You are on page 1of 11

BAB XIII

POLARISASI, PEMANTULAN DAN TRANSMISI,


GELOMBANG BERDIRI DAN SWR

13.1 Polarisasi Linier, Ellips, dan Lingkaran


Gelombang Terpolarisasi Linier
Gelombang terpolarisasi linier dinamakan juga gelombang terpolarisasi bidang.
Gelombang ini terbagi menjadi dua bagian yaitu terpolarisasi vertikal dan horizontal.
Terpolarisasi vertikal apabila medan E bergerak periodik arah-z, pada suatu bidang
vertikal tertentu. Gelombang terpolarisasi horizontal apabila medan E bergerak periodik
arah-x pada suatu bidang horizontal tertentu. Bila permukaan tanah dianggap datar,
bidang horizontal dianggap bidang yang sejajar dengan permukaan taha dan bidang
vertikal adalah bidang yang tegak lurus dengan permukaan tanah. Gelombang
terpolarisasi linier arah-x dan merambat arah sumbu-y negatif, maka medan E
bergerak periodik pada bidang XOZ, sedangkan medan H bergerak periodik pada
bidang YOZ.
Gelombang Terpolarisasi Ellips
Gelombang terpolarisasi ellips dapat diartikan sebagai gelombang yang terdiri
dari dua gelombang terpolarisasi linier atau dua komponen gelombang terpolarisasi
linier, misalnya komponen terpolarisasi linier arah-x (Ex).
E x E0 x sin t y
(13.1)
dan komponen gelombang terpolarisasi linier arah-y (Ey)
E y E0 y sin t x
dimana :
E0x = amplitudo gelombang terpolarisasi linier arah-x
E0y = amplitudo gelombang terpolarisasi linier arah-y
= beda sudut fase antara Ey dan Ex dimana Ey mendahului Ex

(13.2)

Superposisi dari persamaan (13.1) dan persamaan (13.2) dalam bentuk vektor
memberikan vektor medan E total sesaat
E a x E0 x sin t y a x E0 y sin t x

(13.3)

Di posisi y = 0, persamaan (13.1) menjadi

sin t

Ex
E0 x

(13.4)
dan persamaan (13.2) untuk x = 0 menjadi

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Lenni, ST

MEDAN ELEKTOMAGNETIK

Ey

sin t sin t cos cos t sin

E0 y
Substitusikan (13.4) ke persamaan (13.5) dengan terlebih dahulu mengubah

cos (t ) 1 sin t
2

Maka diperoleh persamaan

1/ 2

Ex
1

E0 x

Ex
E
x cos 1
E0 y
E0 x

E0 x
Persamaan (13.6) dapat disederhanakan menjadi
2

Ey

E
0y

2 E x E y cos

Ex
E0 x

E0 x E0 y

dimana :

2
0y

1
;
sin 2

1/ 2

Ey

1/ 2

(13.5)

sin

(13.6)

2
2
sin 2 atau aE x bE x E y cE y 1

2 cos
E0 x E0 y sin 2

dan

2
0x

1
sin 2

(13.7)

Persamaan (13.7) adalah persamaan ellips produk dari gelombang yang


terpolarisasi ellips. Lukisan ellips ini terdapat pada bidang-bidang yang sejajar bidang
YOZ, yaitu bidang-bidang yang tegak lurus arah perambatan gelombang (sumbu-x
negatif). Ellips ini adalah tempat kedudukan titik-titik ujung vektor E total sesaat,
persamaan (13.3). Sumbu semi mayor ellips adalah amplitudo E0x dan sumbu semi
minor adalah E0y, sehingga diperoleh Axial Ratio (AR) :
E
AR 0 x
E0 y

(13.8)

Jika E0x = 0, ini menunjukkan gelombang terpolarisasi linier arah-y. Sebaliknya,


jika E0y = 0, ini menunjukan gelombang terpolarisasi arah-x. Jika perbedaan fase
antara Ey dan Ex atau = 0 dan E0x = E0y maka gelombang juga terpolarisasi linier
tetapi di bidang yang membentuk sudut 450 dengan sumbu-z. Untuk gelombang yang
terpolarisasi lengkap E0x, E0y dan perbedaan fase adalah konstan, gelombang
terpolarisasi lengkap dipancarkan oleh transmitter monokromatik (frekuensi tunggal).
Polarisasi Lingkaran
Gelombang terpolarisasi lingkaran adalah suatu keadaan spesifik dari
gelombang terpolarisasi ellips, yaitu ketika amplitudo E0x = E0y dan selisih fase =
900. Gelombang terpolarisasi lingkaran kiri terjadi ketika = -900. Untuk = 900,
persamaan (13.2) menjadi
E y E0 y sin t y 90 0 E0 y cos t y

(13.9)

Untuk E0x = E0y, dari persamaan (13.1) dan persamaan (13.9) dapat diperoleh
Ex

E0 x

atau
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ey

E
0y

sin 2 t y cos 2 t y 1

Lenni, ST

MEDAN ELEKTOMAGNETIK

E x2 E y2 E02x E02y R 2

(13.10)

dimana R = jari-jari lingkaran; E0x = E0y = amplitudo dari komponen-komponen


gelombang yang membentuk gelombang terpolarisasi lingkaran. Persamaan (13.10)
adalah persamaan lingkaran, produk lingkaran terproyeksi pada layar atau pada
bidang yang tegak lurus arah rambatan gelombang, dalam bahasan kita yaitu sumbu-x
positif. Gelombang terpolarisasi adalah gelombang yang dipancarkan oleh sumber
monokromatik dan komponen yang membangun polarisasi adalah komponen yang
koheren, pada dasarnya dipancarkan oleh transmitter buatan manusia profesional.
Untuk gelombang yang terpolarisasi parsial Sir George Stokes pada tahun 1852
memperkenalkan parameter Stokes sebagai kriteria untuk mendefinisikan apakah
suatu gelombang tidak terpolarisasi lengkap, terpolarisasi lengkap, atau terpolarisasi
parsial dan jenis polarisasi gelombang.
Bola Poincare
Bola Poincare dipergunakan untuk menggambarkan kedudukan pola polarisasi
M (, ) atau P (, ) dari suatu gelombang dengan sudut-sudut parameter , , , dan
seperti pada Gambar 13.1.

Gambar 13.1. Bola Poincare menggambarkan hubungan sudut , , , dan


kedudukan titik polarisasi M (, ) atau P (, )
x

Parameter sudut pada Gambar 13.1 :

E0 y
E0 x

1
= sudut lingkaran besar dimana tan

, 0 0 90 0

AR

= sudut antara ekuator dengan lingkaran besar = beda fase Ey dan Ey


= sudut kemiringan (tilt angle), 00 < < 1800
= cot 1 AR ;
= aksial rasio, -450 < < 450

Hubungan trigonometri antara sudut, , , , dan adalah


PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Lenni, ST

MEDAN ELEKTOMAGNETIK

cos (2) = cos (2) cos (2)


sin (2) = sin (2) sin ()
tan (2) = tan (2) cos ()
tan 2
tan
sin 2

(13.11)
(13.12)
(13.13)
(13.14)

Jika sudut dan diketahui maka sudut dan dapat dihitung dan sebaliknya
jika dan diketahui maka dan dapat dihitung, sehingga kedudukan polarisasi
dapat digambarkan hanya oleh salah satu pasangan sudut (,) atau (,) yaitu titik M
di bola Poincare.
Berikut ini adalah dua keadaan spesifik untuk gelombang terpolarisasi linier dan
gelombang terpolarisasi lingkaran :
1. Terpolarisasi linier dimana = 00 atau = 1800, berarti semua titik di ekuator
mengalami kedudukan terpolarisasi linier. Di titik asal O terjadi polarisasi. Bila =
00, gelombang terpolarisasi linier arah-x. Di ekuator 900 ke kanan atau ( = 450)
gelombang terpolarisasi linier arah-y.
2. Terpolarisasi lingkaran dimana = 900 dan E0x = E0y, amplitudo Ey = amplitudo Ex
tetapi beda fasenya adalah

1
sebagai syarat terjadinya polarisasi lingkaran.
4

Pada umumnya setiap titik di permukaan bola Poincare adalah terpolarisasi


ellips, pada belahan di atas ekuator terjadi gelombang terpolarisasi ellips kiri, kecuali di
kutub terjadi gelombang terpolarisasi lingkaran kiri dan di ekuator terjadi gelombang
terpolarisasi linier. Pada belahan bola Poincare di bawah ekuator terjadi gelombang
terpolarisasi ellips kanan kecuali di kutup terjadi gelombang terpolarisasi lingkaran
kanan dan gelombang terpolarisasi linier di ekuator. Keluaran tegangan yang
dihasilkan oleh suatu antena terhadap sembarang masukan gelombang terpolarisasi
adalah :

MM a
V
2

V K cos

(13.15)
dimana :
K = Konstanta yang ditentukan oleh kuat medan gelombang dan ukuran antena
M = Kedudukan (keadaan) polarisasi gelombang
Ma = Kedudukan polarisasi antena, yang didefinisikan sebagai kedudukan polarisasi
gelombang yang dipancarkan oleh antena pemancar
Untuk mendapatkan suatu penerimaan gelombang yang maksimum dari suatu
pemancar radio (transmitter) seharusnya sudut MMa = 00, artinya terjadi penyesuaian
atau kesamaan antara kedudukan polarisasi gelombang dan kedudukan polarisasi

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Lenni, ST

MEDAN ELEKTOMAGNETIK

antena. Bila MMa = 1800, maka penerimaan tegangan atau respon tegangan pada
antena penerima adalah nol, ini terjadi bila gelombang terpolarisasi linier arah-y atau
arah vertikal sedangkan antena penerima terpolarisasi arah-x atau horizontal atau bila
gelombang datang terpolarisasi lingkaran kanan sedangkan antena penerima dalam
kedudukan terpolarisasi lingkaran kiri, atau posisi antena dalam keadaan antinodal
terhadap kedudukan polarisasi gelombang datang.

Parameter Stokes
Sir George Stokes pada tahun 1852 memperkenalkan suatu parameter I, Q, U
dan V yang selanjutnya dinyatakan parameter Stokes untuk mengevaluasi apakah
suatu gelombang terpolarisasi lengkap atau parsial, dan untuk menentukan derajat
polarisasi gelombang. Untuk gelombang dengan komponen gelombang terpolarisasi
arah-x memiliki vektor poynting Sx dan amplitudo medan E = E0x, dan komponen
gelombang terpolarisasi arah-y dengan vektor poynting Sy dan amplitudo medan E =
E0y maka parameter Stokes didefinisikan :
I

Q
U

E02x

E02x

E02y

E02y

Sx Sy S

(13.16)

Sx S y

(13.17)

E 0 x E 0 y cos S cos 2 sin 2

(13.18)
V

E0 x E0 y sin

S sin 2

(13.19)
dimana :
T

1
2
E
E x (t ) dt = ekspektasi kuadrat;
T 0
T
= periode
E x (t ) E0 x sin t ,
2

= impedansi intrinsik medium


2
0x

Untuk gelombang tidak terpolarisasi lengkap di mana Sx = Sy dengan E0x dan E0y
tidak

berkorelasi

E0 x E0 y cos

atau

sesuai

E0 x E0 y sin

dengan

definisi

dalam

ilmu

statistik

yaitu

, maka diperoleh : I = S, Q = Sx = Sy = 0, U = 0

dan V = 0 dimana Q = U = V adalah syarat perlu untuk gelombang tidak terpolarisasi


lengkap.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Lenni, ST

MEDAN ELEKTOMAGNETIK

Untuk gelombang terpolarisasi linier arah-x (Ey = E0y = 0) dan = = 0, maka


parameter Stokes menjadi I = Q = Sx; U = V = 0 dimana = = 0 (di sepanjang sumbux positif = 0; di ekuator = 0).
Untuk gelombang terpolarisasi linier arah-y (Ex = E0x = 0) sudut kemiringan 2 =
900 (di sumbu-y positif) dan = 0 (di ekuator) maka parameter Stokes menjadi I = -Q =
Sy dan U = V = 0.
Untuk gelombang terpolarisasi lingkaran kiri (Ex = E0y; = 900), parameter
Stokesnya adalah
I = V = S dan Q = U = 0
Untuk kedudukan-kedudukan terpolarisasi lainnya adalah tidak dapat terlepas
dari parameter Stokes dimana I adalah vektor poynting total atau kerapatan daya total
(total power density), Q adalah kerapatan daya komponen gelombang terpolarisasi
linier arah-x atau arah-y, U adalah kerapatan daya komponen gelombang terpolarisasi
linier dalam arah sudut kemiringan = 450 atau = 1350, dan V adalah kerapatan daya
komponen gelombang terpolarisasi lingkaran kanan atau kiri.
Parameter Stokes ternormalisasi s0, s1, s2, dan s3, diperoleh dengan membagi
parameter Stokes dengan kerapatan daya S.
I
Q
U
s0 1, s1 , s2
S
S
S

dan

s3

V
S

Fungsi-fungsi dari parameter Stokes terpolarisasi digunakan untuk menghitung


derajat polarisasi gelombang (d) dan untuk menghitung daya total gelombang yang
tersedia di antena penerima. Derajat polarisasi (d) didefinisikan sebagai perbandingan
antara daya gelombang terpolarisasi dengan daya total. Daya total gelombang adalah
jumlah dari daya gelombang tidak terpolarisasi lengkap dengan daya gelombang
terpolarisasi lengkap. Dalam fungsi parameter Stokes ternormalisasi, derajat polarisasi
adalah

s
d

2
1

atau

Q
d

s22 s32
I

1/ 2

(13.20)

1/ 2

U 2 V
(13.21)
I
Untuk gelombang terpolarisasi parsial, harga-harga parameter Stokes ternormalisasi
2

adalah
s0 1, s1 d cos 2 cos 2 , s2 d cos 2 sin 2 , dan
Harga-harga parameter Stokes ternormalisasi lingkaran :
1. Gelombang terpolarisasi linier arah-x ( = 00, = 00) :
s0 = 1,
s1 = 1,
s2 = 0,
dan
s3 = 0

s3 d sin 2

2. Gelombang terpolarisasi linier arah-y ( = 900, = 00) :


s0 = 1,
s1 = -1,
s2 = 0,
dan
s3 = 0
3. Gelombang terpolarisasi linier dengan arah polarisasi 450 dengan sumbu-x
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Lenni, ST

MEDAN ELEKTOMAGNETIK

( = 450, = 00) : s0 = 1,
s1 = 0,
s2 = 1,
dan
s3 = 0
4. Gelombang terpolarisasi dengan arah polarisasi 1350 dengan sumbu-x
( = 450, = 00) : s0 = 1,
s1 = 0,
s2 = -1, dan
s3 = 0
5. Gelombang terpolarisasi lingkaran kiri :
s0 = 1,
s1 = 0,
s2 = 0,
dan
s3 = 1
6. Gelombang terpolarisasi lingkaran kanan :
s0 = 1,
s1 = 0,
s2 = 0,
dan
s3 = -1
Jika suatu gelombang yang memiliki parameter Stokes ternormalisasi s0, s1, s2,
dan s3 diterima oleh antena penerima dengan parameter Stokes ternormalisasi : a0, a1,
a2, dan a3. Parameter Stokes ternormalisasi antena adalah parameter Stokes
ternormalisasi gelombang saat dipancarkan oleh antena pemancar. Kita dapat
menghitung daya total P yang diterima oleh antena penerima.
1
P Ae S (a0 s0 a1 s1 a 2 s 2 a3 s3 a3 s3 )
2
dimana :
Ae = luas tangkap (aperture) efektif antena penerima, m2
S = harga poynting vektor total gelombang yang diterima, W/m2

(13.22)

Persamaan (13.22) dapat ditulis dalam bentuk yang melibat derajat polarisasi d dan
sudut MMa persamaan (13.15)
1
P Ae S 1 d cos ( MM a )
(13.23)
2
dimana sudut MMa yaitu sudut pada garis lingkaran besar bola Poincare dari
kedudukan polarisasi M ke kedudukan polarisasi Ma.
M = kedudukan polarisasi gelombang
Ma = kedudukan polarisasi antena, yaitu kedudukan polarisasi gelombang saat
dipancarkan oleh antena pemancar
Dengan mengganti cos

MM a
MM a 2 cos 2
1 , maka persamaan (13.23)
2

menjadi

1
MM a
Ae S 1 d d Ae S cos 2

2
2

= FAeS

(13.24)

Suku pertama dari persamaan (13.24) menyatakan daya gelombang tidak


terpolarisasi sedangkan suku kedua menyatakan daya gelombang terpolarisasi. Hal ini
menunjukkan fakta bahwa hanya setengah dari daya gelombang tidak terpolarisasi
yang diterima antena penerima, sementara semua dari daya gelombang yang
terpolarisasi yang diterima antena penerima, sementara semua dari daya gelombang
yang terpolarisasi dapat diterima oleh antena penerima. Faktor F dinamakan faktor
kopling antara gelombang ke antena, yang ditentukan oleh derajat polarisasi d dan
sudut MMa. Faktor F tidak berdimensi dan mempunyai harga dari 0 ke 1. Untuk
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Lenni, ST

MEDAN ELEKTOMAGNETIK

keadaan Match lengkap (sempurna) dimana sudut MMa = 0, F mempunyai harga

1
2

ke 1 untuk d dari 0 ke 1, untuk sudut MMa = 1800. Untuk sudut MMa = 900 maka antara
gelombang dan antena terjadi mismatching parsial dan sudut MMa = 1800 dinamakan
mismatching sempurna.
13.2 Pemantulan dan Transmisi
Perambatan gelombang bidang serba sama dari suatu medium yang homogen
(1, 1, 1) konstan ke medium lain yang juga homogen (2, 2, 2) konstan, maka
dilapis batas kedua medium akan terjadi dua fenomena yaitu pemantulan dan
transmisi.
Untuk medium pertama adalah dielektrik, misalnya udara dan medium kedua
adalah konduktor sempurna, misalnya logam, maka gelombang bidang akan terpantul
sempurna di lapis batas.
Gelombang yang dipantulkan oleh medium konduktor, misalnya, para arah-z
memiliki frekuensi yang sama dengan gelombang datang (+z) dan antara gelombang
datang dan gelombang pantul ini bersifat koheren (gelombang-gelombang dengan
beda fase konstan) sehingga antara gelombang datang dan gelombang pantul ini
terjadi interferensi yang menghasilkan gelombang berdiri (Standing Wave).
Pemantulan Gelombang Bidang
Misalkan gelombang bidang merambat di medium 1 (u1, 1, 1) dalam arah
sumbu-z positif dan terpolarisasi linier arah-x, maka persamaan intensitas medan
listriknya adalah

E xi E xi 0 e 1z
(13.25)
dimana 1 adalah konstanta propagasi medium 1.
Medium 2 (u2, 2, 2) adalah medium pemantul dan arah gelombang terpantul adalah
sumbu-z negatif dan terpolarisasi linier arah-x, maka persamaan intensitas medan
listrik gelombang terpantul ini adalah

E xr E xr 0 e 1z
(13.26)
Persamaan intensitas medan magnetik untuk gelombang datang
E
H yi xi 0 e 1z
1
Persamaan intensitas medan magnetik untuk gelombang terpantul
E xr 0 1z
H yi
e
1
Intensitas medan magnetik yang ditransmisikan medium 2

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Lenni, ST

(13.27)

(13.28)

MEDAN ELEKTOMAGNETIK

E xt E xi 0 e 2 z
(13.29)
dimana 2 = konstanta propagasi medium 2
Intensitas medan magnetik yang ditransmisikan
E
H yi xt 0 e 2 z
2

(13.30)

Pada lapis batas ke dua medium (z = 0) intensitas medan listrik total arah tangensial di
medium 1 = intensitas medan listrik total arah tangensial di medium 2, sesuai dengan
sifat hubungan lapis batas dua medium, sehingga diperoleh persamaan
Exi + Exr = Ext
atau
Exi0 + Exr0 = Ext0
(z = 0)

(13.31)

Pada lapis batas kedua medium (z = 0) intensitas medan magnetik total arah
tangensial di medium 1 = intensitas medan magnetik total arah tangensial di medium 2,
sehingga diperoleh persamaan
Hyr + Hxr = Hyt
atau

E xr 0 E xi 0 E xt 0

1
1
2

(13.32)

Dari persamaan (13.31) dan persamaan (13.32) diperoleh :


2
2
E xi 0 E xr 0
E xi 0
E
(13.33)
1
1 xr 0
Koefisien pantulan didefinisikan sebagai perbandingan antara amplitudo medan E yang
terpantul dan medan E yang datang :

E xr 0 2 1

E xi 0 2 1

(13.34)

dimana :
2 = impedansi intrinsik medium 2
1 = impedansi intrinsik medium 1
Transmisi Gelombang Bidang
Jika medium 2 adalah juga medium dielektrik seperti halnya medium 1, maka
terdapat komponen medan E dan H yang ditransmisikan yaitu : Ext dan Hyt. Koefisien
transmisi didefinisikan sebagai perbandingan antara amplitudo medan E yang
ditransmisikan (Ext0) dan amplitudo gelombang E yang datang (Exi0), sehingga dari
persamaan (13.31) kita dapatkan koefisien transmisi :
.

E xt 0
E
1 xr 0
E xi 0
E xi 0
.
2 2
1
2 1

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Lenni, ST

(13.35)

MEDAN ELEKTOMAGNETIK

Untuk medium pertama adalah dielektrik, sedangkan medium kedua adalah


konduktor dimana impedansi intrinsik konduktor = 0 (2 = 0), maka diperoleh koefisien
.

transmisi 0 dan koefisien pantulan 1 atau E xr 0 E xi 0 yang berarti


amplitudo gelombang datang dan gelombang pantul itu sama besar, tetapi tanda atau
arahnya berlawanan. Jadi medan E total di medium 1 adalah

E xi E xi 0 e 1z E xi 0 e 1z
tetapi untuk medium dielektrik konstanta propagasi 1 = j1, sehingga diperoleh

E x1 E xi 0 e j1z E xi 0 e j1z
atau

E x1 2 jE xi 0 sin 1 z

(13.36)
Jika persamaan ini dikalikan dengan e jt dan hanya diambil bagian riilnya, maka
diperoleh persamaan

E xi 2 E xi 0 sin 1 z sin t

(13.37)

13.3 Gelombang Berdiri dan SWR


Gelombang bidang yang merambat dari medium dielektrik ke medium
konduktor akan mengalami pemantulan total. Hasil penjumlahan gelombang datang
dan gelombang terpantul ini menghasilkan gelombang berdiri, seperti diperlihatkan
oleh persamaan (13-37). Jika amplitudo medan E dari gelombang datang Exi0 sama
besar, tetapi berlawanan arah dengan amplitudo medan E gelombang terpantul (Exr0),
maka penjumlahan dari gelombang datang dan gelombang terpantul ini menghasilkan
gelombang berdiri yang murni (pure standing wave). Pada umumnya amplitudo
gelombang terpantul lebih kecil dari amplitudo gelombang datang. Persamaan
intensitas medan E gelombang datang secara lengkap

E xi E xi 0 e j (t 1z )

(13.38)

dimana gelombang bidang terpolarisasi linier arah x dan merambat ke arah sumbu-z
positif. Persamaan intensitas medan listrik gelombang terpantul oleh medium
konduktor.

E xr E xr 0 e j (t 1z )

(13.39)

Jumlah bagian riil dari persamaan (13.38) dan bagian riil persamaan (13.39) :

E xi E xr rill

atau

E xi 0 cos t 1 z E xr 0 cos t 1 z

E xi E xr riil E xi 0 E xr 0 cos t cos 1 z E xi 0 E xr 0 sin t sin 1 z

(13.40)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Lenni, ST

MEDAN ELEKTOMAGNETIK

10

Persamaan (13.40) adalah persamaan gelombang berdiri, dan SWR (standing


wave ratio) adalah perbandingan antara amplitudo maksimum

E xi 0 E xr 0

dengan

amplitudo minimum E xi 0 E xr 0

SWR

E xi 0 E xr 0 1 | |

E xi 0 E xr 0 1 | |

(13.41)

SWR lebih lengkapnya dinamakan VSWR (Voltage Standing Wave Ratio).


1 | |
VSWR
(13.42)
1 | |
Untuk gelombang berdiri murni VSWR berharga tak terhingga dan bila tanpa pantulan
VSWR berharga 1.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Lenni, ST

MEDAN ELEKTOMAGNETIK

11

You might also like