Professional Documents
Culture Documents
46
| Buletin | Do'a | Fatwa | Hadits | Khutbah | Kisah | Mu'jizat | Qur'an | Sakinah | Tarikh | Tokoh | Aqidah | Firqah |
Fiqih | Tsaqofah | Sastra |
| Pustaka Sofwa | Kajian | Kaset | Kegiatan | Konsultasi | Materi KIT | Ekonomi Islam | Analisa |
Menu Utama
Home
Kontributor
Tentang Kami
Buku Tamu
Produk Kami
Kirim Artikel /
Berita
Formulir
Jadwal Shalat
Kontak Kami
Jadwal Kajian
Harian
Hari ini Kajian Ba'da
Magrib di Masjid AlSofwa
Materi :
Aqidah
Penceramah :
Ust.Abu Bakar M
Altway Lc
Kajian Islam
Al-Qur'an Sebagai
Pedoman Hidup
Penyimpangan
Kaum Wanita
Bekal Seorang Da'i
Pedoman Wanita
Muslimah
Statistik Situs
Selasa,27-7-2004 -10:28:42
Hits ...: 581893
Online : 18 users
Pencarian
cari di
search
Iklan
Liputan Kegiatan !
Beasiswa Untuk
Seorang Hamzah
Ibnu Sabilillah
Diklat Islam Untuk
Umum Di Ponpes.
Al-Ukhuwah, Solo
Diklat SMU Di
Pemalang
Jajak Pendapat
Nama Islami
(puteri)
Yumna
Yusriyyah (puteri)
(puteri)
Yusra
Pustaka Sofwa
Fatwa-Fatwa Untuk
Anak Muslim
Kuburan Dikunjung
Dan Di Sanjung
Segera Terbit !
Sebab Mekarmu
Hanya Sekali
Banner
// // //
Wahai Adiy, pertemukanlah antara Iyas bin Muawiyah alMuzanni dan al-Qasim bin Rabiah al-Haritsi. Berbicaralah
kepada keduanya mengenai peradilan Bashrah dan pilihlah salah
satu dari keduanya sebagai Qadli.
Adiy berkata,
Saman wa thaatan, (mendengar dan patuh) terhadap titahmu,
wahai Amirul muminin.
Fatwa
Kisah
Fiqih
Firaq
Kajian
Khutbah
Konsultasi
Nama Islami
Quran
Tarikh
Tokoh
Pilih
Maklumat !
Pembukaan
Pendaftaran MAIS
Telah Terbit Bundel
Buletin 1424 H
Komentar Imam AlMasjid Al-Haram
Makkah Syaikh Dr.
kebohongan.
Dan jika aku berkata jujur, maka engkau juga tidak boleh
menunjuk orang yang kurang keutamaannya padahal ada orang
yang lebih utama darinya!.
Maka Iyas menoleh ke arah gubernur dan berkata kepadanya,
Wahai gubernur, sesungguhnya telah menghadirkan seseorang
untuk engkau jadikan sebagai Qadli, namun engkau
menghentikannya di pinggir neraka Jahannam, lalu dia berusaha
menyelamatkan dirinya dengan sumpah palsunya yang
senantiasa dia mohonkan agar Allah mengampuninya dan dia
dapat selamat dari apa yang dia takutkan.
Adiy berkata kepadanya,
Seungguhnya orang yang memiliki pemahaman sepertimu ini
amat pantas untuk dijadikan Qadli. Kemudian dia menunjuknya
sebagai Qadli di Bashrah.
Siapakah orang yang telah dipilih Khalifah yang zuhud, Umar
bin Abdul Aziz sebagai Qadli di Bashrah ini?
Siapakah dia orang yang karena kecerdasan, kecerdikan dan
kecepatan pemahamannya itu dijadikan perumpamaan
sebagaimana terjadi terhadap Hatim ath-Thaiy karena
kedermawanannya, atau al-Ahnaf bin Qais karena
kelemahlembutannya dan Amr bin Mudikarib karena
keberaniannya?.
Sehingga membuat Abu Tammam menguntai syair saat memuji
Ahmad bin al-Mutashim,
Keberanian Amr ditambah ketoleransian Hatim
Ditambah kelemahlembutan Ahnaf ditambah kecerdasan Iyas
Marilah kita mulai riwayat hidup tokoh kita ini dari awal. Tokoh
ini memiliki riwayat hidup yang amat mengesankan dan
tiadaduanya dalam rangkaian riwayat-riwayat hidup yang ada.
Iyas bin Muawiyah bin Qurrah al-Muzani dilahirkan pada tahun
46 H di kawasan Yamamah, Najd. Lalu pindah bersama
keluarganya ke Bashrah yang kemudian di sana dia besar dan
belajar.
Pada masa kecilnya dia sudah bolak-balik ke Damaskus dan
menimba ilmu kepada para sahabat agung yang masih hidup dan
para pemuka Tabiin.
Anak ini sejak kecil telah menampakkan tanda-tanda kecerdikan
dan kecerdasannya. Orang-orang mulai menjadikannya buah
bibir dalam berita-berita dan hal-hal langka yang ada padanya
Katanya.
Abdul Malik berkata,
MajuMajulah wahai anak muda, semoga Allah memberkati
kamu.
Dan pada suatu tahun yang lain, orang-orang sedang ke luar
untuk melihat bulan sabit awal Ramadlan dan yang memimpin
mereka adalah seorang sahabat agung, Anas bin Malik alAnshari yang pada waktu itu sudah lanjut usia mendekati seratus
tahun.
Orang-orang melihat ke langit dan mereka tidak melihat tanda
apa-apa.
Akan tetapi, Anas bin Malik mulai mengamati langit dan
berkata,
Aku sungguh melihat bulannah itu dia. sembari menunjuk
ke arah bulan sabit teresbut dengan tangannya namun orangorang tidak melihat apa-apa.
Ketika itu Iyas melihat Anas bin Malik RA, ternyata ada sehelai
rambut panjang menempel di alisnya dan menggantung di depan
matanya. Maka Iyas pun dengan soapn minta permisi dan
mengulurkan tangannya ke arah sehelai rambut tersebut, lalu
mengusapnya dan meratakannya, kemudian berkata kepada
Anas,
Apakah anda masih melihat bulan sabit itu sekarang wahai
shahabat Rasulullah?
Lalu Anas melihat-lihat lagi seraya berkata,
Tidak, aku tidak melihatnya lagi, aku tidak melihatnya lagi.
Berita kecerdasan Iyas semakin santer dan menyebar, maka
orang-orang berdatangan kepadanya dari berbagai penjuru dan
menumpahkan segala permasalahan mereka yang berkenaan
dengan ilmu dan agama kepadanya.
Sebagian mereka memang ingin mencari ilmu dan sebagian
yang lain hanya ingin menjatuhkan dan mengajaknya berdebat
kusir secara batil.
Di antara kisah itu, dikisahkan bahwa ada seorang pejabat besar
suatu kawasan datang ke majlisnya, lalu berkata,
Wahai Abu Wilah, apa pendapatmu tentang minuman keras?
Iyas menjawab, Haram
Pejabat itu berkata,
Apa alasan keharamannya padahal ia hanyalah berupa buahbuahan dan air yang dimasak di atas api dan semua itu adalah
boleh-boleh saja, tidak apa-apa.
Iyas berkata,
Apakah sudah selesai bicaramu, wahai sang pejabat atau masih
ada yang nantinya ingin kau utarakan?
Pejabat itu berkata, Ya, sudah itu saja.
Lalu Iyas berkata,
Seandainya aku mengambil segenggam air lalu aku pukulkan
ke tubuhmu, apakah itu akan menyakitimu?
Pejabat itu berkata, Tidak.
Seandainya aku mengambil segenggam pasir lalu aku pukulkan
ke tubuhmu, apakah itu akan menyakitimu,? Katanya lagi.
Pejabat itu berkata, Tidak.
Seandainya aku mengambil segenggam lumpur, lalu aku
pukulkan ke tubuhmu, apakah itu akan menyakitimu,? katanya
lagi.
Pejabat itu berkata, Tidak.
Seandainya aku mengambil pasir lalu aku lapisi dengan lumpur
lalu aku siram air, lalu aku aduk-aduk, kemudian aku jemur
kumpulan adukan itu di bawah terik panas matahari hingga
kering, kemudian aku pukulkan itu ke tubuhmu, apakah itu akan
menyakitimu,? katanya lagi.
Pejabat itu berkata, Kalau itu, ya, bahkan bisa membunuhku!.
Lalu Iyas berkata,
Begitulah dengan khamar; ketika bahan-bahannya disatukan
dan diragikan, maka haram hukumnya.
Ketika Iyas menjabat sebagai Qadli, banyak tampak jelaslah
beberapa sikapnya yang menunjukkan kecerdasanya yang
memang demikian berlebihan, keluasan wawasannya dan
kemampuannya yang luar biasa di dalam menyingkap
kenyataan.
Di antara contohnya, bahwa ada dua orang laki-laki yang
berhakim kepadanya. Salah satunya mengklaim telah
menitipkan uang kepada sahabatnya itu namun ketika dia
memintanya, sahabatnya itu mungkir. Lalu Iyas bertanya kepada
si tertuduh (terdakwa) tentang titipan itu tetapi orang itu pun
mengingkarinya seraya berkata,
Bila sahabatku yang menuduhku itu memiliki bukti, maka
silahkan dia menghadirkannya. Bila tidak, berarti aku tinggal
bersumpah saja.
Manakala Iyas khawatir orang itu memakan harta dengan
sumpahnya, maka dia menoleh ke arah orang yang menitpkan (si
pendakwa) sembari berkata kepadanya,
Di mana anda menitipkan uang kepadanya?
Orang itu menjawab, Di tempat anu.
serta membungkamnya.
Mengenai hal itu, dia menceritakan,
Tidak ada orang yang dapat mengalahkanku kecuali seorang
saja, yaitu ketika aku berada di majlis persidangan di kota
Bashrah. Saat itu, seseorang menemuiku dan bersaksi di sisiku
bahwa kebun anu adalah milik si fulan, lalu dia menyebutkan
letak geografisnya kepadaku.
Saat itu, aku ingin menguji kesaksiannya seraya bertanya
kepadanya,
Berapa jumlah pohon yang ada di kebun tersebut?
Lalu orang itu menunduk sebentar, kemudian mengangkat
kepalanya dan balik bertanya,
Sudah berapa lama tuan menjadi Qadli di sini?
Sejak sekian tahun, jawabku.
Lalu orang itu bertanya lagi,
Berapa jumlah kayu atap tempat (majlsi) ini?
Namun karena tidak tahu, aku berkata kepadanya,
Kebenaran berada di pihakmu.! Kemudian aku menerima
kesaksiannya.
Ketika Iyas telah berumur tujuh puluh enam tahun, dia melihat
di dalam mimpinya bahwa dirinya dan ayahnya masing-masing
menunggangi kuda, lalu keduanya berbalapan, namun anehnya
dia tidak bisa membalap ayahnya dan ayahnya juga tidak bisa
membalapnya. Saat meninggal dunia dulu, ayahnya berumur
tujuh puluh enam tahun.
Pada suatu malam, Iyas rebahan di atas tempat tidurnya dan
berkata kepada keluarganya,
Tahukah kalian malam apa ini?
Mereka menjawab, Tidak.
Iyas berkata,
Pada malam ini, ayahku melengkapi umurnya (wafat).
Dan pada pagi harinya, mereka menemukannya telah wafat.
Mudah-mudahan Allah merahmati Iyas, sang Qadli. Sungguh
dia adalah orang langka dan tanda keajaiban zaman dalam hal
kecerdikan, kecerdasan, mencari kebenaran dan menggapainya.
CATATAN:
Sebagai bahan tambahan tentang biografi Iyas bin Muawiyah
al-Muzanni, silahkan rujuk: