Professional Documents
Culture Documents
PAPER
MIOPIA PATOLOGI
Disusun oleh:
GLORI TEOFILUS
NIM: 110100218
Supervisor:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan kelapangan waktu
bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Vanda
Virgayanti, SpM, selaku supervisor yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini berjudul Miopia Patologi adapun tujuan penulisan makalah
ini ialah untuk memberikan informasi mengenai berbagai hal yang berhubungan
dengan Miopia Patologi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis menerima segala bentuk kritikan dan saran yang bersifat
membangun. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .....................................................................................
1.1.Latar Belakang................................................................................
1.2.Tujuan Penulisan.............................................................................
2.1.Miopia.............................................................................................
2.1.1. Definisi...............................................................................
2.1.2. Etiologi...............................................................................
2.1.3. Klasifikasi..........................................................................
2.1.4. Patogenesis.........................................................................
2.1.5. Diagnosis............................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Miopia berasal dari bahasa Yunani muopia yang memiliki arti menutup
mata. Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya
adalah
nearsightedness.1
Berdasarkan
gambaran
klinis,
miopia
dapat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Miopia
2.1.1
Definisi
Miopia adalah kelainan refraksi pada mata di mana bayangan difokuskan
di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat
dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang
masuk pada mata akan jatuh di depan retina, tanpa akomodasi.1
sistem optik media penglihatan terletak di depan makula lutea. Hal ini dapat
disebabkan sistem optik (pembiasan) terlalu kuat, miopia refraktif atau bola mata
terlalu panjang.6
2.1.2
Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, miopia dapat diakibatkan oleh beberapa hal
berikut:7
a. Miopia Aksial
Panjang aksial bola mata lebih panjang dari normal, walaupun kornea
dan kurvatura lensa normal dan lensa dalam posisi anatominya normal.
Miopia dalam bentuk ini dijumpai pada proptosis sebagai hasil dari
tidak normalnya besar segmen anterior, peripapillary myopiccrescent
dan exaggerated cincin sclera, dan staphyloma posterior.7
b. Miopia Refraktif
Mata memiliki panjang aksial bola mata normal, tetapi kekuatan
refraksi mata lebih besar dari normal. Hal ini dapat terjadi pada miopia
kurvatura. Mata memiliki panjang aksial bola mata normal, tetapi
kelengkungan dari kornea lebih curam dari rata-rata, misalnya:
pembawaan sejak lahir atau keratokonus, atau kelengkungan lensa
bertambah seperti pada hiperglikemia sedang ataupun berat, yang
menyebabkan lensa membesar.7
c. Miopia karena peningkatan indeks refraksi
Peningkatan indeks refraksi daripada lensa berhubungan dengan
permulaan dini atau moderat dari katarak nuclear sklerotik. Marupakan
penyebab umum terjadinya miopia pada usia tua. Perubahan kekerasan
lensa mengkatkan indeks refraksi, dengan demikian membuat mata
menjadi miopi.7
d. Miopia karena pergerakan anterior dari lensa
Pergerakan lensa ke anterior sering terlihat setelah operasi glaucoma
dan akan meningkatkan miopia pada mata.7
2.1.3
Klasifikasi
Berdasarkan gambaran klinis klasifikasi miopia dapat dibagi berdasarkan
tabel berikut:
Tabel 2.1 Sistem Klasifikasi Miopia1
1. Miopia Simpel
Status refraksi mata dengan miopia simple bergantung pada kekuatan optik
dari kornea dan lensa kristalin, dan panjang dari aksial. Miopia simple
merupakan miopia yang paling sering dijumpai dan dianggap sebagai suatu
proses fisiologis yang berhubungan dengan proses pertumbuhan normal dari
tiap-tiap komponen refraksi dari mata. Miopia ini paling sering dijumpai pada
anak usia sekolah atau school miopia, yaitu pada umur 8-12 tahun. Akibat
dari proses ini menimbulkan miopia ringan dan sedang.1
2. Miopia Nokturnal
Nokturnal atau miopia malam terjadi hanya pada pencahayaan yang redup.
Hal ini terutama diakibatkan oleh meningkatnya respon akomodasi yang
berhubungan dengan level cahaya. Karena kontras yang diberikan tidak
cukup untuk memberikan stimulus akomodasi, mata mengasumsikan fokus
pada kondisi gelap terhadap posisi akomodasi daripada fokus terhadap tidak
terbatas.1
3. Pseudomiopia
Pseudomiopia merupakan hasil dari peningkatan kekuatan refraksi ocular
karena berlebihnya stimulasi dari mekanisme akomodasi mata atau spasme
siliaris. Kondisi ini dinamakan demikian karena pasien hanya mengalami
miopia karena respon akomodasi yang tidak tepat.1
4. Miopia Degeneratif
Beratnya derajat miopia yang berkaitan dengan proses degenerasi dari
segmen posterior mata dikenal sebagai miopia degenerative atau miopia
patologi. Perubahan degenerasi dapat merupakan hasil dari fungsi visual yang
abnormal, seperti menurunnya ketajaman visual atau perubahan lapangan
pandang. Sekuele seperti retinal detachment dan glaucoma merupakan hal
yang sering terjadi pada miopia degeneratif.1
5. Miopia diinduksi
Miopia diinduksi atau miopia didapat merupakan hasil dari paparan berbagai
agen farmakologi, variasi level gula darah, sklerosis nuklir dari lensa
kristalin, atau kondisi kelainan lainnya. Miopia sering terjadi sementara dan
reversible.1
Derajat miopia diukur oleh kekuatan korektif lensa sehingga bayangan dapat jatuh
di retina, yang dapat diklasifikasikan menjadi:
2.1.4
Patogenesis
Miopia dapat terjadi karena ukuran sumbu bola mata yang relatif panjang
dan disebut sebagai miopia aksial. Miopia dapat juga terjadi karena indeks bias
media refraktif yang tinggi atau akibat indeks refraksi kornea dan lensa yang
terlalu kuat. Dalam hal ini disebut sebagai miopia refraktif.6
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya miopia, faktor genetik
dan status refraktif. Orang yang memakai kaca mata mungkin pernah diingatkan
bahwa membaca di tempat gelap atau membaca terlalu dekat dapat merusak mata.
Penggunaan mata pada awal kehidupan terhadap pengaruhnya bagi pertumbuhan
okular dan kesalahan refraksi masih menjadi dalam penelitian. Hal ini didukung
oleh adanya bukti penggunaan mata pada jarak dekat dalam waktu yang lama
akan meningkatkan kejadian miopia. Pada penelitian pada hewan coba, dapat
dilihat adanya pengubahan pada lingkungan visual akan memicu terjadinya
perubahan sintesis mRNA dan konsentrasi dari metalloproteinase matriks. Pada
mata yang tidak ditangani dengan tepat, terbentuklah pemanjangan aksial dan
terjadilah miopia.8,9
Pemanjangan segmen posterior bola mata mulai terjadi hanya pada masa
pertumbuhan aktif dan mungkin berakhir bersamaan dengan berakhirnya masa
pertumbuhan aktif. Oleh karena itu, faktor-faktor (seperti defisiensi nutrisi,
penyakit berat, gangguan endokrin, dan kesahatan umum yang terlantar) yang
mempengaruhi proses pertumbuhan umum juga mempengaruhi progresivitas
miopia.7
Faktor keluarga juga merupakan faktor predisposisi terjadinya miopia
yang merupakan kelanjutan dari proses emetropisasi. Ketika terpapar dengan
faktor miopiogenik, seperti membaca dalam jarak dekat yang lama, yang
memproduksi keadaan kabur dan menurunan fokus gambar pada retina, akan
memicu terjadinya elongasi aksial dan miopia moderat pada masa remaja. Faktor
miopiogenik lainnya seperti membaca dalam jarak dekat yang lama pada masa
kuliah atau kerja akan memicu derajat miopia yang lebih tinggi lagi.8,9
9
Gambar 2.4 Faktor miopiogenik seperti genetik, etnis
dan pengalaman visual, akan mengakibatkan
abnormalit
10
(Dikutip dari Fredrick DR. Miopia. British Medical J. 2002; 324: p. 1195)
2.1.5
Diagnosis
Secara klinis, keluhan yang akan muncul pada pasien adalah menurunnya
miopia
pada
retinoskopi
nonsikloplegia
pada
bayi,
11
c.Stafiloma posterior akibat ektasia dari sklera pada kutub posterior akan
tampak sebagai ekskavasia dengan pembuluh darah mundur ke tepi
d.
12
f.
13
b. Faktor Perkembangan
Bukti yang ada menunjukkan bahwa faktor prenatal dan perinatal turut
beretinal pigment epithelialran serta menyebabkan miopia patologi. Penyakit ibu
yang dikaitkan dengan penderita miopia kongenital adalah hipertensi sistemik,
toksemia, dan penyakit retina. Faktor lain yang dianggap berhubungan dengan
miopia patologi adalah kelahiran premature yakni berat badan lahir kurang dari
2500 gram. Brain menyebutkan bahwa hal ini berkaitan dengan defek mesodermal
yang berkaitan dengan prematuritas.11
Tabel 2.2. Keadaan Sistemik yang Dapat Menyebabkan Miopia Derajat Tinggi4
Keadaan Sistemik yang Dapat Menyebabkan Miopia
Derajat Tinggi
Down syndrome
Stickler syndrome
Marfan syndrome
Prematurity
Noonan syndrome
EhlersDanlos syndrome
PierreRobin syndrome
2.2.3. Patogenesis
Menurut Duke Elder S, ada dua teori pokok yang saling bertentangan, yaitu:11
a. Teori Mekanik
Menurut teori ini miopia tinggi disebabkan karena peregangan sklera.
Peregangan ini dapat terjadi pada sklera yang normal ataupun yang sudah lemah.
Adanya konvergensi yang berlebih, akomodasi yang terus-menerus dan kontraksi
muskulus orbikularis okuli akan mengakibatkan tekanan intraokuler meningkat
yang selanjutnya menimbulkan peregangan sklera. Selain itu pada akomodasi di
mana terjadi kontraksi muskulus siliaris akan menarik koroid, sehingga
menyebabkan atropi. Konvergensi dan posisi bola mata ke arah inferior pada
waktu membaca menyebabkan pole posterior tertarik oleh nervus optikus.
Melemahnya sklera diduga juga menjadi penyebab membesarnya bola
mata. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
14
Kongesti sklera
Inflamasi sklera
Malnutrisi
Endokrin
Keadaan umum
Skleromalasia
Jadi menurut teori ini, terdapat kaitan antara timbulnya dan progresivitas
miopia dengan kebiasaan melihat dekat dan keadaan umum seseorang.
b. Teori Biologi
Teori ini timbul setelah pengamatan bahwa miopia aksial adalah herediter,
penipisan bola mata hanya di daerah pole posterior, degenerasi retina terjadi
sekunder setelah atrofi koroid dan adanya perubahan-perubahan atrofi yang tidak
sesuai dengan besarnya pemanjangan bola mata.
Vogt mengatakan bahwa faktor timbulnya miopia terdapat pada jaringan
ektodermal yaitu retina, sedangkan jaringan mesodermal di sekitarnya tetap
normal. Retina tumbuh lebih menonjol dibandingkan dengan koroid dan sklera.
Pertumbuhan retina yang abnormal ini diikuti dengan penipisan sklera dan
peregangan koroid. Koroid yang peka terhadap regangan akan menjadi atrofi.
Seperti diketahui pertumbuhan sklera berhenti pada janin berumur 5 bulan
sedangkan bagian posterior retina masih tumbuh terus sehingga bagian posterior
sklera menjadi paling tipis.11
2.2.4. Diagnosis
Penegakan diagnosis miopia patologi didasarkan pada:
a. Anamnesis
Pada anamnesis, gejala yang sering dikeluhkan penderita dengan miopia
patologi adalah menurunnya penglihatan jauh bahkan dengan pemberian
lensa koreksi, pada penderita sering dijumpai penurunan kemampuan untuk
melihat dengan jelas.11
15
pigment epithelial
Atrofi dan elongasi badan siliar
Gyrates area, akiabat atrofi retinal pigment epithelial dan koroid
cystoid, paving-stone, dan degenerasi latis
penipisan atau pembentukan lubang pada bagian perifer retina
penipisan atau perubahan susunan lapisan kolagen pada sclera.
16
l. choroidal neovascularization
Gambar 2.5. Miopia Derajat Tinggi. (A) Tessellated fundus; (B) focal
chorioretinal atrophy and tilted disc; (C) tilted disc; (D) lacquer cracks (E) coin
haemorrhage; (F) Fuchs spots4
17
miopia
sejak
1940.
Secara
rasional
ketika
akomodasi
18
anti-VEGF
diberikan
berdasarkan
pada
fakta
terjadinya
19
2.2.5. Komplikasi
Komplikasi miopia dapat berupa:7,11
1) Retinal Detachment
Merupakan komplikasi yang paling sering terjadi. Biasanya disebabkan
karena didahului dengan timbulnya hole pada daerah perifer retina akibat
proses degenerasi pada daerah ini.
2) Katarak Komplikasi
Merupakan komplikasi selanjutnya dari miopia malignan, terjadi setelah
usia 40 tahun. Sering dihubungkan dengan adanya degenerasi koroid.
3) Perdarahan Vitreous
4) Perdarahan Koroid
Sering terjadi pada obliterasi dini pembuluh darah kecil. Biasanya terjadi di
daerah sentral, sehingga timbul jaringan parut yang mengakibatkan
penurunan tajam penglihatan.
5) Strabismus fixus konvergen
20
BAB III
KESIMPULAN
Miopia patologi adalah miopia yang lebih besar dari miopia dengan
kekuata lensa koreksi 8 dioptri. Miopia patologi menjadi masalah serius karena
menjadi salah satu penyebab kebutaan di Amerika Serikat.
Gejala yang dialami penderita dengan miopia patologi diantaranya adalah
menurunnya penglihatan jauh bahkan dengan pemberian lensa koreksi,
ketidaknyamanan ketika menggunakan lensa koreksi, dan terjadi degenerasi
vitreus. Mata pasien dengan penyakit miopia patologi mengalami elongasi
progresif dan terjadi penipisan dan degenerasi retina, retinal pigment epithelial,
dan koroid.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan miopia patologi
adalah koreksi lensa, modifikasi lingkungan, fotokoagulasi laser, terapi
fotodinamik, dan terapi anti-VGEF.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. American Optometric Association. 2006. Optometric Clinical Practice
Guideline: Care of the patient with Miopia. USA
2. Vaughan & Asbury. 2009. Degenerasi Makula Miopia. Oftalmologi
Umum. ECG. Jakarta. Hal 189, 360.
3. Tsai, J.C. Denniston A.K.O. Murray, P.I. 2011. Degenerative Miopia.
Oxford American Handbook of Ophthalmology. Page 431-434
4. Kanskis Clinical Ophthalmology 8th Edition. 2016. Degenerative Miopia.
Page 631-633
5. NEI. National Eye Institute. [Online]. [cited Maret 2016. Available from:
https://nei.nih.gov/health/errors/miopia.
6. Osman MFH. Hubungan Antara Dioptri Lensa Kacamata dengan Jarak dan
Lama Membaca pada Pelajar FK USU di AUCMS Penang Tahun 2011.
USU Journal. 2011: p. 4
7. Khurana A. Optics and Refraction. In In Comprehensive Ophthalmology.
4th ed. New Delhi: New Age International (P) Ltd; 2007. p. 32
8. Fredrick DR. Miopia. British Medical J. 2002; 324: p. 1195-8
9. Ursekar T. Classification, etiology, and pathology of miopia. Indian J of
Opth. 1983; 31(6): p. 709-711
10. Goldschmidt E, Jacobsen N. Genetic and environmental effects on miopia
development and progression. Nature. 2014; 28: p. 126-133.
11. Widodo A, Prilia T. Miopia Patologi. Jurnal Oftalmologi Indonesia. 2007;
5(1): p. 19-26.
12. American Academy of Ophthalmology. 2011. Pathologic Miopia.Acquired
Disease Affecting the Macula. In Retina and Vitreous section 4. San
Fransisco: American Academy of Ophthalmology. Page 85-88, 95-97
13. Cooper J, Schulman E, Jamal N. Current Status on the Development and
Treatment of Miopia. Optometry Clin Research. 2012;: p. 3-4.
14. Lock, JFK. Retinal Laser Photocoagulation. Med J Malaysia. 2010; 65: p.
88-94.
15. Moreno J, Arias L, Montero J, Cameiro A, Silva R. Intravitreal Anti-VEGF
22