You are on page 1of 16

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Warga Negara
Pengertian warga negara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)
adalah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dan sebagainya yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai
seorang warga dari negara itu. Sementara itu, AS Hikam dalam Ghazalli (2004)
mendefinisikan warga negara yang merupakan terjemahan dari citizenship adalah
anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri.
Pasal 26 ayat (1) mengatur siapa saja yang termasuk warga Negara Republik
Indonesia. Pasal ini dengan tegas menyatakan bahwa yang menjadi warga Negara
adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain, misalnya
peranakan Belanda, pernakan Tionghoa, peranakan Arab yang bertempat inggal di
Indonesia mengakui Indonesia sebagai tanah airnya, bersikap setia kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan disahkan oleh undang-undang sebagai warga
Negara. Syarat-syarat menjadi warga Negara juga ditetapkan oleh undang-undang
(Pasal 26 ayat 2).1
Selanjutnya dalam pasal 1 UU Nomor 22/1958, dan dinyatakan juga dalam
UU Nomor 12/2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, menekankan
kepada peraturan yang menyatakan bahwa Warga Negara Republik Indonesia
adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan atau perjanjianperjanjian dan atau peraturan yang berlaku sejak proklamasi 17 Agustus 1945
sudah menjadi warga negara Republik Indonesia.
Warga negara memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat penting bagi
kemajuan dan bahkan kemunduran sebuah bangsa. Oleh karena itu, seseorang
1 Hamdan Mansyur, Pendidikan Kewarganegaraan (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
2001), halaman 14.

yang menjadi anggota atau warga suatu negara haruslah ditentukan oleh Undangundang yang dibuat oleh negara tersebut. Sebelum negara menentukan siapa saja
yang menjadi warga negaranya, terlebih dahulu negara harus mengakui bahwa
setiap orang berhak memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meningggalkannya serta berhak kembali sebagaimana dinyatakan oleh
pasal 28E ayat (1) UUD 1945.
Pernyataan ini mengandung makna bahwa orang-orang yang tinggal dalam
wilayah negara dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Warga Negara Indonesia, adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan dengan undang-undang
sebagai warga negara.
2. Penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat
sementara sesuai dengan visa (surat izin untuk memasuki suatu negara dan
tinggal sementara yang diberikan oleh pejabat suatu negara yang dituju)
yang diberikan negara melalui kantor imigrasi.
Dalam penjelasannya dinyatakan bahwa orang-orang bangsa lain, misalnya
orang peranakan Belanda, peranakan Cina, peranakan Arab, dan lain-lain yang
bertempat tinggal di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai Tanah Airnya dan
bersikap setia kepada Negara Republik Indonesia dapat menjadi warga negara.
Dari sudut hubungan antara negara dan warga negara, Koerniatmanto S.
mendefinisikan warga negara dengan konsep anggota negara. Sebagai anggota
negara, warga negara mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya. Ia
mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap
negaranya.

Setiap negara yang berdaulat berwenang menentukan siapa-siapa yang


menjadi warga negaranya. Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang,

dukenal adanya asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas


kewarganegaraan berdasarkan perkawinan. Dalam penentuan kewarganegaraan
didasarkan kepada sisi kelahiran, dikenal dua asas yaitu asas ius soli dan ius
sanguinis . Ius artinya hukum atau dalil. Soli berasal dari kata solum yang artinya
negari atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya darah.
1. Asas Ius Soli
Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang
ditentukan dari tempat dimana orang tersebut dilahirkan.
2. Asas Sanguinis
Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang di
tentukan berdasarkan keturunan dari orang tersebut.
Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan
pada aspek perkawinan yang mencakup atas asas kesatuan hukum dan asas
persamaan derajat :
1. Asas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah
suatu ikatan yang tidak terpecahkan sebagai inti dari masyarakat.
Dalam menyelenggarakan kehidupan bersama, suami istri perlu
mencerminkan suatu kesatuan yang bulat termasuk dalam masalah
kewarganegaraan.

Berdasarkan

asas

ini

diusahakan

status

kewarganegaraan suami dan istri adalah sama dan satu.


2. Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak
menyebabkan perubahan status kewarganegaaraan suami atau istri.
Keduanya memiliki hak yang sama untuk menentukan sendiri
kewarganegaraan. Jadi mereka dapat berbeda kewarganegaraan seperti
halnya ketika belum berkeluarga.
Penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap Negara dapat
menciptakan problem kewarganegaraan bagi seorang warga. Secara ringkas
problem kewarganegaraan adalah munculnya apatride dan bipatride. Apatride
adalah istilah untuk orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Bipatride

adalah istilah untuk orang-orang yang memiliki kewarganegaraan rangkap (dua).


Bahkan, dapat muncul multiapatride yaitu istilah untuk orang-orang yang
memiliki kewarganegaraan banyak (lebih dari dua).
Pewarganegaraan adalah tatacara bagi orang asing untuk memperoleh
kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan. Dalam UndangUndang dinyatakan bahwa kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga
diperoleh melalui pewarganegaraan.
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Telah berusia 18(delapan belas) tahun atau sudah kawin
2.

Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di


wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima)tahun
berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut

3. Sehat jasmani dan rohani


4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
5.

Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang


diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun.

6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Indonesia, tidak menjadi


kewarganegaraan ganda.
7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap
8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

B. Pengertian Hak dan Kewajiban


Dalam konteks kata, hak dan kewajiban mengandung 2 kata yaitu
hak dan kewajiban. Dari masing-masing kata tersebut tentunya
mempunyai arti tersendiri. Menurut Prof. Dr. Notonegoro Hak adalah

kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima


atau dilakukan melalui oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh
pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
olehnya. Menurut pengertian tersebut, individu maupun kelompok ataupun
elemen lainnya, jika menerima hak hendaknya dilakukan sesuai dengan
aturan yang berlaku dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Jadi
harus pihak yang menerimannya lah yang melakukan itu.
Pada Konverensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia tahun 1993,
berbagai pemerintah menegaskan dalam Deklarasi Wina bahwa hak asasi
manusia adalah hak yang dibawa oleh semua manusia sejak lahir sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa.2. Dari pengertian yang lain, hak bisa
berarti sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunanya
tergantung kepada kita sendiri contohnya hak mendapatkan pengajaran.
Dalam hak mendapatkan pengajaran ini adalah tergantung dari diri kita
sendiri. Kalau memang menganggap bahwa pengajaran itu penting bagi
kita pasti kita akan senantiasa belajar atau sekolah atau mungkin kuliah.
Tapi kalau ada yang menganggap itu tidak penting pasti tidak akan
melakukan hal itu.
Kata yang kedua adalah kewajiban. Kewajiban berasal dari kata
wajib. Menurut Prof. Dr. Notonegoro wajib adalah beban untuk
memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan melalui
oleh pihak tertentu, tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan.
Kewajiban pada intinya adalah sesuatu yang harus dilakukan. Disini
kewajiban berarti suatu keharusan maka apapun itu jika merupakan
kewajiban kita harus melaksaakannya tanpa ada alasan apapun. Dari
pengertian yang lain kewajiban berarti sesuatu yang harus dilakukan
dengan penuh rasa tanggung jawab atau pembatasan atau beban yang
timbul karena hubungan dengan sesama atau dengan negara
2 Women Law, Hak Asasi Manusia Kaum Perempuan (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,
2001), halaman 2.

C. Hak warga Negara untuk memperoleh pendidikan


Pendidikan

adalah

aset

bangsa.

Pendidikan

mencirikan

pembangunan karakter bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan serta


melahirkan kemajuan dan peradaban bangsa. Sebaiknya, pendidikan yang
buruk akan berimplikasi negative bagi jalannya roda pemerintahan dan
ketersediaan partisipasi publik yang cerdas. Begitu pentingnya keberadaan
pendidikan, maka terpenuhinya hak atas pendidikan merupakan hak asasi
manusia (HAM).3
Sesuai dengan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
tercermin dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945, yaitu bahwa
pemerintah Negara Indonesia antara lain berkewajiban mencerdaskan
kehidupan bangsa, Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 menetapkan bahwa tiaptiap warga Negara berhak mendapat pengajaran. Untuk itu, UUD 1945
mewajibkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang (pasal 31 ayat
(2)). 2
Sistem pendidikan nasional diatur dengan Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1989. Undang-Undang ini menetapkan bahwa penyelenggaraan
pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah
dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan
pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajarmengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan jalur
pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
luar sekolah. Pendidikan luar sekolah ini mencakup pendidikan keluarga.2
D. Landasan Hak Warga Negara Memperoleh Pendidikan
Begitu pentingnya keberadaan pendidikan, maka terpenuhinya hak atas
pendidikan merupakan hak asasi manusia (HAM). Landasan hak warga Negara
memperoleh pendidikan, dapat dijelaskan sebagai berikut :
3 Majda Eh Muhtaj, Dimensi - Dimensi HAM (Jakarta : Rajawali Pers, 2008), halaman
162.

10

1. Landasan Yuridis
Sesuai dengan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercermin
dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945, yaitu bahwa pemerintah Negara
Indonesia antara lain berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa.4
Hak memperoleh pendidikan sebenarnya telah digariskan secara yuridis
dalam batang tubuh UUD 1945, Bab XIII, pasal 31 ayat 1 dan 2 :
1. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional yang diatur dengan undang-undang
Demikian juga yang terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Republik
Indonesia No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan :
"bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan efisiensi
manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan
pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Sebagai bentuk kesungguhan Indonesia dalam memajukan dan melindungi
hak dasar anak khususnya atas pendidikan, pemerintah Indonesia telah melakukan
upaya pemberdayaan baik secara konstitusional maupun institusional. Hal tersebut
sekaligus dimaksudkan untuk lebih meningkatkan citra positif Indonesia dan
memantapkan

kepercayaan

masyarakat

internasioal.

Sehubungan

dengan

pemberdayaan secara konstitusional, pemerintah Indonesia telah meratifikasi


sejumlah instrument internasional Hak Asasi Manusia antara lain dengan bentuk
Undang-undang dan Keputusan Presiden. Adapun pemberdayaan secara
institusional dilakukan dengan pembentukan sejumlah lembaga atau komite yang
berada dalam kewenangan Negara maupun lembaga swadaya masyarakat.
Secara Konstitusional

11

yaitu terbentuknya Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 tahun 1999


tentang Hak Asasi Manusia yang mencantumkan hak anak dalam memperoleh
pendidikan yaitu pasal 60 ayat (1) dan (2) yang menyatakan :
1) Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat dan tingkat
kecerdasannya.
2) Setiap anak berhak mencari, menerima, memberikan informasi sesuai dengan
tingkat intelektualitas dan usianya demi pengembangan dirinya sepanjang
sesuai dengna nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
Demikian juga bentuk lain dari pemberdayaan secara konstitusional adalah
berupa Keputusan Presiden (Kepres ) Republik Indonesia No. 36 tahun 1990
tentang pengesahan konvensi hak-hak anak dan Kepres No. 12 tahun 2001 tentang
komite aksi nasional penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.
Secara Institusional
yaitu dengan pembentukan kelembagaan dan komite, seperti :
1) Komite Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) yang dibentuk sesuai
dengan Keputusan Presiden No.50 tahun 1993 yang kemudian dikukuhkan
dengan Undang-undang no. 39 tahun 1999.
2) Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dengan Keputusan Presiden RI
no. 77 tahun 2003. Lembaga ini bersifat independen yang dibentuk berdasarkan
Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak dalam rangka
meningkatkan efektifitas penyelenggaraan perlindungan anak. Tugas utama
komisi ini adalah :
a) Melakukan sosialisasi tentang seluruh ketentuan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan perlindungan anak, mengumpulkan data
dan informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan,
pemantauan,

evaluasi

dan

pengawasan

terhadap

penyelenggaraan

perlindungan anak
b) Memberikan laporan, saran, masukan,dan pertimbangan kepada presiden
dalam rangka perlindungan anak.

12

Keanggotaan KPAI terdiri dari unsur pemerintah, tokoh agama, tokoh


masyarakat, organisasi sosial, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, dan kelompok msyarakat yang
peduli terhadap perlindungan anak. Keanggotaan KPAI diangkat dan
diberhetikan oleh Presiden setelah mendapat pertimbangan DPR RI.
Keanggotaan diangkat untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
Demikian sebenarnya secara hukum kita sudah memiliki landasan yang
kuat untuk mewujudkan hak anak dalam memperoleh pendidikan di negara ini,
apabila pemerintah saat ini belum mampu melaksanakan ketentuan yang telah
digariskan oleh Undang-undang kita dapat mengkritisinya berdasarkan
landasan hukum yang berlaku di negara kita, bahkan pemerintah sendiri telah
menyediakan wadah bagi masyarakat untuk dijadikan tempat pengaduan
berupa lembaga yang independen demi terwujudnya pendidikan yang
seharusnya sudah menjadi hak bagi semua anak di sudut-sudut bumi pertiwi
ini.
2. Landasan Religius
Anak adalah amanat bagi kedua orang tuanya, kewajiban orang tua
memberikan pendidikan kepada anak merupakan urusan yang sangat berharga
dan menempati prioritas tertinggi. Kalbu seorang anak yang masih bersih bak
permata yang tak ternilai harganya, bila ia dididik dan dibiasakan untuk
melakukan kebaikan, niscaya dia akan tumbuh menjadi baik, sebaliknya bila ia
dididik dan dibiasakan dengan perbuatan jelek, maka ia akan menjadi orang
yang merugi dan celaka dunia akhirat. Demikian yang ditulis Imam Ghazali
dalam kitab Ihya Ulumuddinnya.
Menurut pandangan Islam mengenai hak anak dalam mendapatkan
pendidikan sebetulnya terkait erat dengan tanggung jawab orang tua terhadap
anaknya. Orang tua berkewajiban memberikan perhatian kepada anak dan
dituntut untuk tidak lalai dalam mendidiknya. Jika anak merupakan amanah dari
Allah SWT, maka otomatis mendidiknya termasuk bagian dari menunaikan

13

amanah-Nya. Sebaliknya, melalaikan hak-hak mereka termasuk khianat


terhadap amanah Allah SWT (QS. An-Nisa: 58). Perkembangan dan kecerdasan
anak ditentukan bagaimana orang tua mendidiknya. Oleh karena itu, amanah
mendidik anak merupakan sebuah hal yang teramat penting dan tidak
seharusnya disepelekan oleh orang tua, kewajiban mereka terhadap anaknya
bukan sekedar memenuhi kebutuhan secara lahir seperti makan, minum,
pakaian, tempat tinggal dan sebagainya, tetapi juga harus memperhatikan
kebutuhan bathin mereka melalui pendidikan (agama). Sebagaimana Allah SWT
berfirman yang tercantum dalam kitab Alqur'an yang mulia : "Wahai orangorang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (QS. At-Tahrim :6).
Mengenai pentingnya menunaikan "amanah" dipertegas juga dalam hadits
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari : "Barangsiapa diberi
amanah oleh Allah, lalu ia mati (sedangkan pada) hari kematiannya ia dalam
keadaan mengkhinati amanahnya, niscaya Allah mengharamkan surga baginya".
Dari riwayat lain, Ibnul Qayyim berkata, "Barangsiapa yang melalaikan
pendidikan anaknya serta meninggalkannya secara sia-sia, berarti ia telah
berbuat yang terburuk".
Demikian sebagai bangsa yang beragama khususnya bagi yang beragama
Islam, mewujudkan pendidikan bukanlah sekedar tugas pemerintah, melainkan
lebih kepada tanggung jawab kita sebagai orang tua untuk mendidik anak yang
dapat dimulai dari lingkungan terdekat yaitu keluarga.

E. Analisis Permasalah Hak memperoleh Pendidikan di Indonesia


Kasus-kasus

pelanggaran

HAM

yang

banyak

terjadi

di

Indonesia,

memungkinkan penyelesaian dan penegakan HAM secara adil bagi semua pihak.
Banyak diantara kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi masih menimbulkan

14

permasalahan di kemudian hari bagi kedua belah pihak. Hal ini terjadi sematamata karena pengadilan atas pelanggaran HAM yang terjadi masih dirasa berat
sebelah atau hanya mementingkan kepentingan salah satu pihak saja. Pada
dasarnya, kasus-kasus pelanggaran HAM seyogyanya diselesaikan dengan
memperhatikan kepentingan kedua belah pihak, yaitu pihak yang terlanggar
HAMnya dan pihak yang melanggar HAM. Walau dirasa sulit, akan tetapi proses
penegakan HAM yang adil harus terus diupayakan. Dengan memperhatikan
kepentingan kedua belah pihak yang terkait kasus dan berdasarkan landasan
hukum yang konkret, maka penegakan HAM bisa diupayakan dengan seadiladilnya.
Kasus HAM yang terjadi dalam dunia pendidikan yang melibatkan empat
siswa SMA Pangkal Pinang, Kepulauan Riau adalah salah satu contoh kasus
penegakan HAM yang dirasa masih belum memberikan keadilan bagi kedua belah
pihak. Bagaimana tidak, akibat pernyataan keempat siswa tersebut di jejaring
social facebook akhirnya mereka harus dikeluarkan dari sekolah. Mungkin sudah
kelewatan jika empat siswa SMA Tanjung Pinang tersebut menghina pihak
sekolahnya di facebook yang bisa saja dibaja oleh semua orang. Akan tetapi,
apakah mereka pantas di keluarkan dari sekolah? Tidakkah hukuman itu terlalu
berat? Apakah kepala sekolah dan dewan guru tidak memiliki kebijakan lain?
Jika di telaah lebih dalam, keputusan sekolah untuk mengeluarkan keempat
siswa SMA Tanjung Pinang dari sekolah secara tidak langsung telah melanggar
hak mereka untuk mendapatkan pendidikan. Bukankah dalam UUD 1945 sebagai
landasan konstitusional penegakan HAM di Indonesia telah ada jaminan mengenai
hak pendidikan seperti yang tertuang dalam pasal 31 yang berbunyi Setiap warga
negara berhak mendapat pendidikan. Selain itu akses rakyat terhadap pendidikan
juga telah dituangkan dalam pasal 5 UU Sisdiknas yang menyatakan:
1. Setiap Warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.

15

2. Warga Negara yang memiliki fisik , emosional, mental, intelektual,


dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
3. Warga Negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat
yang terpencil berhak memperoleh pendidikan khusus.
4. Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus.
5. Warga Negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan
sepanjang hayat.
Dari pernyataan diatas, jelas bahwa hak setiap warga negara untuk
memperoleh pendidikan telah dijamin oleh konstitusi. Penegakan HAM sudah
sepantasnya menjadi tanggungjawab seluruh lapisan masyarakat, termasuk juga
insan pendidikan. Keputusan pihak sekolah untuk mengeluarkan empat siswa
SMA Tanjung Pinang dari sekolah kerena membuat pernyataaan tak
sepantasnya mengenai pihak sekolah di facebook dirasa masih kurang tepat.
Keputusan tersebut bisa saja menimbulkan polemik baru dikemudian hari bagi
keempat siswa. Kita tahu bahwa keputusan untuk memberikan sanksi
mengeluarkan siswa dari sekolah merupakan keputusan yang di buat karena
adanya pelanggaran berat oleh siswa. Bukan tidak mungkin nantinya setelah siswa
di keluarkan dari sekolah, mereka justru kesulitan untuk mendapatkan sekolah
lain. Berdasarkan hal tersebut, keputusan sekolah untuk mengeluarkan keempat
siswanya dari sekolah secara tidak langsung menghalang-halangi hak mereka
untuk mendapatkan pendidikan.
Sudah sepantasnya pengadilan atas pelanggaran HAM dilakukan dengan
seadil-adilnya. Dari persoalan diatas dapat disimpulkan bahwa penyelesaian kasus
pelanggaran HAM hanya mementingkan kepentingan satu pihak saja. Dimana
pihak tersebut adalah pihak yang dilanggar HAMnya, dalam kaitanya dengan
kasus tersebut adalah pihak sekolah. Pihak sekolah merasa nama baik instansi
sekolah menjadi tercemar akibat pernyataan keempat siswa SMA Pangkal Pinang

16

tersebut. Akan tetapi disini sekolah justru membuat keputusan yang menimbulkan
pelanggran HAM lainya, yaitu pelanggaran HAM atas pendidikan keempat siswa
tersebut. Jadi, keputusan untuk mengeluarkan sanksi terberat terhadap keempat
siswa tersebut bisa lebih dipertimbangkan lagi, mengingat kasus ini juga
merupakan kasus internal sekolah. Seyogyanya sekolah dapat memberikan sanksi
yang lebih edukatif terhadap siswa. Selain dapat menimbulkan efek jera, sanksi
tersebut juga dapat memberikan pendidikan kepada siswa tanpa menimbulkan
polemik baru di kemudian hari.

F. Upaya Penegakan HAM di Dunia Pendidikan Indonesia


Pentingnya pendidikan selain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk
memajukan Hak Asasi Mnusia di Indonesia, pendidikan juga menjadi alat penting
untuk memajukan pengetahuan, serta harkat dan martabat bangsa Indonesia.
Selain pendidikan sebagai suatu hak yang diberikan berdasarkan konstitusi,
pendidikan juga menjadi suatu kewajiban yang diberikan oleh negara kepada
rakyatnya.

Pendidikan

merupakan

hak

konstitusional,

yang

dijamin

implementasinya secara nasional berdasarkan konstitusi. Di Indonesia hak ini


diakui dan dijamin di dalam UUD 1945. Tanggung jawab negara di dalam
pendidikan dituangkan di dalam pasal-pasal dalam UUD 1945, dan sasaran
pendidikan secara konkret adalah .mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebagaimana yang tertuang di dalam pembukaan UUD 1945.
Berangkat dari hal tersebut, sudah sepantasnya seluruh warga negara
Indonesia mengupayakan kemajuan pendidikan di Indonesia. Hal sentral yang
perlu diperhatikan adalah upaya memajukan pendidikan sangat erat kaitanya
dengan pemenuhan hak atas pendidikan. Kasus yang terjadi di Pangkal Pinang
sekitar tahun 2010 lalu telah mengingatkan kita tentang bagaimana hak atas
pendidikan ini dipandang sebelah mata. Keputusan sekolah unuk mengeluarkan
keempat siswa yang membuat pernyataan tak sepantasnya di facebook dirasa

17

terlalu berlebihan sehingga menghalang-halangi mereka untuk memperoleh hak


atas pendidikan mereka.
Kasus keempat siswa SMA Pangkal Pinang tersebut seharusnya bisa
diselesaikan dengan cara yang lebih edukatif. Pemberian sanksi untuk
mengeluarkan siswa hanya akan membuat hak keempat siswa tersebut untuk
mendapatkan

pendidikan

menjadi

terhalangi.

Pihak

sekolah

bisa

saja

menyelesaikan kasus tersebut dengan cara mediasi antara kedua belah pihak,
dalam kaitanya dengan kasus ini adalah keempat siswa SMA Pangkal Pinang dan
juga pihak sekolah yang merasa nama baiknya tercemar. Bila perlu sekolah
merangkul Dinas Pendidikan daerah setempat unutuk menjadi mediator atas kasus
tersebut. Dengan begitu mungkin kasus tersebut bisa diselesaikan dengan lebih
adil lagi bagi kedua belah pihak. Melalui mediasi, keempat siswa yang
bersangkutan dengan kasus tersebut dapat meminta maaf langsung kepada pihak
yang bersangkutan serta manjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya.
Sementara pihak sekolah yang bersangkutan diharapkan dapat berbesar hati untuk
memaafkan keempat siswa tersebut. Dengan mediasi tersebut, sekolah juga dapat
mempertimbangkan keputusan sanksi yang seadil-adilnya terhadap keempat siswa
tersebut. Sanksi tidak harus berupa sanksi terberat yaitu mengeluarkan siswa dari
sekolah. Namun untuk membuat efek jera dan agar tindakan tersebut tidak ditiru
oleh siswa yang lain sanksi dapat berupa pemberian skorsing terhadap siswa.
Perlu juga diingat pemberian skorsing juga tidak bisa seenaknya saja, perlu ada
pertimbangan yang matang atas pemberian lama skorsing terhadap siswa.
Pemeberian sanksi tersebut akan terlihat lebih edukatif bagi siswa dan tentunya
nama baik instansi sekolah juga akan tetap terjaga.

G. Contoh Hak dan Kewajiban WNI


Contoh Hak dan Kewajiban WNI

18

Berikut ini adalah beberapa contoh hak dan kewajiban kita sebagai rakyat
Indonesia. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama
lain tanpa terkecuali. Persamaaan antara manusia selalu dijunjung tinggi untuk
menghindari berbagai kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai
permasalahan di kemudian hari. Namun biasanya bagi yang memiliki banyak uang
atau tajir bisa memiliki tambahan hak dan pengurangan kewajiban sebagai warga
negara kesatuan republik Indonesia.
1. Contoh Hak Warga Negara Indonesia
a. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum.
b. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
c. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di
dalam pemerintahan.
d. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama
dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai.
e. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
f. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dari serangan musuh.
g. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat,
berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undangundang yang berlaku.

2. Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia


a. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh.

19

b. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan
oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda).
c. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara,
hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaikbaiknya.
d. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala
hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia.
e. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun
bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.

You might also like