You are on page 1of 12

| IP: 202.81.61.

46

| Buletin | Do'a | Fatwa | Hadits | Khutbah | Kisah | Mu'jizat | Qur'an | Sakinah | Tarikh | Tokoh | Aqidah | Firqah |
Fiqih | Tsaqofah | Sastra |
| Pustaka Sofwa | Kajian | Kaset | Kegiatan | Konsultasi | Materi KIT | Ekonomi Islam | Analisa |
Menu Utama
Home
Kontributor
Tentang Kami
Buku Tamu
Produk Kami
Kirim Artikel /

Berita
Formulir
Jadwal Shalat
Kontak Kami
Jadwal Kajian
Harian
Hari ini Kajian Ba'da
Magrib di Masjid AlSofwa
Materi :
Aqidah
Penceramah :
Ust.Abu Bakar M
Altway Lc
Kajian Islam
Al-Qur'an Sebagai
Pedoman Hidup
Penyimpangan
Kaum Wanita
Bekal Seorang Da'i
Pedoman Wanita
Muslimah

Artikel Tokoh Islam :


Iyas Bin Muawiyah Al-Muzani
Jumat, 04 Juni 04
(Sosok Yang Dijadikan Icon Kecerdasan)
Keberanian Amr ditambah ketoleransian Hatim ditambah
kelemahlembutan Ahnaf ditambah kecerdasan Iyas.(Abu
Tammam)
Semalaman Amirul mukminin, Umar bin Abdul Aziz, tidak
dapat tidur, matanya susah terpejam dan beliau diliputi
kegelisahan yang amat sangat. Pada malam yang dingin saat
keberadaannya di Damaskus, beliau sedang sibuk memikirkan
siapa yang bakal dipilih menjadi Qadli (hakim) untuk kawasan
Bashrah (suatu kota yang dibangun oleh kaum muslimin setelah
Irak ditaklukkan mereka.) yang kelak akan menegakkan
keadilan di tengah masyarakat, memberikan putusan sesuai
dengan hukum Allah dan dalam menegakkan al-Haq, dia tidak
sedikitpun takut baik di saat senang ataupun ketakutan.
Pilihannya hanya tertuju pada dua orang yang sama-sama
kredibel, memiliki pemahaman agama yang baik, tegar di dalam
menegakkan kebenaran, memiliki pemikiran yang bercahaya
dan jeli di dalam memandang sesuatu.
Setiap kali beliau mendapatkan kelebihan pada salah satunya
dalam satu sisi, beliau juga menemukan kelebihan itu ada pada
yang satunya lagi dalam sisi yang lain.
Pada pagi harinya, beliau memanggil gubernur untuk Irak, Adiy
bin Arthaah -yang ketika sedang berada di sisinya di
Damaskus- seraya berkata kepadanya,

Statistik Situs
Selasa,27-7-2004 -10:28:42
Hits ...: 581893
Online : 18 users
Pencarian
cari di
search

Iklan

Liputan Kegiatan !
Beasiswa Untuk
Seorang Hamzah
Ibnu Sabilillah
Diklat Islam Untuk
Umum Di Ponpes.
Al-Ukhuwah, Solo
Diklat SMU Di
Pemalang
Jajak Pendapat

Nama Islami
(puteri)
Yumna
Yusriyyah (puteri)
(puteri)
Yusra
Pustaka Sofwa
Fatwa-Fatwa Untuk
Anak Muslim
Kuburan Dikunjung
Dan Di Sanjung
Segera Terbit !
Sebab Mekarmu
Hanya Sekali
Banner
// // //

Wahai Adiy, pertemukanlah antara Iyas bin Muawiyah alMuzanni dan al-Qasim bin Rabiah al-Haritsi. Berbicaralah
kepada keduanya mengenai peradilan Bashrah dan pilihlah salah
satu dari keduanya sebagai Qadli.
Adiy berkata,
Saman wa thaatan, (mendengar dan patuh) terhadap titahmu,
wahai Amirul muminin.

Rubrik apa yang


paling anda sukai di
situs ini ?
Buletin
Ekonomi

Akhirnya, Adiy bin Arthaah mempertemukan antara Iyas dan


al-Qasim seraya berkata,
Sesungguhnya Amirul muminin- mudah-mudahan Allah
memanjangkan umurnya- menyuruhku supaya mengangkat
salah satu dari anda berdua untuk menjadi Qadli di Bashrah,
bagaimana pendapat kalian?

Fatwa

Maka masing-masing mereka berbicara tentang kawannya,


bahwa dia lebih berhak daripada dirinya dengan jabatan ini dan
menyinggung keutamaan, ilmu dan fiqihnya serta hal-hal
lainnya.
Adiy berkata,
Kalian berdua tidak boleh meningalkan majlisku ini kecuali
bila telah kalian selesaikan urusan ini.
Lalu Iyas berkata kepadanya,
Wahai gubernur, Tanyakanlah kepada dua orang ahli fiqih
Irak; al-Hasan al-Bashri (sudah dibahas tentangnya pada kajian
sebelumnya-red.,) dan Muhammad bin Sirin (juga telah dibahasred.,) tentang saya dan al-Qasim, karena keduanya adalah orang
yang paling bisa membedakan antara kami berdua.

Kisah

Pada waktu sebelumnya, al-Qasim banyak mengunjungi kedua


ahli fiqih tersebut, sedangkan Iyas tidak ada hubungan sama
sekali dengan keduanya. Maka tahulah al-Qasim bahwa Iyas
sebenarnya ingin melibatkannya (sehingga menjadi Qadli
dimana mereka berdua saling menolaknya-red.,).
Demikian juga, bila sang Amir (gubernur) meminta pendapat
kepada keduanya, maka keduanya selalu menunjuk ke dirinya
bukan orang yang bersamanya (Iyas).
Maka, dia langsung menoleh ke arah gubernur seraya berkata,
Wahai Amir, jangan tanyakan lagi kepada siapa pun tentangku
dan dia.!
Demi Allah Yang tidak ada Tuhan yang haq selain Dia,
sesungguhnya Iyas adalah orang yang lebih faham tentang
agama Allah dan lebih mengerti tentang peradilan daripadaku.
Jika aku berdusta di dalam sumpahku ini, maka engkau tidak
boleh menunjukku sebagi Qadli, karena sudah saya melakukan

Fiqih
Firaq
Kajian
Khutbah

Konsultasi
Nama Islami
Quran
Tarikh
Tokoh
Pilih

Hasil Jajak Pendapat


Mutiara Hikmah

Maklumat !
Pembukaan
Pendaftaran MAIS
Telah Terbit Bundel
Buletin 1424 H
Komentar Imam AlMasjid Al-Haram
Makkah Syaikh Dr.

kebohongan.
Dan jika aku berkata jujur, maka engkau juga tidak boleh
menunjuk orang yang kurang keutamaannya padahal ada orang
yang lebih utama darinya!.
Maka Iyas menoleh ke arah gubernur dan berkata kepadanya,
Wahai gubernur, sesungguhnya telah menghadirkan seseorang
untuk engkau jadikan sebagai Qadli, namun engkau
menghentikannya di pinggir neraka Jahannam, lalu dia berusaha
menyelamatkan dirinya dengan sumpah palsunya yang
senantiasa dia mohonkan agar Allah mengampuninya dan dia
dapat selamat dari apa yang dia takutkan.
Adiy berkata kepadanya,
Seungguhnya orang yang memiliki pemahaman sepertimu ini
amat pantas untuk dijadikan Qadli. Kemudian dia menunjuknya
sebagai Qadli di Bashrah.
Siapakah orang yang telah dipilih Khalifah yang zuhud, Umar
bin Abdul Aziz sebagai Qadli di Bashrah ini?
Siapakah dia orang yang karena kecerdasan, kecerdikan dan
kecepatan pemahamannya itu dijadikan perumpamaan
sebagaimana terjadi terhadap Hatim ath-Thaiy karena
kedermawanannya, atau al-Ahnaf bin Qais karena
kelemahlembutannya dan Amr bin Mudikarib karena
keberaniannya?.
Sehingga membuat Abu Tammam menguntai syair saat memuji
Ahmad bin al-Mutashim,
Keberanian Amr ditambah ketoleransian Hatim
Ditambah kelemahlembutan Ahnaf ditambah kecerdasan Iyas
Marilah kita mulai riwayat hidup tokoh kita ini dari awal. Tokoh
ini memiliki riwayat hidup yang amat mengesankan dan
tiadaduanya dalam rangkaian riwayat-riwayat hidup yang ada.
Iyas bin Muawiyah bin Qurrah al-Muzani dilahirkan pada tahun
46 H di kawasan Yamamah, Najd. Lalu pindah bersama
keluarganya ke Bashrah yang kemudian di sana dia besar dan
belajar.
Pada masa kecilnya dia sudah bolak-balik ke Damaskus dan
menimba ilmu kepada para sahabat agung yang masih hidup dan
para pemuka Tabiin.
Anak ini sejak kecil telah menampakkan tanda-tanda kecerdikan
dan kecerdasannya. Orang-orang mulai menjadikannya buah
bibir dalam berita-berita dan hal-hal langka yang ada padanya

Su'ud ibn Ibrahim


Al-Syuraim

padahal dia masih anak kecil.


Diriwayatkan bahwa dia pernah belajar ilmu hisab di sekolahan
milik orang Yahudi dari golongan dzimmi. Lalu berkumpulllah
orang-orang Yahudi di sisi sang guru.
Mereka kemudian berbincang-bincang seputar masalah agama,
sedangkan Iyas mendengarkan mereka dengan seksama tanpa
disadari oleh mereka. Guru itu berkata kepada sahabatsahabatnya (orang-orang Yahudi tersebut),
Apakah kalian tidak merasa heran terhadap orang-orang Islam
yang mengklaim mereka bisa makan di surga tanpa membuang
hajat (kotoran)!!
Lalu Iyas menoleh kepadanya sembari berkata,
Apakah anda mengizinkanku, wahai guru, untuk berbicara
tentang apa yang kalian perbincangkan barusan.?
Guru itu berkata, Ya, silahkan.
Maka anak muda ini berkata,
Apakah setiap apa yang dimakan di dunia keluar menjadi
kotoran?
Guru berkata, Tidak.
Anak muda itu berkata lagi,
Lalu ke mana perginya makanan yang tidak ke luar itu.? Guru
itu berkata,
Pergi (hilang) dan menjadi makanan badan (gizi).
Anak muda itu berkata lagi,
Lalu apa alasan pengingkaran kalian terhadap sebagian apa
yang kita makan di dunia pergi (hilang) dan menjadi makanan
badan (gizi) bahwa kelak di surga semuanya menjadi makanan
badan?
Lalu guru itu mengangkat tangannya dan berkata kepadanya,
Sungguh engkau ini anak yang luar biasa!
Usia anak muda ini semakin bertambah dari tahun ke tahun dan
kecerdasannya terus mengalami kemajuan sehingga beritanya
sampai kemana pun dia berada.
Diriwayatkan, bahwa saat memasuki Damaskus dia masih anak
kecil (belum mencapai usia baligh), lalu terjadi perselisihan
pendapat antara dirinya dan seorang tua, penduduk Damaskus
mengenai suatu hak. Ketika dia tidak bisa meyakinkan orangtua
tersebut dengan hujjah, maka diapun mengajaknya ke
pengadilan.
Ketika keduanya telah berada di hadapan Qadli (hakim), Iyas
bersikap keras dan mengeraskan suaranya terhadap lawannya

tersebut. Lalu Qadli berkata kepadanya, Rendahkan suaramu!


wahai anak muda sebab lawanmu ini adalah seorang yang tua
umur dan kedudukannya.
Lalu Iyas berkata,
Akan tetapi, haq (kebenaran) lebih besar (tua) daripada dia.
Maka Qadli marah kepadanya dan berkata, Diam!
Anak muda itu berkata,
Lalu siapa yang menyampaikan argumentasiku jika aku
diam?!
Maka Qadli semakin marah, dan berkata,
Sejak masuk majlis peradilan, Aku tidak melihatmu kecuali
selalu mengucapkan kebatilan.
Lalu Iyas berkata,
L ilha illallah wahdahu l syarkalah, apakah ini haq atau
batil?
Qadli terdiam dan berkata,
"Haq, demi Tuhan Kabah, itu adalah haq.
Anak muda al-Muzanni ini kemudian rajin menekuni ilmu dan
menimbanya dengan sepuas-puasnya hingga sampai kepada
derajat yang menjadikan para syaikh tunduk kepadanya,
mengikuti dan berguru di depannya, meskipun dia masih berusia
muda.
Pada suatu tahun, Abdul Malik bin Marwan mengadakan
kunjungan ke Bashrah sebelum dia menjadi khalifah, lalu dia
melihat Iyas yang waktu itu masih seorang pemuda belia dan
belum lagi tumbuh kumisnya.
Abdul Malik melihat di belakangnya ada empat orang Qurra
(ahli baca al-Quran) yang berjenggot dan mengenakan pakaian
hijau mereka (pakaian kebesaran orang alim) sementara Iyas ada
di hadapan mereka. Lantas, Abdul Malik berkata,
Percuma dengan orang-orang berjenggot ini. Apakah di antara
mereka tidak ada syaikh yang mengetuai mereka.? Maka
merekapun menyodorkan anak muda ini.
Kemudian Abdul Malik menoleh kepada Iyas seraya berkata,
"Berapa umurmu wahai anak muda.?
Umurku -mudah-mudahan Allah memanjangkan umur Amir
(yang menjabat saat itu-red.,)- seusia dengan umur Usamah bin
Zaid ketika Rasulullah SAW., mengangkatnya sebagai panglima
perang yang di dalamnya ikut serta Abu Bakar dan Umar
(Waktu itu umur Usamah belum sampai dua puluh tahun)

Katanya.
Abdul Malik berkata,
MajuMajulah wahai anak muda, semoga Allah memberkati
kamu.
Dan pada suatu tahun yang lain, orang-orang sedang ke luar
untuk melihat bulan sabit awal Ramadlan dan yang memimpin
mereka adalah seorang sahabat agung, Anas bin Malik alAnshari yang pada waktu itu sudah lanjut usia mendekati seratus
tahun.
Orang-orang melihat ke langit dan mereka tidak melihat tanda
apa-apa.
Akan tetapi, Anas bin Malik mulai mengamati langit dan
berkata,
Aku sungguh melihat bulannah itu dia. sembari menunjuk
ke arah bulan sabit teresbut dengan tangannya namun orangorang tidak melihat apa-apa.
Ketika itu Iyas melihat Anas bin Malik RA, ternyata ada sehelai
rambut panjang menempel di alisnya dan menggantung di depan
matanya. Maka Iyas pun dengan soapn minta permisi dan
mengulurkan tangannya ke arah sehelai rambut tersebut, lalu
mengusapnya dan meratakannya, kemudian berkata kepada
Anas,
Apakah anda masih melihat bulan sabit itu sekarang wahai
shahabat Rasulullah?
Lalu Anas melihat-lihat lagi seraya berkata,
Tidak, aku tidak melihatnya lagi, aku tidak melihatnya lagi.
Berita kecerdasan Iyas semakin santer dan menyebar, maka
orang-orang berdatangan kepadanya dari berbagai penjuru dan
menumpahkan segala permasalahan mereka yang berkenaan
dengan ilmu dan agama kepadanya.
Sebagian mereka memang ingin mencari ilmu dan sebagian
yang lain hanya ingin menjatuhkan dan mengajaknya berdebat
kusir secara batil.
Di antara kisah itu, dikisahkan bahwa ada seorang pejabat besar
suatu kawasan datang ke majlisnya, lalu berkata,
Wahai Abu Wilah, apa pendapatmu tentang minuman keras?
Iyas menjawab, Haram
Pejabat itu berkata,
Apa alasan keharamannya padahal ia hanyalah berupa buahbuahan dan air yang dimasak di atas api dan semua itu adalah
boleh-boleh saja, tidak apa-apa.

Iyas berkata,
Apakah sudah selesai bicaramu, wahai sang pejabat atau masih
ada yang nantinya ingin kau utarakan?
Pejabat itu berkata, Ya, sudah itu saja.
Lalu Iyas berkata,
Seandainya aku mengambil segenggam air lalu aku pukulkan
ke tubuhmu, apakah itu akan menyakitimu?
Pejabat itu berkata, Tidak.
Seandainya aku mengambil segenggam pasir lalu aku pukulkan
ke tubuhmu, apakah itu akan menyakitimu,? Katanya lagi.
Pejabat itu berkata, Tidak.
Seandainya aku mengambil segenggam lumpur, lalu aku
pukulkan ke tubuhmu, apakah itu akan menyakitimu,? katanya
lagi.
Pejabat itu berkata, Tidak.
Seandainya aku mengambil pasir lalu aku lapisi dengan lumpur
lalu aku siram air, lalu aku aduk-aduk, kemudian aku jemur
kumpulan adukan itu di bawah terik panas matahari hingga
kering, kemudian aku pukulkan itu ke tubuhmu, apakah itu akan
menyakitimu,? katanya lagi.
Pejabat itu berkata, Kalau itu, ya, bahkan bisa membunuhku!.
Lalu Iyas berkata,
Begitulah dengan khamar; ketika bahan-bahannya disatukan
dan diragikan, maka haram hukumnya.
Ketika Iyas menjabat sebagai Qadli, banyak tampak jelaslah
beberapa sikapnya yang menunjukkan kecerdasanya yang
memang demikian berlebihan, keluasan wawasannya dan
kemampuannya yang luar biasa di dalam menyingkap
kenyataan.
Di antara contohnya, bahwa ada dua orang laki-laki yang
berhakim kepadanya. Salah satunya mengklaim telah
menitipkan uang kepada sahabatnya itu namun ketika dia
memintanya, sahabatnya itu mungkir. Lalu Iyas bertanya kepada
si tertuduh (terdakwa) tentang titipan itu tetapi orang itu pun
mengingkarinya seraya berkata,
Bila sahabatku yang menuduhku itu memiliki bukti, maka
silahkan dia menghadirkannya. Bila tidak, berarti aku tinggal
bersumpah saja.
Manakala Iyas khawatir orang itu memakan harta dengan
sumpahnya, maka dia menoleh ke arah orang yang menitpkan (si
pendakwa) sembari berkata kepadanya,
Di mana anda menitipkan uang kepadanya?
Orang itu menjawab, Di tempat anu.

Iyas berkata, Benda apa yang ada di tempat itu?


Orang itu menjawab, Pohon besar, waktu itu kami dudukduduk di bawahnya dan makan-makan bersama di bawah
naungannya. Ketika kami ingin pulang, aku menyerahkan uang
itu kepadanya.
Iyas berkata lagi kepadanya,
Pergilah ke tempat yang ada pohonnya itu, barangkali jika
kamu telah sampai di sana, kamu akan teringat di mana kamu
menaruh uang dan apa yang kamu lakukan dengannya.
Kemudian temui aku lagi untuk menyampaikan apa yang kamu
lihat.
Maka orang itu berangkat menuju tempat tersebut sedangkan
Iyas berkata kepada si terdakwa,
Duduklah, sampai temanmu itu datang.
Lalu orang itu pun duduk. Kemudian Iyas menoleh ke arah
orang-orang lain yang memiliki perkara, dan mulai memutuskan
perkara mereka sambil melirik secara diam-diam ke arah si
terdakwa itu. Hingga ketika dia melihatnya sudah dalam kondisi
diam dan tenang, dia menoleh ke arahnya seraya bertanya
kepadanya lagi dengan secara tiba-tiba,
Menurut perkiraanmu, sahabatmu itu telah sampai ke tempat
dia menyerahkan uang kepadamu itu atau belum.? Maka orang
itu menjawab tanpa berpikir terlebih dahulu, Tentu belum
sebab tempat itu amat jauh dari sini. jawabnya tanpa berpikir
panjang.
Ketika itu, Iyas berkata kepadanya,
Hai musuh Allah, kamu mengingkari telah menyimpan harta
itu padahal mengetahui dimana kamu mengambil uang itu?
Demi Allah, sungguh kamu ini seorang pengkhianat.!
Orang itupun bungkam dan mengaku pengkhianatan yang telah
dilakukannya. Lalu Iyas menahannya sampai pemiliknya itu
datang dan menyuruhnya supaya mengembalikan titipan tersebut
kepada pemiliknya.
Contoh lainnya, diriwayatkan bahwa ada dua orang laki-laki
saling berselisih kepadanya mengenai dua potong bahan beludru
yang yang biasa dipasang ke atas kepala dan disampirkan ke
kedua pundak. Salah satunya berwarna hijau, baru dan mahal
dan yang satu lagi berwarna merah namun lusuh.
Si pendakwa (penuduh) berkata,
Pada waktu itu, aku pergi ke telaga untuk mandi, lalu aku
meletakkan beludru hijauku bersama pakaianku di pinggir
kolam, lalu datanglah orang ini dan meletakkan beledrunya yang
berwarna merah di samping milikku, kemudian dia juga turun ke

telaga dan ke luar sebelumku. Dia mengenakan pakaiannya dan


mengambil beledru milikku lalu mengenakannya ke kepala dan
kedua pundaknya. Setelah itu, dia pergi membawanya.
Selanjutnya, aku keluar juga dan menyusulnya seraya meminta
beledru milikku itu. Akan tetapi, dia malah mengklaim bahwa
itu adalah miliknya.
Lalu Iyas berkata kepada si tersangka,
Apa jawabmu?
Orang itu berkata, Ini adalah beledru milikku dan sudah berada
di tanganku.
Iyas berkata kepada si pendakwa,
Apakah kamu memiliki bukti?
Orang itu menjawab, Tidak.
Lalu Iyas berkata kepada penjaga pintu rumahnya, Ambilkan
sisir untukku.!
Lalu sisir dihadirkan untuknya, kemudian Iyas menyisir rambut
kedua orang itu, maka keluarlah dari kepala salah satunya bulu
(serbuk) berwarna merah dari rontokan bulu bahan beledru, dan
dari kepada yang lainnya keluar bulu (serbuk) berwarna hijau.
Setelah itu, Iyas memutuskan bahwa beledru berwarna merah
untuk orang yang di rambutnya ada bulu (serbuk) merah itu dan
beledru hijau untuk orang yang di rambutnya ada bulu (serbuk)
hijau. (mengingat biasanya serbuk dari bahan itu suka
menempel-red.,)
Contoh lain dari kisah kecerdikannya, bahwa di Kufah ada orang
yang berlagak jadi orang lurus, wara dan takwa di hadapan
orang-orang, sehingga banyak orang yang memujinya. Sebagian
mereka malah menaruh kepercayaan kepadanya dengan
menitipkan harta jika mereka sedang pergi. Bahkan, ada juga
yang mengangkatnya sebagai pemegang wasiat mewakili anakanak mereka ketika merasakan bahwa ajal mereka telah dekat.
Lalu ada seseorang datang kepadanya dan menitipkan harta.
Ketika orang tersebut membutuhkan uangnya, dia memintanya
namun orang itu mengingkarinya.
Kemudian si korban itu pergi menghadap Iyas dan melaporkan
perihal orang tersebut.
Maka Iyas berkata kepada si pelapor yang menjadi korban ini,
Apakah orang itu mengetahui kalau kamu datang kemari?
Orang itu menjawab, Tidak.
Iyas berkata, Pergilah dan kembalilah menemuiku besok.!

Kemudian Iyas mengutus seseorang untuk menemui orang yang


diserahi amanat (yang berpenampilan lurus itu) agar
menghadapnya. Ketika orang itu datang, Iyas berkata
kepadanya,
Di tanganku terkumpul banyak harta milik anak-anak yatim
yang tidak memiliki penanggungjawab. Aku melihat engkaulah
orang yang pantas untuk dititipi dan mengangkatmu sebagai
penanggungjawab mereka. Apakah rumahmu aman dan
waktumu luang untuk hal itu?
Orang itu berkata, Ya, wahai Qadli.
Iyas berkata lagi,
Kemarilah kamu besok lusa, siapkan tempat untuk harta
tersebut serta bawalah bersamamu para tukang panggul untuk
memanggulnya.
Pada hari berikutnya, datanglah orang yang melapor. Maka Iyas
berkata kepadanya, Pergilah kamu kepada temanmu dan
mintalah harta darinya. Jika dia ingkar, maka katakanlah
kepadanya, Aku akan laporkan kamu kepada Qadli.
Lalu orang itu datang kepada temannya tersebut dan meminta
hartanya, tetapi dia menolak memberikannya dan
mengingkarinya.
Maka orang itu berkata, Kalau begitu akan aku laporkan kamu
kepada Qadli.!
Ketika mendengar ancaman itu, dia segera menyerahkan
hartanya dan menenangkan hatinya.
Kemudian orang itu kembali kepada Iyas dan berkata
kepadanya, Temanku itu telah mengembalikan hartaku dan
mudah-mudahan Allah membalas kebaikan tuan.
Selanjutnya, orang yang diserahi amanat itu datang menghadap
Iyas pada hari yang telah dijanjikan dan dia membawa serta para
tukang panggul.
Namun yang terjadi, Iyas justeru menghardik dan membongkar
kebobrokannya sembari berkata kepadanya,
Kamu adalah orang yang paling jahat, hai musuh Allah, kamu
telah menjadikan agama sebagai umpan dunia.
Akan tetapi, sekalipun Iyas dikenal sangat cerdas, memilik daya
fikir yang kuat dan sangat cepat daya tangkapnya, namun
hujjahnya suatu ketika pernah berhadapan dengan seorang yang
mampu mementahkan hujjahnya dan memangkas ucapannya

serta membungkamnya.
Mengenai hal itu, dia menceritakan,
Tidak ada orang yang dapat mengalahkanku kecuali seorang
saja, yaitu ketika aku berada di majlis persidangan di kota
Bashrah. Saat itu, seseorang menemuiku dan bersaksi di sisiku
bahwa kebun anu adalah milik si fulan, lalu dia menyebutkan
letak geografisnya kepadaku.
Saat itu, aku ingin menguji kesaksiannya seraya bertanya
kepadanya,
Berapa jumlah pohon yang ada di kebun tersebut?
Lalu orang itu menunduk sebentar, kemudian mengangkat
kepalanya dan balik bertanya,
Sudah berapa lama tuan menjadi Qadli di sini?
Sejak sekian tahun, jawabku.
Lalu orang itu bertanya lagi,
Berapa jumlah kayu atap tempat (majlsi) ini?
Namun karena tidak tahu, aku berkata kepadanya,
Kebenaran berada di pihakmu.! Kemudian aku menerima
kesaksiannya.
Ketika Iyas telah berumur tujuh puluh enam tahun, dia melihat
di dalam mimpinya bahwa dirinya dan ayahnya masing-masing
menunggangi kuda, lalu keduanya berbalapan, namun anehnya
dia tidak bisa membalap ayahnya dan ayahnya juga tidak bisa
membalapnya. Saat meninggal dunia dulu, ayahnya berumur
tujuh puluh enam tahun.
Pada suatu malam, Iyas rebahan di atas tempat tidurnya dan
berkata kepada keluarganya,
Tahukah kalian malam apa ini?
Mereka menjawab, Tidak.
Iyas berkata,
Pada malam ini, ayahku melengkapi umurnya (wafat).
Dan pada pagi harinya, mereka menemukannya telah wafat.
Mudah-mudahan Allah merahmati Iyas, sang Qadli. Sungguh
dia adalah orang langka dan tanda keajaiban zaman dalam hal
kecerdikan, kecerdasan, mencari kebenaran dan menggapainya.

CATATAN:
Sebagai bahan tambahan tentang biografi Iyas bin Muawiyah
al-Muzanni, silahkan rujuk:

1- Akhbru al-Qudlt karya Waki, h.312-374.


2- Syarh al-Maqmt karya asy-Syuraisyi: 1/113-115.
3- Al-Bayn wa at-Tabyn karya al-Jhizh, Jld.I, h.56
4- Al-Iqd al-Fard karya Ibnu Abdi Rabbih.
5- Hilyah al-Awliy karya Abu Nuaim, Jld.III, h.123 dan
setelahnya.
6- Wafayt al-Ayn karya Ibnu Khalakn, Jld.I, h.247 dan
setelahnya.
7- Tsimar Al-Qulub karya at-Tsalabi, h.92-94.
Hit : 1 | Index Tokoh Islam | kirim ke teman | Versi cetak |
|
|
|
|
| Pasca
Shahabat Tabi'in TabiutTabi'in
Kontemporer
Abad 3 H |
|
|
|
|
YAYASAN AL-SOFWA
Jl.Raya Lenteng Agung Barat No.35 PostCode:12810 Jakarta Selatan - Indonesia
Phone: 62-21-78836327. Fax: 62-21-78836326. e-mail: info @alsofwah.or.id | website:
www.alsofwah.or.id | Member Info Al-Sofwa
Artikel yang dimuat di situs ini boleh di copy & diperbanyak dengan syarat tidak untuk komersil.

You might also like