Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
ISI
2. Definisi
Pada panduan Australian and New Zealand Intensive Care Society
(ANZICS) yang dipublikasikan pada tahun 1993, kematian otak didefinisikan
sebagai berikut: Istilah kematian otak harus digunakan untuk merujuk pada
berhentinya semua fungsi otak secara ireversibel. Kematian otak terjadi saat
terjadi hilangnya kesadaran yang ireversibel, dan hilangnya respon refleks
batang otak dan fungsi pernapasan pusat secara ireversibel, atau berhentinya
aliran darah intrakranial secara ireversibel.2
Menurut kriteria komite ad hoc Harvard tahun 1968, kematian otak
didefinisikan oleh beberapa hal. Yang pertama, adanya otak yang tidak
berfungsi lagi secara permanen, yang ditentukan dengan tidak adanya resepsi
dan respon terhadap rangsang, tidak adanya pergerakan napas, dan tidak
adanya refleks-refleks, yakni respon pupil terhadap cahaya terang, pergerakan
okuler pada uji penggelengan kepala dan uji kalori, refleks berkedip, aktivitas
postural (misalnya deserebrasi), refleks menelan, menguap, dan bersuara,
refleks kornea, refleks faring, refleks tendon dalam, dan respon terhadap
rangsang plantar. Yang kedua adalah data konfirmasi yakni EEG yang
isoelektris. Kedua tes tersebut diulang 24 jam setelah tes pertama, tanpa
adanya hipotermia (suhu < 32,2o C) atau pemberian depresan sistem saraf
pusat seperti barbiturat. Penentuan tersebut harus dilakukan oleh seorang
dokter. 2,3
Menurut Uniform Determination of Death Act, yang dikembangkan
oleh National Conference of Commissioners on Uniform State Laws,
Presidents Commission for the Study of Ethical Problems in Medicine and
Biomedical and Behavioral Research, seseorang dinyatakan mati otak apabila
mengalami (1) terhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara ireversibel,
dan (2) terhentinya semua fungsi otak secara keseluruhan, termasuk batang
otak, secara ireversibel. 4
Terhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi dinilai dari tidak adanya
denyut jantung dan usaha napas, serta pemeriksaan EKG dan uji apnea.
Terhentinya fungsi otak dinilai dari adanya keadaan koma serta hilangnya
fungsi batang otak berupa absennya refleks - refleks.
American Academy of Neurology (AAN) menerbitkan sebuah
parameter dalam praktek untuk menggambarkan standar medis dalam
menentukan mati otak. Parameter ini menekankan 3 temuan klinis yang
penting untuk mengkonfirmasi penghentian yang irreversible semua fungsi
bagian otak, mencakup batang otak: koma (dengan penyebab diketahui),
hilangnya refleks batang otak, dan apneu.6
3. Etiologi
Brain death dapat terjadi ketika aliran darah dan atau suplai oksigen
ke otak berhenti. Keadaan seperti ini dapat disebabkan oleh :5
cardiac arrest, ketika jantung berhenti berdetak dan otak kehilangan
oksigen
heart attack, keadaaan emergensi yang terjadi ketika suplai darah ke
magnum. Garis batas dalam tengkorak kepala dan dural reflection (mis: falx
cerebri) juga dapat menyebabkan kematian batang otak oelh mekanisme yang
lainnya. Perluasan lesi pada salah satu dari lobus parietal atau temporal yang
pada akhirnya menyebabkan herniasi sehingga terjadi penekanan dan iskemik
pusat vital di dalam batang otak.7
Jika jumlah darah yang mengalir ke dalam otak tersumbat secara
parsial, maka daerah yang bersangkutan langsung menderita karena
kekurangan oksigen. Daerah tersebut dinamakan daerah iskemik. Di wilayah
itu didapati: 1) tekanan perfusi yang rendah, 2) PO2 turun, 3) CO2 dan asam
laktat tertimbun. Autoregulasi dan pengaturan vasomotor dalam daerah
tersebut bekerja sama untuk menanggulangi keadaan iskemik itu dengan
mengadakan vasodilatasi maksimal. Pada umumnya, hanya pada perbatasan
daerah iskemik saja bisa dihasilkan vasodilatasi kolateral, sehingga daerah
perbatasan tersebut dapat diselamatkan dari kematian. Tetapi pusat dari
daerah iskemik tersebut tidak dapat teratasi oleh mekanisme autoregulasi dan
pengaturan vasomotor. Di situ akan berkembang proses degenerasi yang
ireversibel. Semua pembuluh darah di bagian pusat daerah iskemik itu
kehilangan tonus, sehinga berada dalam keadaan vasoparalisis. Keadaan ini
masih bisa diperbaiki, oleh karena sel-sel otot polos pembuluh darah bisa
bertahan dalam keadaan anoksik yang cukup lama. Tetapi sel-sel saraf daerah
iskemik itu tidak bisa tahan lama. Pembengkakan sel dengan pembengkakan
serabut saraf dan selubung mielinnya (edema serebri) merupakan reaksi
degeneratif dini. Kemudian disusul dengan diapedesis eritosit dan leukosit.
Akhirnya sel-sel saraf akan musnah. Yang pertama adalah gambaran yang
sesuai dengan keadaan iskemik dan yang terakhir adalah gambaran infark. 8
a.
Kriteria Harvard
Kunci perkembangan diagnosis kematian otak diterbitkan Kriteria
Harvard, kunci diagnosis tersebut adalah :
Pasien dengan
penurunan
kesadaran
Pemeriksaan keadaan
umum, tingkat
kesadaran, tanda vital
Dalam Keadaan Koma :
- Gcs 3
- tidak adanya sikap tubuh yang
abnormal (dekortikasi, atau
deserebrasi)
- tidak adanya gerakan yang
tidak terkoordinasi atau
sentakan epileptik.
Obat-obatan:
- hipnotik
- transquilizer
- Neuromuscular
blocking
- Narkotik
- Antagonis tertentu
(naloxone,
Gangguan
metabolik
Gangguan
sirkulasi
Gangguan
endokrin
Gangguan
flumazenil
Dapat
Disingkirkan
Pemeriksaan pasti
MBO
Ulangi tes dengan
interval waktu 25
TimbulVentilator
aritmia
menit sampai 24
Tidak
Tetap
Observasi
Henti
Tidak
Napas
Bernapas
10
jantung
yang
Dipasang
Dinyatakan
Tidak Ada Refleks
Hasil tetap positiv
jam.
Dinyatakan
Menetap
menit
Pemeriksaan refleks
batang otak
- Refleks Cahaya
- Refleks Kornea
- Refleks vestibulookular
- Respons motorik
dalam distribusi
saraf kranial
terhadap rangsang
adekuat pada area
somatik
- Refleks muntah (gag
reflex) atau refleks
batuk terhadap
rangsang oleh
kateter isap yang
Tidak ada reflex
Batang Otak
Pemeriksaan henti
napas yang
menetap:
- pre oksigenisasi
dengan O2 100%
selama 10 menit
- memastikan
pCO2 awal
testing dalam
batas 40-60
mmHg dengan
memakai
kapnograf dan
atau analisis gas
darah
- melepaskan
pasien dari
ventilator,
insuflasi trakea
Observasi
menit
10
Henti nafas
menetap
Ulangi
tes
dengan
interval waktu 25 menit
sampai 24 jam.
Hasil
tetap +
Pemeriksaan lain:
- EEG
- Aliran Darah Otak
- Respon otak
Observasi
Timbul
aritmia jantung yang
mengancam Jiwa
Ventilator dipasang
kembali
Tidak Dinyatakan
MBO
Dinyatakan
MBO
berat,
perdarahan
intraserebral
hipertensif, perdarahan
obat,
atau kelainan
terdapat
respon menyeringai
terhadap
rangsang
tekanan
terdapat
respon
terhadap
pengisapan
trakeobronkial
(tracheobronchial suctioning).
tidak membuka
terhadap rangsang
(n. V dan n. VII), hilangnya refleks cahaya (n. II dan n. III), hilangnya
respon oculovestibular ke arah sisi stimulus dingin oleh air es (n. VIII dan n.
III dan n. VI), hilangnya refleks batuk terhadap rangsangan pengisapan yang
dalam pada trachea (n. IX dan n. X).
Tes Apnea
Secara umum, tes apnea dilakukan setelah pemeriksaan refleks
batang otak yang kedua dilakukan. Tes apnea dapat dilakukan apabila
kondisi prasyarat terpenuhi, yaitu :
a. Suhu tubuh 36,5 C atau 97,7 F
b. Euvolemia (balans cairan positif dalam 6 jam sebelumnya)
c. PaCO2 normal (PaCO2 arterial 40 mmHg)
d. PaO2 normal (pre-oksigenasi arterial PaO2 arterial 200 mmHg)
Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, dokter melakukan tes
apnea dengan langkah-langkah sebagai berikut 18:
a. Pasang pulse-oxymeter dan putuskan hubungan ventilator
b. Berikan oksigen 100%, 6 L/menit ke dalam trakea (tempatkan kanul
setinggi carina)
c. Amati dengan seksama adanya gerakan pernafasan (gerakan dinding
dada atau abdomen yang menghasilkan volume tidal adekuat)
d. Ukur PaO2, PaCO2, dan pH setelah kira-kira 8 menit, kemudian
ventilator disambungkan kembali
e. Apabila tidak terdapat gerakan pernafasan, dan PaCO 2 60 mmHg
(atau peningkatan PaCO2 lebih atau
normal),
hasil
tes
apnea
sama
dinyatakan
dengan
nilai
dasar
positif
(mendukung
Segera ambil sampel darah arterial dan periksa analisis gas darah.
terdapat peningkatan > 20 mmHg dari nilai dasar yang normal, maka tes
apnea dinyatakan positif.
Faktor Perancu
Kondisi-kondisi berikut dapat mempengaruhi diagnosis klinis
kematian batang otak, sedemikian rupa sehingga hasil diagnosis tidak
dapat dibuat dengan pasti hanya berdasarkan pada alasan klinis sendiri.
Pada keadaan ini pemeriksaan konfirmatif direkomendasikan18:
a. Trauma spinal servikal berat atau trauma fasial berat
b. Kelainan pupil sebelumnya
c. Level toksis beberapa obat sedatif, aminoglikosida, antidepresan trisiklik,
antikolinergik,
neuromuskular
d. Sleep apnea atau penyakit paru berat yang mengakibatkan retensi kronis CO2
Manifestasi
berikut
terkadang
tampak
dan
tidak
boleh
mirip
bernafas
(elevasi
dan
aduksi
bahu,
lengkungan
pemeriksaan refleks batang otak dan tes apnea dapat dilaksanakan secara
adekuat. Beberapa pasien dengan kondisi tertentu seperti cedera servikal
atau
kranium, instabilitas
kardiovaskular,
atau
faktor
lain
yang
pertimbangan
(conventional,
computerized
radionuclide) : kematian
tomographic, magnetic
batang
otak
ditegakkan
doppler
ultrasonography :
kematian
batang
otak
(very
high
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.hods.org/transplantation-issue/faq-medical/
(diakses
tanggal
19-10-2016)
2. So Hing-Yu, Fanzca Ficanzcafhkam. Update Article Brain Death. Hong
Kong Practitioner 16 (II) November 1994.
3. Guidelines On Certification Of Brain Death, The Hong Kong Society Of
Critical Care Medicine. Journal of the Royal College of Physicians of
London 2005, 29:381-2.
4. Uniform Determination of Death Act, 12 uniform laws annotated 589 (West
1993 and West suppl 1997)
5. http://www.nhs.uk/Conditions/Brain-death/Pages/Introduction.aspx
( diakses tanggal 19-10-2016)
6. The Quality Standards Subcommittee of the American Academy of
Neurology. Practice parameters for determining brain death in adults
(summary statement). Neurology 1995;45:10121014.
7. Williams, M., Bell, D., Moss, E. 2003. Brainstem Death British Journal
of Anasthesia Vol 3 Number 6. UK
8. Thomas M Walshe. The Diagnosis Of Brain Death. N Engl J Med 2001 ;
344: 1215-1221
9. Dhanwate, A.D. 2014. Brainstem Death : A Comprehensive Review In
Indian Perspective. Department of Anatomy, Goverment Medical Collage,
India.
Diakses
dari