You are on page 1of 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti merangsang.Hormon
yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin langsung disekresikan ke dalam darah
karena tidak memiliki saluran sendiri.Sistem kerja hormon berdasarkan
mekanisme umpan balik. Artinya, kekurangan atau kelebihan hormon tertentu
dapat mempengaruhi produksi hormon yang lain. Hal ini disebut homeostasis,
yang berarti seimbang.
Korteks adrenal menghasilkan beberapa hormon steroid, yang paling
penting adalah kortisol, aldosteron dan androgen adrenal. Kelainan pada kelenjar
adrenal menyebabkan endokrinopati yang klasik seperti sindroma Cushing,
penyakit Addison, hiperaldosteronisme dan sindroma pada hiperplasia adrenal
kongenital. Kemajuan dalam prosedur diagnosis telah memudahkan evaluasi
kelainan adrenokortikal, terutama penentuan plasma glukokortikoid, androgen dan
ACTH telah memungkinkan diagnosis yang lebih cepat dan tepat . Saat ini
kemajuan pengobatan kedokteran telah dapat memperbaiki nasib sebagian besar
penderita dengan kelainan ini.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Jelaskan anatomi dan fisiologi adrenal beserta hormone yang dihasilkan
1.2.2 Jelaskan Obat-obat hormone adrenokortikosteroid

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fsiologi Kelenjar Adrenal
Anak ginjal atau kelenjar adrenal adalah organ kecil yang letaknya
berdampingan dengan ginjal pada bagian atas-dalamnya (lat. ad = dekat, ren =
ginjal). Organ ini terdiri dari bagian sumsum dan bagian kulit.

1. Medulla (=sumsum) adalah bagian dalam yang membentuk neurohormon


adrenalin / epinefrein dan Hormon Androgen.
2. Cortex (=kulit) adalah bagian luar yang menghasilkan tiga jenis hormon
steroida, yaitu:
a) glukokortikoida: kortisol (hidrokortison), yang terutama berkhasiat
terhadap metabolisme kaarbohidrat, juga mempengaruhi banyak efek lain,
termaasuk pertukaran zat protein, pembagian lemak dan reaksi
peradangan. Sekresi ACTH (dan kortisol) yang memperlihatkan ritme
siang-malam (circadian) fisiologis, naik di waktu pagi disusul oleh
memuncaknya sekresi kortisol, yang sepanjang hari menurun lagi.
Produksi kortisol total berjumlah 20-30 mg sehari. Pada situasi stress

produksinya meningkat sampai 100-200 mg. Efek mineralkortikoteroidnya


jauh lebih ringan daripada aldosteron.
b) Mineralokortikoida: aldosteron serta
kortikosteron

dan

desoksikorton.

dua

prekusornya,

Hormon-hormon

ini

yaitu

terutama

mempengaruhi metabolisme garam dan air. Kedua precusor hanya ringan


kegiatannya, masing-masing 0,5 dan 3% daripada efek aldosteron.
Aldosteron dan kortikosteron juga memiliki efek glukokortikoida, lebih
kurang 30% dibandingkan dengan kortisol. Pada penggunaan garam dari
5-10 g sehari, produksi hormon ini berjumlah 0,1-0,2 mg sehari.
c) Hormon kelamin: produksi rendah dari testosteron
dan DHEA
(=dehidro-epi-androsteron), juga estrogen dan progestron.
Sintesa semua hormon tersebut di dalam anak-ginjal berlangsung
melalui kolesterol, seperti juga sintesa hormon-hormon kelamin dalam
testes dan ovaria. Garis besar reaksi sintesa itu dilukiskan pada gambar di
bawah ini,

Gambar 1 : metabolisme kolesterol di anak ginjal dan sintesa DHEA serta steroida
lain

ACTH (kortikotropin) dari hipofisis menstimulir produksi kortisol yang


dikendalikan oleh hormon hipotalamus CRH (cortikotropin Releasing Hormon).
Sebagaimana telah kita ketahui produksi ACTH dihambat oleh kortisol melalui
mekanisme feedback negatif,juga bila diberikan dari luar. Sistem ini untuk
mudahnya disingkat sistem poros (axis) atau sistem HHA (HipotalamusHipofisis-Adrenal).
Aldosteron. Hormon pria ini berperan penting pada metabolisme
elektrolit. Produksinya tidak tergantung dari ACTH, melainkan dari sistem reninangiotensin-II, kadar natrium dan kalium, serta volume plasma yang mengalir
melalui ginjal. Selama berlangsung diet garam dapur secara ketat (misalnya pada
hipertensi) kedua nilai akan turun. Guna mencegah terlalu menurunnya tensi,
ginjal meningkatkan pelepasan enzim renin dengan akibatnya terbentuk
angiotensin. Peptida ini selain meningkatkan tekanan darah, juga menstimulir
produksi aldosteron oleh anak ginjal.
DHEA (dehidro-epi-androsteron, prasteron) berfungsi sebagai bahan
pangkal untuk pembentukan hormon-hormon kelamin. Di samping itu DHEA
berperan penting dalam metabolisme, sistem-imun dan sistem saraf pusat.
Produksinya 10-20 kali lebih banyak dibandingkan dengan kortisol dan mencapai
puncak sekitar usia 30 tahun untuk kemudian berangsur-angsur menurun sampai
tingkat 10-20% pada usia 80 tahun. Hanya dalam keadaan stress kronis produksi
kortisol melebihi DHEA; pria lebih banyak membentuknya daripada wanita.
Hewan menyusui tidak membentuk DHEA, kecuali orang utan (monyet).
Sejak awal tahun 1990-an, DHEA dianjurkan sebagai smart drug (obat
pinter) untuk menghambat proses menua dan memperpanjang harapan hidup
(life extension). Di Perancis penelitian mengenai penggunaannya sebagai obat
dipimpin oleh Prof E. Baulieu.
2.2 Obat-obat Homon Adrenokortikoid dan Kortikosteroid
2.2.1 Obat Hormon Glukokortikoida:

1) Kortisol (hidrokortison)
Penggunaan hidrokortison dengan dosis tinggi yang sering kali diperlukan
dalam terapi acapkali terganggu oleh efek-efek sampingnya, seperti retensi air dan
garam/air, udema dan hipertensi. Dengan demikian telah disintesa banyak derivat
dengan maksud memperkuat efek-efek glukokortikoid dan antiradangnya dengan
menghilangkan sebanyak mungkin efek mineralokortikoidnya. Zatzat ini sering
kali digunakan padda dermato-farmakoterapi.
Derivat-derivat yang kini tersedia dapat dibagi secara kimiawi dalam dua
kelompok, yaitu deltakortikoida dan fluorkotikoida.
a. Deltakortikoida: predniso(lo)n, metilprednisolon, budesonida, desonida dan
prednikarbat. Zat-zat ini berbeda dari kortisol dengan adanya ikatan-ganda
paa C1-2 (delta 1-2), karena itu namanya demikian. Daya glukokortikoidnya
k.1.5 x lebih kuat dan daya mineralonya lebih ringan dibandingkan degan
kortisol, sedangkan lama kerjanya k.1.2 nya lebih panjang.
b. Fluorkortikoida: betametason, deksametason, triamsolon, dll (lihat di
bawah) merupaka turunan fluor dari prednisolon dengan 1 atau 2 atom fluor
pada C6 atau / dan C9 dalam posisi alfa. Daya glukokortikoid dan anti
radangnya 10-30 x lebih kuat daripada kortisol, daya mineralonya praktis
hilang sama sekali. Plasma-t1/2-nya lebih panjang (3-5 jam) karena
perombakannya dalam hati dipersullit oleh adanya substituen-fluor, maka
efeknya juga bertahan 3-5x lebih lama.
Penggunaan sistemisnya tidak menguntungkan dibandingkan prednisolon,
karena efek sampingnya umumnya juga sebanding lebih kuat. Maka zat ini hanya
digunakan bila predniso(lo)n diperlukan dalam dosis yang terlampau tinggi.
Khususnya ketiga zat tersebut di atas banyak digunakan secara oral dan
parenteral.
Penggunaan dermalnya dalam salep/krem banyak sekali, begitu pula
penyalahgunaannya karena lebih manjur daripada hidrokortison. Tetapi seringkali

penyakit lebih cepat kambuh lagi, sedangkan efek sampingnya pada penggunaan
sembarangan bisa hebat, seperti kulit menjadi tipis dan mudah terluka dll.
Indikasi
Indikasi

terpenting

dimana

glukokortikoida

telah

membuktikan

keampuhannya adalah pada gangguan-gangguan berikut:


1. asma hebat yang akut atau kronis, misalnya status asmaticus, tetapi
kerjanya lebih lambat daripada 2-mimetika. Inhalasi (spray, aerosol)
merupakan terapi baku (standar) pada asma kronis, umumnya bersama
suatu 2-mimetikum.
2. Radang-usus akut (colitis ulcerosa, penyakit Crohn)
3. Penyakit auto-imun , dimana sistem imun terganggu dan menyerang
jaringan tubuh sendiri. Kortikoida menekan reaksi imun dan meredakan
gejala penyakit, misalnya pada rema, MS, (multiple sclerosis), SLE
(systemic lupus erythemalosus), scleroderma, anemia hemolitis, p. Crohn
dan colitis.
4. Sesudah transplantassi organ, bersama sikosporin atau azatioprin untuk
mencegah penolakannya oleh sistem-imun tubuh.
5. Kanker, bersama onkolitika dan setelah radiasi X-ray, untuk mencegah
pembengkakan dan udema (khususnya deksametason). Juga sebagai
antiemetikum, bersama obat-obat lain untuk prevensi mual dan muntah
akibat penggunaan sitostatika.

Efek samping
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Imunosupresi,
Atrofia dan kelemahan otot (myopati steroid)
Osteoporosis
Merintangi pertumbuhan
Atrofia kulit
Diabetogen
Gejala cushing
Antimitosis

Prednisone

Mekanisme

kerja:

Kortikosteroid

bekerja

dengan

mempengaruhi

kecepatan sintesis protein. Molekul hormone memasuki sel melewati


membrane plasma secara difusi pasif. Hanya di jaringan target hormone ini
bereaksi degan reseptor protein yg spesifik dlm sitoplasma sel dan
membentuk kompleks reseptor-steroid. Komplek ini mengalami perubahan

konformasi, lalu bergerak menuju nucleus dan berikatan dgn kromatin.


Indikasi: Reumatisme ,demam reumatik, alergi pada asma bronkial
Kontra indikasi: Tukak lambung, TBC aktif,hipertensi, gangguan
neurologic, gangguan hati & ginjal, DM.

Efek samping: Gangguan keseimbangan cairan tubuh & elektrolit,


gngguan muskoloskeletal,gngguan GI,gangguan dematologik,gangguan

neurologic,gangguan endokrin.
Dosis: Dewasa : 1-4 tab/hari
Sediaan paten: Prednison Novarindo.

Dexamethasone

Indikasi: Alergi dan peradangan yang berespon baik terhadap terapi

kortikosteroid
Kontraindikasi: Ulkus peptic,osteoporosis, infeksi akut, laktasi
Efek samping: Retensi cairan & elektrolit, meningkatkan kemungkinan
infeksi,

gangguan

pertumbuhan,

Sindroma

Cushing,amenorea,

Hiperhidrosis, gangguan mental.


Dosis: Tab dws 1 tab 2-4 x/hr.Anak 0,006-0,04 mg/kg/BB atau
0,235-1,25 mg/m 1-2 x/hr (IM/IV)
Sediaan paten: Dexa-M (Dexa Medica)

Metilprednisolon

Indikasi: Kelainan endokrin, kolagen, asma bronchial, rhinitis alergi,

dermatitis
Konra indikasi: TBC, infeksi jamur sistemik, pemberian vaksinasi,
menyusui, osteoporosis berat.
7

Efek samping: Retensi Na & cairan , gangguan penyembuhan

luka,gangguan metabolisme karbohidrat, gangguan otot.


Dosis: Awal : 4-48 mg/ hari kemudian diturunkan bertahap sampai dosis

efektif terendah utk pemeliharaan Anak : 0,8-1,1 mg/kg bb


Sediaan paten: Lameson (Lapi)

Triamsinolon 4 mg

Indikasi: AR dan demam reumatik, asma bronchial, rhinitis vasomotor,

leukemia, limfosarkoma, peny. Hodengankin, fibrosis paru, bursitis akut.


Kontra indikasi: TBC aktif, laten atau menyembuh, psikosis akut
Efek samping: Fraktur spontan, ulkus peptikum, perubahan cushingoid,
purpura, kemerahan pada muka, berkeringa, akne. Striae, hirsutisme,
vertigo, sakit kepala, tromboemboli, nekrosis asetik, angiitis nekrotik,
pankreatitik akut, esofagitis ulseratif, lemah otot, peningkatan TIK, papil

edema,
Dosis: Dewasa : sehari 4-48 mg
Sediaan: Kenacort (Bristol-Myers Squibb)

2.2.2 Obat Hormon Mineralokortikoida


1) ACTH
ACTH merupakan rantai lurus polipeptida, yang pada manusia terdiri dari
39 asam amino.
Mekanisme kerja
Setelah ACTH bereaksi dengan reseptor hormon yan spesifik di membran
sel korteks adrenal, terjadi perangsangan sintesis adrenokortikosteroid pada
jaringan target tersebut melalui peningkatan aktivitas adenil-siklase sehingga
terjadi peningkatan sintesis siklik-AMP. Tempat kerja siklik-AMP pada
steroidogenesis ialah pada proses pemecahan rantai cabang kolesterol dengan
oksidasi, proses ini menghasilkan pregnenolon.

Pengaruh ekstra-adrenal ACTH antara lain dapat diilhat pada warna kulit
kosok yang disolasi. Hormon ini menyebabkan warna kulit tersebut menjadi lebih
hitam. Hal ini mungkin disebabkan karena hewan gugus asam amino ke-1 sampai
ke-13 identik dengan gugus asam amino yang terdapat pada -MSH instrinsik
pada ACTH.
Farmakokinetika
ACTH tidak efektif bila diberika per oral karena akan dirusak oleh enzim
proteolitik dalam saluran cerna. Pada pemberian IM, ACTH diabsorpi dengan
baik.
Setelah pemberian IV, ACTH cepat menghilang dari sirkulasi; pada
manusia masa paruhnya kira-kira 15 menit. ACTH yang ditemukan dalam urin
tidak mempunyai aktivitas biologis yang berarti. Ini menujukkan bahwa hormon
tersebut mengalami inaktivasi si jaringan.
Besarnya efek ACTH pada korteks adrenal tergantung dari cara
pemberiannya. Pemberian infus ACTH 20 unit terus menerus salama waktu yang
bervariasi dari 30 detik sampai 48 jam, menyebabkan sekresi adrenokortikosteroid
yang linier sesuai dengan waktu infus. Bila ACTH diberikan secara IV cepat,
sebagian besar hormon ini tidak akan bekerja pada korteks adrenal.
Saat ini ada ACTH sintetik yang lebih terpilih untuk pemakaian klinik
yaitu kosintropin.
Indikasi
ACTH banyak digunakan untuk membedakan antara insufisiensi adrenal
primer dan sekunder. Pada insufisiensi primer kelenjar adrenal mengalami
gangguan, sehingga pemeberian ACTH tidak akan menyebabkan peninggian
kadar kortisol dalam darah. Sebaliknya, pada insufisiensi sekunder gangguan
terletak di kelenjar hipofisis, sehingga pemberian ACTH akan menyebabkan
peninggian kadar kortisol darah.

Dahulu ACTH sering digunakan untuk mengobati insufisiensi adrenal dan


penyakit nonendokrin lain yang memerlukan glukokortikoid, tetapi hasilnya
kurang dapat dipercaya dan kurang menyenangkan bil dibandingkan dengan
kortikosteroid. Pemberian ACTH juga akan merangsang sekresi mineralokortikoid
sehingga dapat menyebabkan retensi air dan elektrolit. Berbeda dengan pemberian
glukokortikoid, penggunaan ACTH menyebabkan jaringan memperoleh bukan
hanya glukokortikoid, tetapi juga mineralkortikoid dan androgen. Karena alasan
tersebut di atas, ACTH jarang digunakan untuk pengobatan yang bertujuan
mendapatkan efek glukokortikoid.
ACTH sekarang ini masih digunakan antara lain untuk mengatasi : neuritis
optika, miastenia gravis, dan sklerosis multipel.
Efek samping
ACTH dapat menyebabkan timbulnya berbagai gejala akibat peningkatan
sekresi hormon korteks adrenal. Selain itu hormon ini dapat pula menyebabkan
eaksi hipersensitivitas, mulai dari yang ringan sampai syok dan kematian. Reaksi
terhadap kosintropin lebih jarang terjadi. Peningkatan sekresi mineralokorrtikoid
dan androgen menyebabkan lebih sering terjadi alkalosis hipokalemik (aibat
retensi Na) dan akne bila dibandingkan dengan pemberian kortisol sintetik.
Sediaan dan posologi

Kortikotropin USP, larutan steril untuk pemakaian IM atau IV. Sediaan ini

berasal dari hipofisis mamalia.


Kortikotropin repositoria, merupakan larutan ACTH murni dalam gelatin

untuk suntikan IM atau SK, dengan dosis 40 unit, diberikan sekali sehari.
Kortikotropin seng hidroksida USP, suspensi untuk pemberian IM.
Diberikan sekali sehari dengan dosis 40 unit.
Kosintropin, peptida sintetik yang dapat diberikan IM atau IV, dosis 0,25

mg ekuivalen dengan 25 unit.

10

2) Aldosteron
Aldosteron disintesis terutama di zona glomerulus dari korteks adrenal.laju
sekresi aldosteron merupakan subjek untuk dilakukan berbagai pengaruh.ACTH
menyebabkan stimulasi sedang dari rilisnya,tetapi efek tersebut tidak bertahan
lebih dari beberapa hari pada individu normal.meskipun aldosteron tak kurang
dari sepertiga efektivitas cortisol dalam menekan ACTH,jumlah aldosteron yang
di produksi oleh korteks adrenal tidak cukup untuk berperan serta dalam kontrol
umpan balikyang bermakna untuk sekresi ACTH.
Sesudah hipofisektomi dan eliminasi total ACTH,sekresi aldosteron
menurun secara bertahap sampai kira kira separuh dari laju normal,yang berarti
bahwa faktor lainnya ( misalnya angiotensi) maupun mempertahankan dan diduga
mengatur sekresinya.variasi independen anatara sekresi cortisol dan aldosteron
dapat juga di tampilkan dengan menggunakan lesi pada sistem saraf,seperti
deserebrasi,yang menurunkan sekresi cortisol dan pada saat bersamaan
meningkatkan sekresi aldosteron.
Efek fisiologis dan farmakologis
Aldosteron dan steroid lain dengan sifat mineralkortikoid memicu
reabsobsi natrium dari tubulus pengumpul proksimal dan tubulus berbelit
(convulated) distalis,digabungkan dengan longgar ke ekresi kalium dan ion
hidrogen.reabsobsi natrium pada kelenjar keringat dan ludah,mukosa saluran
cerna,dan melalui membran sel pada umumnya juga meningkat.kadar aldosteron
berlebih yang diproduksi oleh tumor atau overdosis dengan mineralkortikoid
lainnya menyebabkan hipernatremia,hipokalemia,alkalosis metabolit peningkatan
volume plasma,dan hipertensi.
Mineralkortikoid

berkerja

dengan

cara

terikat

pada

reseptor

mineralkortikod pada sitoplasma sel target,terutama sel utam dari tubulus


pengumbung proksimalis dan tubulus berbelit distalis ginjal.kompleks reseptor
obat tersebut mengaktifkan serangkaian peristiwa yang serupa dengan yang telah
diuraikan tentang glukokortikoid
11

Perlu diperhatikan bahwa reseptor tersebut memiliki afinitas yang sama


untuk kortisol,yang terdapat dalam konsentrasi yang lebih besar pada cairan
ekstraseluler spesifik untuk mineralkortikoid pada situs tersebut diduga
digabungkan sedikitnya sebagian,dengan terdapatnya enzim 11 hydroxysteroid
dehydrogenase,yang mengubah cortisol menjadi cortisone .cortisone mempunyai
afinitas rendah terhadap reseptor dan diinaktivasi sebagai suatu mineralkortikoid
atau glukokortikoid
Metabolisme
Aldosteron diekresi pada kecepatan 100-200 g/hari pada individu normal
diet garam sedang.kadar plasma pada pria (dalam keadaan istirahat telentang) kira
kira 0,007g/dl.waktu paruh aldosteron yang disuntikkan dalam kuanitas yang
terlacak yaitu 15-20 menit,dan diduga tidak terikat kuat pada serum
protein.metabolisme aldosteron serupa dengan cortisol yaitu kira kira 50g/24
jam,yang

tampak

di

urine

dalam

bentuk

tetrahydroaldosteron

yang

terkonjungasi.sekitar 5-15g/24 jam disekresikan bebas atau sebagai 3 oxo


glucuronide.

2.2.3 Obat Hormon Hormon Kelamin


1) Estrogen dan antiestrogen
Estrogen dibutuhkan untuk perkembangan ciri seks sekunder,tetapi ia
menyebabkan juga hipertrofi miometrium dan hiperplasia endometrium.
Terdapat sedian estrogen alami (estradiol,estron dan estriol),dan sintetik
(etinil estradiol,mestranol,stilbestrol).untuk terapi pengganti hormon,estrogen
alami memperlihatkan efek yang lebih baik dari pada estrogen sintetik.

12

Estrogen diberikan secara berkala atau melanjut (continuous)dalam


pengobatan

berbagai

penyakit

akibat

difesiensi

estrogen

dan

penyakit

ginekolog.bila digunakan dalam jangka lama,dipelukan tambahan progesteron


untuk mencegah hiperplasia endometrium dan alih bentuk (transformasi) menuju
keganasan.tambahan progesteron ini tidak diperlukan pada pasien yang telah
menjalani histerektomi atau bila digunakan tibolon.
Terapi pengganti hormon (HRT)
gejala vasomotor dan vaginitis pada menopause dapat dikurangi dengan
pemberian estrogen dosis kecil.bukti klinis juga menunjukkan bahwa estrogen
dosis kecil yang diberikan sejak perimenoupose sampai beberapa tahun dapat
mengurangi kejadian osteoporosis.stroke dan infark miokard paskamenoupose.
Oleh karena itu HRT dugunakan untuk meraka yang sangat terganggu oleh
gejala vasomotor dan atrofi vagina.namun,harus disadari bahwa resiko kanker
endometrium dan kanker payudara meningkat setelah penggunaan beberapa tahun.
Estrogen diserap baik melalui kulit dan vagina sehingga dapat diberikan
secara trans dermal (dengan patch) maupun dioleskan pada vagina.sediaan topikal
pada

vagina

yang

diberikan

beberapa

minggu

efektif

untuk

atrofi

vagina.pengobatan ini dapat diulang bila perlu.untuk gejala vasomotor diperlukan


sediaan oral sedikitnya selama 1 tahun ditambah dengan progesteron pada wanita
yang uterusnya utuh.HRT diindikasikan juga pada menoupose dini(sebelum usia
45 tahun) yang alami atau paska bedah karena wanita demikian beresiko tinggi
untuk menderita osteoporosis.tetapi ini harus diberikan sampa usia 50 tahun atau
sampai 40 tahun berikutnya.
HRT yang lama mumnya memperlihatkan rasio manfaat atau resiko yang
baik pada wanita yang tidak memiliki uterus lagi.karena ini dapat diberikan
selama 10 tahun.tetapi rasio ini menjadi tidak jelas pada wanita yang uterusnya
utuh sebab keharusan menambahkan progesteron dapat menutupi daya lindung
estrogen terhadap infark miokard dan stroke.penyakit lain yang merupakan

13

predisposisi osteoporosis,kurus,kurang banyak gerak,merokok,alkoholisme,patah


tulang panggul atau lengan sebelum usia 65 tahun.
Risiko tromboemboli vena
Akhir akhir ini yang banyak bukti yang memperlihatkan meningkatnya
risiko trombosis vena dalam dan emboli paru pada wanita yang menjalani
HRT.tetapi bukti ini belum cukup kuat untuk menghentikan HRT pada wanita
yang tidak memiliki faktor risiko untuk terjadinya tromboemboli.pada wanita
yang menderita varises vena yang berat,kegemukan,lama berbaring atau punya
riwayat keluarga yang menderita trombosis atau emboli paru,pemberian HRT
harus diperhatikan benar karena resikonya mungkin lebih besar dari pada
manfaatnya.pembedahan ju7ga merupakan predisposisi untuk tromboemboli maka
resiko HRT mungkin meningkat
Pemilihan sediaan
Sediaan estrogen untuk HRT dosisnya rendah.pemilihannya sangat
tergantung

pada

pertimbangan

yang

cermat

tentang

indikasi,resiko,dan

kenyamanan sediaan.misalya untuk vaginitis,sediaan topikal dalam waktu singat


lebih baik.tetapi harus diperhatikan risiko dari penyerapan risiko dari penyerapan
yang sangat baik divagina.wanita yang tidak lagi memiliki uterus,dapat diberikan
estrogen melanjut jangka lama,sedangkan yang punya uterus lebih baik diberi
eksrogen untuk HRT ada dua macam yaitu,tunggal dan kombinasi dengan
progesogen.estrogen tunggal dapat diberikan peroral maupun transdermal.
Penggolongan obat
1. Estrogen untuk HRT
Indikasi:

defisiensi

gonad,HRT,kanker

payudara,osteoporosis

paska

menoupous,gangguan siklus haid dan kontrasepsi oral


Peringatan: penggunaan estrogen jangka lama tanpa diimbangi progesteron
meningkatkna resiko kanker endometrium pada wanita yang uterusnya

14

utuh.migren,riwayat fibroskistik payudara (periksa payudara secara berkala)


fibroid uterus dapat membesar,endometriosis ( gejala dapat kambuh ),predisposisi
tromboemboli (penyakit kandung empedu)
Kontra indikasi: kehamilan,kanker yang estrogen dependent,tromboflebitis aktif
atau tromboemboli,gangguan fungsi hati,perdarahan vagina yang belum jelas
penyabnya
Efek samping: mual dan muntah,berat badan bertambah,payudara membesar dan
nyeri,gejala mirip gejala pramenstrual,retensi cairan,perubahan funsi hati,ikterus
kolestatik,ruam kulit dan kloasma,depresi ,sakit kepala,iritasi dari lensa kontak.
2. EPIMESTROL
Indikasi : infertilitas tanpa ovulasi
Peringatan : hipertensi, epilepsi, migren, gagal jantung, gangguan fungsi
hati,porfiria, hiperlipidemia, diabetes melitus
Kontraindikasi:

kehamilan,

trombosis,

perdarahan

yang

belum

jelas

sebabnya,tumor yang bergantung pada estrogen.


Efek samping : hot flushes,insomnia,gangguan pencernaan,sakit kepala,perdarahn
berkempanjangan
Dosis : 1 tablet 2 hari selama 10 hari untuk 2 siklus,3 kali 1 table hari selama 10
hari pada siklus ketiga
3. Klomifen
Indikasi : infertilitas akibat anovulsi, oligospermia
Peringatan : kemungkinan terjadi kehamilan ganda ,sindrom ovarium polikistik,
sindrom hiperstimulasi ovarium, kahamilan ektopik, fibroid uterus. sebaiknya
tidak digunakan lebih dari 6 bulan

15

Kontraindikasi : penyakit hati, kista, ovarium, tumor yang bergantung pada


hormon, kehamilan, perdarahan vagina yang belum jelas sebabnya
Efek samping : gangguan penglihatan overstimulasi ovarium,hot flushes,mual,
muntah ,sakit kepala, bercak haid, menoragia, endometriosis, kejang, berat badan
naik, ruam kuliat, pusing rambut rontok
Dosis : infertilitas tanpa ovulasi : 1 tablet /hari selama 5 hari pada hari ke 5
siklus.biasanya ovulasi terjadi pada hari ke 6-10 hari setelah tablet terakhir.bila
ovulasi tidak terjadi,dosis dinaikkan menjadi 2 kali sehari. oligospermia : 1
tablet/hari selama 40 -90 hari.

2) Progestogen
Progesstogen dibedakan dalam 2 kelompok
1. Progesteron beserta analognya (didrogesteron, hidroksi progesterone,
medruksi progesterone)
2. Analog testoteron (noretisteron, norgestrel)
Semua progestogen baru di dikembangkan

dari

norgestrel.

Isomer

darinorgestreladalah Levonorgestrel, kekuatan levonorgestrel dua kali lebih besar.


Kelompok ini kurang bersifat androgenic, progesterone dan didrogesteron tidak
menimbulkan virilisasi. Derivate sintetis dimetabolisme secaara beragam menjadi
testoteron dan estrogen sehingga efek sampingnya berbeda diantara bentuk
sediaan dan dosis.
Bila endometriosis membutuhkan pengobatan, maka progestogen dapat
digunaakan misalnya noretisteron secara melanjut. Progesteron banyak dipakai
untuk

menorgia,

tetapi

efektivitasnyakalah

dibandingkan

dengan

asam

traneksamat atau asam mefenamat, khususnya bila disertai dismenorea.


Progestogen digunakan untuk mengatasi gejala pra haid (PMS) walaupun
dasar faal yang meyakinkan untuk indikasi ini tidak ada. Hormon ini digunakan
juga untuk abortus habitualis, tetapi bukti manfaatnya tidak ada. Kalau akan

16

digunakan progestogen maka harus digunakan progesterone sejati, seperti hidroksi


progesterone heksanoat untuk mencegah maskulinasi janin perempuan.
Progestogen harus ditambahkan pada terapi pengganti hormone estrogen
jangka lama untuk mencegah hyperplasia endometrium dan alih bentuk-bentuk
menjadi keganasan.
Progestoges digunakan untuk kontrasepsi kombinasi dalam bentuk tablet
oral dan injeksi, sedangkan sediaan tunggal dalam benuk tablet, injeksi, ssusuk,
atau ditambahkan pada AKDR.
PENGGOLONGAN OBAT
1. MedroksiProgesteronAsetat
Indikasi : kontrasepsi, Endometriosis, Perdarahandisfungsi, Amenoreasekunder.
Kontraindikasi :Kehamilan, perdarahan vagina yang belum didiagnosis, gangguan
fungsi ginjal, hepatitis kronisaktif, penyakit vascular, kanker payudara atau
genital.
Efek Samping :Akne, retensicairan, gangguan GI, perubaahan libido, gejala pra
haid,

gangguan

siklushaiddepresi,

insomnia,

alopesia,

hirsutisme,

reaksianafilakyoid.
Dosis : Akne, retensicairan, gangguan GI, perubaahan libido, gejala pra haid,
gangguan siklus haid depresi, insomnia, alopesia, hirsutisme, reaksi anafilakyoid.
Dosis :
Endometriosis : 10 mg 2-3 kali sehari pada hari ke-5 sampai ke-25 siklus atau

terus menerus.
Infertilitas dan haid tidak teratur : 10 mg dua kali sehari pada hari kelima

sampai ke dua puluh lima, sedikitnya 6 siklus


Abortushabitualis : 10 mg dua kali sehari pada hari ke-5 sampai ke-25, sampai

terjadi konsepsi, lalu dilanjutkan sampai kehamilan 20 minggu


Perdarahandisfungsi uterus : 10 mg dua kali sehari (bersama estrogen) selam
5-7 hari untuk menghentikan perdarahan; lalu 10 mg/hari pada hari ke 11

sampai ke-25 untuk mencegah perdarahan.


Dismenorea : 10 mg dua kali sehari pada hari kelima sampai ke-25
PMS : 10 mg dua kali seharipadahari ke-12 sampai ke-26
Amenorea : 10 mg dua kali sehari (bersama estrogen) padahari ke-11 sampai

ke-25
Kontrasepsi : 150 mg injeksi intramuscular dengan selaang 12 minggu,
suntikkan pertama diberikan pada hari 1-5 daur haid.

17

Noretisteron
Indikasi : Endometriosis, menorgia, dismenorea
Kontraindikasi : Kehamilan, perdarahan vagina yang belum didiagnosis,
gangguan fungsi ginjal, hepatitis kronisaktif, penyakit vascular, kanker payudara
atau genital.
EfekSamping

Akne,

retensicairan,

gangguan

GI,

perubaahan

libido,

gejalaprahaid, gangguan siklus haid depresi, insomnia, alopesia, hirsutisme, reaksi


anafilakyoid.
Dosis :
Endometriosis : 10 mg/hari, mulaihari ke-5; dosisdinaikkansampaisampai 20

25 mg bila ada bercaak


Menorgia : 5 mg tiga kali sehari untuk 10 hari untuk menghentikan perdarahan
Dismenorea : 5 mg tiga kali sehari pada hari ke 5 sampaike 24 selama 3-4
siklus

3) Progesteron
Indikasi : Persiapan fertilisasi in vitro, kontrasepsi, perdarahan menstruasi,
hemoragik, karsinoma endometrium
Kontraindikasi : perdarahan vagina, abortus, penyakit pembuluh darah, kanker
payudara
Efeksamping : akne, urtikaria, retensicairan, gejala GI, gangguansiklushaid,
perubahan libido, haidtidakteratur, gejalaprahaid, depresi, insomniadanalopesia.
Farmakokinetika : Dimetabolisme oleh hati menjadi glukoronida atau konjugat
sulfat. Sebagian besar dosis awal cepat di degradasi oleh metabolisme lintasan
pertama, sehingga progesterone tidak mencapai jaringan bila diberikaan secara
oral. Progestin sintesis sebaliknya tidak rentan terhadap metabolisme lintasan
pertama sehingga dapat diberikansecara oral
Hidroksi progesterone hexanoat
Indikasi : Kontrasepsi
Kontraindikasi : Kehamilan, perdarahan vagina yang belum di diagnosis,
gangguan fungsiginjal, hepatitis kronisaktif, penyakit vascular, kanker payudara
atau genital.

18

EfekSamping : Akne, retensicairan, gangguan GI, perubaahan libido, gejala


prahaid, gangguan siklus haid depresi, insomnia, alopesia, hirsutisme,
reaksianafilakyoid.
Dosis : injeksi intramuscular perlahan; 250-500 mg perminggu selama 20 minggu
pertama kehamilan.
Farmakokinetik estrogen
Sebagian besar estrogen diabsorbsi dengan baik secaara oral. Estrogen cenderung
cepat didegradasi oleh hati selama lintasan pertama dari saluran cerna.
Metabolitnya adalah glukororonida dan konjugat sulfide yaitu estradiol, estrondan
estriol

2.2.4 Obat Hormon dari Cortex Adrenal


1) Androgen
Androgen dapat digunakan sebagai terapi pengganti pada hipogonadisme
akibat penyakit hipofisis maupun testi. Pada orang normal hormone ini
menghambat sekresi gonadotropin dan menekan spermatogenesis. Androgen tidak
bermanfaat dalam mengatasi impotensi dan gangguan spermatogenesis kecuali
yang penyebabnya hipogonadisme. Oleh karena itu, androgen tidak boleh
diberikan sebelum dibuktikan adanya hipogonadisme.
Pemeberian

pada

pasien

hipopituitarisme

akan

menyebabkan

perkembangan seksual, dan impotensi dapat dihilangkan, tetapi fertilitas tidak


diperbaiki. Untuk menimbulkan kesuburan diperlukan gonadotropin atau
gonadotropin releasing hormone. Penggunaan pada pubertas tertunda harus hatihati sebab penutupan hipofisis dapat dipercepat. Untuk terapi pengganti
pemberian intramuscular.
Fluoksimesteron

19

Indikasi: lihat keterangan di atas; kanker payudara lanjut.


Peringatan: gangguan fungsi jantung, ginjal, atau hati; usia lanjut, PJK, hipertensi;
epilepsy, migren, metastase skeletal
Kontraindikasi: kanker payudara pada pria, hiperkalasemia, kehamilan, menyusui,
nefrosis
Efek samping: mual, retensi cairan, akne, icterus, gangguan haid, virilisasi,
ginekomastia
Dosis: 5-10 mg/hari
Sediaan: Halotestin (Upjohn-SA-Belgium) tablet 5 mg (K)
Testosterone undekanoat
Indikasi: lihat keterangan di atas
Peringatan: gangguan fungsi jantung, ginjal atau hati; usia lanjut, penyakit jantung
coroner (PJK), hipertensi,; migren, epilepsy, metastatis skeletal
Kontrainsikasi: kanker payudara pada pria, hiperkalasemia, kehamilan, menyusui,
nefrosis
Efek samping: kanker prostat, sakit kepala, depresi, pendarahan GI, mual, icterus
obstruktif, perubahan libido, cemas, paresthesia, gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit,hiperkalasemia, pertumbuhan tulang meningkat, efek androgenic
seperti hirsutisme, seboroe, akne, perkembangan seksual
Dosis: 120-160 mg selama 2-3 minggu
Sediaan: Andriol (organon Indonesia) kapsul lunak 40 mg (K)
Mesterolon
Indikasi: defisiensi endrogen

20

Peringatan; kontraindikasi; Efek samping; lihat keterangan paa testosterone;


spermatogenesis tidak terganggu
Dosis: defisiensi androgen: 25 mg 3-4 kali/hari selama beberapa bulan, kemudian
dosis diturunkan sampai 50-75 mg/hari dibagi dalam beberapa kali pemberian
Sediaan: proviron (Schering Indonesia) tablet 25 mg (K)

2) Anti Androgen
Antiandrogen menghambat spermatogenesis dan menyebabkan infertilitas
yang reversible. Tetapi obat ini bukan kontrasepsi pria. Penggunaannya harus
diawali dengan pemeriksaan sperma dan dianjurkan dengan meminta informed
consent dari pasien.
Finasterid

adalah penghambat spesifik enzim 5-reduktase yang

mengkatalisis metabolism testosterone menjadi androgen yang lebih kuat, ytaitu


dihidrotestosteron.

Penghambatan

metabolism

testosterone

menyebabkan

mengecilnya prostat disertai lebih lancarnya aliran kemih dan berkurangnya tanda
obstruksi. Obat ini merupakan terapi pengganti -Blocker pada hyperplasia prostat
ringan (benign prostat hyperplasia, BPH)
Siproteron asetat
Indikasi: terapi hiperseksualitas dan penyimpangan seksual pria, sebagai terapi
tambahan paa terapikanker prostat, akne dan hirsutisme pada wanita, gejala kulit
dan vulvovagina pada klimakterium
Peringatan: tidak efektif pada alkoholisme; profil darah, fungsi hati, dan fungsi
korteks adrenal harus dimonitor; diabetes mellitus.
Kontraindikasi: penyakit hati (kecuali untuk kanker prostat), diabetes mellitus
berat, sickle cell anemia, depresi berat, kelainan tromboemboli, usia di bawah 18
tahun.

21

Efek samping: kelelahan, sesak napas, produksi sebum berkurang, perubahan pola
tumbuhnya rambut, ginekomastia, osteoporosis, penghambatan spermatogenesis,
hepatoksisitas (biasanya timbul pada dosis 200-300 mg/hari pada terapi kanker
prostat)
Dosis: untuk gejala klimakterium, lihat dosis estrogen untuk HRT
Finasterid
Indikasi: hyperplasia prostat ringan
Peringatan: obstruksi kemih, kanker prostat, gunakan kondom bila pasanagn
seksual sedang hamil
Efek samping: impotensi, libido dan volume ejakulat menurun, nyeri dan tegang
payudara
Dosis: 5 mg/hari; pengobatan harus ditinjau ulang setelah 6 bulan
Sediaan: proscar (merck sharp & dohme Australia) tablet Ss. 5 mg (K), prush
tablet Ss. 5 mg (K), prostacom(combiphar) tablet Ss. 5 mg (K), reprostom
(Pratapa nirmala) tablet Ss. 5 mg (K)

3) Norepinefrin
Norepinefrin

adalah

derivate

tanpa

gugus-metil

pada

atom-N.

neurohormon ini khususnya berkhasiat langsung terhadap reseptor dengan efek


fasokontriksi dan naiknya tensi. Efek betanya hanya ringan kecuali kerja
jantungnya ( 1 ). Bentuk-dekstronya, seperti epinefrin, tidak digunakan karena ca
50 kali kurang aktif. Karena efek sampingnya bersifat lebih ringan dan lebih
jarang terjadi, maka norepinefrin lebih disukai penggunaannya pada shok dan
sebagainya. Atau sebagai obat tambahan pada injeksi anastetika local.
Mekanisme Kerja

22

Farmakodinamika
NE bekerja terutama pada reseptor , tetapi efeknya masih sedikit lebih
lemah bila dibandingkan dengan epinefrin. NE mempunyai efek 1 pada jantung
yang sebanding dengan epinefrin, tetapi hampir tidak memperlihatkan efek 2.
Infus NE pada manusia menimbulkan peningkatan tekanan diastolic,
tekanan sistolik, dan biasnya juga tekanan nadi. Resistensi perifer meningkat
sehingga aliran darah melalui ginjal, hati dan juga otot rangka juga berkurang.
Filtrasi glomerulus menurun hanya bila aliran darah ginjal sangat berkurang.
Reflex vagal memperlambat denyut jantung, mengatasi efek langsung NE yang
mempercepatnya. Perpanjangan waktu pengisian jantung akibat perlambatan
denyut jantung ini, disertai venokonstriksi dan peningkatan kerja jantung akibat
efek langsung NE pada pembuluh darah dan jantung, mengakibatkan peningkatan
curah sekuncup. Tetapi curah jantung tidak berubah atau bahkan berkurang. Aliran
darah koroner meningkat, mungkin karena dilatasi pembuluh darah koroner tidak
lewat persarafan otonom tetapi dilepasnya mediator lain, antara lain adenosin,
akibat peningkatan kerja jantung dan karena peningkatan tekanan darah. Berlainan
dengan epinefrin, NE dalam dosis kecil tidak menimbulkan vasodilatasi maupun
penurunan tekanan darah, karena NE boleh dikatakan tidak mempunyai efek
terhadap reseptor 2 pada pembuluh darah
otot rangka. Efek metabolic NE mirip epinefrin tetapi hanya timbul pada
dosis yang lebih besar.
Indikasi
Pengobatan pada pasien shock atau sebagai obat tambahan pada injeksi
pada anastetika local.
Kontraindikasi
Obat ini dikontraindikasikan pada anesthesia dengan obat obat yang
menyebabkan

sensitisasi

jantung

karena

dapat

timbul

aritmia.

Juga

dikontraindikasikan pada wanita hamil karena menimbulkan kontraksi uterus


hamil.
Efek Samping

23

Efek samping NE serupa dengan efek samping epinefrin, tetapi NE


menimbulkan peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi. Efek samping yang
paling umum berupa rasa kuatir, sukar bernafas, denyut jantung yang lambat
tetapi kuat, dan nyeri kepala selintas. Dosis berlebih atau dosis biasa pada pasien
yang hiper-reaktif ( misalnya pasien hipertiroid ) menyebabkan hipertensi berat
dengan nyeri kepala yang hebat, fotofobia, nyeri dada, pucat, berkeringat banyak,
dan muntah.
ISOPROTERENOL
Obat ini juga dikenal sebagai isopropilnorepinefrin, isopropilarterenol dan
isoprenalin, merupakan amin simpatomimetik yang kerjanya paling kuat pada
semua reseptor , dan hampir tidak bekerja pada reseptor .
Mekanisme Kerja
Farmakodinamika
Isoproterenol tersedia dalam bentuk campuran resemik. Infus isoproterenol
pada manusia menurunkan resistensi perifer, terutama pada otot rangka, tetapi
juga pada ginjal dan mesenterium, sehingga tekanan diastolic menurun. Curah
jantung meningkat karena efek inotropik dan kronotropik positif langsung dari
obat.pada dosis isoproterenol yang biasa diberikan pada manusia, peningkatan
curah jantung umumnya cukup besar untuk mempertahankan atau meningkatkan
tekanan sistolik, tetapi tekanan rata rata menurun. Efek isoproterenol terhadap
jantung menimbulkan palpitasi, takikardia, sinus dan aritmia yang lebih serius.
Isoproterenol melalui aktivasi reseptor 2, menimbulkan relaksasi hampir
semua jenis otot polos. Efek ini jelas terlihat bila tonus otot tinggi, dan paling
jelas pada otot polos bronkus dan saluran cerna. Isoproterenol mencegah atau
mengurangi bronkokonstriksi. Pada asma, selain menimbulkan bronkodilatasi,
isoprotorenol juga menghambat penglepasan histamine dan mediator mediator
inflamasi lainnya.akibat reaksi antigen-antibodi, efek ini juga dimiliki oleh 2agonis yang selektif. Efek hiperglikemik isoproterenol lebih lemah dibandingkan
dengan epinefrin, antara lain karena obat ini menyebabkan sekresi insulin melalui
aktivasi reseptor 2 pada sel sel beta pancreas tanpa diimbangi dengan efek

24

terhadap reseptor yang menghambat sekresi insulin. Isoproterenol lebih kuat


dari epinefrin dalam menimbulkan efek penglepasan asam lemak bebas dan efek
kalorigenik.
Indikasi
Digunakan pada kejang bronchi ( asma ) dan sebagai stimulant sirkulasi
darah.
Kontraindikasi
Pasien dengan penyakit arteri koroner menyebabkan aritmia dan serangan
angina.
Efek samping
Efek samping yang umum berupa palpitasi, takikardi, nyeri kepala dan
muka merah. Kadang kadang terjadi aritmia dan serangan angina, terutama pada
pasien dengan penyakit arteri koroner. Inhalasi isoproterenol dosis berlebih dapat
menimbulkan aritmia ventrikel yang fatal.
DOPAMIN
Mekanisme Kerja
Farmakodinamik
Precursor NE ini mempunyai kerja langsung pada reseptor dopaminergik
dan adrenergic, dan juga melepaskan NE endogen. Pada kadar rendah, dopamin
bekerja pada reseptor dopaminergik D1 pembuluh darah, terutama di ginjal,
mesenterium dan pembuluh darah koroner. Stimulasi reseptor D1 menyebabkan
vasodilatasi melalui aktivasi adenilsiklase. Infus dopamin dosis rendah akan
meningkatkan aliran darah ginjal, laju filtrasi glomerulus dan ekskresi Na + . Pada
dosis yang sedikit lebih tinggi, dopamin meningkatkan kontraktilitas miokard
melalui aktivasi adrenoseptor 1. Dopamin juga melepaskan NE endogen yang
menambah efeknya pada jantung. Pada dosis rendah sampai sedang, resistensi
perifer total tidak berubah. Hal ini karena dopamin mengurangi resistensi arterial
di ginjal dan mesenterium dengan hanya sedikit peningkatan di tempat tempat
lain.dengan demikian dopamin meningkatkan tekanan sistolik dan tekanan sistolik
dan tekanan nadi tanda mengubah tekanan diastolic ( atau sedikit meningkat ).

25

Akibatnya dopamin terutama berguna untuk keadaan curah jantung rendah disertai
dengan gangguan fungsi ginjal, misalnya syok kardiogenik dan gagal jantung
yang berat. Pada kadar yang tinggi dopamin menyebabkan vasokontriksi akibat
aktivasi reseptor 1 pembuluh darah. Karena itu bila dopamin di gunakan untuk
syok yang mengancam jiwa, tekanan darah dan fungsi ginjal harus dimonitor.
Reseptor dopamin juga terdapat dalam otak, tetapi dopamin yang di berikan IV,
tidak menimbulkan efek sentral karena obat ini sukar melewati sawar darah-otak.
Fenoldopam merupakan agonis reseptor D1 perifer dan mengikat reseptor
2 dengan afinitas sedang, afinitas terhadap reseptor D2, 1 dan tidak berarti.
Obat ini merupakan vasodilator kerja cepat untuk mengontrol hipertensi berat
( misalnya hipertensi maligna dengan kerusakan organ ) di rumah sakit untuk
jangka pendek, tidak lebih dari 48 jam. Fenoldopam mendilatasi berbagai
pembuluh darah, termasuk arteri koroner, arteriol aferen dan eferen ginjal dan
arteri mesenteric. Masa paruh eliminasi fenoldopam intravena, setelah
penghentian 2-jam infuse ialah 10 menit. Efek samping akibat vasodilatasi berupa
sakit kepala, muka merah, pusing, takikardia atau bradikardia.
Dopeksamin merupakan analog dopamin dengan aktivitas intrinsic pada
reseptor D1, D2 dan 2, juga menghambat ambilan katekolamin. Obat ini agaknya
memperlihatkan efek hemodinamik yang menguntungkan pada pasien gagal
jantung berat, sepsis dan syok. Pada pasien dengan curah jantung rendah, infus
dopeksamin meningkatkan curah sekuncup dan menurunkan resistensi vascular
sistemik.
Indikasi
Pengobatan pada pasien syok dan hipovolemia.
Kontraindikasi
Dopamin harus dihindarkan pada pasien yang sedang diobati dengan
penghambat MAO.
Efek Samping
Dosis belebih dapat menimbulkan efek adrenergic yang berlebihan.
Selama infuse dopamine dapat terjadi mual, muntah, takikardia, aritmia, nyeri
dada, nyeri kepala, hipertensi dan peningkatan tekanan diastolic.

26

DOBUTAMIN
Mekanisme Kerja
Farmakodinamika
Struktur senyawa dobutamin mirip dopamin, tetapi dengan substitusi
aromatic yang besar pada gugus amino. Dobutamin merupakan campuran resemik
dari kedua isomer / dan d. Isomer / adalah 1-agonis yang poten sedangkan
isomer d 1-bloker yang poten. Sifat agonis isomer / dominan, sehingga terjadi
vasokontriksi yang lemah melalui aktivasi reseptor 1. Isomerd 10 kali lebih
poten sebagai agonis reseptor daripada isomer / dan lebih selektif untuk reseptor
1 daripada 2.
Dobutamin menimbulkan efek inotropik yang lebih kuat daripada efek
kronotropik dibandingkan isoproterenol. Hal ini disebabkan karena resistensi
perifer yang relative tidak berubah ( akibat vasokontriksi melalui reseptor
1diimbangi oleh vasodilatasi melalui reseptor 2 ), sehingga tidak menimbulkan
reflex takikardi, atau karena reseptor 1 di jantung menambah efek inotropik obat
ini. Pada dosis yang menimbulkan efek inotropik yang sebanding, efek dobutamin
dalam meningkatkan automatisitas nodus SA kurang dibanding isoproterenol,
tetapi peningkatan konduksi AV dan intraventrikular oleh ke-2 obat ini sebanding.
Dengan demikian, infuse dobutamin akan meningkatkan kontraktilitas jantung
dan curah jantung, hanya sedikit meningkatkan denyut jantung, sedangkan
resistensi perifer relative tidak berubah.
Farmakokinetik
Norepinefrin, isoproterenol dopamine dan dobutamin sebagai katekolamin
tidak efektif pada pemberian oral. NE tidak diabsorpsi dengan baik pada
pemberian SK. Isoproterenol diabsorpsi dengan baik pada pemberian parenteral
atau sebagai aerosol atau sublingual sehingga tidak dianjurkan. Obat ini
merupakan substrat yang baik untuk COMT tetapi bukan substrat yang baik unuk
MAO, sehingga kerjanya sedikit lebih panjang daripada epinefrin. Isoproterenol
diambil oleh ujung saraf adrenergic tetapi tidak sebaik epinefrin dan NE.
Nonkatekolamin yang digunakan dalam klinik pada umumnya efektif pada

27

pemberian oral dan kerjanya lama, karena obat obat ini resisten terhadap COMT
dan MAO yang banyak terdapat pada dinding usus dan hati sehingga efektif per
oral.
Indikasi
Pengobatan pada jantung
Kontraindikasi
Pasien dengan fibrilasi atrium sebaiknya dihindarkan karena obat ini
mempercepat konduksi AV.
Efek samping
Tekanan darah dan denyut jantung dapat sangat meningkat selama
pemberian dobutamin.

3. EPINEFRIN
Epinefrin merupakan prototype obat kelompok adrenergic. Zat ini dihasilkan juga
oleh anak-ginjal dan berperan pada metabolisme hidrat-arang dan lemak.
Adrenalin memiliki semua khasiat adrenergis alfa dan beta, tetapi efek betanya
relative lebih kuat ( stimulasi jantung dan bronchodilatasi ).
Mekanisme Kerja
Farmakodinamika
Pada umumnya pemberian epinefrin menimbulkan efek mirip stimulasi saraf
adrenergic. Ada beberapa perbedaan karena neurotransmitter pada saraf
adrenergic adalah NE. Efek yang paling menonjol adalah efek terhadap jantung,
otot polos pembuluh darah dan otot polos lain.

Jantung, epinefrin mengaktivasi reseptor 1 di otot jantung, sel pacu jantung

dan jaringan konduksi. Ini merupakan dasar efek inotropik dan kronotropik positif
epinefrin pada jantung.
Epinefrin mempercepat depolarisasi fase 4, yakni depolarisasi lambat sewaktu
diastole, dari nodus sino-atrial ( SA ) dan sel otomatik lainnya, dengan demikian
28

mempercepat firing rate pacu jantung dan merangsang pembentukan focus ektopik
dalam ventrikel. Dalam nodus SA, epinefrin juga menyebabkan perpindahan pacu
jantung ke sel yang mempunyai firing rate lebih cepat.
Epinefrin mempercepat konduksi sepanjang jaringan konduksi, mulai dari atrium
ke nodus atrioventrikular ( AV ). Epinefrin juga mengurangi blok AV yang terjadi
akibat penyakit, obat atau aktivitas vagal. Selain itu epinefrin memperpendek
periode refrakter nodus AV dan berbagai bagian jantung lainnya. Epinefrin
memperkuat kontraksi dan mempercepat relaksasi. Dalam mempercepat denyut
jantung dalam kisaran fisiologis, epinefrin memperpendek waktu sistolik tanpa
mengurangi waktu diastolic. Akibatnya curah jantung bertambah tetapi kerja
jantung dan pemakaian oksigen sangat bertambah sehingga efisiensi jantung
( kerja dibandingkan dengan pemakaian oksigen ) berkurang. Dosis epinefrin
yang berlebih disamping menyebabkan tekanan darah naik sangat tinggi juga
menimbulkan kontraksi ventrikel premature diikuti takikardia ventrikel dan
akhirnya fibrilasi ventrikel.

Pembuluh darah, efek vascular epinefrin terutama pada arteriol kecil dan

sfingter prekapiler, tetapi vena dan arteri besar juga dipengaruhi. Pembuluh darah
kulit, mukosa dan ginjal mengalami konstriksi karena dalam organ organ
tersebut reseptor dominan. Pembuluh darah otot rangka mengalami dilatasi oleh
epinefrin dosis rendah, akibat aktivasi reseptor 2 yang mempunyai afinitas lebih
besar pada epinefrin dibandingkan dengan reseptor . Epinefrin dosis tinggi
bereaksi dengan kedua jenis reseptor tersebut. Dominasi reseptor di pembuluh
darah menyebabkan peningkatan resistensi perifer yang berakibat peningkatan
tekanan darah. Pada waktu kadar epinefrin menurun, efek terhadap reseptor
yang kurang sensitive lebih dulu menghilang. Efek epinefrin terhadap reseptor 2
masih ada pada kadar yang rendah ini. Dan menyebabkan hipotensi sekunder pada
pemberian epinefrin secara sistemik. Jika sebelum epinefrin telah diberikan suatu
penghambat reseptor , maka pemberian epinefrin hanya menimbulkan
vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. Gejala ini disebut epinefrin reversal
yaitu suatu kenaikan tekanan darah yang tidak begitu jelas mungkin timbul

29

sebelum penurunan tekanan darah ini, kenaikan yang selintas ini akibat stimulsai
jantung oleh epinefrin.
Pada manusia pemberian epinefrin dalam dosis terapi yang menimbulkan
kenaikan tekanan darah tidak menyebabkan konstriksi arteriol otak, tetapi
menimbulkan peningkatan aliran darah otak.
Epinefrin dalam dosis yang tidak banyak mempengaruhi tekanan darah,
meningkatkan resistensi pembuluh darah ginjal dan mengurangi aliran darah
ginjal sebanyak 40%. Ekskresi Na, K dan Cl berkurang volume urin mungkin
bertambah, berkurang atau tidak berubah. Tekanan darah arteri maupun vena paru
meningkat oleh epinefrin meskipun terjadi konstriksi pembuluh darah paru,
redistribusi darah yang berasal dari sirkulasi sistemik akibat konstriksi vena
vena besar juga berperan penting dalam menimbulkan kenaikan tekanan darah
paru. Dosis epinefrin yang berlebih dapat menimbulkan kematian karena adema
paru.

Pernapasan, epinefrin mempengaruhi pernapasan terutama dengan cara

merelaksasi otot bronkus melalui reseptor 2. efek bronkodilatasi ini jelas sekali
bila sudah ada kontraksi otot polos bronkus karena asma bronchial, histamine,
ester kolin, pilokarpin, bradikinin, zat penyebab anafilaksis yang bereaksi lambat
dan lain lain. Disini epinefrin bekerja sebagai antagonis fisiologik. Pada asma,
epinefrin juga menghambat penglepasan mediator inflamasi dari sel sel mast
melalui reseptor 2, serta mengurangi sekresi bronkus dan kongesti mukosa
melalui reseptor 1.

Proses Metabolik, epinefrin menstimulasi glikogenolisis di sel hati dan otot

rangka melalui reseptor 2, glikogen diubah menjadi glukosa-1-fosfat dan


kemudian glukosa-6-fosfat. Hati mempunyai glukosa-6-fosfatase tetapi otot
rangka tidak, sehingga hati melepas glukosa sedangkan otot rangka melepas asam
laktat. Epinefrin juga menyebabkan penghambatan sekresi insulin akibat dominasi
aktivasi reseptor 2 yang menghambat, terhadap aktivasi reseptor 2

yang

menstimulasi sekresi insulin. Sekresi glucagon ditingkatkan melalui reseptor

30

pada sel pancreas. Selain itu epinefrin mengurangi ambilan glukosa oleh
jaringan perifer, sebagian akibat efeknya pada sekresi insulin, tapi juga akibat efek
langsung pada otot rangka. Akibatnya terjadi peningkatan kadar glukosa dan
laktat dalam darah dan penurunan kadar glikogen dalam hati dan otot rangka.
Epinefrin melalui aktivasi reseptor meningkatkan aktivasi lipase trigliserida
dalam jaringan lemak, sehingga mempercepat pemecahan trigliserida menjadi
asam lemak bebas dan gliserol. Akibatnya kadar asam lemak bebas dalam darah
meningkat. Efek kalorigenik epinefrin terlihat sebagai peningkatan pemakaian
oksigen sebanyak 20 sampai 30% pada pemberian dosis terapi. Efek ini terutama
disebabkan oleh peningkatan katabolisme lemak, yang menyediakan lebih banyak
substrat untuk oksidasi.
Efek utamanya terhadap organ dan proses proses tubuh penting dapat
diikhtisarkan sebagai berikut :
Jantung : daya kontraksi diperkuat ( inotrop positif ), frekuensi ditingkatkan
( chronotrop positif ), sering kali ritmenya di ubah.
Pembuluh : vasokontriksi dengan naiknya tekanan darah.
Pernapasan : bronchodilatasi kuat terutama bila ada konstriksi seperti pada asma
atau akibat obat.
Metabolisme ditingkatkan dengan naiknya konsumsi O2 dengan ca 25%,
berdasarkan stimulasi pembakaran glikogen ( glycogenolysis ) dan lipolysis.
Sekresi insulin di hambat, kadar glukosa dan asam lemak darah ditingkatkan.

Farmakokinetik
Absorbsi, pada pemberian oral, epinefrin tidak mencapai dosis terapi
karena sebagian besar dirusak oleh enzim COMT dan MAO yang banyak terdapat
pada dinding usus dan hati. Pada penyuntikan SK, absorbsi lambat karena
vasokontriksi local, dapat dipercepat dengan memijat tempat suntikan. Absorbsi
31

yang lebih cepat terjadi dengan penyuntikan IM. Pada pemberian local secara
inhalasi, efeknya terbatas terutama pada saluran napas, tetapi efek sistemik dapat
terjadi, terutama bila digunakan dosis besar.
Biotransformasi dan ekskresi, epinefrin stabil dalam darah. Degradasi
epinefrin terutama terjadi dalam hati terutama yang banyak mengandung enzim
COMT dan MAO, tetapi jaringan lain juga dapat merusak zat ini. Sebagian besar
epinefrin mengalami biotransformasi, mula mula oleh COMT dan MAO,
kemudian terjadi oksidasi, reduksi dan atau konyugasi, menjadi metanefrin, asam
3-metoksi-4-hidroksimandelat, 3-metoksi-4-hidroksifeniletilenglikol, dan bentuk
konyugasi glukuronat dan sulfat. Metabolit metabolit ini bersama epinefrin yang
tidak diubah dikeluarkan dalam urin. Pada orang normal, jumlah epinefrin yang
utuh dalam urin hanya sedikit. Pada pasien feokromositoma, urin mengandung
epinefrin dan NE utuh dalam jumlah besar bersama metabolitnya.

Indikasi
Terutama sebagai analepticum, yakni obat stimulan jantung yang aktif sekali pada
keadaan darurat, seperti kolaps, shock anafilaktis, atau jantung berhenti. Obat ini
sangat efektif pada serangan asma akut, tetapi harus sebagai injeksi karena per
oral diuraikan oleh getah lambung.
Kontraindikasi
Epinefrin dikontraindikasikan pada pasien yang mendapat -bloker nonselektif,
karena kerjanya yang tidak terimbangi pada reseptor 1 pembuluh darah dapat
menyebabkan hipertensi yang berat dan perdarahan otak.

Efek samping
Pemberian epinefrin dapat menimbulkan gejala seperti gelisah, nyeri kepala
berdenyut, tremor, dan palpitasi. Gejala gejala ini mereda dengan cepat setelah
32

istrahat. Pasien hipertiroid dan hipertensi lebih peka terhadap efek efek tersebut
maupun terhadap efek pada system kardiovaskular. Pada pasien psikoneuretik
epinefrin memperberat gejala gejalanya.

2.3 Antagonis adrenokortikal


2.3.1 Penghambat sintesis dan antagonis glucocortikoid
1. Trilostane
Trilostane merupakan suatu penghambat 3-17 hydroxysteroid dehydrogenase
yang mengganggu sintesis hormone adrenal dan gonadal dan sebanding dengan
aminoglutethimide. Efek samping terutama mengganggu saluran cerna; efek yang
tidak diinginkan pterjadi pada sekitar 50% pasien dengan Penggunaan kedua obat
tersebut. Tidak terdapat resistensi silang atau efek samping berseberangan antar
senyawa tersebut.
2. Aminoglutethimide
Aminoglutethimide

menyakat konversi cholesterol ke pregnenolone dan

menyebabkan suatu penurunan paa sintesis semua steroid yang mempunyai


aktivitas hormonal. Obat tersebut digunakan bersama dengan dexamethasone atau
hydrocortisone untuk menurunkan atau menghilangkan produksi estrogen pada
pasien dengan karsinoma di payudara. Dalam dosis 1 g/hari obat tersebut
ditoleransi dengan baik; walaupun demikian, dengan dosis yang lebih tinggi,
letargi dan ruam kulit adalah suatu efek yang lazim terjadi. Penggunaan
aminoglutethimide pada pasien kanker payudara sekarang telah digantikan dengan
Penggunaan tamoxifen, suatu antagonis estrogen. Aminoglutethimide dapat
digantikan bersama dengan metyrapone atau ketoconazole untuk menurunkan
sekresi steroid pada pasien dengan Cushing yang terjadi karena kanker
adrenokortikal yang tidak berespons terhadap mitotane.

33

Aminoglutethimide

diduga

juga

meningkatkan

klirens

beberapa

steroid.

Aminoglutethimide telah terbukti dapat memperbesar metabolism dexamethasone,


sehingga memperpendek waktu paruhnya dari 4-5 jam ke 2 jam.

2.3.2 Antagonis mineralokortikoid


Selain obat yang mengganggu sintesis aldosterone, terdapat steroid yang bersaing
dengan aldosterone untuk mengikat situs dan menurunkan efek perifernya. Dalam
hal ini, progesterone bersifat sedikit aktif.
Spironolakton adalah suatu 7-acethylthiospironolactone. Mula kerjanya
lambat, dan efeknya bertahan 2-3 hari sesudah obat tersebut dihentikan.
Spironolakton digunakan dalam pengobatan aldosteronisme primer pada dosis 50100 mg/hari. Obat tersebut memperbaiki banyak manifestasi aldosteronisme. Obat
tersebut bermanfaar untuk memantapkan diagnosis paa beberapa pasien dan untuk
memperbaiki tanda dan gejala pada saat tertundanya operasi pengangkatan
adenoma. Apabila digunakan sebagai diagnostic untuk mendeteksi aldosteronisme
pada pasien hipokalemik dengan hipertensi, pemberian dosis 400-500 mg/hari
selama 2 minggu digunakan untuk tujuan tersebut dan diduga dapat menyebabkan
terjadinya aritmia jantung.

34

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Anak ginjal atau kelenjar adrenal adalah organ kecil yang letaknya
berdampingan dengan ginjal pada bagian atas-dalamnya (lat. ad = dekat,
ren = ginjal). Organ ini terdiri dari bagian sumsum dan bagian kulit.
2) Medulla (=sumsum) menghasilkan hormone adrenalin / epinefrein dan
Hormon Androgen.
3) Cortex (=kulit) adalah bagian luar yang menghasilkan tiga jenis hormon
steroida, yaitu:
a) glukokortikoida: kortisol (hidrokortison),
b) Mineralokortikoida: aldosteron serta

dua

prekusornya,

kortikosteron dan desoksikorton.


c) Hormon kelamin: produksi rendah dari testosteron

yaitu

dan DHEA

(=dehidro-epi-androsteron), juga estrogen dan progestron.


4) Obat Hormon Glukokortikoida (hormone kortisol) : predniso(lo)n,
metilprednisolon, budesonida, desonida dan prednikarbat. betametason,
deksametason, triamsolon, dll

35

5) Obat Hormon Mineralokortikoida


a) ACTH : Kortikotropin USP, Kortikotropin repositoria, Kortikotropin
seng hidroksida USP
b) Aldosteron
6) Obat Hormon Hormon Kelamin
a) Estrogen dan antiestrogen : Estrogen untuk HRT, EPIMESTROL,
Klomifen
b) Progestogen:

didrogesteron,

hidroksi

progesterone,

medruksi

progesterone, noretisteron, norgestrel


c) Progesteron: Hidroksi progesterone hexanoat
7) Obat Hormon dari Cortex Adrenal
a) Androgen: Fluoksimesteron, Testosterone undekanoat, Mesterolon
b) Anti Androgen: Siproteron asetat, Finasterid
c) Norepinefrin: ISOPROTERENOL, DOPAMIN, DOBUTAMIN
d) Epinefrin
8) Antagonis adrenokortikal
a) Penghambat sintesis dan antagonis glucocortikoid : Trilostane,
Aminoglutethimide
b) Antagonis mineralokortikoid: Spironolakton

36

KEPUSTAKAAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan. 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik Edisi Keenam.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Sanjoyo, Raden. 2005. Obat-Obat Hormonal Dan Endokrin. Yogyakarta: UGM
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting Khasiat,
Penggunaan Dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keena. Jakarta: PT. Media
Komputindo.

37

You might also like