You are on page 1of 20

ASUHAN MANAJEMEN KEBIDANAN dengan EKLAMPSIA ( TINJAUAN

TEORITIS )
BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Eklampsia merupakan penyebab dengan peningkatan risiko morbiditas dan
mortalitas maternal dan perinatal.kejadian eklampsia di Negara berkembang
berkisar 1 dari 100 hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre eklampsia dan
eklampsia berkisar 1,5 % sampai 25 %. Komplikasi signifikan yang mengancam jiwa
ibu akibat eklampsia adalah edema pulmonal, gagal hati dan ginjal, DIC, sindrom
HELLP

dan

perdarahan

otak.

Eklampsia disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum.


Bergantung pada apakah kejang muncul sebelum, selama atau sesudah persalinan.
Eklampsia paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin sering
menjelang

aterm.

Masalah utama dalam mencegah dan mengobati eklampsia adalah penyebab


kondisi yang tidak diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara hipertensi dan
penyakit serebral yang mengidentifikasi persamaan klinis antara eklampsia dan
ensefalopati hipertensif ( Vaughan & Delanty 2000 ). Namun demikian hasil
signifikan yang diperoleh menunjukkan bahwa hipertensi tidak selalu menjadi
perkursor awitan eklampsia tetapi hampir selalu terjadi setelah kejang.
B.

Tujuan

a.

Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan eklampsia.

b.

Mampu melaksanakan pengkajian dan mengumpulkan data pasien dengan


eklampsia.

c.

Mampu menginterpretasikan secara benar masalah atau diagnosa berdasarkan


data-data pasien dengan eklampsia tersebut.

d.

Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada pasien


dengan eklampsia.

e.

Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera secara mandiri, kolaborasi dan


rujukan pada pasien dengan eklampsia.

f.

Mampu merancanakan asuhan rasional sesuai dengan kebutuhan pasien dengan


eklampsia.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti halilintar karena
gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat
dalam kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam
nyawa dari kehamilan , ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik , biasanya
pada pasien yang telah menderita preeklampsia . (Preeklamsia dan eklampsia
secara kolektif disebut gangguan hipertensi kehamilan dan toksemia kehamilan.)
Prawiroharjo

2005.

Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau


masa nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan
atau koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong
Tjandra

&

John

2008

Eklampsia termasuk kejang dan koma yang terjadi selama kehamilan.


Menjelang kejang kejang dapat didahului dengan gejalanya :

Nyeri kepala di daerah frontal

Nyeri epigastrium

Penglihatan semakin kabur

Adanya mual muntah

Pemeriksaan

menunjukkan

hiperrefleksia

atau

mudah

teransang.

Kemudian

dengan teori iskemia implantasi plasenta juga dapat terjadi

berbagai gejalanya eklampsia yaitu :


1.

Kenaikan tekanan darah

2.

Pengeluaran protein dalam urine

3.

Edema kaki, tangan sampai muka

4.

Terjadinya gejala subjektif :

Sakit kepala

Penglihatan kabur

Nyeri pada epigastrium

Sesak nafas

Berkurangnya pengeluaran urine

5.

Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma

6.

Terjadinya kejang

Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiontensin,


renin dan aldosteron sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan
metabolisme dapat berlangsung. Pada eklampsia maka terjadi penurunan
angiotensin, renin dan aldosteron tetapi dapat dijumpai edema, hipertensi dan
proteinuria.
Berdasarkan waktu terjadinya eklampsia dapat di bagi :
1.

Eklampsia gravidarum

Kejadian 50% sampai 60 %

Serangan terjadi dalam keadaan hamil

2.

Eklampsia parturientum

Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %

Saat sedang inpartu

Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat mulai


inpartu

3.

Eklampsia puerperium

Kejadian jarang 10 %

Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir

Kejang kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :


1.

Tingkat awal atau aura

Berlangsung 30 35 detik

Tangan dan kelopak mata gemetar

Mata terbuka dengan pandangan kosong

Kepala di putar ke kanan atau ke kiri

2.

Tingkat kejang tonik

Berlangsung sekitar 30 detik

Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti sianosis,
tangan menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah dapat tergigit.

3.

Tingkat kejang klonik

Berlangsung 1 sampai 2 menit

Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik

Konsentrasi otot berlangsung cepat

Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus

Mata melotot

Mulut berbuih

Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis

Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan

4.

Tingkat koma

Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas

Diikuti,yang lamanya bervariasi


Selama terjadi kejang kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40 c, nadi
bertambah cepat, dan tekanan darah meningkat.
Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.

1.

Komplikasi ibu :

Dapat menimbulkan sianosis

Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru

Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung


mendadak

Lidah dapat tergigit

Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka luka

Gangguan fungsi ginjal

Perdarahan

Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus

2.

Komplikasi janin dalam rahim :

Asfiksia mendadak

Solusio plasenta

Persalinan prematuritas
Berbagai faktor yang mempengaruhi eklampsia :

Jumlah primigravida terutama primigravida muda

Distensi rahim berlebihan yaitu hidramnoin, hamil ganda dan mola hidatosa

Adanya penyakit yang menyertai kehamilan yaitu diabetes mellitus, kegemukan

Jumlah umur ibu di atas 35 tahun

B.

Etiologi eklampsia
Dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah jantung atau
payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru paru. Sedangkan
penyebab kematian bayi adalah asfiksia intrauterine dan persalinan prematuritas.
Mekanisme kematian janin dalam rahim pada penderita eklampsia :

a.

Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah lemak dan


protein dapat menimbulkan badan keton

b.

Meransang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus vagus yang
menyebabkan :

Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan dilanjutkan menjadi bradikardi
serta irama yang tidak teratur

Peristaltis usus bertambah dan sfingter ani terbuka sehingga di keluarkannya


mekonium yang akan masuk ke dalam paru paru pada saat pertama kalinya
neonatus aspirasi.

c.

Sehingga bila kekurangan O2 dapat terus berlangsung keadaan akan bertambah


gawat sampai terjadinya kematian dalam rahim maupun di luar rahim .
Oleh sebab itu perlu memperhatikan

komplikasi dan tingginya angka

kematian ibu dan bayi. Maka usaha utama adalah mencegah pre eklampsia menjadi
eklampsia perlu diketahui bidan dan selanjutnya melakukan rujukan ke rumah sakit.
C. Patofisiologi eklampsia
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar
aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan
normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur
retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia permeabilitas pembuluh darah
terhadap protein meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan

gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga


terjadi gawat-janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenisasi.
Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada
eklampsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun,
sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang
penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi
garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam
perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh
tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan
filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus arteriolus ginjal
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan
retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari
normal, sehingga menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi
oliguria atau anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada
beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina
disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran
kehamilan . Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2
bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan
terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam
pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia.
Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa
resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi
pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada
eklampsia akan menurun.
Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia
sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial.
Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan

bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah


meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke
jaringan diberbagai bagian tubuh berkurang akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan
keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai
sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas natrikus,
sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat organik
dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam karbonik
menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat pulih
kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu
pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada
eklampsia.
D. Diagnosis eklampsia
Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Perawatan prenatal untuk
kehamilan dengan predisposisi pre eklampsia perlu ketat dilakukan agar dapat
dideteksi sedini mungkin gejala gejala eklampsia. Sering di jumpai perempuan
hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang kejang eklampsia karena
tidak terdeteksi adanya pre eklampsia sebelumnya.
Eklampsia harus dibedakan dari epilepsy ; dalam anamnesis diketahui adanya
serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dengan tanda pre eklampsia tidak
ada, kejang akibat obat anastesi, koma karena sebab lain.
E. Komplikasi eklampsia
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat dan
eklampsia :
1.

Solusio plasenta
Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah,
sehingga terjadi hematom retropalsenta yang dapat menyebabkan sebagian
plasenta dapat terlepas.

2.

Hipofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya di bawah 100
mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.

3.

Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas
membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan
gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.

4.

Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita
eklampsia.

5.

Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu.
Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan
terjadinya apopleksia serebri.

6.

Edema paru paru

7.

Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol
umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama penentuan enzim-enzimnya.

8.

Sindroma HELLP

Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis,


peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel
sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua
sampai beberapa hari setelah melahirkan.
9.
Kelainan ginjal

Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel


endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat
timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10. Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
11. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.
F.

Prognosa eklampsia
Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang
meminta korban besar dari ibu dan bayi ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 ).
Diurese dapat dipegang untuk prognosa ; jika diurese lebih dari 800 cc dalam
24 jam atau 200 cc tiap 6 jam makan prognosa agak baik. Sebaliknya oliguri dan
anuri merupakan gejala yang buruk.
Gejala gejala lain memperberat prognosa dikemukakan oleh Eden ialah ;
koma yang lama, nadi di atas 120 x / menit, suhu di atas 39 c, tekanan darah di
atas 200 mmHg, proteinuria 10 gram sehari atau lebih, tidak adanya edema, edema
paru paru dan apoplexy merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian.

G. Pencegahan eklampsia
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau frekuensinyadi
kurangi. Usaha usaha untuk menurunkan eklampsia terdiri atas meningkatkan
jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita haiml
memeriksa diri sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan tanda tanda pre
eklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan, mengakhiri kehamilan
sedapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila dirawat tanda tanda pre
eklampsia tidak juga dapat hilang. ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 )
H. Penanganan eklampsia
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya
serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman
setelah keadaan ibu mengizinkan. Penanganan yang dilakukan :

Beri obat anti konvulsan

Perlengkapan untuk penanganan kejang

Lindungi pasien dari kemungkinan trauma

aspirasi mulut dan tenggorokan

baringkan pasien pada sisi kiri

posisikan secar trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi

berikan oksigen 4 6 liter / menit.

I.

Pengobatan eklampsia
Eklampsia

merupakan

gawat

darurat

kebidanan

yang

memerlukan

pengobatan di rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.


Konsep pengobatannya :
a.

Menghindari terjadinya :

Kejang berulang

Mengurangi koma

Meningkatkan jumlah dieresis

b.

Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :

Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium

Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10 sampai 20


mgr

c.

Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:

Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah

Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2

Hindari terjadinya trauma tambahan


Perawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :

1.

Kamar isolasi

- Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan


- Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien
- Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas
2.

Pengobatan medis
Banyak pengobatan untuk menghindari kejang yang berkelanjutan dan
meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan. Dengan pemberian :

- Sistem stroganof
- Sodium pentothal dapat menghilangkan kejang

- Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah , mengurangi sensitivitas


saraf pada sinapsis, meningkatkan deuresis dan mematahkan sirkulasi iskemia
plasenta sehingga menurunkan gejala klinis eklampsia.
- Diazepam atau valium
3.

Litik koktil
Pemilihan metode persalinan
Pilihan pervaginam diutamakan :

- Dapat didahului dengan induksi persalinan


-

Bahaya persalinan ringan

Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban, mempercepat


pembukaan, dan tindakan curam untuk mempercepat kala pengeluaran.

Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual

Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonika


Pertimbangan seksio sesarea :

- Gagal induksi persalinan pervaginam


- Gagal pengobatan konservatif

BAB III
KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah agar
pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Proses manajemen terdiri dari tujuh
langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dari pengumpulan data
dasar yang berakhir dengan evaluasi. Kutujuh langkah tersebut membentuk
kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap
langkah-langkah dapat dipecah menjadi langkah-langkah tertentu dan bisa berubah
sesuai dengan bagaimana keadaan pasien.
A.
1.
a.

Langkah I (Pengkajian)
DATA SUBJEKTIF
Biodata atau identitas pasien

a)

Istri

Nama
Untuk mengetahui agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien dan
sebagai pengenal.

Umur
Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien.

Alamat
Untuk mempermudah hubungan bila diperlukan saat keadaan mendesak. Dengan
diketahuinya alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal pasien/klien
dan lingkungannya. Dengan tujuan untuk memudahkan menghubungi keluarganya,
menjaga kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk dijadikan petunjuk saat
kunjungan rumah.

Pekerjaan
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan
kesehatan pasien/klien. Dengan mengetahui pekerjaan pasien/klien, bidan dapat
mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat bidan
sesuai dan tidak mempengaruhi pada pekerjaanya.

Agama
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kesehatan pasien yang
dipengaruhi oleh kebiasaan dan kebudayaan. Dengan diketahuinya agama
pasien/klien,

akan

memudahkan

bidan

melakukan

pendekatan

di

dalam

melaksanakan asuhan kebidanan.

Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang.

Status Perkawinan
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah
kesehatan. Bila diperlukan ditanyakan tentang perkawinan keberapa kalinya.

Suku/Ras
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
pasien/klien. Dengan diketahuinya suku/ras pasien/klien, akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

Karakteristik yaitu pada pengaruh umur ibu terhadap permasalahan kesehatan


pasien/klien. Dalam kurun waktu reproduksi sehat, bahwa usia produksi baik untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Karena merupakan faktor
predisposisi terjadinya eklamsia.
b)

Suami

Nama

Umur

Alamat

Pekerjaan

Agama

Pendidikan

Suku/Ras
b.

Keluhan utama
Merupakan alasan utama pasien untuk datang ke tempat pelayanan
kesehatan dan apa saja yang dirasakan pasien. Yang umumnya pasien datang
dengan keluhan nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri di
epigastrium dan hiperrefleksia.

c.

Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, umur saat kawin, berapa lama kawin
baru hamil dan mengetahui keadaan psikologis pasien.

d.

Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui kapan terjadinya menarche, siklus haid, banyaknya haid,
lamanya haid, apakah ada nyeri pada saat haid.

e.

Riwayat obstetric yang lalu


Riwayat kehamilan , persalinan, dan nifas yang lalu apakah ibu juga
mengalami tanda tanda eklampsia.

f.

Riwayat kehamilan sekarang

Untuk mengetahui tuanya kehamilan dan tafsiran persalinan ibu dan keluhan
yang dirasakan ibu selama kehamilannya.
g.

Riwayat kesehatan sekarang dan lalu


Untuk mengetahui faktor-faktor penyakit yang telah diderita ibu yang
berkaitan dengan arah Predisposisi eklamsia yaitu hipertensi.

h.

Riwayat kesehatan keluarga


Mengetahui mengenai penyakit keturunan seperti

hipertensi dan

DM,

jantung, asma, dll. Dan yang paling mencakup pada eklampsia dengan hipertensi.
i.

Riwayat psikososial
Untuk mengetahui keadaan psikososial pasien atau klien perlu ditanyakan
antara lain : Jumlah anggota keluarga, dukungan materil dan moril yang didapat dari
keluarga, kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan kesehatan,kebiasaan yang
merugikan kesehatan.

2.

DATA OBJEKTIF
Dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.

a.

Pemeriksaan umum :

1. Tekanan darah
Dimana kenaikan tekanan darah pada ibu penderita eklampsia meningkat lebih dari
140 / 90 mmHg.
2. Berat badan
Pada pemeriksaan awal maupun ulang untuk mengevaluasi kenaikan BB yaitu bila
kenaikan berat badan kg per minggu dinyatakan normal, sedang berat badan
dalam 1 minggu naik 1 kg sampai beberapa kali, ini perlu diwaspadai.
b.

Pemeriksaan khusus

Inspeksi
pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memandang dari kepala sampai
ujung kaki.

Yang dinilai bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit, rambut, muka, conjunctiva,
sklera, hidung dan telinga, mulut, leher , payudara, keadaan putting susu menonjol
atau tidak, colostrums ada atau tidak, perut membesar sesuai dengan tua
kehamilan, apakah ada bekas luka operasi, vulva apakah bersih, ada varises atau
tidak, oedema dan pengeluaran dari vagina. Anus apakah ada haemorhoid,
extremitas atas dan bawah apakah ada kelainan.
Muka, ekstremitas atas dan bawah :
Akan terjadi edema karena penimbunan cairan umum dan berlebihan dalam jaringan
tubuh yang dijumpai pada muka, kaki maupun jari tangan yang tidak hilang setelah
istirahat.

Palpasi
pemeriksaan yangdilihat dengan cara meraba.
Dengan cara menggunakan cara Leopold, kemungkinan yang ditemukan ialah :

opold I

: untuk mengetahui TFU, usia kehamilan dan mengetahui bagian janin yang
berada di fundus.

opold II

: untuk mengetahui punggung dan ekstremitas janin.

opold III

: menentukan apa yang terdapat di bagian bawah perut ibu apakah sudah masuk
PAP / belum.

opold IV

: menentukan bagian bawah janin dan berapa bagian terbawah janin yang masuk
ke dalam rongga panggul
Auskultasi
Untuk dapat mendengar bunyi jantung janin, frekuensinya, teratur atau tidak
dan di periksa pada posisi puctum maksimum. Serta mengetahui adanya keadaan
janin didalam kandungan dalam mendeteksi gawat janin / tidak.
Perkusi
Untuk mengetahui refleks patella kiri dan kanan positif / negative.

Pemeriksaan panggul

Untuk mengetahui normal atau tidaknya ukuran panggul dengan pengukuran jangka
panggul.
3.

DATA PENUNJANG

Laboratorium
Darah

: Hb, Haematokrit, dan golongan darah.

Urine

: Kemungkinan ditemukan protein dalam urine 10 gram sehari atau lebih.

USG

: Untuk mengetahui keadaan janin baik tunggal atau tidak dan baik intrauterine atau
tidak.
A.

Langkah II ( interpretasi data )

Diagnosa kebidanan
Ibu hamil ,G.P.AH., usia kehamilan, janin hidup / tidak, tunggal / kembar,
intrauterine / ekstrauterin, letkep / letsu,keadaan jalan lahir, KU ibu dan janin baik
atau

Dasar

tidak.

Melalui anamnesa tanda pasti hamil : pergerakan janin pertama kali dirasakan ibu,
terdengar DJJ saat pemeriksaan auskultasi oleh bidan, foto rontgen tampak jelas
organ janin. Usia kehamilan melalui HPHT dan TFU, janin tunggal dengan teraba
satu bagian keras dan dua bagian tonjolan kecil, intrauterin dengan saat
pemeriksaan palpasi terasa kontraksi dan ibu tidak merasakan nyeri, bagian
terbawah janin dengan letak kepala, pu ka / pu ki, sesuai dengan keadaan jalan
lahir normal, KU ibu dan janin baik / tidak .
Masalah yang kemungkinan terjadi :
Melalui anamnesa ibu mengeluhkan nyeri kepala di daerah frontal, gangguan
penglihatan, mual, nyeri epigastrium, dan hiperrefleksia yang dengan adanya tanda
eklampsia. apabila tidak di atasi maka dapat menimbulkan kejang sampai koma
pada ibu.
B.

Langkah III ( mengidentifikasi masalah atau masalah potensial )

Masalah potensial ditentukan berdasarkan masalah dan diagnosa yang sudah


diidentifikasikan. Kemungkinan yang timbul : solusio plasenta, hipofibrinogenemia,
hemolisis, perdarahan otak, kelainan mata, edema paru paru, nekrosis hati,
sindroma HELLP, kelainan ginjal, gangguan pernafasan, kejang sampai koma,
prematuritas, dismaturitas, kematian janin intrauterine dan kematian ibu.
C.

D.

Langkah IV ( Tindakan segera )

Bebaskan jalan nafas, dengan memasang spatel pada mulut ibu agar lidah
tidak tergigit dan jalan nafas bisa terbuka.

Baringkan pasien pada sisi kiri dengan posisi trendelenbrug untuk


mengurangi resiko aspirasi

Beri O2 4 sampai 6 liter / menit

Pasang infus glukosa 5 % di tambah dengan valium 10 20 mgr

Kontrol KU pasien

Hindari terjadinya trauma tambahan sebab pasien dapat terjatuh dari tempat
tidurnya saat terjadinya kejang.

Kolaborasi dengan dokter Sp,OG dan segera rujuk untuk penanganan


selanjutnya

Langkah V ( Perencanaan atau intervensi )

Memberitahukan kepada keluarga hasil pemeriksaan ibu

Menganjurkan keluarga untuk mengatur posisi ibu dengan kaki sedikit lebih
tinggi dari pada kepala

Memantau perkembangan KU secara adekuat

Memberikan keluarga motivasi berupa dukungan dan semangat emosional

Membuat informed consent

Menyiapkan BAKSOKUDA

Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp, Og untuk pemberian therapy dan


penanganan selanjutnya

Lakukan rujukan segera

DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar bidan Myles, Diane M. Fraser, Margaret A Cooper. Jakarta EGC 2009
Manuaba, Ida Bagus Gede , Ilmu kebidanan , Penyakit kandungan dan Kb untuk
pendidikan bidan , Jakarta EGC 1998
Obstetri William : panduan ringkas / Kenneth J. Lereno, Egi Komara Yudha, Nike
Budhi Subekti, Jakarta EGC 2009.
Rukiyah, Lia yulianti. 2010. ASUHAN KEBIDANAN 4 PATOLOGI, Jakarta Tim.

Diposkan oleh sherlymargaretta di 07.46


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2012 (5)
o Juli (1)
o Juni (3)
o April (1)

MAKALAH EKLAMPSIA

Mengenai Saya

sherlymargaretta
Lihat profil lengkapku
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like