You are on page 1of 8

I.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM


FISIOLOGI TUMBUHAN
TANAH
: Pengaruh Jenis Tanah terhadap Daya Jerat, Porositas, danUnsur

JUDUL
Hara Tanah.
II.
TUJUAN
: Mengetahui pengaruh jenis tanah terhadap daya jerat, porositas, dan
unsur hara tanah.
III.
DASAR TEORI
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan dan telah
mengalami serangkaian pelapukan oleh proses alam sehingga membentuk regolit (lapisan
partikel halus) (Endang. S, 2007). Tanah merupakan suatu system koloid yang terdiri dari
partikel-partikel yang sangat halus yang disebut misel besarnya antara 0,001 sampai 0,1 mikro.
Misel tidak dapat kelihatan dengan mokroskop biasa. Untuk mengetahui system koloid tersebut
kita dapat mengarahkan suatu sinar sehingga tampak menembus koloid sebagai suatu bekas.
Sebagai bandingannya digunakan berkas sinar yang masuk ke dalam bilik gelap melalui celahcelah kecil. Berkas sinar itu tampak dengan jelas jika udara dalam bilik itu mengandung debu.
Sinar yang melewati zat koloid itu dinamakan efek tyndall (Dwidjoseputro, 1989).
Porositas adalah total pori dalam tanah yaitu ruang dalam tanah yang ditempati oleh air
dan udara. Pada keadaan basah seluruh pori baik makro, meso, maupun mikro terisi oleh air,
pada keadaan kering pori makro dan sebagian pori meso terisi oleh udara. Porositas merupakan
gambaran aerasi dan drainase tanah (Foth, 1994). Pori tanah merupakan ruang antara butiran
padat tanah. Pori kasar ditempati udara dan pori kecil ditempati air, kecuali bila tanah kurang.
Porositas tanah adalah persentase volume tanah yang ditempati butiran padat (Hardjowigeno,
2003).
Daya jerat tanah adalah
Air tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanah hampir seluruhnya
berasal dari udara atau atmosf. Air yang dapat merembes ke dalam tanah disebut air infiltrasi.
Sedangkan sisanya mengalir di permukaan tanah sebagai aliran air permukaan (run off). Air
infiltrasi tadi, bila dalam jumlah banyak dan terus merembes ke dalam tanah secara vertikal dan
meninggalkan daerah perakaranya disebut air perkolasi, yang akhirnya sampai di lapisan yang
kedap air, kemudian berkumpul disitu menjadi air tanah (ground water). Mengetahui banyaknya
air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman adalah penting sekali terutama dalam hal
penentuan pemberian air (pengairan) pada tanaman agar supaya tidak berlebihan atau
kekurangan (Dwidjoseputro, 1989).
Air pada cekaman tanah dapat menguntungkan karena adanya imbangan antara pori
makro dengan mikro, nutrisi terlarut, permukaan akar memiliki luasan terbesar untuk
menjalankan proses difusi ion dan aliran masa ion. Air di dalam tanah menurut jumlah dan
keadaannya di bagi menjadi:
a. Air adesi
Merupakan lapisan yang mengelilingi butir tanah, tetapi bukan berupa cairan
karena jumlahnya paling sedikit sehingga paling tidak tersedia bagi tanaman.
b. Air higroskopis
Juga bukan berupa cairan, jadi sebagian besar sudah berupa uap air.
c. Air kapiler
Dibagi dalam dua keadaan yaitu keadaan titik layu permanen dan keadaan kapasitas
lapang (Dwidjoseputro,1989: 44).

Unsur Hara adalah


Segitiga tanah
Menurut butiran-butiran penyusunnya, tanah terdiri atas batu, kerikil, pasir, lumpur,
tanah liat, serta debu. Batu kerikil merupakan penyusun tanah yang terbesar ukurannya. Butiran
pasir berukuran lebih kecil daripada kerikil. Butiran lumpur lebih kecil daripada pasir dan
bercampur dengan air. Butiran tanah liat lebih kecil daripada butiran lumpur. Butiran tanah yang
paling kecil adalah debu. Butiran debu ini sangat halus dan ringan sehingga mudah diterbangkan
angin. Penyusun tanah sangat erat kaitannya dengan daya peresapan air. Tanah yang
mengandung banyak debu atau butiran-butiran tanah liat sukar dilalui air. Sebaliknya, tanah yang
mengandung banyak pasir mudah dilalui air (Arsyad, S. 2000).
Bahan-bahan pembentuk tanah dapat berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat
lainnya. Demikian juga dengan jenis-jenis tanah. Jenis tanah juga dapat berbeda di setiap tempat.
Hal ini tergantung pada jenis batuan yang mengalami pelapukan di tempat itu. Jenis tanah dapat
dibedakan menjadi tanah berhumus, tanah berpasir, tanah liat, dan tanah berkapur (Hanafiah,
KA. 2005).
a. Tanah Berhumus
Tanah humus berada di lapisan atas, berwarna gelap dan bersifat gembur. Tanah
humus terbentuk dari pembusukkan tumbuhan. Tanah humus banyak terdapat di
hutan tropis. Tanah berhumus merupakan tanah yang paling subur.
b. Tanah Berpasir
Tanah berpasir mudah dilalui air atau bersifat porous dan mengandung sedikit
bahan organik. Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan. Tanah berpasir tidak
begitu subur karena mengandung sedikit humus tetapi jenis tanah ini cocok
digunakan sebagai bahan bangunan. Namun, ada tanah berpasir yang subur,
misalnya tanah berpasir di sekitar gunung berapi. Hal ini karena adanya abu
vulkanik yang mengandung banyak unsur hara.
c. Tanah Liat
Tanah liat atau lempung sangat sulit dilalui air. Tanah lempung terdiri atas butiran
liat yang halus sehingga bersifat liat.
d. Tanah Berkapur
Tanah ini terbentuk dari pelapukan bebatuan. Tanah jenis ini sangat mudah dilalui
air dan mengandung sedikit sekali humus.
e. Tanah Gambut
Tanah ini bersifat asam, berwarna gelap, serta bertekstur basah dan lunak.
f. Tanah Vulkanik
Tanah vulkanik banyak terdapat di lereng gunung. Tanah ini terbentuk dari material
abu yang tertinggal setelah terjadi letusan gunung berapi. Tanah vulkanik bersifat
sangat subur sehingga sangat baik untuk pertanian.
IV.

BAHAN DAN METODE


Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam
praktikum antara lain tiga buah botol aqua 600 ml, satu buah paku untuk melubangi bagian
bawah botol, penjepit untuk memegangi paku yang nantinya akan dipanasi untuk melubangi
botol. Selain itu dibutuhkan tiga buah gelas beker, tiga buah gelas ukur, sebuah bunsen, korek
api, cutter, kaki tiga sebagai penyangga, tabung reaksi dan sebuah senter. Senter ini digunakan
untuk mengetahui efek tyndall yang ditimbulkan. Sedangkan bahan yang diperlukan antara lain

duabelas tanah uji yaitu pasir sungai, tanah liat gerabah, kerikil, tanah padas, tanah merah, tanah
kapur, pasir pantai, abu fulkanik, tanah hitam, tanah kompos, dan endapan sungai. Dimana dalam
satu kelompok menguji satu jenis tanah. Untuk kelompok dua mendapatkan tanah jenis pasir
sungai. Selain tanah uji, bahan yang diperlukan adalah 900 ml air,satu lembar kertas putih, dan
yellow board.
Setelah alat dan bahan siap, langkah selanjutnya yaitu mengeringkan 12 tanah uji
dengan cara diangin-anginkan selama dua hari ditempat yang sama. Hal ini dilakukan agar
menjaga kelembaban dan keadaan yang sama supaya kekeringan tanahnya sama. Selanjutnya
membuat set alat dengan cara melubangi bagian bawah botol aqua 600 ml sebanyak 6 buah
dengan ukuran yang sama menggunakan paku yang telah dipanaskan pada bunsen yang menyala.
Melubangi yellow board dengan diameter 6 cm menggunakan cutter. Selanjutnya tanah uji
dimasukkan ke dalam botol setinggi 9 cm dari bawah botol. Hal ini dilakukan agar air sebanyak
300 ml yang dituang dapa masuk seluruhnya ke dalam botol. Selanjutnya menyusun alat sesuai
dengan skema. Setelah set alat siap langkah selanjutnya yaitu menuangkan 300 ml air ke dalam
botol yang berisi tanah uji. Menghitung waktu yang dibutuhkan air sejak penuangan hingga
berhenti menetes. Mengukur volume total air yang menetes dari botol menggunakan gelas ukur.
Selanjutnya menghitung selisih volume air yang dituang dengan volume total air yang menetes
dari botol.
Untuk mengetahui efek tyndall langkah yang dilakukan adalah memasukkan air yang
menetes dari botol ke dalam tabung reaksi dengan tinggi air yang sama yaitu sebanyak 100 ml.
Menyorot air dengan senter untuk mengetahui adanya efek Tyndall dengan cara membandingkan
cahaya senter yang digunakan untuk menyorot air dari 12 tanah uji. Tingkat kekeruhan air dari
masing-masing jenis air tanah juga dibandingkan. Langkah terakhir adalah mencatat data hasil
pengamatan.Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali.
Skema 1 dan 2 menunjukkan set alat yang dibuat dalam percobaan.

Skema1. Set alat pada praktikum tanah; Skema 2. Skema untuk mengetahui efek tyndall.
V.
VI.

HIPOTESIS
Jenis tanah mempengaruhi daya cekam daya cekam, porositas dan unsur hara tanah.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh didapatkan grafik dan tabel sebagai
berikut:

Hubungan waktu dengan jenis tanah terhadap porositas tanah

Waktu (s)

86400
90000
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
Rata-rata waktu
4991.67
762.67
822.971052
200.03 325 518.77
10000 22.64 44.8191.67
0

Jenis Tanah

Grafik 1. Hubungan waktu dengan jenis tanah terhadap


porositas tanah

Grafik 1 menunjukkan porositas tanah terbesar hingga paling kecil . Berdasarkan grafik
1, tanah kapur memiliki porositas paling kecil dibandingkan jenis tanah lain. Sedangkan tanah
liat gerabah memiliki porositas paling besar diikuti oleh kerikil, tanah hitam, tanah kompos,
endapan sungai, pasir pantai, pasir sungai, tanah padas, liat sawah, dan abu vulkanik. Hal itu
dapat disebabkan karena pebedaan struktur tanah, tekstur tanah, dan Particle Density (berat
jenis).
a.Struktur tanah
Struktur tanah sangat berpengaruh terhadap porositas tanah karena
bergantung pada kadar liat, pasir, dan debu yang dikandung tanah tersebut. Apabila
struktur tanah dirusak maka porositas tanah tersebut akan berubah (Buckman.H. dan
N.C. Brandy, 1982). Menurut Hanifah (2005) struktur tanah merupakan gumpalangumpalan kecil alami dari tanah, akibat melekatnya butir-butir primer tanah satu sama
lain. Satu unit struktur disebut ped (terbentuk karena proses alami). Clod juga
merupakan unit gumpalan tanah tetapi terbentuknya bukan karena proses alami
(misanya karena pencangkulan)
Tanah kompos menempati urutan ke empat. Pada tanah kompos, jumlah
kompos yang ditambahkan ke tanah berpengaruh terhadap peningkatan resapan tanah.
Semakin banyak kompos yang ditambahkan maka semakin cepat pula waktu yang
dibutuhkan untuk meresapkan genangan ke dalam tanah, sehingga tinggi
genangannya menjadi berkurang. Hal ini berhubungan dengan porositas tanah,
dimana semakin banyak kompos yang ditambahkan porositas tanah menjadi semakin
besar, sehingga genangan lebih mudah meresap ke dalam tanah (Nurwidyanto, M. I.,
Yustiana, M., Widada, S. 2006). Menurut Murbandono (2009) dalam Sulistya (2012),

pupuk kompos diketahui dapat meningkatkan porositas tanah dan memperbesar


kemampuan tanah menampung air.
Tanah pasir pantai dicirikan bertekstur pasir, struktur berbutir, konsistensi
lepas, sangat porous, sehingga daya jerat air dan pupuk sangat rendah (Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1994), miskin hara dan kurang mendukung
pertumbuhan tanaman. Tekstur tanah pasir ini sangat berpengaruh pada status dan
distribusi air, sehingga berpengaruh pada sistem perakaran, kedalaman akar (Walter et
al., 2000; Oliver and Smettem, 2002), hara dan pH (Bulmer and Simpson, 2005). Hal
ini terbukti dari hasil praktikum, bahwa porositas air pada pasir pantai, lebih tinggi
dari tanah liat tanah, yang mempunyai susunan lebih rapat. Menurut Hakim (1986)
Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dan luas permukaan yang
kecil dibandingkan fraksi debu dan liat.
b. Tekstur tanah
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah. Tekstur
tanah sangat berperan dalan porositas. Apabila makin kecil ukuran separate berarti
makin banyak jumlah dan luas permukaan persatuan bobot tanah sehingga partikelpartikel persatuan volume tanah makin padatnya dan pori- pori mikro yang terbentuk
semakin banyak. Hal ini menunjukkan porositasnya semakin kecil. Begitu pula
sebaliknya jika ukuran separate makin besar maka porositas juga semakin besar. Jika
tanah memiliki rongga atau pori yang banyak maka waktu turunnya air dari dalam
botol menjadi semakin cepat (Foth, 1994).
Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori meso. Hal
ini berbanding terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan
mencerminkan luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain.
Sehingga makin dominan fraksi pasir maka semakin kecil daya menahan terhadap
ketiga material ini, dan sebaliknya (Hanafiah, 2005). Hal ini dapat dilihat pada grafik
1 bahwa tanah pasir berada pada urutan setelah kerikil dan sebelum tanah liat, abu
dan kapur yang berarti berada di tengah-tengah.
Sedangkan menurut Porositas tanah pasir bisa mencapai lebih dari 50%
dengan jumlah pori-pori mikro, maka bersifat mudah merembeskan air dan
gerakan udara di dalam tanah menjadi lebih lancar. Kohesi dan
konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil
sehingga mudah terkikis oleh air atau angin (M. Irham N dkk, 2006)
c.Beart jenis
Tanah kapur mnunjukan waktu paling lama dalam proses turunnya air dari
dalam botol. Air cenderung menggenang diatas tanah kapur dan meresap sedikit demi
sedikit hal ini dikarenakan tanah yang berstruktur mantap berat isinya juga akan
tinggi karena tanah tersebut memiliki kerapatan yang tinggi air sulit meresap kedalam
tanah maka air mudah tergenang di atas permukaan tanah.
Porositas sangat berkaitan erat dengan resapan, semakin besar porositas tanah semakin
besar pula resapannya. Hal ini dapat dilihat dari meresapnya air lebih cepat tanah liat gerabah,
kerikil (Sulistiya Nengse, 2012)

Hubungan volume air dengan jenis tanah terhadap daya jerat

Volume air

180
160
140
120
100
80
60
40
20
0

110

136
126.67 128 131.3

172.67
152.6155.3

61.6
27.7
11.6
Rata-rata daya jerat tanah terhadap air

Jenis Tanah

Grafik 2. Hubungan volume air dengan jenis tanah terhadap


daya jerat

Berdasarkan grafik 2. Daya jerat tanah kompos paling rendah dibandingkan jenis tanah
yang lain. Kemampuan tanah dalam menjerat air palingbanyak ada adalah tanah liat gerabah.
Setiap jenis tanah mempunyai daya cekam air yang berbeda-beda tergantung tekstur tanah,
adanya kekasaran, kelicinan kelengketan dan kekenyalan serta derajat kekilatan tanah. Semakin
licin, lengket dan kenyal maka daya cekam air semakin sedikit udara yang terkandung di dalam
tanah sehingga daya cekap tanah semakin kecil. Selain itu perbedaan daya jerat pada jenis tanah
dipengaruhi oleh semua pori-pori tanah baik makro maupun mikro dalam keadaan terisi oleh air
sehingga jenuh air. Hal ini menunjukan besarnya daya pegang tanah terhadap air.
Tanah terdiri atas partikel kecil yang lebih dapat menahan air daripada tanah yang
partikelnya besar, yaitu dengan membedakan adanya air kimia (air yang tidak terbebas karena
terikat secara kimia pada suatu partikel), air higroskopik (yang mengelilingi suatu partikel), air
kapiler (yang mengisi sela-sela di antara partikel tanah), air gravitasi ( air yang lewat dan tidak
tertahan) dan kandungan bahan organic yang tersusun dari bahan-bahan sisa tumbuhan dan
hewan, jasad-jasad hidup mikro maupun makro organisme dan humus (Dwidjoseputro,1989).
Rangking

Jenis tanah

1.

Pasir sungai

2.

Liat sawah

3.

Liat gerabah

4.

Kerikil

5.

Tanah padas

6.

Tanah merah

7.

Tanah kapur

8.

Pasir pantai

9.

Abu vulkanik

10.

Tanah hitam

11.

Tanah kompos

12.

Endapan sungai

Tabel 3. Tabel tingkat kekeruhan air pada 12 tanah uji dari yang kurang keruh ke
yang paling keruh.
Berdasarkan Tabel 3. Air dari endapan sungai memiliki unsur hara atau bahan organic
yang paling banyak dilihat dari tingkat kekeruhan air paling tinggi dibandingkan jenis tanah yang
lain. Menurut Dwijosepoetro (1989) tanah pasir memiliki unsure hara atau bahan organic yang
sedikit. Sehingga hal ini sesuai dengan teori bahwa pasir sungai menempati urutan pertama
dalam tabel tingkat kekeruhan air paling rendah adanya efek tindall. Menurut Soemarno dan
Sastrahidayat (1991), semakin banyak kandungan bahan organic di dalam tanah maka daya
simpan air semakin banyak. Selain itu bahan organik juga dapat berfungsi sebagai stabilisator
dengan jalan merangsang jasad mikro mampu menghasilkan bahan yang dapat mengikat
partikel-partikel tanah.
Efek Tyndall hanya terjadi bila ada partikel kecil di jalur cahaya sebagai melewati
media transparan. Partikel-partikel kecil menyebabkan cahaya refleksi atau refraksi yang
mengakibatkan perbedaan penampilan cahaya dari bagaimana awalnya tampak. Semakin keruh
air maka cahaya semakin menyebar. Hal ini terjadi pada tanah kompos dan endapan sungai yang
terdapat pada peringkat 11 dan 12 paling keruh.
Apabila dibandingkan dengan kontrol menggunakan akuades ketika seberkas cahaya
melewati melalui gelas beker dengan aquades, sinar cahaya muncul di ujung lain tanpa
perubahan apapun. Namun, ketika seberkas cahaya melewati melalui gelas beker air graitasi
terlihat perubahan yang signifikan dalam cahaya. Ini adalah hasil dari Efek Tyndall.
Hubungan antara porositas tanah dengan dayaa jerat adalah semakin rapat stuktur
partikel tanah, maka semakin tinggi porositas tanahnya. Akan tetapi daya jerat air semakin kecil.
Tanah padas memiliki urutan porositas tanah ke 7 dari 12 sampel tanah, sehingga dapat
diartikan bahwa tanah padas memiliki porositas yang sedang. Hal ini disebabkan karena tanah
padas memiliki struktur yang padat dan bentuknya yang berbongkah2 sehingga jumlah ruang
kosong atau porinya banyak yang menyebabkan air dapat menembus tanah relatif cepat.
Porositas tanah padas didukung oleh Novita Rambu Atandawu (2013) yang menjelaskan batu/
tanah padas memiliki banyak pori, yaitu lebih dari 30% dari jumlah volumenya. Tanah padas
memiliki daya jerat yang rendah, yaitu urutan ke 10 dari ke 12 sampel tanah. Hal ini disebabkan
karena tekstur tanah yang keras dan padat serta mirip seperti tanah liat. Tanah liat susah untuk
mengikat air. Tanah padas memiliki urutan efek tyndal ke 5 yang artinya tingkat kekeruhan

partikel tanah padas relatif tinggi. Namun tingkat kekeruhan yang relatif tinggi ini belum tentu
mengandung unsur hara karena secara garis besar tanah padas tidak terlalu baik jika digunakan
sebagai media tumbuh tanaman (Nurhayati. 2009)
Kapur memiliki partikel yang kecil dan kerapatan yang besar sehingga molekul air sulit
untuk adsorbsi dan terjerat di dalamnya. Kandungan pasir dan debu dalam tanah kapur lebih
banyak dibandingkah tanah liat. Oleh karena itu tanah ini mempunyai kerapatan yang besar
dibanding jenis tanah yang lain.
Tanah liat berasal dari alam, yaitu hasil pelapukan kerak bumi. Tanah liat tersusun dari
batuan feldspastik, granit, dan batuan beku. Tekstur tanah liat sangat lembut. Tanah liat
feldspastik, granit, dan batuan beku. Tekstur tanah liat sangat lembut. Tanah liat memiliki tekstur
dan porositasnya yang sangat kecil sehingga dapat menjerat air dengan lebih banyak. Tanah liat
bertekstur sangat lembut. Porositasnya sangat kecil, namun semakin tipis tanah liat maka
porositas tanah semakin besar, sehingga air masih bisa melewati tanah liat .Daya jerat tanah liat
sangat besar. Dengan tekstur yang lembut maka luas permukaan semakin besar (semakin luas)
sehingga daya jerat tanah liat terhadap air tinggi. Transportasi air mempunyai pengaruh khusus
pada tanah liat, salah satunya adalah gerakan arus cenderung menggerus mineral tanah liat
menjadi partikel-partikel yang semakin mengecil. Pada saat kecepatan arus melambat, partikel
yang lebih berat akan mengendap dan meninggalkan partikel yang halus dalam latutan. > hal ini
yang menyebabkan adanya warna keruh pada air tetesan dari tanah liat gerabah (Hairiah,
Kurniatun, dkk. 2010).

VII.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah Dan Air. Institut Pertanian Bogor Press: Bogor.
Buckman.H. dan N.C. Brandy, 1982. Ilmu Tanah. Brata Karya Aksara: Jakarta.
Dwijoseputro. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Endang, S. 2007. Peningkatan Produktivitas Tanah Pasir untuk Pertumbuhan Tanaman
Kedelai dengan Inokulasi Mikorhiza dan Rhizobium. Vol. 9, No. 2, Hal. 58 61.
Foth, HD. 1989. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press: Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta
Hanafiah, KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press.
Soemarno dan Sastrahidayat. 1991. Budidaya Berbagai Jenis Tanaman Tropic. Univ.
Brawijaya Malang
Nurhayati. 2009. Pengaruh cekaman air pada dua jenis tanah terhadap
pertumbuhan
dan hasil kedelai ( glycine max (l.) Merril). J. Floratek 4: 55 64 Fakultas
Pertanian Unsyiah, Darussalam Banda Aceh
Nurwidyanto, M. Irham., Yustiana, M., Widada, S. 2006. Pengaruh Ukuran Butir
Terhadap Porositas dan Permeabilitas pada Butir Pasir. Jurnal Berkala Fisika. 9
(4): 191-195. ISSN: 1410-9662.
Sulistiya Nengse. 2012. Studi Campuran Tanah dan Kompos sebagai Media Resapan
pada Daerah Genangan. Hal 1-6.
Hairiah, Kurniatun, dkk. 2010. Alih Guna Lahan Hutan Menjadi Lahan Agroforestri
Berbasis Kopi : Ketebalan Seresah, Populasi Cacing Tanah dan
Makroporositas Tanah. Bogor 16001

You might also like