Professional Documents
Culture Documents
(13.2)
Superposisi dari persamaan (13.1) dan persamaan (13.2) dalam bentuk vektor
memberikan vektor medan E total sesaat
E a x E0 x sin t y a x E0 y sin t x
(13.3)
sin t
Ex
E0 x
(13.4)
dan persamaan (13.2) untuk x = 0 menjadi
Lenni, ST
MEDAN ELEKTOMAGNETIK
Ey
E0 y
Substitusikan (13.4) ke persamaan (13.5) dengan terlebih dahulu mengubah
cos (t ) 1 sin t
2
1/ 2
Ex
1
E0 x
Ex
E
x cos 1
E0 y
E0 x
E0 x
Persamaan (13.6) dapat disederhanakan menjadi
2
Ey
E
0y
2 E x E y cos
Ex
E0 x
E0 x E0 y
dimana :
2
0y
1
;
sin 2
1/ 2
Ey
1/ 2
(13.5)
sin
(13.6)
2
2
sin 2 atau aE x bE x E y cE y 1
2 cos
E0 x E0 y sin 2
dan
2
0x
1
sin 2
(13.7)
(13.8)
(13.9)
Untuk E0x = E0y, dari persamaan (13.1) dan persamaan (13.9) dapat diperoleh
Ex
E0 x
atau
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
Ey
E
0y
sin 2 t y cos 2 t y 1
Lenni, ST
MEDAN ELEKTOMAGNETIK
E x2 E y2 E02x E02y R 2
(13.10)
E0 y
E0 x
1
= sudut lingkaran besar dimana tan
, 0 0 90 0
AR
Lenni, ST
MEDAN ELEKTOMAGNETIK
(13.11)
(13.12)
(13.13)
(13.14)
Jika sudut dan diketahui maka sudut dan dapat dihitung dan sebaliknya
jika dan diketahui maka dan dapat dihitung, sehingga kedudukan polarisasi
dapat digambarkan hanya oleh salah satu pasangan sudut (,) atau (,) yaitu titik M
di bola Poincare.
Berikut ini adalah dua keadaan spesifik untuk gelombang terpolarisasi linier dan
gelombang terpolarisasi lingkaran :
1. Terpolarisasi linier dimana = 00 atau = 1800, berarti semua titik di ekuator
mengalami kedudukan terpolarisasi linier. Di titik asal O terjadi polarisasi. Bila =
00, gelombang terpolarisasi linier arah-x. Di ekuator 900 ke kanan atau ( = 450)
gelombang terpolarisasi linier arah-y.
2. Terpolarisasi lingkaran dimana = 900 dan E0x = E0y, amplitudo Ey = amplitudo Ex
tetapi beda fasenya adalah
1
sebagai syarat terjadinya polarisasi lingkaran.
4
MM a
V
2
V K cos
(13.15)
dimana :
K = Konstanta yang ditentukan oleh kuat medan gelombang dan ukuran antena
M = Kedudukan (keadaan) polarisasi gelombang
Ma = Kedudukan polarisasi antena, yang didefinisikan sebagai kedudukan polarisasi
gelombang yang dipancarkan oleh antena pemancar
Untuk mendapatkan suatu penerimaan gelombang yang maksimum dari suatu
pemancar radio (transmitter) seharusnya sudut MMa = 00, artinya terjadi penyesuaian
atau kesamaan antara kedudukan polarisasi gelombang dan kedudukan polarisasi
Lenni, ST
MEDAN ELEKTOMAGNETIK
antena. Bila MMa = 1800, maka penerimaan tegangan atau respon tegangan pada
antena penerima adalah nol, ini terjadi bila gelombang terpolarisasi linier arah-y atau
arah vertikal sedangkan antena penerima terpolarisasi arah-x atau horizontal atau bila
gelombang datang terpolarisasi lingkaran kanan sedangkan antena penerima dalam
kedudukan terpolarisasi lingkaran kiri, atau posisi antena dalam keadaan antinodal
terhadap kedudukan polarisasi gelombang datang.
Parameter Stokes
Sir George Stokes pada tahun 1852 memperkenalkan suatu parameter I, Q, U
dan V yang selanjutnya dinyatakan parameter Stokes untuk mengevaluasi apakah
suatu gelombang terpolarisasi lengkap atau parsial, dan untuk menentukan derajat
polarisasi gelombang. Untuk gelombang dengan komponen gelombang terpolarisasi
arah-x memiliki vektor poynting Sx dan amplitudo medan E = E0x, dan komponen
gelombang terpolarisasi arah-y dengan vektor poynting Sy dan amplitudo medan E =
E0y maka parameter Stokes didefinisikan :
I
Q
U
E02x
E02x
E02y
E02y
Sx Sy S
(13.16)
Sx S y
(13.17)
(13.18)
V
E0 x E0 y sin
S sin 2
(13.19)
dimana :
T
1
2
E
E x (t ) dt = ekspektasi kuadrat;
T 0
T
= periode
E x (t ) E0 x sin t ,
2
Untuk gelombang tidak terpolarisasi lengkap di mana Sx = Sy dengan E0x dan E0y
tidak
berkorelasi
E0 x E0 y cos
atau
sesuai
E0 x E0 y sin
dengan
definisi
dalam
ilmu
statistik
yaitu
, maka diperoleh : I = S, Q = Sx = Sy = 0, U = 0
Lenni, ST
MEDAN ELEKTOMAGNETIK
dan
s3
V
S
s
d
2
1
atau
Q
d
s22 s32
I
1/ 2
(13.20)
1/ 2
U 2 V
(13.21)
I
Untuk gelombang terpolarisasi parsial, harga-harga parameter Stokes ternormalisasi
2
adalah
s0 1, s1 d cos 2 cos 2 , s2 d cos 2 sin 2 , dan
Harga-harga parameter Stokes ternormalisasi lingkaran :
1. Gelombang terpolarisasi linier arah-x ( = 00, = 00) :
s0 = 1,
s1 = 1,
s2 = 0,
dan
s3 = 0
s3 d sin 2
Lenni, ST
MEDAN ELEKTOMAGNETIK
( = 450, = 00) : s0 = 1,
s1 = 0,
s2 = 1,
dan
s3 = 0
4. Gelombang terpolarisasi dengan arah polarisasi 1350 dengan sumbu-x
( = 450, = 00) : s0 = 1,
s1 = 0,
s2 = -1, dan
s3 = 0
5. Gelombang terpolarisasi lingkaran kiri :
s0 = 1,
s1 = 0,
s2 = 0,
dan
s3 = 1
6. Gelombang terpolarisasi lingkaran kanan :
s0 = 1,
s1 = 0,
s2 = 0,
dan
s3 = -1
Jika suatu gelombang yang memiliki parameter Stokes ternormalisasi s0, s1, s2,
dan s3 diterima oleh antena penerima dengan parameter Stokes ternormalisasi : a0, a1,
a2, dan a3. Parameter Stokes ternormalisasi antena adalah parameter Stokes
ternormalisasi gelombang saat dipancarkan oleh antena pemancar. Kita dapat
menghitung daya total P yang diterima oleh antena penerima.
1
P Ae S (a0 s0 a1 s1 a 2 s 2 a3 s3 a3 s3 )
2
dimana :
Ae = luas tangkap (aperture) efektif antena penerima, m2
S = harga poynting vektor total gelombang yang diterima, W/m2
(13.22)
Persamaan (13.22) dapat ditulis dalam bentuk yang melibat derajat polarisasi d dan
sudut MMa persamaan (13.15)
1
P Ae S 1 d cos ( MM a )
(13.23)
2
dimana sudut MMa yaitu sudut pada garis lingkaran besar bola Poincare dari
kedudukan polarisasi M ke kedudukan polarisasi Ma.
M = kedudukan polarisasi gelombang
Ma = kedudukan polarisasi antena, yaitu kedudukan polarisasi gelombang saat
dipancarkan oleh antena pemancar
Dengan mengganti cos
MM a
MM a 2 cos 2
1 , maka persamaan (13.23)
2
menjadi
1
MM a
Ae S 1 d d Ae S cos 2
2
2
= FAeS
(13.24)
Lenni, ST
MEDAN ELEKTOMAGNETIK
1
2
ke 1 untuk d dari 0 ke 1, untuk sudut MMa = 1800. Untuk sudut MMa = 900 maka antara
gelombang dan antena terjadi mismatching parsial dan sudut MMa = 1800 dinamakan
mismatching sempurna.
13.2 Pemantulan dan Transmisi
Perambatan gelombang bidang serba sama dari suatu medium yang homogen
(1, 1, 1) konstan ke medium lain yang juga homogen (2, 2, 2) konstan, maka
dilapis batas kedua medium akan terjadi dua fenomena yaitu pemantulan dan
transmisi.
Untuk medium pertama adalah dielektrik, misalnya udara dan medium kedua
adalah konduktor sempurna, misalnya logam, maka gelombang bidang akan terpantul
sempurna di lapis batas.
Gelombang yang dipantulkan oleh medium konduktor, misalnya, para arah-z
memiliki frekuensi yang sama dengan gelombang datang (+z) dan antara gelombang
datang dan gelombang pantul ini bersifat koheren (gelombang-gelombang dengan
beda fase konstan) sehingga antara gelombang datang dan gelombang pantul ini
terjadi interferensi yang menghasilkan gelombang berdiri (Standing Wave).
Pemantulan Gelombang Bidang
Misalkan gelombang bidang merambat di medium 1 (u1, 1, 1) dalam arah
sumbu-z positif dan terpolarisasi linier arah-x, maka persamaan intensitas medan
listriknya adalah
E xi E xi 0 e 1z
(13.25)
dimana 1 adalah konstanta propagasi medium 1.
Medium 2 (u2, 2, 2) adalah medium pemantul dan arah gelombang terpantul adalah
sumbu-z negatif dan terpolarisasi linier arah-x, maka persamaan intensitas medan
listrik gelombang terpantul ini adalah
E xr E xr 0 e 1z
(13.26)
Persamaan intensitas medan magnetik untuk gelombang datang
E
H yi xi 0 e 1z
1
Persamaan intensitas medan magnetik untuk gelombang terpantul
E xr 0 1z
H yi
e
1
Intensitas medan magnetik yang ditransmisikan medium 2
Lenni, ST
(13.27)
(13.28)
MEDAN ELEKTOMAGNETIK
E xt E xi 0 e 2 z
(13.29)
dimana 2 = konstanta propagasi medium 2
Intensitas medan magnetik yang ditransmisikan
E
H yi xt 0 e 2 z
2
(13.30)
Pada lapis batas ke dua medium (z = 0) intensitas medan listrik total arah tangensial di
medium 1 = intensitas medan listrik total arah tangensial di medium 2, sesuai dengan
sifat hubungan lapis batas dua medium, sehingga diperoleh persamaan
Exi + Exr = Ext
atau
Exi0 + Exr0 = Ext0
(z = 0)
(13.31)
Pada lapis batas kedua medium (z = 0) intensitas medan magnetik total arah
tangensial di medium 1 = intensitas medan magnetik total arah tangensial di medium 2,
sehingga diperoleh persamaan
Hyr + Hxr = Hyt
atau
E xr 0 E xi 0 E xt 0
1
1
2
(13.32)
E xr 0 2 1
E xi 0 2 1
(13.34)
dimana :
2 = impedansi intrinsik medium 2
1 = impedansi intrinsik medium 1
Transmisi Gelombang Bidang
Jika medium 2 adalah juga medium dielektrik seperti halnya medium 1, maka
terdapat komponen medan E dan H yang ditransmisikan yaitu : Ext dan Hyt. Koefisien
transmisi didefinisikan sebagai perbandingan antara amplitudo medan E yang
ditransmisikan (Ext0) dan amplitudo gelombang E yang datang (Exi0), sehingga dari
persamaan (13.31) kita dapatkan koefisien transmisi :
.
E xt 0
E
1 xr 0
E xi 0
E xi 0
.
2 2
1
2 1
Lenni, ST
(13.35)
MEDAN ELEKTOMAGNETIK
E xi E xi 0 e 1z E xi 0 e 1z
tetapi untuk medium dielektrik konstanta propagasi 1 = j1, sehingga diperoleh
E x1 E xi 0 e j1z E xi 0 e j1z
atau
E x1 2 jE xi 0 sin 1 z
(13.36)
Jika persamaan ini dikalikan dengan e jt dan hanya diambil bagian riilnya, maka
diperoleh persamaan
E xi 2 E xi 0 sin 1 z sin t
(13.37)
E xi E xi 0 e j (t 1z )
(13.38)
dimana gelombang bidang terpolarisasi linier arah x dan merambat ke arah sumbu-z
positif. Persamaan intensitas medan listrik gelombang terpantul oleh medium
konduktor.
E xr E xr 0 e j (t 1z )
(13.39)
Jumlah bagian riil dari persamaan (13.38) dan bagian riil persamaan (13.39) :
E xi E xr rill
atau
E xi 0 cos t 1 z E xr 0 cos t 1 z
(13.40)
Lenni, ST
MEDAN ELEKTOMAGNETIK
10
E xi 0 E xr 0
dengan
amplitudo minimum E xi 0 E xr 0
SWR
E xi 0 E xr 0 1 | |
E xi 0 E xr 0 1 | |
(13.41)
Lenni, ST
MEDAN ELEKTOMAGNETIK
11