You are on page 1of 9

| IP: 202.81.61.

46

| Buletin | Do'a | Fatwa | Hadits | Khutbah | Kisah | Mu'jizat | Qur'an | Sakinah | Tarikh | Tokoh | Aqidah | Firqah |
Fiqih | Tsaqofah | Sastra |
| Pustaka Sofwa | Kajian | Kaset | Kegiatan | Konsultasi | Materi KIT | Ekonomi Islam | Analisa |
Menu Utama
Home
Kontributor
Tentang Kami
Buku Tamu
Produk Kami
Kirim Artikel /

Berita
Formulir
Jadwal Shalat
Kontak Kami
Jadwal Kajian
Harian
Hari ini Kajian Ba'da
Magrib di Masjid AlSofwa
Materi :
Aqidah
Penceramah :
Ust.Abu Bakar M
Altway Lc
Kajian Islam
Al-Qur'an Sebagai
Pedoman Hidup
Penyimpangan
Kaum Wanita
Bekal Seorang Da'i
Pedoman Wanita
Muslimah

Artikel Tokoh Islam :


'Atha` Bin Abi Rabah
Jumat, 04 Juni 04
"Saya tidak melihat orang yang mencari ilmu karena Allah,
kecuali tiga orang yakni: 'Atha', Thawus, dan Mujahid."
Salamah bin Kuhail
Kita sekarang memasuki sepuluh hari terakhir bulan Dzul Hijjah
tahun 97 H. Dan rumah tua (Ka'bah) ini disesaki oleh tamu-tamu
Allah dari segala penjuru; para pejalan kaki dan para
pengendara, Tua dan muda, Laki-laki dan perempuan, berkulit
hitam dan putih; orang arab dan non Arab serta tuan dan ada
yang dipertuan alias rakyat.
Mereka semua telah datang menghadap Raja manusia dengan
khusyu' seraya bertalbiyah dan mengharapkan pahala Allah.

Statistik Situs
Selasa,27-7-2004 -10:28:34
Hits ...: 581884
Online : 18 users
Pencarian
cari di
search

Iklan

Tersebutlah, Sulaiman bin Abdul Malik, seorang Khalifah kaum


muslimin dan salah seorang raja agung yang pernah bertahta di
Liputan Kegiatan !
muka bumi sedang berthawaf di sekeliling Ka'bah dengan kepala
Beasiswa Untuk
terbuka dan bertelanjang kaki. Dia hanya mengenakan kain
Seorang Hamzah
sarung dan selendang. Kondisinya kala itu sama seperti saudaraIbnu Sabilillah
saudaranya fillah yang menjadi rakyat jelata. Sementara di
belakangnya ada dua orang putranya, keduanya adalah dua anak Diklat Islam Untuk
Umum Di Ponpes.
muda yang keceriaan wajahnya bagaikan bulan purnama dan
Al-Ukhuwah, Solo
wangi dan kilauannya ibarat bunga yang sedang mekar.
Begitu khalifah menyelesaikan thawafnya, beliau menengok ke
Diklat SMU Di
arah salah seorang pengawalnya sembari berkata,
Pemalang
"Di mana sahabatmu?."
Orang itu menjawab, "Dia di sana sedang shalat", Sambil
Jajak Pendapat
menunjuk ke pojok Barat Masjid Al-Haram. Lalu Khalifah
dengan diikuti kedua putranya menuju tempat yang ditunjuk

oleh pengawal tersebut.


Nama Islami
(puteri)
Yumna
Yusriyyah (puteri)
(puteri)
Yusra
Pustaka Sofwa
Fatwa-Fatwa Untuk
Anak Muslim
Kuburan Dikunjung
Dan Di Sanjung
Segera Terbit !
Sebab Mekarmu
Hanya Sekali
Banner
// // //

Para pengawal pribadinya ingin mengikuti khalifah guna


melebarkan jalan bagi dan melindunginya dari suasana
berdesak-desakan. Akan tetapi Khalifah melarang mereka
melakukan hal itu sembari berkata,
"Para raja dan rakyat jelata sama kedudukannya di tempat ini.
Tidak seorang pun yang lebih mulia dari orang lain, kecuali
berdasarkan penerimaan (terhadap amalnya) dan ketakwaan.
Boleh jadi ada orang yang kusut dan lusuh berdebu datang
kepada Allah, lalu Allah menerima ibadahnya dan pada saat
yang sama, para raja tidak diterima oleh-Nya.

Rubrik apa yang


paling anda sukai di
situs ini ?
Buletin
Ekonomi
Fatwa
Fiqih
Firaq
Kajian

Kemudian Khalifah berjalan menuju orang tersebut, lalu dia


mendapatinya masih melaksanakan shalat, khusyu' di dalam
ruku' dan sujudnya. Sedangkan orang-orang duduk di belakang,
di sebelah kanan dan kirinya, lalu Khalifah duduk di barisan
paling belakang dari majlis tersebut dan mendudukkan kedua
anaknya di situ.
Mulailah dua anak muda Quraisy ini mengamati laki-laki yang
dituju Amirul mu'minin (bapak mereka) dan duduk bersama
orang-orang awam lainnya; menunggunya hingga selesai dari
shalatnya.
Ternyata orang itu adalah seorang tua yang berasal dari
Habasyah, berkulit hitam, berambut keriting lebat dan pesek
hidungnya. Jika dia duduk tampak bagaikan gagak hitam.
Ketika orang itu telah selesai dari shalatnya, dia menoleh ke
arah dimana Khalifah berada. Lalu Sulaiman bin Abdul Malik,
sang khalifah memberi salam dan orang itu membalasnya.
Saat itulah Khalifah menyongsongnya dan bertanya tentang
manasik haji, dari satu hal ke hal lainnya, dan orang itu
menjawab setiap pertanyaan dengan jawaban yang tuntas dan
memerincinya sehingga tidak memberikan kesempatan lagi bagi
si penanya untuk bertanya lagi. Dan dia juga menisbahkan setiap
perkataan yang diucapkannya kepada sabda Rasulullah
Shallallhu 'alaihi Wa Sallam.
Ketika Khalifah telah selesai mengajukan pertanyaannya, beliau
mengucapkan, "Mudah-mudahan Allah membalas anda dengan
kebaikan," dan beliau berkata kepada kedua putranya,
"Berdirilah," lalu keduanya berdiri Kemudian mereka bertiga
berlalu menuju tempat sa'i.

Khutbah
Kisah
Konsultasi
Nama Islami
Quran
Tarikh
Tokoh
Pilih

Hasil Jajak Pendapat


Mutiara Hikmah

Maklumat !
Pembukaan
Pendaftaran MAIS
Telah Terbit Bundel
Buletin 1424 H
Komentar Imam AlMasjid Al-Haram
Makkah Syaikh Dr.

Ketika mereka bertiga di pertengahan jalan menuju tempat sa'i,


antara Shafa dan Marwa, kedua anak muda itu mendengar ada
orang-orang yang berseru,
"Wahai kaum muslimin, siapapun tidak boleh memberi fatwa
kepada orang-orang di tempat ini, kecuali 'Atha' bin Abi Rabah.
Dan jika dia tidak ada, maka Abdullah bin Abi Nujaih.
Maka salah satu dari kedua anak muda itu menoleh kepada
ayahnya seraya berkata,
"Bagaimana mungkin pegawai Amirul mu'minin bisa menyuruh
orang-orang supaya tidak meminta fatwa kepada siapapun selain
kepada 'Atha' bin Abi Rabah dan sahabatnya kemudian kita telah
datang meminta fatwa kepada orang ini? seorang yang tidak
peduli terhadap kehadiran Khalifah dan tidak memberikan
penghormatan yang layak terhadapnya?."
Maka Sulaiman berkata kepada putranya,
"Orang yang telah kamu lihat -wahai anakku- dan yang kamu
lihat kita tunduk di depannya inilah 'Atha' bin Abi Rabah,
pemilik fatwa di Masjid Haram dan pewaris Abdullah bin Abbas
di dalam kedudukan yang besar ini."
Kemudian Khalifah melanjutkan perkataannya,
"Wahai anakku, belajarlah ilmu, karena dengan ilmu orang
rendah akan menjadi mulia, orang yang malas akan menjadi
pintar dan budak-budak akan melebihi derajat raja."
Perkataan Sulaiman bin Abdul Malik kepada putranya tentang
masalah ilmu tidaklah berlebihan. Karena 'Atha' bin Abi Rabah
pada masa kecilnya adalah hamba sahaya milik seorang
perempuan penduduk Mekkah. Akan tetapi, Allah 'Azza wa Jalla
memuliakan budak Habasyah ini, dengan meletakkan kedua
kakinya semenjak kecil di jalan ilmu. Dia membagi waktunya
menjadi tiga bagian: Satu bagian untuk majikan perempuannya,
mengabdi kepadanya dengan sebaik-baik pengabdian dan
memberikan hak-haknya dengan sempurna. Dan satu bagian dia
jadikan untuk Tuhannya. Waktu ini dia gunakan untuk
beribadah dengan sepenuh-penuhnya, sebaik-baiknya dan
seikhlas-ikhlasnya kepada Allah 'Azza wa Jalla. Dan satu bagian
lagi dia jadikan untuk mencari ilmu. Dia banyak berguru kepada
sahabat-sahabat Rasulullah Shallallhu 'alaihi Wa Sallam yang
masih hidup, dan menyerap ilmu-ilmu mereka yang banyak dan
murni.
Dia berguru kepada Abu Hurairah, 'Abdullah bin Umar,
'Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Az-Zubair dan sahabatsahabat mulia lainnya radliyallhu 'anhum, sehingga hatinya

Su'ud ibn Ibrahim


Al-Syuraim

dipenuhi ilmu, fiqih dan riwayat dari Rasulullah Shallallhu


'alaihi Wa Sallam.
Ketika Majikan perempuannya melihat bahwa budaknya telah
menjual jiwanya kepada Allah dan mewakafkan hidupnya untuk
mencari ilmu, maka dia melepaskan haknya terhadap 'Atha',
kemudian memerdekakannya sebagai bentuk taqarrub kepada
Allah 'Azza wa Jalla, Mudah-mudah Allah menjadikannya
bermanfaat bagi Islam dan kaum muslimin.
Semenjak hari itu, 'Atha' bin Abi Rabah menjadikan Baitul
Haram sebagai tempat tinggalnya, sebagai rumahnya, tempat dia
berteduh dan sebagai sekolahan yang dia belajar di dalamnya,
sebagai tempat shalat yang dia bertaqarrub kepada Allah dengan
penuh ketakwaan dan keta'atan. Hal ini membuat ahli sejarah
berkata, "Masjid Haram menjadi tempat tinggal 'Atha' bin Abi
Rabah kurang lebih dua puluh tahun."
Seorang tabi'i yang mulia 'Atha' bin Abi Rabah ini telah sampai
kepada kedudukan yang sangat tinggi di dalam bidang ilmu dan
sampai kepada derajat yang tidak dicapai, kecuali oleh beberapa
orang semasanya.
Telah diriwayatkan bahwa 'Abdullah bin Umar sedang menuju
ke Mekkah untuk beribadah umrah. Lalu orang-orang
menemuinya untuk bertanya dan meminta fatwa, maka
'Abdullah berkata, "Sesungguhnya saya sangat heran kepada
kalian, wahai penduduk Makkah, mengapa kamu
mengerumuniku untuk menanyakan suatu permasalahan,
sedangkan di tengah-tengah kalian sudah ada 'Atha' bin Abi
Rabah?!."
'Atha' bin Abi Rabah telah sampai kepada derajat agama dan
ilmu dengan dua sifat:
Pertama, Bahwa dia menjadikan dirinya sebagai pemimpin atas
jiwanya. Dia tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk
bersenang-senang dengan sesuatu yang tidak berguna.
Kedua, Bahwa dia menjadikan dirinya sebagai pemimpin atas
waktunya. Dia tidak membiarkannya hanyut di dalam perkataan
dan perbuatan yang melebihi keperluan.
Muhammad bin Suqah bercerita kepada pengunjungnya,
"Maukah kamu mendengar suatu ucapan, barangkali ucapan ini
dapat memberi manfaat kepadamu, sebagaimana ia telah
memberi manfaat kepadaku?."
Mereka berkata, "Baik."

Dia berkata, "Pada suatu hari, 'Atha' bin Abi Rabah


menasehatiku, Dia berkata, 'Wahai keponakanku, Sesungguhnya
orang-orang sebelum kami dahulu tidak menyukai perkataan
yang sia-sia." Lalu aku berkata, 'Dan apa perkataan yang sia-sia
menurut mereka?' 'Atha' berkata, 'Dahulu mereka menganggap
setiap perkataan yang bukan membaca atau memahami Kitab
Allah 'Azza wa Jalla sebagai perkataan sia-sia. Demikian pula
dengan bukan meriwayatkan dan mengaji hadits Rasulullah
Shallallhu 'alaihi Wa Sallam atau menyuruh yang ma'ruf dan
mencegah yang mungkar atau ilmu yang dapat dibuat taqarrub
kepada Allah Ta'ala atau kamu berbicara tentang kebutuhanmu
dan ma'isyahmu yang harus dibicarakan Kemudian dia
mengarahkan pandangannya kepadaku dan berkata, Apakah
kamu mengingkari "sesungguhnya bagi kamu ada (malaikatmalaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu) " (Al-Infithar, ayat:
10)
Dan bersama setiap kamu ada dua malaikat "Seorang duduk di
sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu
ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
malaikat pengawas yang selalu hadir "(Qaaf, ayat: 17-18).
Kemudian dia berkata, "Apakah salah seorang di antara kita
tidak malu, jika buku catatannya yang dia penuhi awal siangnya
dibuka di depannya, lalu dia menemukannya apa yang tertulis di
dalamnya bukan urusan agamanya dan bukan urusan dunianya."
Allah Azza wa Jalla benar-benar menjadikan ilmu 'Atha' bin Abi
Rabah bermanfaat bagi banyak golongan manusia. Di antara
mereka ada orang-orang yang khusus ahli ilmu dan ada orangorang pekerja dan lain-lainnya.
Imam Abu Hanifah An-Nu'man bercerita tentang dirinya. Dia
berkata: Aku telah berbuat kesalahan dalam lima bab dari
manasik haji di Makkah, lalu tukang cukur mengajariku...yaitu
bahwa aku ingin mencuckur rambutku supaya aku keluar dari
ihram, lalu aku sewaktu hendak cukur, aku berkata, "Dengan
bayaran berapa anda mencukur rambutku?"
Maka tukang cukur itu menjawab:Mudah-mudahan Allah
memberi petunjuk kepada anda. Ibadah tidak disyaratkan dengan
bayaran, duduklah dan berikan sekedar kerelaan." Maka aku
merasa malu dan aku duduk, namun aku duduk dalam keadaan
berpaling dari arah kiblat.
Lalu tukang cukur itu menoleh ke arahku supaya aku
menghadap kiblat, dan aku menurutinya, dan aku semakin grogi.

Kemudian aku menyilakannya supaya dia mencukur kepalaku


sebelah kiri, tetapi, dia berkata, "Berikan bagian kanan kepala
anda, lalu aku berputar. Dan mulailah dia mencukur kepalaku,
sedangkan aku terdiam sambil melihatnya dan merasa kagum
kepadanya. Lalu dia berkata kepadaku, "Kenapa anda diam?
Bertakbirlah." Lalu aku bertakbir, sehingga aku berdiri untuk
siap-siap pergi. Lalu dia berkata: Ke mana anda akan pergi?
Maka aku menjawab, "Aku akan menuju kendaraanku." Lalu dia
berkata, shalatlah dua rakaat, kemudian pergilah kemana anda
suka." Lalu aku shalat dua rakaat dan aku berkata di dalam hati,
"Seorang tukang cukur tidak akan berbuat seperti ini, kecuali dia
adalah orang yang berilmu." Maka aku berkata kepadanya: Dari
mana anda dapatkan manasik yang anda perintahkan kepadaku
ini?
Maka dia berkata: Demi Allah, Aku telah melihat 'Atha' bin Abi
Rabah melakukannya lalu aku mengikutinya dan aku
mengarahkan orang lain kepadanya.
Dunia telah berdatangan kepada 'Atha' bin Abi Rabah namun dia
berpaling dan menolaknya dengan keras Dia hidup sepanjang
umurnya hanya dengan mengenakan baju yang harganya tidak
melebihi lima dirham.
Para khalifah telah mengundangnya supaya dia menemani
mereka. Akan tetapi bukan dia tidak memenuhi ajakan mereka,
karena mengkhawatirkan agamanya daripada dunianya; akan
tetapi disamping itu dia datang kepada mereka jika dalam
kedatangannya ada manfaat bagi kaum muslimin atau ada
kebaikan untuk Islam. Di antaranya seperti yang diceritakan
oleh Utsman bin 'Atha' Al-Khurasani, dia berkata, "Aku di
dalam suatu perjalanan bersama ayahku, kami ingin berkunjung
kepada Hisyam bin Abdul Malik. Ketika kami telah berjalan
mendekati Damaskus, tiba-tiba kami melihat orang tua di atas
Himar hitam, dengan mengenakan baju jelek dan kasar
jahitannya. serta memakai jubah lusuh dan berpeci. Tempat
duduknya terbuat dari kayu, maka aku tertawakan dia dan aku
berkata kepada ayah, "Siapa ini?" Maka ayah berkata, "Diam, ini
adalah penghulu ahli fiqih penduduk Hijaz 'Atha' bin Abi
Rabah." Ketika orang itu telah dekat dengan kami, ayah turun
dari keledainya.
Orang itu juga turun dari himarnya, lalu keduanya berpelukan
dan saling menyapa. Kemudian keduanya kembali menaiki
kendaraannya, sehingga keduanya berhenti di pintu istana
Hisyam bin Abdul Malik. Ketika keduanya telah duduk dengan
tenang, keduanya dipersilakan masuk. Ketika ayah telah ke luar,
aku berkata kepadanya, Ceritakanlah kepadaku; tentang apa

yang anda berdua lakukan, maka ayah berkata, "Ketika Hisyam


mengetahui bahwa 'Atha' bin Abi Rabah berada di depan pintu,
beliau segera mempersilakannya masuk- dan demi Allah, aku
tidak bisa masuk, kecuali karena sebab dia, dan ketika Hisyam
melihatnya, beliau berkata, Selamat datang, selamat datang.
Kemari, kemari, dan terus beliau berkata kepadanya, Kemari,
kemari, sehingga beliau mempersilakan duduk bersamanya di
atas permadaninya, dan menyentuhkan lututnya dengan
lututnya." Dan di antara orang-orang yang duduk adalah orangorang besar, dan tadinya mereka berbincang-bincang lalu
mereka terdiam. Kemudian Hisyam menghadap kepadanya dan
berkata, "Apa keperluan anda wahai Abu Muhammad?" 'Atha'
berkata, "Wahai Amirul Mu'minin; Penduduk Haramain
(Makkah dan Madinah) adalah penduduk Allah dan tetangga
Rasul-Nya, berikanlah kepada mereka rizki-rizki dan
pemberian-pemberian. Maka Hisyam menjawab, "Baik, Wahai
ajudan; Tulislah untuk penduduk Makkah dan Madinah
pemberian-pemberian dan rizki-rizki mereka untuk waktu satu
tahun.
Kemudian Hisyam berkata, Apakah ada keperluan lain wahai
Abu Muhammad?." 'Atha' berkata, "Ya wahai Amirul mu'minin,
penduduk Hijaz dan penduduk Najd adalah inti arab dan pemuka
Islam, maka berikanlah kepada mereka kelebihan sedekah
mereka." Maka Hisyam berkata, "Baik, wahai ajudan, Tulislah,
bahwa kelebihan sedekah mereka dikembalikan kepada
mereka."
"Apakah ada keperluan lain selain itu wahai Abu Muhammad?"
Ya wahai Amirul mu'minin, Kaum muslimin yang menjaga di
perbatasan, mereka berdiri di depan musuh-musuh anda, dan
mereka akan membunuh setiap orang yang berbuat jahat kepada
kaum muslimin, maka berikanlah sebagian rizki kepada mereka,
karena kalau mereka mati, maka perbatasan akan hilang."
Maka Hisyam berkata, "Baik, wahai ajudan, tulislah, supaya
dikirim rizki kepada mereka." "Apakah ada keperluan lain wahai
Abu Muhammad?"
'Atha' berkata, "Ya, wahai Amirul mu'minin; Orang-orang kafir
dzimmi supaya tidak dibebani dengan apa yang mereka tidak
mampu, karena apa yang anda tarik dari mereka adalah
merupakan bantuan untuk anda atas musuh anda."
Maka Hisyam berkata, "Wahai ajudan tulislah untuk orangorang kafir dzimmi, supaya mereka tidak dibebani dengan
sesuatu yang mereka tidak mampu."
"Apakah ada keperluan lain wahai Abu Muhammad?
'Atha' berkata, Ya, Bertakwalah kepada Allah di dalam diri anda

wahai Amirul mu'minin, dan ketahuilah bahwa anda diciptakan


di dalam keadaan sendiri. dan anda akan mati didalam keadaan
sendiri...dan anda akan dibangkitkan di dalam keadaan sendiri
dan anda akan dihisab dalam keadaan sendiri dan demi Allah
tidak seorang pun dari orang yang anda lihat bersama anda."
Maka Hisyam menyungkurkan wajahnya ke tanah dan
menangis, lalu 'Atha' berdiri dan aku berdiri bersamnya.
Dan ketika kami telah sampai ke pintu, ternyata ada seseorang
yang mengikuti 'Atha' dengan membawa kantong, dan aku tidak
tahu apa yang ada di dalamnya, dan orang itu berkata
kepadanya, "Sesungguhnya Amirul mu'minin mengirim ini
kepada anda." Maka 'Atha' berkata, "Maaf aku tidak akan
menerima ini."
"Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakanajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam
" (Asy-Syuara', ayat:109)
Demi Allah, Sesungguhnya 'Atha' menemui Khalifah dan keluar
dari sisinya tanpa meminum setetes air pun.
Selanjutnya 'Atha' bin Abi Rabah dikaruniai umur panjang
hingga seratus tahun. Umur itu dia penuhi dengan ilmu, amal,
kebaikan dan takwa.
Dan dia membersihkannya dengan zuhud dari kekayaan yang
ada di tangan manusia dan sangat mengharap ganjaran yang ada
di sisi Allah.
Ketika dia wafat, dia di dalam keadaan ringan dari beban dunia.
Banyak berbekal dengan amal akhirat. Selain itu, Dia melakukan
ibadah haji sebanyak tujuh puluh kali, beliau melakukan di
dalammya 70 kali wukuf di arafah.
Di sana dia memohon kepada Allah keridlaan-Nya dan surgaNya.
Dan memohon perlindungan kepada-Nya dari murka-Nya dan
dari neraka-Nya.

Rujukan:
1- Ath-Thabaqat Al-Kubra, oleh Ibnu Sa'd: 2/386.
2- Hilyatul Auliya', oleh Abu Nu'aim: 3/310.
3- Sifat Ash-Shafwah, oleh Ibnu Al-Jauzi: 2/211.
4- Ghuraru Al-Khashaish: 117.
5- Wafayat Al-A'yan, oleh Ibnu Khalkan: 3/261
6- Thabaqat Asy-Syairazi: lembar ke 17.
7- Nukatu Al-Hamya: 199.
8- Mizanu Al-I'tidal: 2/197
9- Tadzkiratu Al-Huffadz: 1/92.

10- Tahdzib At-Tahdzib: 7/199.


11- Nuzhatu Al-Khawathir: 1/85.
Hit : 1 | Index Tokoh Islam | kirim ke teman | Versi cetak |
|
|
|
|
| Pasca
Shahabat Tabi'in TabiutTabi'in
Kontemporer
Abad 3 H |
|
|
|
|
YAYASAN AL-SOFWA
Jl.Raya Lenteng Agung Barat No.35 PostCode:12810 Jakarta Selatan - Indonesia
Phone: 62-21-78836327. Fax: 62-21-78836326. e-mail: info @alsofwah.or.id | website:
www.alsofwah.or.id | Member Info Al-Sofwa
Artikel yang dimuat di situs ini boleh di copy & diperbanyak dengan syarat tidak untuk komersil.

You might also like