You are on page 1of 2

TERORIS

Oleh: Andi Wirambara

Mana tas yang Anda bawa tadi? tanya seorang lelaki paruh baya berjaket hitam tiba-tiba.
Anda bicara dengan saya? lelaki bertubuh besar itu balik bertanya.
Ya.
Tas apa yang Anda maksud?
Pertama, Anda menghubungi bagian informasi di mal yang tak jauh dari kafe tempat kita
berada sekarang ini, menyamarkan suara dan berkata bahwa di mal tersebut terpasang bom,
sehingga muncul kepanikan dan petugas anti-teror datang dan menyisir lokasi. Setelah
memastikan tak ada bom apapun, polisi menyimpulkan itu hanya telepon iseng. Mal diumumkan
aman dan petugas pergi. Anda masuk ke mal tersebut membawa sebuah tas dan
meninggalkannya di suatu tempat tersembunyi. Ya, saat itu Anda benar-benar menaruh bom.
Ma-maaf, Anda bicara apa? Saya tak mengerti.
Jangan pura-pura, Anda pikir polisi akan meninggalkan lokasi begitu saja? Kami
mengawasi dari CCTV, menemukan tas tersebut, dan berhasil menjinakkan bomnya. Tinggal
mencocokkan sidik jari di tas itu dengan sidik jari Anda, bukan?
Bagaimana kalau saya menolak?
Di kafe ini, semuanya polisi.
Kafe tenang itu mendadak berisik dengan respon spontan para polisi yang menyamar di
sana. Mereka mengambil kuda-kuda untuk banyak kemungkinan. Lelaki besar itu mendadak
membuka kancing bajunya.
Percuma! Mari kita mati bersama! Para polisi kian waspada melihat tubuh lelaki yang
rupanya sudah penuh lilitan kabel itu. Nampaknya ia merencanakan bom bunuh diri.
Kutekan tombol ini, dan
DOR!
Sebuah tembakan lepas dari pistol seorang polisi, tepat menembus kening lelaki besar itu.
Ia rubuh. Tersungkur.
Dia tewas?
Sepertinya, Komandan!

Cepat, amankan bom di tubuhnya!


Tapi, Komandan, mayat ini
Perlahan mereka berjalan mendekat. Tiba-tiba mereka terbelalak dan berkeringat dingin
melihat urat-urat aneh dan rumit di balik tipis kulit mayat itu. Tersambung dengan sebuah kotak
kecil seperti agrometer pada taksi di bagian perut. Ada angka-angka yang seolah berhitung
mundur.
Ini bom aktif! Jinakkan segera!
Para penjinak memulai pekerjaan sulit mereka mencari kabel bom yang benar di antara
seliweran urat tubuh lelaki itu. Lelaki yang seolah-olah tak ingin mati sendirian.

--RT @baracoedaz: TERORIS. Ia sudah mati, tapi bomnya masih aktif. Para penjinak kesulitan
membedakan mana kabel mana urat tubuhnya. @fiksimini

You might also like