You are on page 1of 24

LAPORAN KASUS

Seorang Wanita 47 Tahun dengan Carpal Tunnel Syndrome Dextra

Disusun oleh :
Welki Vernando, S.Ked

61111066

Pembimbing :
dr. Agus Permadi, Sp. S

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIBA / RSUD EMBUNG FATIMAH

BATAM
2016

ANAMNESIS
I. IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Status
Masuk Rumah Sakit
Tanggal Pemeriksaan
No RM

: Ny. S
: 47 tahun
: Perempuan
: Islam
: Guru SMP
: Menikah
: 4 Oktober 2016
: 4 Oktober 2016
: 66521

II. KELUHAN UTAMA


Telapak tangan kanan sering kesemutan.
III.

KELUHAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN UTAMA


Rasa sedikit tebal pada jari tengah, telunjuk, dan ibu jari tangan kanan.

IV.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mengeluh kesemutan di telapak tangan kanan yang dirasakan sejak 2

minggu yang lalu. Kesemutan terutama dirasakan pada sisi dalam jari tengah,
telunjuk, dan ibu jari. Kesemutan bersifat hilang timbul dan dirasakan terutama
pada malam hari dan berkurang bila dikebas-kebaskan.
Pasien mengeluh rasa sedikit tebal pada jari tengah, telunjuk, dan ibu jari.
Keluhan muncul bersamaan dengan rasa kesemutan. Pasien juga mengaku terdapat
nyeri di pergelangan tangan yang tidak menjalar. Nyeri dirasakan 3 hari yang
lalu. Nyeri berkurang bila pergelangan tangan dipijat.
Pasien tidak pernah memeriksakan keluhan tersebut sebelumnya. Oleh pasien
tangan yang sakit masih tetap digunakan untuk bekerja. Pasien bekerja sebagai
guru SMP dimana pekerjaannya menulis di papan tulis yang dijalani lebih dari 15
tahun. Pasien juga mengaku mempunyai kebiasaan mencuci dan memeras pakaian
dengan tangan di rumah.
Pasien menyangkal riwayat bengkak dan panas di pergelangan tangan. Pasien
juga menyangkal riwayat jatuh menumpu pada tangan. Pasien juga menyangkal
kebiasaan tidur menumpu pada pergelangan tangan. Pasien menyangkal riwayat
kelemahan anggota gerak. Pasien menyangkal riwayat kesulitan dalam memegang
botol atau benda-benda berbentuk sejenis.

V. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat trauma
: disangkal
Riwayat hipertensi
: diakui
Riwayat penyakit gula
: disangkal
VI.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi
: diakui
Riwayat penyakit gula
: disangkal
VII.

KEADAAN SOSIAL EKONOMI


Pasien adalah seorang guru SMP dan mendapat pelayanan kesehatan di RSUD

Embung Fatimah dengan Jaminan Kesehatan Nasional(JKN)


VIII. RIWAYAT KEBIASAAN DAN GIZI
Pasien makan sehari-hari sebanyak 3 kali dengan nasi, lauk pauk, dan sayur
dengan sesekali mengkonsumsi buah-buahan dan susu.

PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN


I.

STATUS INTERNA
1. Kesan Umum
Kesadaran
GCS
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Mata

: Compos mentis
: E4 V5 M6
: 160/90 mmHg
: 72x/menit
: 20x/menit
: 36,50 C
: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
refleks pupil / diameter (3cm/3cm), pupil

Leher
Dada - Jantung
- Paru
Perut

bulat dan isokor


: Pembesaran KGB leher (-)
: S1S2 murni, regular, murmur (-), gallop (-)
: Suara nafas vesikular, rhonki -/-, wheezing -/: Distensi (-), supel, nyeri tekan epigastrium(-),
perkusi timpani, bising usus (+) normal.

2. Status psikiatri
Cara berpikir
Perasaan hati

: dalam batas normal


: dalam batas normal

Tingkah laku
Ingatan
Kecerdasan

: dalam batas normal


: dalam batas normal
: dalam batas normal

3. Status neurologis
A. Fungsi luhur
: dalam batas normal
B. Fungsi vegetatif : dalam batas normal
C. Tanda rangsangan selaput otak :
Kaku kuduk
: (-)
Tanda lasseque
: (-)
Tanda kernig
: (-)
Tanda brudinski I : (-)
Tanda brudinski II : (-)
Tanda brudinski III : (-)
Tanda brudinski IV : (-)
D. Kolumna vertebralis :
Kelainan bentuk
Nyeri tekan/ ketok lokal
Tanda Patrick
Tanda Kontrapatrick
Gerakan vertebra servikal
batas normal
Gerakan tubuh

: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: fleksi, ekstensi dan rotasi pasif dalam
: membungkuk, ekstensi dan deviasi

lateral dalam batas normal


E. Nervus kranialis
N. I (Olfaktorius)
Subyektif
Dengan bahan (kopi bubuk)

Kanan

Kiri

:
:

N. II (Optikus)
Tajam penglihatan
Lapang penglihatan
Melihat warna
Fundus okuli

:
:
:
:

>6/60
dbn
dbn
dbn

>6/60
dbn
dbn
dbn

N. III (Okulomotorius)
Celah mata
Posisi bola mata
Pergerakan bola mata
Strabismus
Nistagmus
Exophtalmos
Pupil
Besarnya

:
:
:
:
:
:
:

di tengah
dbn
3 mm

simetris
di tengah
dbn
3 mm

Bentuknya
Refleks cahaya langsung
Refleks cahaya tidak langsung
Refleks konvergensi
Melihat ganda

:
:
:
:
:

Bulat
+
+
+
-

Bulat
+
+
+
-

dbn

dbn

:
:

Tengah
-

Tengah
-

N.V (Trigeminus)
Membuka mulut
Mengunyah
Menggigit
Refleks kornea
Sensibilitas muka

:
:
:
:
:

dbn
dbn
dbn
+
+

dbn
dbn
dbn
+
+

N. VI (Abdusen)
Pergerakan mata (ke lateral)
Sikap bola mata
Melihat ganda

:
:
:

Tengah
-

Tengah
-

N. VII (Fasialis)
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Memperlihatkan gigi
Bersiul
Perasaan lidah (2/3 anterior)

:
:
:
:
:

N. VIII
Suara berbisik
Tes schwabach
Tes rinne
Tes weber
Vertigo
Nistagmus

N. IV (Troklearis)
Pergerakan mata
(ke bawah-ke dalam)
Sikap bola mata
Melihat ganda

dbn

simetris
simetris
simetris
simetris
dbn

:
:
:
:
:
:

dbn
dbn
dbn
dbn

dbn
dbn
dbn
dbn

N. IX (Glosofaringeus)
Perasaan lidah (1/3 posterior)
Sensibilitas faring

:
:

dbn
dbn

N. X (Vagus)
Arkus faring

normal (tengah)

(-)
(-)
dbn
dbn

Menelan
Refleks muntah
Fenomena Vernet Rideau

:
:
:

dbn
dbn
dbn

dbn
dbn

N. XI (Aksesorius)
Mengangkat bahu
Memalingkan muka

:
:

dbn
dbn

dbn
dbn

N.XII (Hipoglossus)
Atrofi lidah
Kekuatan
Gerak spontan
Posisi diam
Posisi dijulurkan

:
:
:
:
:

(-)
(-)
simetris
simetris
(-)
di tengah
di tengah

F. Badan dan anggota gerak


1. Badan
Respirasi
Pergerakan K. Vertebralis
Sensibilitas
- Taktil
- Nyeri
- Suhu
- Diskriminasi 2 titik
- Lokalisasi

: Simetris, tidak ada yang


tertinggal
:
Kanan
Kiri
:
dbn
dbn
:
dbn
dbn
:
dbn
dbn
:
dbn
dbn
:
dbn
dbn

2. Anggota gerak atas


Motorik
Kekuatan
Trofi
Tonus
Motorik

:
:
:

atas
5
normal
normal

Kekuatan
Trofi
Tonus

:
:
:

atas
5
normal
normal

Kanan
tengah
5
normal
normal
Kiri
tengah
5
normal
normal

bawah
5
normal
normal
bawah
5
normal
normal

Refleks
Biceps
Triceps
Brachial
Hoffman Tromner
Sensibilitas

:
:
:
:

++
++
++
-

++
++
++
-

Taktil
Nyeri
Suhu
Diskriminan 2 titik
Lokalis

:
:
:
:

turun
dbn
dbn
turun
:
turun

dbn
dbn
dbn
dbn

:
:
:
:

5
Normotrofi
normal

5
Normotrofi
normal

:
:
:
:

dbn
dbn
dbn
dbn
:

dbn
dbn
dbn
dbn

dbn
3. Anggota gerak bawah
Pergerakan
Kekuatan
Trofi
Tonus
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Suhu
Diskriminan 2 titik
Lokalis

dbn

dbn
Getar
Refleks
Patella
Achilles
Babinski
Chaddock
Schaeffer
Oppenheim
Gordon
Klonus
Paha
Kaki
4. Reflek primitif
Reflek memegang
Reflek snout
Reflek menghisap
Reflek palmomental
G. Pemeriksaan nyeri
Flicks sign
Thenar wasting
Wrist extension test
Phalens test
Torniquet test
Tinelss sign

dbn

:
:
:
:
:
:
:

++
++
-

++
++
-

:
:

: dbn
: dbn
: dbn
: dbn
: (+/-)
: (-/-)
: (+/-)
: (+/-)
: (-/-)
: (+/-)

dbn

Pressure test
: (+/-)
Luthys sign (bottles sign) : (-/-)
H. Koordinasi, gait dan keseimbangan
Cara berjalan
: dbn
Tes Romberg
: dbn
Disdiadokokinesis
: dbn
Ataksia
: dbn
Rebound phenomenon
: dbn
Disemetri
: dbn
I. Gerakan-gerakan abnormal
Tremor
Athetose
Mioklonik
Khorea

: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada

J. Alat vegetatif
Miksi
Defekasi
Refleks anal
Refleks kremaster
Refleks bulbokavernosus

: Normal
: Normal
: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa

II.
Resume
A. Anamnesis
Pasien datang ke RSUDEF dengan keluhan telapak tangan kanan sering
kesemutan yang dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan dirasakan hilang
timbul terutama setelah bekerja. Pasien juga mengeluh rasa tebal terutama pada
jari tengah, telunjuk, dan ibu jari tangan kanan. Pasien juga mengeluhkan nyeri di
pergelangan tangan kanan yang tidak menjalar sejak 3 hari yang lalu dan
menghilang bila dikebas-kebaskan.
Pasien bekerja sebagai guru SMP yang pekerjaannya sering menulis di papan
tulis lebih dari 15 tahun. Pasien juga mengaku sering mencuci baju dengan tangan
dan memeras pakaian.
B. Pemeriksaan Fisik
Status interna
Status psikiatri
Status neurologis
Kesadaran
Fungsi luhur

: dbn
: dbn
:
: GCS E4V5M6
: dbn

Fungsi sensoris

Lengan
Kanan

Kiri
Taktil
Nyeri
Suhu
Diskriminan 2 titik
Lokalis

:
:
:
:
:

turun
dbn
dbn
turun
turun

Fungsi motorik:
Kekuatan
Trofi
Tonus

:
:
:

C. Pemeriksaan nyeri
Flicks sign
Wrist extension test
Phalens test
Tinelss sign
Pressure test
III.

Atas
5
normal
normal

dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
Ekstremitas Superior Kanan
Tengah
Bawah
5
5
normal
normal
normal
normal

: (+/-)
: (+/-)
: (+/-)
: (+/-)
: (+/-)

Diagnosis
Diagnosis klinis
Hipoestesia palmar dextra, hipoestesia digiti I, II, III dextra
Diagnosis topis
Nervus medianus dalam terowongan karpal
Diagnosis etiologis :
Suspek Carpal Tunnel Syndrome dextra

IV.

Rencana awal
Rencana pemeriksaan :
- Cek laboratorium (pemeriksaan darah lengkap)
- Foto Rontgen wrist join dextra AP/lat
Terapi :
- Medikamentosa
Pregabalin
Paracetamol
Triamsinolon
Eprison
- Nonmedikamentosa
Mengurangi aktivitas yang memberatkan penyakit seperti menulis,
mencuci baju dengan tangan, dan memeras pakaian.

Monitoring:
V.

Perjalanan penyakit
Pemeriksaan neurologis
Prognosis
Ad vitam
Ad sanam
Ad fungsionam

: Bonam
: Bonam
: Bonam

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 ANATOMI NERVUS MEDIANUS


Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan
tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianusberjalan di dalam canalis
carpiyang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang-tulang carpal. Nervus dan

tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari-jari tangan. Jari
tangan dan otot-otot fleksor pada pergelangan tanganbeserta tendon-tendonnya
berorigo pada epicondilus medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang-tulang
metaphalangeal,

interphalangeal

proksimaldan

interphalangeal

distal

yang

membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari
jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut
ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm5.

Gambar 1. Anatomi Nervus Medianus


Nervus medianus tersusun oleh belahan fasikulus lateralis dan belahan fasikulus
medialis.N. medianus membawakan serabut-serabut radiks ventralis dan dorsalis C.6,
C.7, C.8, dan T.1. Otot-otot yang dipersarafinya ialah otot-otot yang melakukan
pronasi lengan bawah (m.pronator teres dan m.pronator kuadratus), fleksi falangs
paling ujung jari telunjuk, jari tengah dan ibu jari (mm.lumbrikales sisi radial), fleksi
jari telunjuk, jari tengah dan ibu jari pada sendi metakarpofalangeal (mm.lumbrikales
dan mm.interoseae sisi radial), fleksi jari sisi radial di sendi interfalangeal (m.fleksor

digitorum profundus sisi radial), oposisi dan abduksi ibu jari (m.opones polisis dan
m.abduktor polisis brevis).Kawasan sensoriknya mencakup kulit yang menutupi
telapak tangan, kecuali daerah ulnar selebar 11/2 jari dan pada dorsum manus
kawasan sensoriknya adalah kulit yang menutupi falangs kedua dan falangs ujung jari
telunjuk, jari tengah, dan separuh jari manis. N. medianus sering terjepit atau tertekan
dalam perjalanannya melalui m.pronator teres, siku dan retinakulum pergelangan
tangan.Kelumpuhan yang menyusulnya melanda ketiga jari sisi radial, sehingga ibu
jari, jaritelunjuk, dan jari tengah tidak dapat difleksikan, baik di sendi
metakarpofalangeal,maupundi sendi interfalangeal.Ibu jari tidak dapat melakukan
oposisi dan abduksi. Atrofi otot-otot tenar akan cepat menyusul kelumpuhan
tersebut5.

1.2 DEFINISI SINDROMA TEROWONGAN KARPAL


Sindrom terowongan karpal (STK) adalah kerusakan dari nervus medianus yang
terjadi di dalam terowongan karpal di pergelangan tangan, yang dapat menyempit di
tempat yang dilalui nervus medianus di bawah ligamentum tranversum karpale
(fleksor retinakulum)1.
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons Clinical Guideline, carpal
tunnel syndromeatau sindroma terowongan karpal merupakan gejala neuropati
kompresi dari N. medianus di tingkat pergelangan tangan, ditandai dengan bukti
peningkatan tekanan dalam terowongan karpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat
itu. Sindrom terowongan karpal dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, kondisi dan
peristiwa. Hal ini ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan
danlengan dan disfungsi otot. Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin,
etnis, atau pekerjaan dan disebabkan karena penyakit sistemik, faktor mekanis dan
penyakit local6.

1.3 EPIDEMIOLOGI

Angka kejadian sindrom terowongan karpal di Amerika Serikat diperkirakan


sekitar 1-3 kasus per 1.000 orang setiap tahunnya dengan prevalensisekitar 50 kasus
dari 1.000 orang pada populasi umum. National Health Interview Study(NIHS)
memperkirakan bahwa prevalensi sindrom terowongan karpal pada populasi dewasa
adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). STK lebih sering mengenai wanita daripada pria
dengan usia berkisar 25 64 tahun, prevalensi tertinggi pada wanita usia > 55 tahun,
biasanya antara 40 60 tahun. Prevalensi STK dalam populasi umum diperkirakan
5% terjadi pada wanita dan 0,6% terjadi pada laki-laki STK adalah jenis neuropati
tekanan yang paling sering ditemui. Sindroma tersebut unilateral pada 42% kasus
(29% kanan, 13% kiri) dan 58% bilateral2,3.
Penelitian STK di Indonesia, pada pekerjaan dengan risiko tinggi pada
pergelangan tangan dan tangan melaporkan prevalensi STK antara 5,6% sampai
dengan 15%. Silverstein dan peneliti lain melaporkan adanya hubunganpositip antara
keluhan dan gejala STK dengan faktor kecepatan menggunakan alat dan faktor
kekuatan melakukan gerakan pada tangan4.

1.4 ETIOLOGI
Oleh karena posisi terowongan karpal yang sempit, selain dilewaati N. Medianus
juga dilalui oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang menyebabkan semakin
padatnya

terowongan

ini

dapat

menyebabkan

terjadinya

penekanan

pada

nervusmedianus sehingga timbullah STK. Pada sebagian kasus etiologinya tidak


diketahui, terutama pada penderita lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan
gerakan yang berulang-ulangpada pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko
terjadinya sindrom terowongan karpal7.
Pada kasus yang lain etiologinya adalah7 :
a. Herediter : neuropatiherediteryang cenderung menjadi pressure palsy, misalnya
HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III
b. Trauma: dislokasi, fraktur atauhematom pada lengan bawah, pergelangan tangan
dan tangan. Sprainpergelangan tangan. Traumalangsung terhadap pergelangan

tangan. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan


tanganyang berulang-ulang.
c. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis
d. Metabolik: amiloidosis,gout
e. Endokrin : akromegali, terapi estrogenatauandrogen,

diabetes

mellitus,

hipotiroidi,kehamilan
f. Neoplasma:kista ganglion,lipoma, infiltrasi metastase, mieloma
g. Penyakitkolagen vaskular :artritis reumatoid, polimialgiareumatika, skleroderma,
lupus eritematosussistemik.
h. Degeneratif: osteoartritis
i. Iatrogenik:punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis,
hematoma komplikasi dari terapi anti koagulan.

1.5 PATOGENESIS
Ada beberapa hipotesa mengenai patogenese dari STK. Sebagian besar penulis
berpendapat bahwa faktor mekanik clan vaskular memegang peranan penting dalam
terjadinya STK. Umumnya STK terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan
fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan
yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler.
Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan
mengganggu nutrisi intrafasikuler laludiikuti olehanoksia yangakan merusak endotel.
Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran proteinsehingga terjadi edema
epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang
timbul terutama pada malam/pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat
digerak-gerakkan atau diurut (mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada
aliran darah). Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang
merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh
jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara
menyeluruh7.
Pada STK akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler
sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasidan timbul iskemik saraf. Keadaan
iskemikini diperberatoleh peninggian tekanan intrafasikuler yang menyebabkan

berlanjutnya

gangguan aliran darah. Selanjutnya

terjadi vasodilatasi yang

menyebabkan edema sehingga sawar darah saraf terganggu. Akibatnya terjadi


kerusakan pada saraf tersebut. Tekanan langsung pada safar perifer dapat
menimbulkan invaginasi Nodus Ranvier dan demielinisasi lokal sehingga konduksi
sarafterganggu7.

1.6 GEJALA KLINIS


Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan
motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa
parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliranlistrik (tingling)
pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai dengandistribusi sensorik nervus
medianus walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari8.
Terdapat dua bentuk sindrom terowongan karpal yaitu : akut dan kronis. Bentuk
akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan tangan, tangan
dingin, serta gerak jari menurun. Kehilangan gerak jari disebabkan oleh kombinasi
dari rasa sakit dan paresis. Bentuk kronis mempunyaigejala baik disfungsi sensorik
yang mendominasi atau kehilangan

motorik denganperubahan atrofik. Nyeri

proksimal mungkin dikeluhkan pada sidrom terowongan karpal8.


Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainnya adalah
nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari sehinggasering
membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila
penderita memijat atau menggerak-gerakkan tangannya ataudengan meletakkan
tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita
lebih banyak mengistirahatkan tangannya 7.
Apabila tidak segera ditagani dengan baik maka jari-jari menjadi kurang terampil
misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tanganjuga sering
dinyatakan

dengan

menggenggam.Pada

keluhan
tahap

adanya

lanjut

dapat

kesulitan
dijumpai

yang
atrofi

penderita
otot-otot

sewaktu
thenar

(opponespollicis dan abductor pollicis brevis) dan otot-otot lainya yang diinervasi
oleh nervus medianus8.

1.7 DIAGNOSA
Penegakan diagnosa STK dilakukan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
fisik serta dapat ditambahkan pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan Fisik9
a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas ngibaskan tangan atau
menggerak gerakkan jarinya. Bilakeluhan berkurang ataumenghilang akan
menyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwatanda ini juga dapat
dijumpai pada penyakit Raynaud.
b. Thenar wasting. Padainspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi
otot-otot thenar.
c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual
maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan
abduksi maksimal palmar lalu ujung jari dipertemukan dengan ujung jari
lainnya. Dinilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut.
Ketrampilandan ketepatan dinilai denganmeminta penderita melakukan
gerakan yang rumit seperti menulisatau menyulam.
d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara
maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga
dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti
STK,maka tes inimenyokongdiagnosa STK.
e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila
dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong
diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes inisangat sensitif untuk
menegakkan diagnosa STK.

f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan


tensimeter diatas siku dengan tekanan sedikit diatas tekanan sistolik. Bila
dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes inimenyokong diagnosa.
g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri
pada daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.

h. Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan


menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik
timbulgejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
i. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan
jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak
dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakanpositif dan
mendukungdiagnosa.
j. Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik
(two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6mm di daerah nervus
medianus, tes dianggap positif dan menyokongdiagnosa.
k. Pemeriksaan fungsi otonom. Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat,
kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerahinnervasinervus
medianus. Bila ada akan mendukungdiagnosa STK.
Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel test adalah test yang
patognomonis untuk STK
2. Pemeriksaan Neurofisiologi (Elektrodiagnostik)7
a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya

fibrilasi,polifasik,

gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada ototototthenar. Padabeberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada ototototlumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus STK.

b. Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada15-25% kasus, KHS bisa normal.


Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa latendistal(distallatency)
memanjang, menunjukkan adanya gangguanpada konduksi saraf di
pergelangan

tangan.

Masalatensensoriklebihsensitifdari

masa

laten

motorik
3. Pemeriksaan Radiologi7
Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat
apakahadapenyebab lain seperti fraktur atau artritis.Foto polos leher berguna
untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan
MRI dilakukan pada kasus yangselektifterutama yang akandioperasi.

4. Pemeriksaan Laboratorium7
Bila etiologiSTKbelum jelas,misalnyapada penderita usia muda tanpa adanya
gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti
kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.

1.8 DIAGNOSA BANDING7,8


1. Cervical radiculopathy.

Biasanya

keluhannya

berkurang

bila

leher

diistirahatkan dan bertambah bila leher bergerak. Distribusi gangguan


sensorik sesuai dermatomnya.
2. Thoracic outlet syndrome.Dijumpai atrofiotot-otottangan lainnya selainotototot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan
lengan bawah.

3. Pronator

teres

syndrome.

Keluhannya

lebih

menonjol

pada

rasa

nyeriditelapak tangan daripada STK karena cabang nervus medianus ke kulit


telapak tangan tidak melalui terowongan karpal.
4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis daritendonmuskulus abduktor
pollicislongusdan

ekstensor

pollicis

brevis,biasanya

akibat

gerakan

tanganyang repetitif. Gejalanya adalah rasanyeri dan nyeri tekan pada


pergelangan tangan didekat ibu jari.Finkelstein's test : palpasi otot abduktor
ibujari pada saat abduksi pasifibu jari, positif bila nyeri bertambah.

1.9 PENATALAKSANAAN
1. Edukasi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK7,8
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK harus ditanggulangi,
sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan STK kembali.Padakeadaan
dimana

STK

terjadi

akibat

gerakan

tanganyang

repetitif

harus

dilakukanpenyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat


dilakukan untuk mencegah terjadinya STK atau mencegah kekambuhannya
antara lain
- Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral
- Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunaknan
seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam alat benda, jangan hanya
-

menggunakan ibu jari dan jari telunjuk


Batasi gerakan tangan yang repetitif
Istirahatkan tangan secara periodik
Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki

waktu untuk beristirahat


Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan

secara teratur.
2. Terapi medikamentosa7,8
- Istirahatkan pergelangan tangan
- Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat
-

dipasang terus-menerus atau hanya pada malamhari selama2-3 minggu.


Obat anti inflamasi non steroid
Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu
penyebab STK adalah defisiensi piridoksin sehingga dianjurkan
pemberian piridoksin 100 300 mg/hariselama 3bulan

lnjeksi steroid. Deksametason 1 4 mg 1 atau hidrokortison 10 25


mgatau metil prednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no. 23 atau 25 pada lokasi
1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon
musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi
setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila

hasil terapi belum memuaskan setelah pemberian 3 kali injeksi.


- Kontrol cairan, misalnya dengan pemberiandiuretika.
- Fisioterapi.Ditujukan padaperbaikan vaskularisasipergelangan tangan.
3. Terapi operatif
Operasi pada terowongan karpal merupakan pilihan terapi bagi pasien yang
tidak membaik dengan penatalaksanaan konservatif. Tindakan bedah
tradisional atau open dengan cara transeksi melintang ligamentum kapal.
Prosedur ini memiliki tingkat keberhasilan yang sangat baik dengan beberapa
komplikasi. Metode baru berupa bedah endoskopi terwongan karpal, namun
efikasi tindakan ini masih belum terbukti baik dibandingkan bedah tradisinal
terowongan karpal8.

1.10 PROGNOSIS
Pada kasusSTK ringan, dengan terapi konservatif pada umumnya prognosa baik.
Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapikarena operasi hanyamelakukan pada
penderita yang sudah lama menderita STK penyembuhan post opratifnya bertahap.
Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya rasa nyeriyang kemudian
diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik dan otot ototyang
mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan prosesperbaikanSTK setelah
operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan. Bila setelah dilakukan tindakan
operasi,tidak juga diperoleh perbaikan maka dipertimbangkan kembali kemungkinan
berikut ini:
a. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin tekanan terhadap nervus
medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.
b. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.

c. Terjadi STK yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat
edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.
Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang
persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat adalah
reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyerihebat, hiperalgesia,disestesia
dan

ganggaun

trofik.

Sekalipun

prognosa

STK

denganterapi

konservatif

maupunoperatif cukup baik,tetapi resiko untuk kambuh kembali masihtetap ada. Bila
terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atauoperatif dapat diulangi
kembali7.

KESIMPULAN
Sindrom terowongan karpal (STK) adalah kerusakan dari nervus medianus yang
terjadi di dalam terowongan karpal di pergelangan tangan, yang dapat menyempit di
tempat yang dilalui nervus medianus di bawah ligamentum tranversum karpale
(fleksor retinakulum)1.
Sebagian kasus STK tidak diketahuipenyebabnya sedangkan pada kasusyang
diketahui,

penyebabnya

STKmempunyaihubungan

sangat
yangerat

bervariasi.

Namun,

kebanyakan

kasus

denganpenggunaantangansecararepetitif dan

berlebihan.
Gejala awal umumnya hanya berupa gangguan seperti rasa,nyeri, parestesia, rasa
tebal dan tinglingpadadaerah yang diinnervasinervus medianus. Gejala-gejala ini
umumnya bertambah berat pada malamhari danberkurang bilapergelangan tangan
digerak-gerakkan atau dipijat. Gejala motorik serta atrofi otot-otot thenar hanya
dijumpai pada penderita STK yang sudah berlangsung lama.
Penegakan diagnosa STK berdasarkan atas gejala klinis dan pemeriksaan fisik
yang meliputi berbagai macam tes. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti
pemeriksaan radiologis, laboratoris dan terutama pemeriksaan neurofisiologi dapat
membantu usaha menegakkan diagnosa.
Penatalaksanaan STK dikelompokkan atas 2 dengan sasaran yang berbeda.
Terapi yang langsung ditujukan terhadap STK harus selalu disertai terapi terhadap
keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK. Terapi terhadap STK
dikelompokkan atas terapi konservatif dan terapi operatif (operasi terbuka
atauendoskopik). Sekalipun prognosanya baik, kemungkinan kambuh masih tetap
ada.

DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr M, Frotscher M. Duus Topical Diagnosis in Neurologi. 4th Edition. New
York : Thieme. 2005
2. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Clinical Practice Guideline on the
Treatment of Carpal Tunnel Syndrome. 2008.
3. Gorsch, R. Carpal Tunnel Syndrome. The Canadian Journal of CME. 2001. pg.
101-117
4. Tana, Lusianawaty et al. Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja Garmen di
Jakarta. Buletin Peneliti Kesehatan. 2004. vol. 32. no. 2: 73-82.
5. Pecina, Marko M. Markiewitz, Andrew D. Carpal Tunnel Syndromes: Peripheral
Nerve Compression Syndromes. Third Edition. New York : CRC PRESS. 2001.
6. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Clinical Practice Guideline On The
Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome. 2007
7. Aldi S. Rambe. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi FK USU. 2004
8. Brust, John C. M. Current Diagnosis and Treatment Neurology. Seccond Edition.
New York : Lange The McGraw Hill Companies Inc. 2012
9. Campbell, William W. DeJong's The Neurologic Examination, 6th Edition.
Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins. 2005.

You might also like