Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perguruan Tinggi Muhammadiyah Makassar didirikan oleh Pimpinan
Wilayah Muhamadiyah Sulawesi Selatan dan Tenggara sebagai hasil karya
Panitia Pendiri yang dibentuk pada Musyawarah Wilayah Sulawesi Selatan
dan Tenggara ke 24 di Kabupaten Watan Soppeng pada tanggal 5 september
1962, dengan Fakultas Ilmu Penelitian. Pada tahun 1966-1967, Universitas
Muhammadiyah Makassar dengan menempati gedung Sekolah China yang
pada tahun 1966.
Setelah melalui beberapa tahap persiapan di tingkat Universitas seperti,
penandatanganan MOU kerja sama dengan Fakultas Kedokteran UNHAS dan
Rumah sakit Syekh Yusuf Gowa, maka pada tahun 2007 proposal pendirian
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UNISMUH diusulkan ke DIKTI
jakarta. Dari hasil usulan tersebut maka pada tanggal 16-17 Mei 2008 oleh
tim KKI (konsil kedokteran Indonesia) melakukan visitasi ke Universitas
Muhamadiyah untuk
melihat
kelayakan
pembukaan
program studi.
Alhamdullilah dengan segala rasa syukur kepada Allah SWT, pada tanggal 29
juli 2008 keluarlah izin operasional dari Dirjen Dikti Program Studi
Kedokteran dengan No.2422/D/T/2008.
Program kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Unismuh merupakan suatu bentuk pendidikan profesi dokter
untuk belajar dari pengalaman kerja praktis di puskesmas, dengan adaya
program ini dapat diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan dalam
melakukan identifikasi masalah, analisis dan penyelesaian masalah serta
penerapan ilmu dan tekhnologi khususnya dibidang kesehatan masyarakat.
Kegiatan kepaniteraan klinik IKM merupakan salah satu langkah yang di
tempuh untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman sesuai
disiplin ilmu yang dimiliki, dengan adanya kegiatan ini diharapkan adanya
hubungan timbal balik antara dokter muda dengan institusi setempat dalam
usaha memberikan masukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan
bersama.
Dalam tugas tutorial ini akan dibahas mengenai Demam Berdarah
Dengue yang merupakan masalah kesehatan masyarakat di Asia Tenggara,
setelah Perang Dunia II, ada kenaikan yang dramatis dalam jumlah dan
frekuensi epidemik penyakit DBD di Asia Tenggara. Demam Berdarah
Dengue merupakan penyakit menular yang berhubungan dengan kondisi
lingkungan dan perumahan termasuk kondisi sanitasi dasar. Rumah yang
sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu
rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan
sampah sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan
hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.
Rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan
beresiko akan menjadi sumber penularan berbagai jenis penyakit dan dapat
mempengaruhi tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti yang dapat
menularkan penyakit demam berdarah.
Wilayah kerja Puskesmas Toddopuli Kelurahan Paropo RW 01 terdapat
beberapa lorong, khususnya lorong 7, 8, dan 12 termasuk daerah yang akses
sanitasinya rendah, masih banyak masyarakat yang tidak memiliki rumah
sehat dan ventilasi rumah yang kurang.
Pada tahun 2015 terdapat 4 penderita DBD diwilayah kerja puskesmas
Toddopuli yang didominasi oleh anak-anak, penyakit DBD merupakan salah
satu penyakit berbasis lingkungan yang dapat menyebabkan kematian apabila
tidak dilakukan pengendalian terhadap faktor lingkunagn dan penderita yang
di diagnosa terserang DBD harus secepatnya dibawah kerumah sakit atau
tempat kesehatan lainnya.
Yang dimana akan dilakukan survei pada wilayah kerja Puskesmas
Toddupuli yang merupakan puskesmas baru pengembangan dari Puskesmas
Batua yang terletak di Jl. Toddupuli Raya No.96 dan dipimpin oleh drg. Hj.
Yayi Manggarsari, M.Kes. dan terkhusus survei dilakukan pada RW 01 lorong
7,8, dan 12 Kel. Paropo Kec. Panakkukang Kota Makassar yang dimana
merupakan daerah endemik untuk penyakit DBD.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana angka morbiditas penyakit Deman Berdarah Dengue di RW 01
kelurahan Paropo tiap tahunnya?
C. Tujuan Tutorial Klinik
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui program program kerja Puskesmas Toddopuli.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menurunkan angka morbilitas penyakit DBD di RW 01
Kelurahan Paropo.
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit DBD.
D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Institusi
Dapat memperkaya khasanah dunia kerja melalui informasi yang
diperoleh dari lapangan sehingga dapat melakukan penyesuaian materi
perkuliahan terhadap tuntutan dunia kerja yang pada akhirnya dapat
menghasilkan dokter-dokter yang lebih kompetitif.
2. Bagi Puskesmas
Dengan mengetahui peningkatan kasus demam berdarah di Puskesmas
Toddopuli, diharapkan puskesmas dapat menindaklanjuti masalah tersebut.
3. Bagi Dokter Muda
Dokter muda dapat menimbah pelajaran praktis klinis lapangan dan
membandingkan ilmu yang diperoleh dengan dunia kerja yang
sesunguhnya sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi
kompetisi pasca pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus genus Flavivirus famili
Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu den-1, den-2, den-3 dan den-4
melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti. Serotipe virus dengue
(DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4) secara antigenik sangat mirip satu
dengan lainnya, tetapi tidak dapat menghasilkan proteksi silang yang lengkap
setelah terinfeksi oleh salah satu tipe. Keempat serotipe virus dapat
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Serotipe DEN-3 merupakan
serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan
manifestasi klinik yang berat.
B. Epidemiologi
Di Indonesia, pertama sekali dijumpai di Surabaya pada tahun 1968 dan
kemudian disusul dengan daerah-daerah yang lain. Jumlah penderita
menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ketahun, dan penyakit ini
banyak terjadi di kota-kota yang padat penduduknya. Akan tetapi dalam tahun
tahun terakhir ini, penyakit ini juga berjangkit di daerah pedesaan.
Berdasarkan penelitian di Indonesia dari tahun 1968-1995 kelompok umur
yang paling sering terkena ialah 5 14 tahun walaupun saat ini makin banyak
kelompok umur lebih tua menderita DBD. Saat ini jumlah kasus masih tetap
tinggi rata-rata 10-25/100.000 penduduk, namun angka kematian telah
menurun bermakna < 2%.
C. Cara Penularan
Virus yang ada di kelenjar ludah nyamuk ditularkan ke manusia melalui
gigitan. Kemudian virus bereplikasi di dalam tubuh manusia pada organ
targetnya seperti makrofag, monosit, dan sel Kuppfer kemudian menginfeksi
sel-sel darah putih dan jaringan limfatik. Virus dilepaskan dan bersirkulasi
dalam darah. Di tubuh manusia virus memerlukan waktu masa tunas intrinsik
4-6 hari sebelum menimbulkan penyakit. Nyamuk kedua akan menghisap
virus yang ada di darah manusia. Kemudian virus bereplikasi di usus dan
organ lain yang selanjutnya akan menginfeksi kelenjar ludah nyamuk.
Virus bereplikasi dalam kelenjar ludah nyamuk untuk selanjutnya siap-siap
ditularkan kembali kepada manusia lainnya. Periode ini disebut masa tunas
ekstrinsik yaitu 8-10 hari. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak
dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama
hidupnya.
D. Ciri - Ciri Nyamuk Penyebab Penyakit DBD
Ciri-ciri
nyamuk
Aedes
Aegypti
berikut
ini
terbang
rata-rata
hingga
14
hari
ketinggian
dan
mampu
100
hidup
meter.
2-3
bulan.
E. Gejala Utama
1. Demam
Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung selama 2 7
hari, naik turun (demam bifosik). Kadang kadang suhu tubuh sangat
tinggi sampai 400C dan dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam
merupakan fase kritis pada demam berdarah dengue. Pada saat fase
demam sudah mulai menurun dan pasien seakan sembuh hati hati
karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari ketiga
dari demam.
molekular. Di antara tiga jenis uji etiologi, yang dianggap sebagai baku emas
adalah metode isolasi virus. Namun, metode ini membutuhkan tenaga
laboratorium yang ahli, waktu yang lama (lebih dari 12 minggu), serta biaya
yang relatif mahal. Oleh karena keterbatasan ini, seringkali yang dipilih
adalah metode diagnosis molekuler dengan deteksi materi genetik virus
melalui pemeriksaan reverse transcriptionpolymerase chain reaction (RTPCR). Pemeriksaan RT-PCR memberikan hasil yang lebih sensitif dan lebih
cepat bila dibandingkan dengan isolasi virus, tapi pemeriksaan ini juga relatif
mahal serta mudah mengalami kontaminasi yang dapat menyebabkan
timbulnya hasil positif semu. Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan
adalah pemeriksaan serologi, yaitu dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti
dengue. Imunoserologi berupa IgM terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat
sampai minggu ke 3 dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer,
IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, sedangkan pada infeksi sekunder dapat
terdeteksi mulai hari ke 2.
Salah satu metode pemeriksaan terbaru yang sedang berkembang adalah
pemeriksaan antigen spesifik virus Dengue, yaitu antigen nonstructural
protein 1 (NS1). Antigen NS1 diekspresikan di permukaan sel yang terinfeksi
virus Dengue. Masih terdapat perbedaan dalam berbagai literatur mengenai
berapa lama antigen NS1 dapat terdeteksi dalam darah. Sebuah kepustakaan
mencatat dengan metode ELISA, antigen NS1 dapat terdeteksi dalam kadar
tinggi sejak hari pertama sampai hari ke 12 demam pada infeksi primer
Dengue atau sampai hari ke 5 pada infeksi sekunder Dengue. Pemeriksaan
antigen NS1 dengan metode ELISA juga dikatakan memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi (88,7% dan 100%). Oleh karena berbagai keunggulan
tersebut, WHO menyebutkan pemeriksaan deteksi antigen NS1 sebagai uji
dini terbaik untuk pelayanan primer.
Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak dan lateral dekubitus
kanan) dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama
pada hemitoraks dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat
ditemukan pada kedua hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula
pasien
DHF
adalah
trombositopenia
(<
100.000/ul)
dan
dijumpai
pada
hari
ke
3-8
sejak
timbulnya
demam.
dan
trombositopeni,
dan
banyak
diantaranya
penderita
CSF
(Colony Stimulating
Factor)
akan
merangsang
neutrophil, oleh pengaruh ICAM 1 Neutrophil yang telah terangsang oleh CSF
akan mudah mengadakan adhesi. Neutrophil yang beradhesi dengan endothel
akan mengeluarkan lisosim yang akan menyebabkan dinding endothel lisis dan
akibatnya endothel terbuka. Neutrophil juga membawa superoksid yang termasuk
dalam radikal bebas yang akan mempengaruhi oksigenasi pada mitochondria dan
siklus GMPs. Akibatnya endothel menjadi nekrosis, sehingga terjadi kerusakan
komponen-komponennya,
baik
komponen
perantara
maupun
komponen
struktural virus. Setelah komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam
sel. Proses perkembangan biakan virus DEN terjadi di sitoplasma sel. Semua
flavivirus memiliki kelompok epitop pada selubung protein yang menimbulkan
cross reaction atau reaksi silang pada uji serologis, hal ini menyebabkan
diagnosis pasti dengan uji serologi sulit ditegakkan. Kesulitan ini dapat terjadi
diantara ke empat serotipe virus DEN. Infeksi oleh satu serotip virus DEN
menimbulkan imunitas protektif terhadap serotip virus tersebut, tetapi tidak ada
cross protektif terhadap serotip virus yang lain. Secara in vitro antibodi
terhadap virus DEN mempunyai 4 fungsi biologis: netralisasi virus; sitolisis
komplemen; Antibody Dependent Cell-mediated Cytotoxity (ADCC) dan
Antibody Dependent Enhancement.
Virion dari virus DEN ekstraseluler terdiri atas protein C (capsid), M
(membran) dan E (envelope), sedang virus intraseluler mempunyai protein premembran atau pre-M. Glikoprotein E merupakan epitop penting karena : mampu
membangkitkan antibodi spesifik untuk proses netralisasi, mempunyai aktifitas
hemaglutinin, berperan dalam proses absorbsi pada permukaan sel, (reseptor
binding), mempunyai fungsi biologis antara lain untuk fusi membran dan
perakitan virion. Antibodi memiliki aktifitas netralisasi dan mengenali protein E
yang berperan sebagai epitop yang memiliki serotip spesifik, serotipe-cross
reaktif atau flavivirus-cross reaktif. Antibodi netralisasi ini memberikan proteksi
terhadap infeksi virus DEN. Antibodi monoclonal terhadap NS1 dari komplemen
virus DEN dan antibodi poliklonal yang ditimbulkan dari imunisasi dengan NS1
mengakibatkan lisis sel yang terinfeksi virus DEN. Antibodi terhadap virus DEN
secara in vivo dapat berperan pada dua hal yang berbeda :
a. Antibodi netralisasi atau neutralizing antibodies memiliki serotip
spesifik yang dapat mencegah infeksi virus.
b. Antibodi non netralising serotipe memiliki peran cross-reaktif dan dapat
meningkatkan infeksi yang berperan dalam patogenesis DBD dan DSS.
PERSANGKAAN DBD
BAGAN I
TATALAKSANAc.KASUS
DBD
Tanda TERSANGKA
kebocoran plasma
hipoproteinemia, hiponatremia.
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu kriteria laboratorium ( atau
hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan diagnosis DBD.
Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu:
-
Derajat 4 : Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah
tidak terukur.
I. Diagnosis Banding
-
DBD
ISK
Malaria
Faringitis
J. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan meliputi: atasi segera hipovolemi, lanjutkan
penggantian cairan yang masih terus keluar dari pembuluh darah selama
12-24 jam , atau paling lama 48 jam, koreksi keseimbangan asam-basa,
beri darah segar bila ada perdarahan hebat.
Klinis membaik
Ht tidak naik
Trombosit baik
Gejala klinis:
Demam 2-7 hari
Uji Torniquet (+) atau perdarahan spontan
Lab:
Ht tak meningkat / Ht < 42 vol%
Trombositopenia (ringan)
Kesadaran menurun
K. Komplikasi
Kesadaran membaik
1. Nadi
Perdarahan
gastrointestinal masif,
teraba kuat
Tekanan nadi > 20 mmHg
2. Tidak
Ensepalopati,
sesak nafas/sianosis
3. Ekstremitas
Edema paruhangat
dan efusi pleura.
Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam
L. Prognosis
Tergantung dari beberapa faktor seperti, lama dan beratnya
renjatan, waktu, metode, adekuat tidaknya penanganan; ada tidaknya
rekuren syok yang terjadi terutama dalam 6 jam pertama pemberian infus
dimulai, panas selama renjatan, tanda-tanda serebral.
M. Cara Mencegah Penyakit DBD
Prinsip dasar pencegahan penyakit demam berdarah adalah dengan memutus
rantai kehidupan nyamuk termasuk telur, jentik dan nyamuk aedes aegypti
dewasa.
Cara Memberantas Nyamuk Aedes Aegypti
Pemberantasan sarang nyamuk 4M dan 4M plus :
Melaksanakan 4M, yaitu:
a. Menguras tempat penampungan air bersih sekurangkurang seminggu sekali.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan
c. Mengumpul, mengubur atau memanfaatkan barangbarang bekas yang dapat menampung air.
d. Memantau jentik nyamuk secara berkala.
Melaksanakan 4M Plus. Yang dimaksud dengan Plus disini adalah tambahan
dari 4M di atas, yaitu :
mengeringkan
tempat-tempat
yang
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TODDOPULI
Puskesmas Toddupuli merupakan puskesmas baru yang merupakan
pengembangan dari Puskesmas Batua yang terletak di Jl. Toddupuli Raya No.96
dan dipimpin oleh drg. Hj. Yayi Manggarsari, M.Kes. Dahulu Puskesmas
Toddupuli merupakan PUSTU (puskesmas pembantu) dari Puskesmas Batua,
dan akhirnya sekitar 6 November 2013 Pustu Puskesmas Batua ini dijadikan
puskesmas yang dinamakan Puskesmas Toddopuli.
Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Todupulli sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kelurahan Panaikang
b. Sebelah Barat : Kecamatan Pandang/Karampuang
c. Sebelah Timur : Kecamatan Tello Baru Batua
d. Sebelah Selatan : Kelurahan Pandang/Borong
Pada waktu itu Puskesmas Toddopuli hanya memberikan pelayanan kepada
pasien
rawat jalan
dengan pegawai
dengan
melakukan
kegiatan-kegiatan
diantaranya
imunisasi,
VISI
MISI
Motto :
B. Keadaan Demografi
1. Luas wilayah
2. Jumlah KK
3. Jumlah penduduk
a. Laki-laki
b. Perempuan
: 1.170.138 M3
: 3.594 KK
: 16.271 orang (BPS, 2014)
: 7.944 orang
: 8.327 orang
a. Layanan Kesehatan
1) Puskel (puskesmas Keliling)
2) Posyandu
- Bayi dan Balita
- Lansia
3) Promosi Kesehatan
4) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
5) Home Care
6) Layanan darurat 24 jam/hari
b. Program Inovasi Lorong Sehat
Lorong Sehat (longset mandengeng) terletak di wilayah Kec.
Panakukang Kelurahan Paropo di RW. 07 A, RT. A lr. 08 Makassar dan
berada di Jalan Batua Raya berdekatan dengan wilayah Kelurahan Tello
Baru dan Kelurahan Batua Kecamatan Manggala.
BAB IV
HASIL SURVEI
Tabel IV.1
Tabel Distribusi Kasus DBD Di Puskesmas Toddopuli
Januari Desember 2014
Okt
Nop
Des
sept
Agust
Apr
Jul
Mar
Juni
Feb
Mei
Jan
Jumlah
Kasus
Tabel IV.2
Tabel Distribusi Kasus DBD Di Puskesmas Toddopuli
Okt
Nop
Des
sept
Agust
Jul
Apr
Juni
Mar
Mei
Feb
Jumlah
Jan
Kasus
Tabel IV.3
Tabel Distribusi Kasus DBD Di Puskesmas Toddopuli
Januari Maret 2016
Okt
Nop
Des
sept
Agust
Apr
Jul
Mar
Juni
Feb
Mei
Jan
Jumlah
Kasus
Grafik IV.1
Perbandingan Jumlah Kejadian Kasus DBD
Tahun 2014 - 2016
7
6
5
4
Kasus DBD
3
2
1
0
2014
2015
2016
bulan April sebanyak 1 orang penderita. Ini dikarenakan pada rentang waktu
tersebut adalah musim hujan. Jumlah penderita DBD pada tahun 2016 paling
tinggi di bulan Februari dan mengalami penurunan di bulan berikutnya yaitu pada
bulan Maret dan April.
Penyakit DBD berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat. Masyarakat yang kurang peduli kebersihan lingkungan dan ancaman
penyakit berbahaya merupakan lokasi yang sangat baik sebagai endemik DBD.
Meningkatnya kasus DBD dan semakin meluasnya wilayah yang terkena
disebabkan karena semakin kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga
keberhasilan lingkungan, terutama di saat musim hujan. Untuk itu, diperlukan
kesadaran dan peran aktif semua lapisan masyarakat untuk mengenyahkan demam
berdarah dengue dari lingkungan sekitar tempat tinggal.
TUJUAN
KEGIATAN
LOKASI
WAKTU
BIAYA
Rp. 500.000
PELAKSAN
A
Deteksi Dini
Puskesma
Tiap
Pengelola P2
Penderita DBD
Minggu
Wilayah
Tiap
PKM
terjadi
DBD &
Kasus
Surveylans
DBD
Mengetahui
DBD
Penyelidiakan Epidemiologi (PE)
Luas Penularan
Penyakit DBD
Mencegah
terjadinya
Pengelola
Wilayah
Tiap
Rp. 1.000.000 /
Petugas
PKM
terjadi
fogging
Penyemprotan
Rp. 500.000/
Sanitarian +
penularan lebih
Rp. 1.500.000
kasus
DBD
Mengetahui
sesuai hasil PE
Survey jentik
Wil PKM
Musim
KET
daerah2 potensi
Hujan
kali
DBD
5
Menghentikan
DBD
Abatesasi
Wil PKM
rantai
6
penularan DBD
Mencegah
Kerja Bakti dan Jumat Bersih
berkembangny
a jentik
nyamuk DBD
Pengelola
Musim
Rp. 500.000/
Sanitarian +
Hujan
kali
Pengelola
Wilayah
Tiap
Rp. 100.000/
DBD
Petugas +
PKM
Jumat
kali
Masyarakat