

juga

sebagai

Cervical

Intraepithelial Neoplasia (CIN). Tahapan perkembangan sel-sel


abnormal hingga menjadi kanker serviks adalah sebagai berikut
:

1) Cervical Intraepithalial Neoplasia I (CIN I) atau Low Grade


Squamous Intraepithalial Lesions (LSILs). Dalam tahap ini
terjadi perubahan yaitu sel yang terinfeksi HPV onkogenik
akan membuat partikel-partikel virus baru.
2) Cervical Intraepithalial Neoplasia II (CIN II) atau High Grade
Squamuos Intraepithalial Lesions HSILs). Dalam tahap ini,
sel-sel semakin menunjukkan gejala abnormal prakanker.
3) Cervical Intraepithalial Neoplasia III (CIN III). Dalam tahap
ini, lapisan permukaan serviks dipenuhi dengan sel-sel
abnormal dan semakin abnormal.
4) Infeksi persisten dengan HPV onkogenik dapat berkembang
menjadi

atau

menunjukkan

kehadiran

lesi

prakanker,

seperti CIN I, CIN II, CIN III, dan Carcinoma in situ (CIS).
5) Kanker serviks yang semakin invasive yang berkembang
dari CIN III (Wijaya, 2010).
E. Stadium Klinik
Stadium yang dipakai adalah stadium klinik menurut
Internasional Federation of Gynecologi and Obstetrics (FIGO) :
1) Stage 0

: Karsinoma in situ, CIN grade III

Bagian ini belum diyakini sebagai kanker invasive


karena lesinya belum melebihi membran basalis.
2) Stage I

: Karsinoma mikroinvasif, masih terbatas di

serviks. Hanya dapat didiagnosa dengan mikroskop. Secara


klinis belum terlihat.
a) Stage IA1 : invasi ke stroma, kedalamannya tidak lebih
dari 3mm dan penyebaran horizontal tidak lebih dari
7mm. 5 years survival dengan treatment yang optimal
~95%.
b) Stage IA2 : invasi ke stroma, kedalamannya lebih dari
3mm tetapi tidak lebih dari 5mm dan penyebaran
horizontal tidak lebih dari 7mm. 5 years survival dengan
treatment yang optimal ~95 %.

c)

IB

:Karsinoma terbatas diserviks. Secara klinis

sudah terlihat atau lesi mikroskopisnya lebih dari


daripada IA2.
d) Stage IB 1

: secara klinis terlihat lesi 4 cm atau

lebih kecil dengan luas pandang terbesar. 5 year


survival dengan treatment yang optimal ~85%.
e) Stage IB2 : secara klinis terlihat lesi 4 cm atau lebih
besar dengan luas pandang terbesar. 5 year survival
dengan treatment yang optimal ~75%.
3) Stage II

: karsinoma yang masih terbatas di serviks,

belum mencapai uterus


a) IIA

: menyebar melalui serviks, termasuk

2/3 atas vagina, tetapi bukan termasuk jaringan di


sekitar uterus (parametrium).
b) IIB

: menyebar melalui serviks, sudah

menginvasi

parametrium,

tetapi

belum

mencapai

dinding pelvis atau 1/3 bawah vagina.


4) Stage III

: karsinoma yang sudah menyebar ke

dinding pelvis atau melibatkan1/3 bawah vagina, atau


menyebabkan hidronefrosis atau kerusakan ginjal.
a) IIIA : menyebar ke 1/3 bawah vagina, tetapi belum
mencapai dinding pelvis.
b) IIIB : menyebar ke dinding pelvis, hidronefrosis atau
ginjal yang tidak berfungsi.
5) Stage IV : tumor telah menyebar
a) IVA : menyebar sampai melibatkan mukosa kandung
kemih dan rectum.
b) IVB : menyebar ke organ yang jauh, misalnya limfonodi
extrapelvis,

ginjal,

tulang,

paru,

hepar,

dan

yang

dapat

dilakukan

otak

(Rasjidi,2008).
F.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan

penunjang

(Mansjoer, 2001) :
1) Sitologi, dengan cara test Pap Smear

adalah

2) Kolposkopi
3) Servikografi
4) Visual langsung
5) Gineskopi
6) Pap net (pemeriksaan dengan hasil lebih sensitif)
G. Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah
dipastika

secara

histologik

dan

sesudah

dikerjakan

perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan


rehabilitasi

dan

pengamatan

onkologi)

(Wiknjosastro,

dilakukan

pada

klien

lanjutan

1997).
kanker

(tim kanker

Penatalaksanaan

serviks,

tergantung

tim
yang
pada

stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara


yaitu: histerektomi, radiasi dan kemoterapi. Di bawah ini adalah
klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan
stadium kanker serviks :
STADIUM

PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut

Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut

Ia

Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan

limfadenektomi

panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta

Ib,Iia

(bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi

IIb, III, IV

pasca pembedahan
Histerektomi transvaginal
Radioterapi

IVa, IVb

Radiasi paliatif
Kemoterapi
(Masjoer, 2001)

1) Manajemen Tumor Insitu


Manajemen yang tepat diperlukan pada karsinoma
insitu.

Biopsi

berpengalaman

dengan

kolposkopi

dibutuhkan

untuk

oleh

onkologis

mengeksklusi

kemungkinan invasi sebelum terapi dilakukan. Pilihan terapi

pada pasien dengan tumor insitu beragam bergantung


pada usia, kebutuhan fertilitas, dan kondisi medis lainnya.
Hal penting yang harus diketahui juga adalah penyebaran
penyakitnya harus diidentifikasi dengan baik.
Karsinoma

insitu

digolongkan

sebagai high

grade

skuamous intraepitelial lesion(HGSIL). Beberapa terapi yang


dapat

digunakan

adalah loop

electrosurgical

excision

procedure (LEEP), konisasi, krioterapi dengan bimbingan


kolposkopi, dan vaporisasi laser. Pada seleksi kasus yang
ketat maka LEEP dapat dilakukan selain konisasi. LEEP
memiliki keunggulan karena dapat bertindak sebagai biopsi
luas untuk pemeriksaan lebih lanjut. Keberhasilan eksisi
LEEP mencapai 90% sedangkan konisasi mencapai 70-92%.
Teknik lain yang dapat dilakukan untuk terapi karsinoma
insitu adalah krioterapi yang keberhasilannya mencapai 8090% bila lesi tidak luas (<2,5 cm), tetapi akan turun sampai
50% apabila lesi luas (> 2,5 cm). Evaporasi laser pada
HGSIL memberikan kerbehasilan sampai 94% untuk lesi
tidak luas dan 92% untuk lesi luas. HGSIL yang disertai NIS
III

memberikan

indikasi

yang

kuat

untuk

dilakukan

histerektomi. Pada 795 kasus HGSIL yang dilakukan konisasi


didapatkan

adanya

risiko

kegagalan

0,9-1,2%

untuk

terjadinya karsinoma invasif.


2) Manajemen Mikroinvasif
Diagnosis untuk stadium IA1 dan IA2 hanya dapat
ditegakkan setelah biopsi conedengan batas sel-sel normal,
trakelektomi, atau histerektomi. Bila biopsi cone positif
menunjukkan
dilakukan

CIN

III

atau

kanker

biopsi cone ulangan

invasif

karena

sebaiknya

kemungkinan

stadium penyakitnya lebih tinggi yaitu IB. Kolposkopi


dianjurkan
adanya vaginal

untuk

menyingkirkan

intraepithelial

kemungkinan

neoplasia (VAIN)

sebelum

dilakukan terapi definitif.


Stadium serviks IA1 diterapi dengan histerektomi total
baik abdominal maupun vaginal. Apabila ada VAIN maka

vagina yang berasosiasi harus ikut diangkat. Pertimbangan


fertilitas

pada

pasien-pasien

dengan

stadium

ini

mengarahkan terapi pada hanya biopsi cone diikuti dengan


Paps smear dengan interval 4 bulan, 10 bulan, dan 12
bulan bila hasilnya negatif. Stadium serviks IA2 berasosiasi
dengan penyebaran pada kelenjar limfe sampai dengan
10%

sehingga

terapinya

adalah modified

radical

hysterectomy diikuti dengan limfadenektomi. Pada stadium


ini bila kepentingan fertilitas masih dipertimbangkan atau
tidak ditemukan bukti invasi ke kelenjar limfe maka dapat
dilakukan biopsi cone yang luas disertai limfadenektomi
laparoskopi

atau

limfadenektomi

radikal

trakelektomi

laparoskopi.

Observasi

dengan
selanjutnya

dilakukan dengan Paps smear dengan interval 4 bulan, 10


bulan dan 12 bulan.
3) Manajemen Karsinoma Invasif Stadium Awal
Pasien-pasien
dilakukan

dengan

biopsi

ditemukan

untuk

tumor

yang

konfirmasi

gejala-gejala

yang

tampak

harus

diagnosis.

Apabila

berhubungan

dengan

metastasis maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan seperti


sistoskopi dan sigmoidoskopi. Pemeriksaan foto toraks dan
evaluasi fungsi ginjal sangat dianjurkan. Stadium awal
karsinoma serviks invasif adalah stadium IB sampai IIA (<
4cm). Stadium ini memiliki prognosis yang baik apabila
diterapi

dengan

operasi

atau

radioterapi.

Angka

kesembuhan dapat mencapai 85% sampai 90% pada pasien


dengan massa yang kecil. Ukuran tumor merupakan faktor
prognostik yang penting untuk kesembuhan atau angka
harapan hidup 5 tahunnya.
Penelitian kontrol acak selama 5 tahun mendapatkan
bahwa
harapan

radioterapi
hidup

atau

operasi

tahunan

yang

menunjukkan
sama

dan

angka
tingkat

kekambuhan yang sama-sama kecil untuk terapi karsinoma


serviks

stadium

apabila

operasi

dini.
dan

Morbiditas
radiasi

terutama

dilakukan

meningkat

bersama-sama.

Namun, pemilihan pasien dengan penegakkan stadium


yang baik dibutuhkan untuk menentukan terapi operatif.
Jenis operasi yang dianjurkan untuk stadium IB dan IIA
(dengan

massa

<

4cm)

adalahmodified

radical

hysterectomy atau radical abdominal hysterectomy disertai


limfadenektomi selektif. Setelah dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi pada jaringan hasil operasi dan bila
didapatkan penyebaran pada kelenjar limfe paraaorta atau
sekitar pelvis maka dilakukan radiasi pelvis dan paraaorta.
Radiasi langsung dilakukan apabila besar massa mencapai
lebih dari 4 cm tanpa harus menunggu hasil patologi
anatomi kelenjar limfe.
Penelitian kontrol acak menunjukkan bahwa pemberian
terapi sisplatin yang bersamaan dengan radioterapi setelah
operasi

yang

parametrium,

memiliki
atau

invasi

batas-batas

pada

kelenjar

operatif

limfe,

menunjukkan

keuntungan secara klinis. Penelitian dengan berbagai dosis


dan jadwal pemberian sisplatin yang diberikan bersamaan
dengan

radioterapi

menunjukkan

penurunan

risiko

kematian karena kanker serviks sebanyak 30-50%. Risiko


juga meningkat apabila didapat ukuran massa yang lebih
dari 4 cm walaupun tanpa invasi pada kelenjar-kelenjar
limfe,infiltrasi pada kapiler pembuluh darah, invasi di lebih
dari 1/3 stroma serviks. Radioterapi pelvis adjuvan akan
meningkatkan kekambuhan lokal dan menurunkan angka
progresifitas dibandingkan tanpa radioterapi.
4) Manajemen Karsinoma Invasif Stadium Lanjut
Ukuran tumor primer penting sebagai faktor prognostik
dan harus dievaluasi dengan cermat untuk memilih terapi
optimal.

Angka

harapan

hidup

dan

kontrol

terhadap

rekurensi lokal lebih baik apabila didapatkan infiltrasi satu


parametrium

dibandingkan

kedua

parametrium.

Pengobatan terpilih adalah radioterapi lengkap, dilanjutkan


penyinaran

intrakaviter.

Terapi

variasi

yang

diberikan

biasanya beruapa pemberian kemoterapi seperti sisplatin,

paclitaxel,

5-fluorourasil,

gemcitabine. Pengobatan

docetaxel,

bersifat

paliatif

dan

bila

stadium

mencapai staidum IVB dalam bentuk radiasi paliatif.


5) Manajemen Nyeri Kanker
Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3
tingkatan obat, yaitu :
a.

Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara


lain Asetaminofen, OAINS (Obat Anti-Inflamasi NonSteroid)

b. Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama


ditambah kelompok opioid ringan seperti kodein dan
tramadol
c.

Nyeri berat (VAS 7-10) : obat yang dianjurkan adalah


kelompok opioid kuat seperti morfin dan fentanil
(Sjaifoellah Noer. 1996).

6) Operasi
Operasi bertujuan
kanker.

Bisa

untuk

menggunakan

mengambil
bedah

atau

merusak

mikrografik

atau

laser. Tujuan utamanya untuk mengangkat keseluruhan


tumor /kanker.

Pembedahan mikrografik

dilaksanakan

dengan bedah kimia dimana prosedur pembedahannya


mengharuskan

pengangkatan

tumor

lapis

demi

lapis.

Kanker serviks dapat diobati dengan pembedahan.


1. Konisasi (cone biopsy): pembuatan sayatan berbentuk
kerucut pada serviks dan kanal serviks untuk diteliti
oleh ahli patologi. Digunakan untuk diagnosa ataupun
pengobatan pra-kanker serviks
2. Cryosurgery:

yaitu

pengobatan

dengan

cara

membekukan dan menghancurkan jaringan abnormal


(biasanya untuk stadium pra-kanker serviks)
3. Bedah laser: untuk memotong jaringan atau permukaan
lesi pada kanker serviks
4. Loop

electrosurgical

excision

procedure

menggunakan arus listrik yang dilewati

(LEEP):

pada kawat

tipis untuk memotong jaringan abnormal kanker serviks

5. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang


bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total)
ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan
pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO).
Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila
keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang
berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas
dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti: penyakit
jantung, ginjal dan hepar. Ada 2 histerektomi :
a) Total Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan
serviks
b) Radikal Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim
dan serviks, indung telur, tuba falopi maupun
kelenjar getah bening di dekatnya. Stadium pra
kanker ataupun kanker serviks yang kurang invasif
(stadium IA) biasanya diobati dengan histerektomi.
Bila pasien masih ingin memiliki anak, metode LEEP
atau cone biopsy dapat menjadi pilihan.
Untuk stadium kanker serviks awal IB dan IIA:
1. Ukuran

tumor

histerektomi

lebih

kecil

ataupun

dari

radioterapi

4cm:

radikal

dengan/tanpa

kemoterapi.
2. Ukuran tumor lebih besar dari 4cm: radioterapi dan
kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, ataupun
kemo berbasis cisplatin yang dilanjutkan dengan
histerektomi
Biasanya, histerektomi dilakukan dengan suatu insisi
(memotong

melalui

dinding

abdomen)

abdominal

histerektomi atau lewat vagina (vaginalis histerektomi).


Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari ratarata) dan biaya juga lebih banyak. Prosedur ini lebih
memakan waktu (sekitar 2 jam, kecuali uterus tersebut
berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi ) justru
lebih lama. Perlu diingat aturan utama sebelum dilakukan

tipe histerektomi, wanita harus melalui beberapa test untuk


memilih

prosedur

optimal

yang

akan

digunakan

Pemeriksaan panggul lengkap (Antropometri) termasuk


mengevaluasi uterus di ovarium, Pap smear terbaru, USG
panggul, tergantung pada temuan diatas.
Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita
bisa mengalami nyeri di perut bagian bawah. Untuk
mengatasinya bisa diberikan obat pereda nyeri. Penderita
juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam berkemih
dan buang air besar. Untuk membantu pembuangan air
kemih

bisa

dipasang

pembedahan,

kateter.

aktivitas

Beberapa

penderita

saat

harus

setelah

dibatasi

agar

penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal (termasuk


hubungan seksual) biasanya bisa kembali dilakukan dalam
waktu

4-8

penderita

minggu.
tidak

Setelah

akan

menjalani

mengalami

histerektomi,

menstruasi

lagi.

Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi gairah seksual


dan kemampuan untuk melakukan hubungan seksual.
Tetapi

banyak

emosional
terhadap

penderita

setelah

yang

mengalami

gangguan

histerektomi.

Pandangan

penderita

seksualitasnya

bisa

berubah

dan

penderita

merasakan kehilangan karena dia tidak dapat hamil lagi.


7) Kemoterapi
Memberikan obat antikanker untuk membunuh sel-sel
kanker. Bisa berupa obat yang diminum, dimasukkan
bersama cairan intravena, atau injeksi. Contoh obat yang
diberikan dalam kemoterapi, misalnya sitostatika.
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan
pemberian obat melalui infus, tablet, atau intramuskuler.
(Prayetni, 1997). Obat kemoterapi digunakan utamanya
untuk

membunuh

perkembangannya.

sel

kanker

Tujuan

dan

pengobatan

menghambat
kemoterapi

tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didiagnosis.


Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diperkirakan

atau

dapat

sembuh

dengan

pengobatan

kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya


diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut
pengobatan adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi
diberikan untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu
yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker
menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan
sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang
lebih baik. Kemoterapi kombinasi telah digunakan untuk
penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis
tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan.
(Gale & Charette, 2000). Contoh obat yang digunakan pada
kasus kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide
Adremycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan
lain - lain (Prayetni, 1997). Cara pemberian kemoterapi:
a.

Ditelan

b. Disuntikkan
c.

Diinfus

Obat kemoterapi yang paling sering digunakan sebagai


terapi awal / bersama terapi radiasi pada stage IIA, IIB, IIIA,
IIIB,

and

IVA

adalah

: Cisplatin., Fluorouracil

(5-FU).

Sedangkan Obat kemoterapi yang paling sering digunakan


untuk

kanker

serviks

stage

IVB

recurrent

adalah

: Mitomycin. Paclitaxel, Ifosfamide. Topotecan telah

disetujui untuk digunakan bersama dengan cisplastin untuk


kanker
operasi

serviks
/

stage

radiasi

lanjut,

tidak

dapat

dapat

digunakan

dilakukan

ketika

atau

tidak

menampakkan hasil; kanker serviks yang timbul kembali /


menyebar ke organ lain.
Kemoterapi dapat digunakan sebagai :
1. Terapi utama pada kanker stadium lanjut.
2. Terapi adjuvant/tambahan setelah pembedahan untuk
meningkatkan

hasil

pembedahan

dengan

menghancurkan sel kanker yang mungkin tertinggal


dan mengurangi resiko kekambuhan kanker.

3. Terapi

neoadjuvan

sebelum

pembedahan

untuk

mengurangi ukuran tumor.


4. Untuk

mengurangi

menyebabkan
kehidupan

gejala

terkait

ketidaknyamanan

pasien

(stadium

kanker

dan

lanjut

yang

memperbaiki
kanker

yang

kambuh).
5. Memperpanjang masa hidup pasien (stadium lanjut /
kanker yang kambuh).
Efek samping dari kemoterapi adalah :
1. Lemas
Timbulnya mendadak atau perlahan dan tidak
langsung

menghilang

saat

beristirahat,

kadang

berlangsung terus sampai akhir pengobatan.


2. Mual dan muntah
Mual dan muntah berlangsung singkat atau lama.
Dapat diberikan obat anti mual sebelum, selama, dan
sesudah pengobatan.
3. Gangguan pencernaan
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan
diare, bahkan ada yang diare sampai dehidrasi berat
dan harus dirawat. Kadang sampai terjadi sembelit.
Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang
mengandung serat, buah dan sayur. Harus minum air
yang hilang untuk mengatasi kehilangan cairan. Bila
susah BAB : makan-makanan yang berserat, dan jika
memungkinkan olahraga.
4. Sariawan
5. Rambut rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya
terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi
dimulai.

Dapat

juga

menyebabkan

rambut

patah

didekat kulit kepala. Dapat terjadi seminggu setelah


kemoterapi.
6. Otot dan saraf

Beberapa

obat

kemoterapi

menyebabkan

kesemutan dan mati rasa pada jari tangan dan kaki.


Serta kelemahan pada otot kaki.
7. Efek pada darah
Beberapa

jenis

obat

kemoterapi

berpengaruh

pada

kerja

sumsum

ada

yang

tulang

yang

merupakan pabrik pembuat sel darah merah, sehingga


jumlah sel darah merah menurun. Yang paling sering
adalah penurunan sel darah putih (leukosit). Penurunan
sel darah terjadi setiap kemoterapi, dan test darah
biasanya dilakukan sebelum kemoterapi berikutnya
untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali
normal.

Penurunan

jumlah

sel

darah

dapat

menyebabkan :
8. Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena
leukosit

adalah

perlindungan

sel

infeksi.

darah
Ada

yang

juga

memberikan

beberapa

obat

kemoterapi yang menyebabkan peningkatkan leukosit.


9. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses
pembekuan darah, apabila jumlah trombosit rendah
dapat menyebabkan pendarahan, ruam, dan bercak
merah pada kulit.
10. Anemia
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang
ditandai dengan penurunan Hb (Hemoglobin). Karena
Hb letaknya didalam sel darah merah. Penurunan sel
darah merah dapat menyebabkan lemah, mudah lelah,
tampak pucat.
11. Kulit menjadi kering dan berubah warna
8) Elektrokoagulasi
Membakar sel-sel kanker dengan aliran listrik yang telah
diatur voltasenya
9) Radiasi

Terapi ini menggunakan sinar ionisasi (sinar X) untuk


merusak sel-sel kanker. Terapi radiasi bertujuan untuk
merusak

sel

tumor

pada

serviks

serta

mematikan

parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks


stadium II B, III,

IV diobati dengan radiasi. Metoda

radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan


pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah
mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke
sekitarnya dan atau bermetastasis ke kelenjar getah bening
panggul,

dengan

tetap mempertahankan

mungkin kebutuhan

jaringan

sebanyak

sehat di sekitar seperti

rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi


dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Bila sel kanker sudah keluar rongga panggul,
maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan
secara selektif pada stadium IV A. Selama menjalani
radioterap, penderita mudah mengalami kelelahan yang
luar biasa, terutama seminggu sesudahnya.Istirahat yang
cukup merupakan hal yang penting, tetapi dokter biasanya
menganjurkan agar penderita sebisa mungkin tetap aktif.
Pada radiasi eksternal, sering terjadi kerontokan rambut di
daerah yang disinari dan kulit menjadi merah, kering serta
gatal-gatal. Mungkin kulit akan menjadi lebih gelap. Daerah
yang disinari sebaiknya mendapatkan udara yang cukup,
tetapi harus terlindung dari sinar matahari dan penderita
sebaiknya

tidak

menggunakan

pakaian

yang

bisa

mengiritasi daerah yang disinari.


Biasanya, selama menjalani radioterapi penderita tidak
boleh melakukan hubungan seksual. Kadang setelah radiasi
internal, vagina menjadi lebh sempit dan kurang lentur,
sehingga

bisa

menyebabkan

nyeri

ketika

melakukan

hubungan seksual. Untuk mengatasi hal ini, penderita


diajari untuk menggunakan dilator dan pelumas dengan
bahan

dasar

air.

Pada

radioterapi

juga

bisa

timbul

diare

dan

berkemih.
H. Komplikasi
a.

Pendarahan

b. Kematian janin
c.

Infertil

d. Obstruksi ureter
e.

Hidronefrosis

f.

Gagal ginjal

g. Pembentukan fistula
h. Anemia
i.

Infeksi sistemik

j.

Trombositopenia

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.S DENGAN KANKER SERVIKS IVB
DI RUANG MAWAR 3 RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA
1. Identitas Klien
Nama

: Ny. S

Umur

: 50 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Wonogiri

Suku

: Jawa

Bangsa

: Indonesia

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Buruh

Diagnosa Medis

: Kanker Serviks IVB

sering

Tanggal MRS

: 15 Oktober 2016 Jam 09.00

WIB
Tanggal Pengkajian

: 15 Oktober 2016 Jam 11.00 WIB

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama
: Tn.P
Umur
: 56 tahun
Alamat
: Wonogiri
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Swasta
Hubungan dengan klien : Suami
3. Keluhan Utama Klien
Klien mengatakan merasa nyeri pada bagian kewanitaannya
(vagina), skala 5.

4. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien mengatakan pada tanggal 15 Oktober 2016 jadwal
Kemoterapi ketiga sehingga klien masuk RS. Sebelumnya klien
kemoterapi

dilakukan di RSUD dr. Moewardi ruang Mawar 3

juga. Kemoterapi pertama sampai kemoterapi ke ketujuh klien


mendapat terapi cisplatin dengan dosis 70 mg dalam NaCl 0,9%
500 ml dan paclitaxel 170 mg dalam NaCl 0,9% 500 ml. Berat
badan klien setelah kemoterapi menurun dari sebelum sakit 65
kg dan setelah sakit dan kemoterapi pertama dari bulan Maret
2016 52 kg.
5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan pernah dirawat di RSUD Wonogiri, klien
dirawat dengan indikasi perdarahan pervagina sejak 10 hari
sebelum masuk klinik dan setelah dirawat perdarahan tak
kunjung berhenti dan dilakukan pemeriksaan PA dengan hasil
carsinoma sel skuamosa tanpa keratinisi. Kemudian klien dirujuk
ke RSUD dr. Moewardi dengan keterangan susp ca ovarii. Setelah
melakukan pengobatan di RSUD dr. Moewardi baru diketahui
klien mengalami kanker serviks stadium IVB. Klien tidak memiliki
riwayat penyakit menular maupun penyakit keturunan.
6. Genogram

Ket :

:
:
:
:
:

laki-laki
perempuan
meninggal
menikah
keturunan

: tinggal satu rumah


: pasien
7. Data Umum Kesehatan
Tinggi badan
:
Berat badan sebelum sakit
Berat badan selama sakit :
Masalah kesehatan khusus
Buang air besar
:
Frekuensi
:
Konsistensi
:
Buang air kecil
:
Frekuensi
:
Warna
Kebiasaan tidur
:

155 cm
: 65 kg
52 kg
: Tidak ada masalah khusus
ya
1 kali sehari
padat
ya
4-5 kali sehari
: kuning jernih
7 jam sedikit susah memulai tidur

8. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit menular seperti TBC, HIV, dan hepatitis, serta tidak
ada riwayat penyakit menurun DM dan hipertensi. Keluarga
sebelumnya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang
sama seperti klien. Klien mengatakan suaminya merokok.
b. Riwayat kesehatan klien
- Kebiasaan individu (merokok, alkohol, obat-obatan,
olahraga)
Klien tidak memiliki kebiasaan merokok, minum alkohol,
dan minum obat-obatan.
- Riwayat kesehatan yang

lalu

(penyakit

yang

pernah

diderita, riwayat opname)


Klien pernah dirawat di RSUD Wonogiri dan didiagnosa susp
ca ovarii. Klien disarankan untuk melakukan pengobatan di
RSUD dr. Moewardi dengan keterangan susp ca ovarii.
Setelah melakukan pengobatan di RSUD dr. Moewardi baru

diketahui klien mengalami kanker serviks stadium IVB. Klien


tidak memiliki riwayat penyakit menular.
- Riwayat haid
Usia menarche
: 12 tahun
Siklus menstruasi
: 29 hari
Disminore
: tidak ada disminore
Lama menstruasi
: 7 hari
Periode menstruasi : sebulan sekali
- Riwayat pernikahan
Menikah berapa kali : dua kali
Usia menikah
:
1. Menikah pertama
: usia 13 tahun
2. Menikah kedua : usia 16 tahun
Lama perkawinan
:
1. Lama perkawinan pertama
: 2 tahun
2. Lama perkawinan kedua
: 44 tahun
Permasalahan dalam kehidupan seksual :
Tidak
masalah
- Riwayat KB

: klien mengatakan sebelum sakit

ada
tidak

menggunakan KB dalam bentuk pil, suntik, implan, dll.


Klien mengatakan hanya menjadi ibu rumah tangga dan
suaminya bekerja sebagai pekerja swasta yang gajinya
hanya satu bulan kurang dari Rp. 1.000.000
9. Riwayat Obstetri dan Gynekologi
a. Status Obstetri : P2A0
b. Riwayat Menstruasi
1) Usia menarche
: 12 tahun
2) Siklus menstruasi : 29 hari
3) Disminore
: tidak ada disminore
4) Lama menstruasi : 7 hari
5) Periode menstruasi : sebulan sekali
c. Riwayat Perkawinan
1) Menikah berapa kali
: dua kali
2) Usia menikah
:
Menikah pertama : usia 13 tahun
Menikah kedua
: usia 16 tahun
3) Lama perkawinan :
Lama perkawinan pertama
: 2 tahun
Lama perkawinan kedua : 44 tahun
4) Permasalahan dalam kehidupan seksual

: Tidak ada

masalah
d. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu
Ana

Cara

k ke
1

lahir
normal

PB/BB
51cm/3500
gr

Jenis
Kelamin
Laki-laki

Keadaan
Lahir
Baik

Usia
sekarang
31 tahun

Penolon
g
Dukun

normal

50cm/3500

Laki-laki

Baik

17 tahun

Bidan

gr
e. Kehamilan Sekarang (Tidak Hamil)
HPHT
TP/HPL
Keluhan selama hamil
Obat-obatan yang dikonsumsi
Dukungan keluarga
f. Riwayat KB
: tidak ada
10.Pengkajian Pola Fungsi
a. Persepsi terhadap kesehatan
Klien mengatakan kesehatan itu sangat penting dan klien
malu pada dirinya karena semenjak sakit dan dikemoterapi
rambut

klien

kebotakan

rontok

sehingga

dan

kelamaan

dengan

mengatakan

bernafas

dengan

normal, tanpa sesak nafas


2) Selama sakit: klien mengatakan

bernafas

dengan

klien

menutupinya

mengalami

terus

kerudung
b. Pola bernafas
1) Sebelum sakit:

klien

lama

normal, tidak mengalami sesak nafas


c. Kebutuhan cairan dan elektrolit
1) Sebelum sakit: klien mengatakan minum 5-7 gelas kali
perhari, klien minum air putih dan jarang minumminuman yang manis.
2) Selama sakit: klien mengatakan minum air putih kurang
lebih 6 gelas perhari, minum teh dari RS 3 gelas perhari
tapi tidak dihabiskan.
d. Pola nutrisi dan metabolik
1) Sebelum sakit: klien mengatakan makan teratur 3 kali
perhari, satu porsi habis dengan lauk pauk biasanya
tahu, tempe, telur, ikan beserta sayuran. Klien jarang
memakan buah, BB sebelum sakit 65 kg.

BB
52
52

21.6
2
2
155(100)
2.40
TB 100
sakit: klien

2) Sela
ma

mengatakan merasa mual, ingin muntah.

Makan 3 kali perhari tapi satu porsi tidak habis dengan


menu diit dari rumah sakit. Klien hanya makan porsi,
BB setelah sakit 52 kg. IMT (normal)
e. Pola eliminasi BAB dan BAK

1) Sebelum sakit: klien mengatakan BAK 4-5 kali perhari,


dengan warna kuning jernih, bau khas urin. BAB teratur 1
kali perhari dengan warna kuning, konsistensi padat, bau
khas feses.
2) Selama sakit: klien mengatakan BAK 4-5 kali perhari,
dengan warna kuning jernih, bau khas urin. BAB 1 hari
f.

sekali warna kuning, konsistensi padat, bau khas feses.


Pola aktivitas dan latihan
1) Sebelum sakit: klien mengatakan aktivitas sehari-hari
dilakukan secara normal, mandiri. Klien tidak pernah
melakukan olahraga.
2) Selama sakit: klien beraktivitas lebih sering diatas

tempat tidur, namun dilakukan secara mandiri.


g. Pola istirahat dan tidur
1) Sebelum sakit: klien mengatakan tidur mulai dari jam 9
malam sampai jam setengah 5 pagi. Klien merasa puas
dalam tidurnya. Tidak mengalami gangguan tidur.
2) Selama sakit: klien mengatakan tidur 6 jam, tidak ada
gangguan tidur seperti insomnia ataupun terbangun di
malam hari, tapi sedikit susah memulai tidur.

Klien

terkadang tidur siang.


h. Pola peran berhubungan
1) Sebelum sakit: klien mengatakan hubungannya dengan
orang lain baik, perannya sebagai ibu rumah tangga jika
dirumah berjalan dengan baik.
2) Selama sakit: klien mengatakan hubungannya dengan
i.

tenaga kesehatan maupun keluarga baik.


Pola nilai dan kepercayaan
1) Sebelum sakit: klien mengatakan beragama

islam,

melakukan sholat 5 waktu dan berdoa kepada Tuhan


2) Selama sakit: klien mengatakan sholatnya sering bolong
j.

karena keterbatasan kondisi karena sakit


Kebutuhan rasa aman dan nyaman
1) Sebelum sakit: klien mengatakan merasa aman dan
nyaman ketika berada disekeliling keluarga tercinta.
Antara

anggota

keluarga

saling

menyayangi

dan

mendukung sehingga membuatnya nyaman.


2) Selama sakit: klien mengatakan merasa aman dan
nyaman karena ditunggu oleh keluarga dan dirawat oleh
perawat.

k. Kebutuhan belajar
Klien selalu ingin tahu tentang perkembangannya dengan
l.

bertanya kepada dokter atau perawat


Kebutuhan personal hygiene
1) Sebelum sakit: klien mengatakan mandi 2 kali perhari,
keramas 2 hari sekali, gosok gigi 2 kali perhari, ganti
pakaian 1 kali perhari.
2) Selama sakit: klien mengatakan mandi 1 kali perharu,

gosok gigi 1 kali perhari, ganti pakaian 1 kali perhari.


m. Kebutuhan pemenuhan ADL
1) Sebelum sakit: klien mengatakan melakukan aktivitas
makan/minum, toileting, berpakaian, mobilitas secara
mandiri
2) Selama sakit: klien mengatakan melakukan aktivitas
makan/minum, toileting, berpakaian, mobilitas secara
mandiri
11.Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
: baik
b. Tingkat kesadaran
: komposmentis
c. Glascow Coma Scale : E4M6V5=15
d. Tanda-tanda Vital :
- Tekanan darah
: 130/70 mmHg
- Nadi
: 82 x/menit
- RR
: 20 x/menit
- Suhu
: 36,70 C
e. Kepala dan Leher (tidak ada hiperpigmentasi, bentuk kepala
mesochepal,

distribusi

rambut

tidak

merata,

terjadi

kebotakan, warna rambut hitam, tidak ada nyeri tekan, tidak


ada
f.

peningkatan

tekanan

vena

jugularis,

tidak

ada

pembesaran kelenjar getah bening)


Mata (kedua mata simetris, ukuran pupil 2 mm, sklera tidak
ikterik, konjungtiva anemis, fungsi penglihatan masih baik,

mampu membaca maksimal jarak 6 meter)


g. Hidung (kedua lubang hidung simetris, tidak ada lesi, fungsi
penciuman baik, tidak ada nyeri tekan, tidak ada sekret,
tidak ada sinusitis)
h. Mulut (mulut pucat, tidak ada lesi, tidak ada sianosis, tidak
i.
j.

ada stomatitis, tidak ada caries gigi)


Telinga (kedua telinga simetris, tidak ada serumen, tidak ada
lesi, fungsi pendengaran masih baik)
Jantung
- Inspeksi
: tidak tampak ictus cordis

Palpasi
: ictus cordis teraba
Perkusi
: redup, batas jantung normal
Auskultasi : terdengar S1 dan S2 reguler, tidak ada

bunyi tambahan
k. Paru-paru
- Inspeksi
: tidak ada lesi, kedua paru-paru simetris
- Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus

l.

kanan dan kiri sama


- Perkusi
: sonor
- Auskultasi : vesikuler
Payudara (kedua payudara

simetris,

bersih,

tidak

ada

pembengkakan, areola kecoklatan)


m. Abdomen
- Inspeksi
: tidak ada lesi, flat
- Auskultasi : bising usus 15 x/menit
- Perkusi
: timpani
- Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
n. Genetalia (tidak ada lesi, tidak ada perdarahan pervagina)
o. Ekstremitas
Ekstremitas atas
: tidak ada edema, tonus otot baik,
kekuatan otot kanan dan kiri = 5, CRT <2 detik, tidak ada
sianosis
Ekstremitas bawah: tidak ada edema, tonus otot baik,
kekuatan otot kanan dan kiri = 5, CRT <2 detik, tidak ada
sianosis
12.Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 11 Oktober 2016
Pemeriksaan
Hematologi

Hasil

Satuan

Rujukan

Metode

Hemoglobin

11.0

g/dl

12.0 15.6

Hematoktit

35

33 45

Leukosit

4.9

Ribu/ul

4.5 11.0

Trombosit

236

Ribu/ul

150 450

Eritrosit

3.85

Juta/ul

4.10 5.10

113

Mg/dl

60 40

Hexokinas

32

U/l

<34

Kimia klinik
GDS
SGOT

IFCC
tanpa
SGPT

33

U/l

<34

pyridoxal

phosphat
IFCC
Albumin

4.8

g/dl

3.5 - 5.2

tanpa

Creatinine

1.0

mg/dl

0.6 - 1.1

pyridoxal

Ureum

36

mg/dl

<50

phosphat
BCG

ELEKTROLIT

JAFFE

Kalium darah

136

Mmol/L

136 145

Enzimatic

Natrium

4.1

Mmol/L

3.3 5.1

UV Assay

Clorida darah

102

Mmol/L

98 - 106
Direk
Direk
Direk

b. Pemeriksaan penunjang
1. Biopsi tanggal 2 Maret 2016
Diagnosa PA : carcinoma sel skuamousa tanpa
keratinisi.
2. Pyelografi Interna (BNO dan IVP) tanggal 4 Maret 2016
Kesimpulan : anatomi, letak dan fungsi kedua giinjal,
ureter, VU normal.
3. Thorax PA tanggal 3 Agustus 2016
Kesimpulan : tak tampak pulmonal

dan

bone

metastasis.
4. USG Vaskular Doppler Mamae, Throid, Testis tanggal 16
Agustus 2016
Kesimpulan : lesi throid bilateral cenderung benign,
tak tampak limfadenopati.
5. USG Abdomen (Hepar), Lien, Pancereas, Ginjal tanggal
16 Agustus 2016
Kesimpulan : ukuran cervix membesar dan ireguler
cenderung massa residu di cervix, hidronefrosis ringan
kiri.
c. Terapi
Tanggal 15 Oktober 2016
Jenis Terapi
Ondansentron

Dosis
3x8 mg

Fungsi dan Farmakodinamik


Sebagai antiemetik yaitu untuk

(injeksi IV line)
Dexametason

3x5 mg

mual dan muntah


Sebagai anti peradangan

(injeksi IV line)
Ranitidin (oral)

3x150 mg

Sebagai

obat

maag,

dengan

menghambat

bekerja
produksi

asam lambung sehingga rasa sakit


Vitamin

2x25 mg

Kompleks (oral)

berkurang/hilang
Sebagai
multivitamin
segala

fungsinya

memproduksi

70 mg

yakni

energi,

kesehatan

fungsi

menjaga

pencernaan

menjaga
Cisplatin (Infus)

dengan
untuk

sistem

kesehatan

saraf,
tubuh,

kuku

dan

rambut
Sebagai antikanker dengan cara
menempelkan diri pada DNA sel
kanker

Paclitaxel (Infus)

270 mg

dan

mencegah

pertumbuhannya
Sebagai antineoplastics
cara

mengganggu

sel kanker

dengan

pertumbuhan

13.Proses Keperawatan
a. Analisa Data
No
1

Hari,tanggal
Data Fokus
Jumat,
15 Ds :
P
:
klien
Oktober
mengatakan nyeri
2016
bagian

Etiologi
Iskemik jaringan

Diagnosa
Nyeri Akut

menyebar pada

(00123)

organ sekitar
Pengeluaran

kewanitaanya
Q
:
klien

bradikinin dan

mengatakan nyeri

histamin

seperti ditusuk
- R : nyeri dari

Penekanan saraf

vagina

sampai

abdomen
S

simpatik
Nyeri

:klien

mengatakan skala
nyeri 5
T

klien

mengatakan nyeri
hilang timbul
Do :
- tampak meringis
kesakitan
tampak
melindungi bagian
area yang nyeri
TD
:
130/70
mmHg
N : 82 x/m
RR : 20 x /m
Suhu : 36,70 C
Hasil
PA
carsinoma

:
sel

skuamousa tanpa
2

keratinisasi
15 Ds :
- Klien
Oktober201
mengatakan
6
merasa
mual
Jumat,

setelah

Kanker Serviks
Penatalaksanaan
: Kemoterapi
Efek samping

Nausea
(00134)

kemoterapi
- Mengalami

kemoterapi: Mual,
muntah

penurunan BB
Do :
- Klien
tampak
menutup

Mual (Nausea)

mulut

dengan tangan
- Klien
tampak
tidak

nafsu

makan, makanan
yang disediakan
tidak dihabiskan,
klien

hanya

makan porsi
- IMT : 21.6 masih
dalam
3

Jumat,
Oktober
2016

batas

normal
15 Ds :
- Klien

Kanker Serviks

mengatakan
malu

Penatalaksanaan
: Kemoterapi

karena

mengelami

Efek samping:

kerontokan

Rambut rontok

rambut
Do :
- Tampak

Gangguan
Citra
Tubuh
(00118)

Perubahan fungsi
tubuh:

distribusi rambut

mengalami

tidak

kebotakan

merata,

terjadi

Malu

kebotakan
- Tampak
menutupinya
dengan
menggunakan
kerudung
b. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut (00123) berhubungan dengan agens cedera
biologis (iskemia jaringan)

2) Mual (00134) berhubungan dengan program pengobatan


(kemoterapi)
3) Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan
perubahan fungsi kesehatan

c. Rencana Keperawatan
Hari,

Dx Kep

Tujuan dan Kriteria

tanggal
Jumat,

Hasil (NOC)
Nyeri akut Setelah dilakukan

15

(00123)

asuhan keperawatan

Oktober

berhubun

selama 3x24 jam

2016

gan

diharapkan nyeri

dengan

berkurangan dengan

agens

kriteria hasil :

cedera

a. Kontrol nyeri

biologis

(1605)

(iskemia

1. Mampu

jaringan)

mengontrol nyeri
(tahu penyebab
nyeri, mampu
mengunakan teknik
nonfarmakologi,

Intervensi (NIC)

TTD

Manajemen nyeri (1400)


Octavia
1. Kaji nyeri (PQRST)
Nur Aini
2. Observasi reaksi non
Wahyudi
verbal
3. Ajarkan
tehnik
relaksasi

dan

atau

distraksi
4. Jelaskan jenis aktifitas
yang dapat dilakukan
selama periode nyeri
5. Tingkatkan istirahat
6. Atur pososi nyaman
7. Jelaskan pada keluarga
peran

yang

dilakukan
mengurangi

dapat
untuk
nyeri

mencari bantuan)
dari (1) sampai (5)
2. Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
dari (1) sampai (3)
b. Tingkat nyeri

(massag,

kompres

hangat, dingin, dll)


Monitor tanda-tanda vital
(6680)
1. Monitor tanda tanda
vital secara akurat
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian
obat-obatan,

konsultasi,

dll

(2102)
1. Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi,
dan tanda nyeri) dari
berat (1) sampai
tidak ada (5)
c. Tanda-tanda vital
(0802)
1. TD dalam batas
dari (1) normal
100/70 sampai (5)
120/80 mmHg
2. Nadi 60-100 x/m
dari (1) sampai (5)
d. Status
kenyamanan (2008)
1. Menunjukkan
kesejahteraan fisik
dan psikologis dari
sangat terganggu (1)
sampai tidak
Jumat,

Mual

terganggu (5)
Setelah dilakukan

15

(00134)

asuhan keperawatan (1450)

Oktober

berhubun

selama 3x24 jam

Manajemen Nausea
1. Kaji nausea termasuk

Sulnadi

2016

gan

diharapkan mual

frekuensi, durasi, dan

dengan

teratasi dengan

program

kriteria hasil :

faktor-faktor presipitasi
2. Kaji riwayat diit

pengobat

a.Kontrol mual dan

an
(kemotera
pi)

muntah (1618)
1. Menyatakan
penyebab
mual dan
muntah dari
selalu (5)
menjadi tidak
pernah (1)
2. Mampu
mengatasi
episode mual
dan muntah
dari tidak
pernah (1)
menjadi
selalu (5)
3. Mampu
mengkonsum
si zat gizi
yang cukup
dari jarang (3)
menjadi
selalu (5)
4. Mampu
menghindari
bau tidak
sedap yang
menyebabkan
mual dari
tidak pernah
(1) menjadi
sering (4)

(makanan kesukaan
dan yang tidak disukai)
3. Kaji faktor yang
meningkatkan atau
mengurangi mual
4. Kaji asupan makanan
dan cairan
5. Anjurkan pasien untuk
makan makanan yang
kering dan lunak
6. Anjurkan pasien untuk
menghindari makanan
yang berbau tidak
sedap
7. Anjurkan makan porsi
sedikit tapi sering
8. Anjurkan makanan
tinggi karbohidrat
rendah lemak
Kolaborasi
1. Pemberian obat
antiemetik
Konsultasi ke bagian gizi
untuk diit yang tepat

5. Mampu
menggunakan
obat-obatan
anti emetik
dari tidak
pernah (1)
menjadi
Jumat,

Gangguan

selalu (5)
Setelah dilakukan

Peningkatan citra tubuh

Deni

15

citra

asuhan keperawatan

(5220)

Wahyu

Oktober

tubuh

selama 3x24 jam

2016

berhubun

diharapkan citra

mendiskusikan

gan

tubuh meningkat

perubahan-perubahan

dengan

dengan kriteria

(bagian tubuh )

perubaha

hasil :

disebabkan adanya

funsi 1. Body image (1200)

tubuh

a. Gambaran
internal diri dari
meningkat dari
tidak pernah
berpikir positif
(1) menjadi
berpikiran
positif (5)
b. Penyesuaian diri
terhadap
perubahan
penampilan fisik
baik dari tidak
pernah berpikir
positif (1)
menjadi seing

1. Bantu pasien untuk

penyakit
2. Identifikasi cara untuk
menurunkan dampak
dari adanya perubahan
tersebut melalui
pakaian dan rambut
palsu .
Peningkatan koping
(5230)
1. Berikan penilaian
mengenai pemahaman
pasien terhadap proses
penyakit
2. Dukung pasien untuk
mengidentifikasi
kekuatan dan
kemampuan diri
3. Anjurkan keluarga

berpikir positif

untuk selalu

(4)

mendampingi dan
memotivasi pasien

Agustin
a

d. Implementasi
Dx

Hari/Tgl/

Jam
Jumat,

Tindakan

Respon dan Hasil

Ttd

1. Mengkaji nyeri (PQRST)

DS : Klien mengatakan

Octavia

15

nyeri

Oktober

vagina,

nyeri

seperti Wahyud

2016

ditusuk,

nyeri

terasa

11.00

2. Mengajarkan

pada

bagian Nur Aini

tehnik sampai abdomen, skala

relaksasi nafas dalam


11.15

3. Memberikan
nyaman

14.30
4. Memonitor TTV
15.00

nyeri 5, hilang timbul


DO : tampak tidak rileks
posisi DS : Klien mengatakan
nyeri lumayan berkurang
DO : tampak cukup rileks
DS : Klien mengatakan
lebih enakan
DO : tampak cukup rileks
DS : DO : Td : 130/80 mmHg,
N : 85x/m, S : 36.4, RR:
20 x/m

Octavia
Nur Aini
Wahyud
i
Deni
Wahyu
Agustin
a
Deni
Wahyu
Agustin
a

Jumat,

1. Mengkaji status hidrasi

DS : Klien mengatakan

Octavia

15

mual saat mencium bau Nur Aini

Oktober

makanan yang diberikan

Wahyud

2016

RS dan klien mengatakan

11.00

mual saat akan makan


DO : Klien nampak lemas,
2. Mengkaji intake cairan

kering
DS : Klien mengatakan

11.30
3. Mengkaji intake nutrisi

minum air putih kurang


lebih 6 gelas/hari
DO : DS : Klien mengatakan

12.00
4. Menganjurkan makan
sedikit tapi sering

makan

sedikit,

berselera,

mual

tidak

Octavia
Nur Aini
Wahyud
i
Sulnadi

saat

akan makan
DO : Klien hanya makan

12.00
5. Menyediakan makanan
kesukaan klien dan
15.30

turgor kulit baik, mulut

makanan yang masih


hangat

3 sendok saja
DS : Klien mengatakan

Sulnadi

sudah mencoba namun


masih mual
DO : Klien nampak lemas
dan pucat
DS : Klien mengatakan
lebih baik makan buah
saja karena kalau makan
nasi terasa mual
DO : Klien makan buah
yang

dibelikan

keluarganya

oleh

Deni
Wahyu
Agustin
a

Jumat,

1. Membantu klien

DS : Klien mengatakan Octavia

15

menurunkan rasa malu

malu karena rambutnya Nur Aini

Oktober

karena dampak dari

rontok

2016

perubahan yang terjadi

botak
DO : Klien menggunakan

11.00
16.05

tersebut
2. Mendorong keluarga
untuk selalu mendukung
dan memberikan
kekuatan kepada klien

dan

kepalanya Wahyud

kerudung
DS
:

keluarga

mengatakan

selalu

memberikan

dukungan

kepada klien agar selalu


semangat
3. Menganjurkan keluarga
untuk selalu
mendampingi dan
20.10

memotivasi klien

penyakit

Sabtu,

1. Mengkaji nyeri (PQRST)

Deni
Wahyu
Agustin
a

dengan
yang

sedang

dihadapinya.
Deni
DO : Keluarga nampak
Wahyu
selalu bersama klien
Agustin
DS : DO : Keluarga nampak a
selalu

bergantian

menemani klien
DS : Klien mengatakan

Enggar

16

masih merasa nyeri pada Puspa

Oktober

bagian

vagina,

nyeri Andari

2016
08.00

seperti

ditusuk,

nyeri

terasa sampai abdomen,


2. Memberikan
nyaman

08.15
3. Memonitor TTV
09.30
16.10

posisi

skala

nyeri

4,

hilang

timbul
DO : tampak tidak rileks
DS : Klien mengatakan

lebih enakan
DO : tampak cukup rileks
4. Menjelaskan
pada DS : DO : Td : 120/80 mmHg,
keluarga peran yang
N : 83x/m, S : 36,4, RR :
dapat dilakukan untuk
19 x/m
mengurangi
nyeri
DS
:
keluarga
massage
mengatakan paham nanti
akan dicoba
DO:-

Enggar
Puspa
Andari
Sulnadi
Octavia
Nur Aini
Wahyud
i

Sabtu,

1. Mengkaji status hidrasi

DS : Klien mengatakan

Putri

16

mual saat mencium bau Ahadiya

Oktober

makanan yang diberikan h

2015

RS dan klien mengatakan

07.00

mual saat akan makan


DO : Klien nampak lemas,
2. Mengkaji intake nutrisi

turgor kulit baik, mulut

Sulnadi

kering
DS : Klien mengatakan
makan
08.20

3. Menganjurkan makan
sedikit tapi sering

sedikit,

berselera,

tidak

mual

saat

akan makan.
DO : Klien hanya makan
3 sendok saja
DS : Klien mengatakan

Octavia
Nur Aini
Wahyud
i

sudah mencoba namun


masih mual
DO : Klien nampak lemas

16.00
3

Sabtu,

1. Membantu klien

dan pucat
DS : Klien mengatakan Sulnadi

16

menurunkan rasa malu

malu karena rambutnya

Oktober

karena dampak dari

rontok

2016

perubahan yang terjadi

botak
DO : Klien menggunakan

09.30
11.40

tersebut
2. Mendorong keluarga
untuk selalu mendukung
dan memberikan
kekuatan kepada klien

dan

kepalanya

kerudung
DS
:

keluarga

mengatakan

selalu

memberikan

dukungan

kepada klien agar selalu


semangat
3. Menganjurkan keluarga
untuk selalu
mendampingi dan
16.05

memotivasi klien

penyakit

dengan
yang

sedang

dihadapinya.
DO : Keluarga nampak
selalu bersama klien
DS : DO : Keluarga nampak
selalu

Sulnadi

bergantian

menemani klien

Octavia
Nur Aini
Wahyud
i

Minggu,

1. Mengkaji nyeri (PQRST)

masih merasa nyeri pada Ahadiya

Oktober

bagian

vagina,

nyeri h

2016

seperti

ditusuk,

nyeri

terasa sampai abdomen,


2. Memonitor TTV

09.15

10.30

Minggu,

1. Mengkaji intake nutrisi

Oktober
2016
08.00

2. Menganjurkan makan
sedikit tapi sering

09.15

nyeri

2,

hilang

makan-makan
kesukaannya
09.20
1. Membantu klien

Putri
Ahadiya
h
Putri
Ahadiya
h

mengatakan paham
DO : DS : Klien mengatakan

Putri

mual muntah sudah

Ahadiya

berkurang
DO : Klien makan

setengah porsi RS
DS : Klien mengatakan
sudah mencoba makan

3. Menawarkan untuk

Minggu,

skala

timbul
3. Menjelaskan
jenis DO : tampak rileks
DS : aktivitas yang dapat
DO : Td : 120/80 mmHg,
dilakukan
selama
N : 81x/m, S : 36,7, RR :
periode nyeri
20 x/m
DS : klien dan keluarga

17

Putri

17

08.00

DS : Klien mengatakan

sedikit-sedikit
DO : Klien nampak mau
makan
DS : Klien mengatakn

Putri
Ahadiya
h
Putri
Ahadiya

h
sudah mencobanya
DO : DS : Klien mengatakan Putri

17

menurunkan rasa malu

malu karena rambutnya Ahadiya

Oktober

karena dampak dari

rontok

2016

perubahan yang terjadi

botak
DO : Klien menggunakan

09.15
09.25

tersebut
2. Mendorong keluarga
untuk selalu mendukung
dan memberikan
kekuatan kepada klien

dan

kerudung
DS
:

kepalanya h

keluarga

mengatakan

selalu

memberikan

dukungan

Putri
Ahadiya
h

kepada klien agar selalu


semangat

dengan Putri

3. Menganjurkan keluarga
10.35

untuk selalu
mendampingi dan
memotivasi klien

penyakit

yang

sedang Ahadiya

dihadapinya.
h
DO : Keluarga nampak
selalu bersama klien
DS : DO : Keluarga nampak
selalu bergantian
menemani klien

e. Catatan Perkembangan Keperawatan


Dx

Hari,

Evaluasi Keperawatan

TTD

Tanggal
1.

Jam
Sabtu,
16
Oktober
2016
06.00

Sabtu,

S : Klien mengatakan masih merasa nyeri muncul

Putri

nyeri hilang timbul, nyeri skala 4


O : TD : 130/80 mmHg, N : 82x/m, S : 36.7, RR: 20

Ahadiya
h

x/m
- Klien tampak tidak rileks
- Tampak melindungi bagian area tubuh yang
nyeri
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Teknik relaksasi nafas dalam
- Posisi nyaman
S: Klien mengatakan masih merasa mual, bertambah

Putri

16
Oktober
2016
06.10

Sabtu,
16
Oktober
2016
06.30

mual jika mencium makanan yang disediakan RS


O: Klien tampak tidak menghabiskan makanan
- Klien tampak menutup mulut dengan tangan
- Klien tampak lemas
A: Masalah nausea belum taratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Tawarkan makanan kesukaan klien dan makanan

Ahadiya
h

yang masih hangat


S: Klien mengatakan malu rambutnya rontok dan Putri
akan botak
O: Klien tampak memakai tutup kepala saat berjalan

Ahadiya
h

ke kamar mandi
A: Masalah gangguan citra tubuh belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Bantu klien menurunkan rasa malu karena
dampak dari perubahan yang terjadi tersebut
- Dorong keluarga untuk selalu mendukung dan
memberikan kekuatan kepada klien
- Anjurkan keluarga untuk selalu mendampingi

Minggu,
17
Oktober
2016
06.00

Minggu,
17
Oktober
2016
06.15

dan memotivasi klien


S : Klien mengatakan masih merasa nyeri muncul
nyeri hilang timbul, nyeri skala 3
O : TD : 130/70 mmHg, N : 81x/m, S : 36.4, RR: 20
x/m
- Klien tampak rileks
- Tampak melindungi bagian area tubuh yang
nyeri
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Teknik relaksasi nafas dalam
- Posisi nyaman
S: Klien mengatakan sudah mencoba makan sedikitsedikit tetapi masih mual
O: - Klien tampak lemas dan pucat
- Klien tampak hanya makan buah-buaha
- Klien tampak tidak menghabiskan makanan

Deni
Wahyu
Agustin
a

Deni
Wahyu
Agustin
a

yang disediakan RS
A: Masalah nausea belum taratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Mengkaji intake nutrisi
- Menganjurkanmakan sedikit tapi sering
- Menyediakan makanan kesukaan klien dan
makanan yang masih hangat

Minggu,

S: -

Deni

17

O: Klien tampak memakai tutup kepala saat di dalam

Wahyu

Oktober

ruangan maupun saat keluar ke kamar mandi


A: Masalah gangguan citra tubuh belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Membantu klien menurunkan rasa malu karena

Agustin

2016
06.30

dampak dari perubahan yang terjadi tersebut


- Mendorong keluarga untuk selalu mendukung
dan memberikan kekuatan kepada klien
- Menganjurkan
keluarga
untuk
1

Minggu,
17
Oktober
2016
11.40

Minggu,
17
Oktober
2016
11.45

Minggu,
17
Oktober
2016
11.50

selalu

mendampingi dan memotivasi klien


S : Klien mengatakan masih merasa nyeri muncul
nyeri hilang timbul, nyeri skala 2
O : Td : 120/80 mmHg, N : 81x/m, S : 36,7, RR : 20

Putri
Ahadiya
h

x/m
- Klien tampak rileks
- Tampak masih melindungi bagian area tubuh
yang nyeri
A : Masalah nyeri teratasi teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Teknik relaksasi nafas dalam
- Melakukan aktivitas yang ringan
S: Klien mengatakan sudah tidak mual, dan sudah
makan setengah porsi makanan yang disediakan
RS
O: - Klien tampak lebih bertenaga
- Klien tampak makan makanan yang disediakan

Putri
Ahadiya
h

RS dan makan buah


A: Masalah nausea teratasi
P: Pertahankan intervensi
- Makan sedikit tapi sering
- Makan makanan kesukaan
S: Putri
O: - Klien masih tampak malu, masih memakai tutup
Ahadiya
kepala saat keluar ruangan
h
A: Masalah gangguan citra tubuh belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Bantu klien menurunkan rasa malu karena
dampak dari perubahan yang terjadi tersebut
- Anjurkan keluarga untuk selalu mendampingi
dan memotivasi klien
- Dorong keluarga untuk selalu mendukung dan
memberikan kekuatan kepada klien

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2008). Cancer Prevention and Early Detection Facts
and Figures 2008. Atlanta : American Cancer Society.
Andrijono. (2008). Cegah Kanker Serviks Dari Sekarang. Jakarta.
Mansjoer. (2001).
Aesculapius.

Kapita

Selekta

Kedokteran.

Jakarta:

Media

Rasjidi. (2009). Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakrta :
Sagung Seto
Rina. (2009). Kanker Serviks. Jakarta
Suheimi. (2010). Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
Sukaca, S. (2009). Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks. Yogyakarta : Genius
Printika.
Wijaya. (2010). Pembunuh Ganas
Yogyakarta: Niaga Swadaya.

Itu

Bernama Kanker Serviks.

You might also like