You are on page 1of 22

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY.

S USIA 8 HARI
DENGAN NEONATAL PNEUMONIA + EARLY ONSET SEPSIS
DI IRNA IV RUANG 11 (PERINATOLOGI)
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:
NAMA

: CICI RISTIANA A.F

NIM

: 140903010

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES PEMKAB JOMBANG
2016-2017

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY.S USIA 31 HARI DENGAN NEONATAL


PNEUMONIA + EARLY ONSET SEPSIS DI IRNA IV RUANG 11 (PERINATOLOGI)
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Malang,

September 2016

Mengetahui
Mahasiswa

CICI RISTIANA A.F


Nim: 140903010

Pembimbing Institusi

Pembimbing Klinik

ERIKA AGUNG M,SST.,M.Kes,

DJUMIATI S.Kep.Ns,

Nip:

Nip:

Kepala ruangan

SITI AISYAH,S.Kep.Ns
Nip:

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Alhamdulillah, penulis mengucap puji syukur kehadirat Allah
SWT. Atas segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan asuhan kebidanan pada
asuhan kebidanan pada By. Ny.S usia 8 hari dengan di Irna IV ruang 11 (Perinatologi)
RSUD dr. Saiful Anwar Malang dalam membuat asuhan ini, penulis sudah berusaha
semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang penulis miliki.
Tanpa mengurangi penghargaan penulis kepada semua pihak yang telah berjasa
terhadap penyelesaian asuhan kebidanan ini, secara khusus penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

dr.RESTU KURNIA T,M.Kes, selaku direktur RSSA Malang


Dr. HARJOEDI ADJI T, SpA (K), selaku K.A IRNA IV RSSA Malang
SITI AISYAH, S. Kep. NS selaku kepala ruangan Perinatologi RSSA Malang
DJUMIATI,S.Kep.Ns selaku pembimbing klinik ruang perinatologi RSSA Malang
Perawat, bidan, dan pekarya ruang Perinatologi RSSA Malang
KOLIFAH,SST.,M.Kes selaku kepala program studi Stikes Pemkab Jombang
ERIKA AGUNG M,SST.,M.Kes selaku dosen pembimbing akademik Stikes Pemkab
Jombang
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua

pihak yang turut berperan dalam penyelesian auhan kebidanan ini. Sudah tentu, asuhan yang
sederhana ini terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun penulis dambakan demi kemajuan penulis. Akhir kata penulis berharap semoga
asuhan yang di susun ini bermanfaat.

Malang, September 2016


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab
kematian utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan terhadap infeksi.
Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan
selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas
masih rendah.
Berdasarkan perkiraan World Health Organitation( WHO) hampir semua( 98%) dari
lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu
terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti:
sepsis, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare.(Imral chair, 2007).
Laporan WHO tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per
1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan
angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246
bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam menit satu
bayi Indonesia meninggal.( Roesli Utami, 2008) Menurut DEPKES RI angka kematian sepsis
neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering
timbul sebagai komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi,
hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum.(Depkes, 2007).
Infeksi pada neonatus lebih sering di temukan pada BBLR. Infeksi lebih sering
ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar
rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara
septik. Segala bentuk infeksi yang terjadi pada bayi merupakan hal yang lebih berbahaya
dibandingkan dengan infeksi yang terjadi pada anak atau dewasa. Ini merupakan alasan
mengapa bayi harus dirawat dengan ketat bila dicurigai mengalami infeksi.
2. Tujuan
A. Tujuan umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada ibu hamil sesuai dengan
menegement kebidanan.
B. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada klien.
b.

Mengidentifikasi diagnosa dan masalah.

c. Mengidentifikasi masalah potensial.

d. Mengidentifikasi rencana tindakan.


e. Membuat rencana tindakan.
f.

Melaksanakan tindakan.

g.

Melaksanakan evaluasi dan hasil tindakan.

3. Sistematika penulisaan
BAB I pendahuluan
Melalui latar belakang masalah dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teori
Pada tinjauan teori ini yang dibahas adalah kosep persalinan dan konsep IUFD.
BAB III Tijauan Kasus
Meliputi 7 langkah Varney yaitu pengkajian meliputi data subyektif dan obyektif,
identifikasi diagnosa dan masalah, identifikasi masalah potensial, identifikasi
kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB IV Penutup
Meliputi kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN TEORI

1. PENGERTIAN SEPSIS NEONATORUM


Sepsis adalah suatu sindroma klinik sebagai manifestasi proses inflamasi imunologik
yang terjadi karena adanya respon tubuh (imunitas) yang berlebihan terhadap rangsangan
produk mikroorganisme (Guntur, 2008; Gatot, 2008; Djoko, 2008).
Sepsis adalah sindrom yang dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejalagejala infeksi yang parah yang dapat berkembang kearah septikemia dan syok septik
(Dongoes, 2000).
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak
dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu orga saja
(seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum
persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat
disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur
(candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009).
Sepsis Neonatorum adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke seluruh tubuh
bayi baru lahir. Suatu sindroma respon inflamasi janin/ FIRS disertai gejala klinis infeksi
yang diakibatkan adanya kuman di dalam darah pada neonatus.
2. ETIOLOGI SEPSIS NEONATORUM
Etiologi terjadinya sepsis pada neonatus adalah dari bakteri.virus, jamur dan protozoa
( jarang ). Penyebab yang paling sering dari sepsis awitan awal adalah Streptokokus grup B
dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Sepsis awitan lanjut dapat
disebabkan oleh SGB, virus herpes simplek (HSV), enterovirus dan E.coli. Pada bayi dengan
berat badan lahir sangat rendah, Candida dan Stafilokokus koagulase-negatif (CONS),
merupakan patogen yang paling umum pada sepsis awitan lanjut. Jika dikelompokan maka
didapat: * Bakteri gram positif
Streptokokus grup B penyebab paling sering.
Stafilokokus koagulase negatif merupakan penyebab utama bakterimia nosokomial.
Streptokokus bukan grup B.
Bakteri gram negatif
Escherichia coli Kl penyebab nomor 2 terbanyak.
H. influenzae.
Listeria monositogenes.
Pseudomonas

Klebsiella.
Enterobakter.
Salmonella.
Bakteria anaerob.
Gardenerella vaginalis.
Walaupun jarang terjadi,terhisapnya cairan amnion yang terinfeksi dapat menyebabkan
pneumonia dan sepsis dalam rahim, ditandai dengan distres janin atau asfiksia neonatus.
Pemaparan terhadap patogen saat persalinan dan dalam ruang perawatan atau di masyarakat
merupakan mekanisme infeksi setelah lahir.
3. PATOGENESA PENYAKIT
Terdapat perbedaan patogenesa antara sepsis neonatus yang early onset/awitan awal
dengan yang late onset/awitan lanjut.early onset didapat secara transmisi vertikal dalam
uterus atau intra partus,sedangkan late onset biasanya secara transmisi horisontal dan intra
partus.
a. Early onset / awitan awal
Hal yang paling penting faktor resiko terjadinya infeksi adalah pada saat persalinan
dimana keberadaan mikroorganisme dalam saluran genito urinarius.Bakteri pada
saluran genito urinarius naik secara asending dan mencapai cairan amnion setelah
terjadi ruptur pada membran prematur ( PROM ). Infeksi secara asending juga dapat
terjadi pada saat kontak dengan membran korioamnetik dalam uterus yang berdampak
lahir hidup atau mati beberapa jam setelah lahir. Altematif lain adalah pada saat
neonatus kontak dengan mikroorganisme selama melalui jalan lahir. Ketika fetus
menghisap/aspirasi cairan amnion yang terkontaminasi.mikroorganisme mencapai
bagian bawah saluran sistem pemapasan dan menyebabkan kerusakan sel epitel dari
paru- paru.sebagai hasilnya adalah pnemonia dan distres pemapasan yang terlihat
pada beberapa jam setelah kelahiran. Sepsis neonatal yang berat terjadi jika bakteri
menginvasi melalui intravaskular dan adanya kegagalan dari tuan rumah untuk
mengeliminasi mikroorganisme patogen. Secara singkat dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a) Transplasenta (antepartum).
b) Asenderen kuman vagina ( partus lama,ketuban pecah sebelum waktunya).
c) Waktu melewati jalan lahir (kuman dari vagina dan rektum).
b. Late onset /awitan lanjut
Transmisi secara horisontal memegang peranan yang besar,kontak yang erat dengan
ibu yang menyusui,dan penularan transmisi secara nosokomial. Yang paling utama

penyebab faktor resiko didapatkannya nosokomial sepsis adalah penggunaan lama


kateter plastik intravaskuler, penggunaan prosedur invasif, pemakaian antibiotik,
perawatan yang lama di rumah sakit,kontaminasi dari peralatan laboratorium
pendukung, cairan intravena atau enteral,dan peralatan yang terkontaminasi.
Bagaimanapun,situasi yang meningkatkan paparan neonatus terhadap mikroorganisme
menghasilkan peningkatan yang tinggi terhadap infeksi nosokomial dalam perawatan.
Secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Akibat tindakan manipulasi (intubasi,kateterisasi,pemasangan infus.dll).
b) Defek kongenital (omfalokel,meningokel,labioskizis,labiopalatoskizis,dll).
c) Koloni kuman beasal dari saluran napas atas,konjungtiva,membran mukosa,
umbilikus dan kulit yang menginvasi / menyebar secara sistemik.
d) Faktor - faktor resiko untuk terjadinya sepsis neonatus perlu juga diketahui.
Faktor resiko dari sepsis neonatus terdiri faktor pejamu, sosio-ekonomi,
riwayat persalinan, perawatan bayi baru lahir, dan kesehatan serta keadaan gizi
ibu, merupakan faktor-faktor resiko terpenting pada sepsis neonatal. Dari
laporan penelitian pada sepsis neonatal yang terjadi segera setelah
lahir,menunjukkan adanya satu atau lebih faktor resiko pada riwayat
kehamilan dan persalinan. Faktor-faktor tersebut adalah kelahiran kurang
bulan,berat

badan

lahir

rendah,ketuban

pecah

dini,infeksi

maternal

peripartum,kelahiran aseptik,kelahiran traumatik,dan keadaan hipoksia. Pada


umumnya sepsis neonatal tidak akan terjadi pada bayi lahir cukup bulan
dengan riwayat kehamilan dan persalinan normal. Dari faktor-faktor diatas
dapat diringkas menjadi dua faktor besar yaitu faktor ibu anak dan ada juga
yang membaginya menjadi faktor mayor-minor.
Faktor ibu :
Ketuban pecah sebelum waktunya.
Infeksi peripartum.
Partus lama.
Infeksi intrapartum.
Faktor anak:
Berat badan lahir rendah.
Prematuritas.
Kecil untuk masa kehamilan.
Defek kongenital.
Bayi laki-laki lebih banyak dari perempuan.
Tindakan resusitasi saat melakukan intubasi.
Kehamilan kembar. Dan lain-lain.
Faktor mayor :
Ruptur membran ibu yang lama > 24 jam.

Ibu dengan demam intrapartum > 38C,


Korioamnionitis.
Fetal takikardi > 160 kali /menit. Faktor minor:
Ibu dengan demam intrapartum > 37,5C. '"Kehamilan kembar.
Bayi prematur
Ibu dengan leukositosis (hitung sel darah putih >15.000).
Ruptur membran > 12 jam.
Takipnea
Kolonisasi SGB pada ibu.
APGAR score yang rendah
Berat badan lahir rendah / LBW
Lochia berbau busuk.
Berikut ini akan dibahas sebagian dari faktor-faktor yang telah disebut diatas. Berat
lahir. Berat lahir memegang peran penting pada terjadinya sepsis neonatal. Dilaporkan bahwa
bayi dengan berat lahir rendah mempunyai resiko 3 kali lebih tinggi terjadi sepsis daripada
bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.Makin kecil berat lahir makin tinggi angka
kejadian sepsis. Masalah sepsis bukan saja terjadi dekat setelah lahir,tetapi seringkali seorang
bayi berat lahir rendah setelah dapat mengatasi masalah prematuritasnya selama 5 hari
pertama kehidupan ,meninggal setelah mendapat sepsis dikemudian hari(late onset sepsis
neonatal). Walaupun angka kematian sepsis onset lambat mempunyai prognosis yang lebih
baik daripada sepsis onset dini. Perawatan di Unit Perawatan Intensif Neonatus ( UPIN ).
Neonatus yang dirawat di ruang rawat intensif mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya
infeksi. Hal ini dapat dimengerti oleh karena pada umumnya pasien yang dirawat di ruang
intensif adalah pasien berat. Pada umumnya infeksi merupakan penyebab kematian pada
bayi kecil Respon imun penjamu. Kerentanan bayi baru lahir terhadap terjadinya sepsis
diduga disebabkan oleh karena sistem imunologi baik humoral maupun selular yang masih
imatur.Para peneliti banyak melaporkan mengenai pengaruh jenis kelamin pada kejadian
sepsis neonatal.Dikemukakan bahwa sepsis neonatal lebih banyak dijumpai pada anak lakilaki daripada bayi perempuan.Bayi lelaki juga lebih rentan terhadap infeksi basil enterik gram
negatif sedangkan bayi perempuan lebih rentan terhadap infeksi bakteri kokus gram
positif.Angka kejadian bayi lelaki lebih rentan menderita sepsis daripada perempuan dengan
rasio 7:3. Dugaan penyebabnya adalah peran faktor sex-linked pada kerentanan penjamu
terhadap infeksi. Telah disepakati bahwa gen yang terletak pada kromosom x mempengaruhi
fungsi kelenjar thymus dan sintesis imunoglobulin.Perempuan mempunyai dua gen x
mungkin hal ini yang menyebabkan lebih tahan terhadap infeksi. Beberapa peneliti
membuktikan bahwa bayi perempuan lebih jarang menderita sindrom distres pemapasan.
Peneliti lain melaporkan bahwa rasio lecithin:sphingomyelin dan konsentrasi saturated

phosphatidylcholine serta kortisol dalam cairan amnion pada kehamilan 28-40 minggu bayi
perempuan lebih tinggi daripada bayi lelaki. Faktor geografi. Jenis bakteri penyebab berbeda
antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lain atau antara negara satu dengan negara
lain.Hal ini disebabkan karena perbedaan fasilitas pelayanan kesehatan, budaya setempat
termasuk sexual-practices, pelayanan perawatan, dan pola penggunaan antibiotik. Hal
tersebut akan menyebabkan pola etiologi sepsis neonatal berbeda pada tiap negara. Spesies
Salmonella dan Enterobacteriacae lainnya serta Streptococcus pneumonia di samping E.coli
di daerah tropis banyak dilaporkan sebagai penyebab utama sepsis neonatal. Faktor lain
adalah jenis kolonisasi bakteri pada ibu hamil-pun berbeda di setiap negara. Faktor sosioekonomi. Pola gaya hidup ibu,termasuk kebiasaan.kondisi perumahan, status nutrisi, dan
penghasilan orang tua sangat mempengaruhi resiko terjadinya infeksi pada bayi baru lahir.
Sebenarnya berat bayi lahir rendah dan prematuritas merupakan faktor resiko terpenting
terjadinya sepsis neonatal Kesempatan bayi kontak dengan infeksi akan meningkat ketika
bayi tersebut pulang. Pertemuan dengan anggota keluarga lain serumah,akan meningkatkan
resiko terjadinya infeksi (khususnya infeksi stafilokokus) akan sangat menular ke anggota
keluarga yang lain. Keadaan tersebut akan menjadi lebih berat bila pada keluarga dengan
sosio ekonomi rendah. Perawatan di bangsal bayi. Dibangsal perawatan bayi baru lahir
seringkali infeksi berasal dari orang dewasa,termasuk ibu,perawat atau keluarga lain yang
berkunjung. Transmisi melalui droplet merupakan sumber infeksi terbanyak, baik berasal dari
orang dewasa maupun dari bayi lahir. Infeksi stafilokokus biasanya dihubungkan dengan
transmisi dari orang dewasa,sedangkan penularan dari alat dan cairan menyebabkan infeksi
spesies Proteus, Klebsiella, Serratia marcescans, Pseudomonas, dan Flavobacterium. Di pihak
lain,penggunaan antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan perubahan pola resistensi
bakteri setempat.Penggunaan preparat ampisilin dan gentamisin atau kloramfenikol (sebagai
pengobatan standar)dalam jangka waktu panjang menyebabkan resistensi antibiotik tersebut.
Akhir-akhir ini dilaporkan peningkatan resistensi bakteri terhadap golongan sefalosporin
generasi ketiga terhadap enterik gram negatif lebih cepat terjadi dibandingkan dengan
pengobatan standar.Pemakaian obat topikal terutama hexachlorophene sebagai anti septik
untuk perawatan talipusat, dilaporkan sangat efektif menghambat kolonisasi stafilokokus
tetapi tidak menghambat kolonisasi bakteri gram negatif. Walaupun demikian belum pemah
dilaporkan hubungan antara pemakaian hexachlorophene dengan kejadian sepsis neonatal.
4. DIAGNOSIS
Diagnosis sepsis dapat ditegakkan dengan:

a. Anamnesa dan pemeriksaan fisik/ berdasarkan gejala klinis.


b. Tes laboratorium yang mendukung dalam membuat anamnesis.
c. Dari gejala-gejala klinis / manifestasi klinis Bayi-bayi sepsis dapat dengan cepat
keadaannya memburuk dan terapi antibiotik secara empiris dimulai jika diduga ada
tanda-tanda klinis sepsis.Tidak ada tes yang cepat dan terpercaya untuk konfirmasi
dari diagnosis etiologi.Isolasi mikroorganisme dari darah,cairan serebrospinal.atau
urine merupakan gold standar untuk diagnosis pasti,bagaimanapun hasil kultur adalah
terpenting,

namun

sensitivitas

dari

metoda

kultur

kadang-kadang

dapat

rendah.Peneliti harus dapat mempunyai sebuah tes atau panel tes yang dapat
mengidentifikasi bayi sepsis dengan akurat dan cepat sambil menunggu hasil
kultur.Banyak kemajuan dari bukan metoda kultur,seperti teknologi dari polymerase
chain reaction I PCR ,memberi janji dalam mendiagnosa infeksi.Bagaimanapun,tetap
tes laboratorium non spesifik untuk mendiagnosa infeksi dari bakteri invasif adalah
paling penting pada neonatal. Manifestasi klinis dari early onset biasanya distres
pemapasan disertai dengan pneumoni dan sepsis, tapi untuk late onset menunjukan
gejala sepsis,meningitis, dan osteoarthritis.
a) Early onset / awitan awal. Tanda-tanda klinis muncul semenjak 6 jam kehidupan >50
kasus, mayoritas / kebanyakan muncul pada 72 jam pertama umur kehidupan. Tanda
awal biasanya sering tidak spesifik dan tidak diketahui.
Hilangnya aktifitas spontan.
Poor sucking.
Apnea.
Bradikardi.
Suhu tubuh yang tidak stabil.
Tanda-tanda dan gejala lainnya.
Distres pernafasan. Kebanyakan neonatus dengan early onset infeksi menunjukkan gejala
distres pernafasan yang sulit dibedakan dengan bentuk HMD, pneumonia, atau penyebab lain
dari kesulitan bernafas,dengan penampilan seperti sianosis, dispneu, takipneu, apnea, retraksi
epigastrium, dan intercostal. Terjadinya gejala distres pernafasan adalah >80 dari neonatus.
Pneumonia dan septikemi merupakan bentuk manifestasi yang banyak
Gangguan kardiovaskuler. Bradikardi, pallor, penurunan perfusi, hipotensi.
Gangguan metabolik. Hipotermia,hipertermia,asidosis metabolik (ph <7,25>
Gangguan neurologik. Lethargi,hipotonia,penurunan aktifitas,seizures,jittery.
b) Late onset / awitan lanjut

Gejala dan tanda-tanda klinis muncul >7 hari kehidupan.Transmisi secara horisontal dapat
dari yang lain (dari neonatus yang terinfeksi atau dari perawat kesehatan) atau secara vertikal
(dari ibu yang terlalu sering berdekatan).
Tanda-tanda yang sering biasanya demam,lethargi. Irritable, poor feeding, dan takipnea serta
distres pernafasan yang tidak begitu jelas.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium pada bayi-bayi sepsis sebagai berikut: a.Skrining sepsis
yang rutin.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Hitung jenis darah lengkap.


Kultur darah.
Apusan bahan dari bagian yang mengalami infalamasi.
Apusan dari telinga dan tenggorokan (pada early -onset infeksi).
Urine secara mikroskopis dan kultur.
Rontgen thoraks.
C-reaktif protein.

Tes rutin tambahan,dari indikasi klinis yang didapatkan.


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Lumbal pungsi
Kultur dan gram dari aspirasi lambung.
Kultur dan gram dari apusan vagina yang lebih tinggi dari ibu.
Kultur dari endotrakeal tube atau aspirasi dari trakeal.
Kultur dari drainase dada.
Kultur dari kateter vaskular.
Kultur darah kwantitatif atau kultur darah multipel.
IgG konsentrasi serial untuk spesifik organisme.
IgM konsentrasi untuk organisme spesifik.
Buffy coat secara mikroskopik.

6. KOMPLIKASI
Meningitis bakterialis.
Enterokolitis nekrotikans.
Koagulasi intravaskuler diseminata.
Syok septik.
7. PENCEGAHAN
Dari Ibu. Grup B Streptococcus merupakan penyebab terberat sebagai patogen
terbanyak pada akhir tahun 1960an dan biasanya sebagai penyebab dari early-onset sepsis.
Sepuluh sampai 30 wanita hamil dengan kolonisasi Grup B Streptococcus dalam vagina atau
daerah rektum.

Dua pendekatan utama : prenatal skrining (semua wanita hamil di skrining untuk
deteksi infeksi Grup B Streptococcus pada 35-37 minggu kehamilan dan dilakukan
pengobatan untuk kulturnya yang positif) dan identifikasi dari wanita beresiko tinggi serta
mengobati sebelum terjadinya persalinan.
Dari Neonatus. Pemberian antibiotik profilaksis untuk bayi-bayi asimtomatis yang
diduga beresiko tinggi terjadi sepsis oleh Grup B Streptococcus masih kontroversial.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian penisilin pada semua bayi atau bayi
(2.000)

KONSEP MANAJEMANT VARNEY


I.

PENGKAJIAN

Dilakukan pada tanggaljam.WIB


A.

Data Subjektif

1.

Biodata
a. Biodata bayi
Nama bayi

: nama untuk mengenal, memanggil ,dan menghindari terjadinya


kekeliruan. (Christina, 2000: 41)

Umur

: umur bayi dapat mengantisipasi diagnose masalah keseharan dan


tindakan yang dilakukan. (Modul pelatihan fungsional bidan di
desa, Depkes RI: 10)

Tanggal lahir : tanggal lahir bayi dikaji untuk mengetahui umur bayi.
Jenis kelamin: untuk mencocokkan identitas sesuai nama anak, serta menghindari
kekeliruan bila terjadi kesamaan nama dengan anak yang lain.
Anak ke

: untuk mengetahui paritas dari orang tua / mengetahui berapa anak


yang dilahirkan.

b. Biodata orang tua

Nama

: untuk mengenal/memanggil klien, serta sebagai penanggung jawab

Umur

terhadap anak.
: untuk mengetahui umur dari ibu serta suami, selain itu digunakan
untuk mengetahui keadaan ibu apakah termasuk primipara muda

Agama
Pendidikan

atau primipara tua.(Poedji Rochjati, 2003: 74)


: Riwayat Kelahiran
: tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya di dalam tindakan
asuhan kebidanan, selain itu anak akan lebih terjamin pada orang tua
pasien (anak) yang tingkat pendidikannya tinggi. (Depkes RI, 1994:

Pekerjaan

10)
: jenis pekerjaan dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi

keluarga, juga dapat memengaruhi kesehatan.


Penghasilan : mengetahui taraf hidup ekonomi dan berkaitan dengan status gizi
Alamat

anak.
: dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak dan
dapat memberi petunjuk keadaan tempat tinggal pasien.

2.

Alasan masuk ruang perinatology


Bayi lemas, gerak tidak aktif, banyak tidur, reflex hisap jelek, tangisan merintih, dll.

8. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu


Kehamilan yang lalu mengalami gangguan/ tidak, seperti mual-muntah, perdarahan
pervaginam yang banyak, nyeri kepala gangguan penglihatan, anak lahir spontan/
tidak, ditolong oleh dokter/ bidan/ dukun, lahir jam berapa dan jenis kelamin apa.
Pengkajian risiko harus dilakukan berdasarkan riwayat obstetric dan medis ibu dalam
kehamilan sekarang, hal ini memungkinkan bidan mengidentifikasi kondisi kesehatan
personal yang perlu dirujuk. Komplikasi yang tejadi pada masa nifas antara lain:
perdarahan, demam tinggi, serta gangguan pemberian ASI. (Salmah, 2006: 133)
9. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang
Ibu mengatakan pada kehamilan anak yang terakhir ini tidak pernah menderita
penyakit kencing manis, darah tinggi, asma, penyakit hati, TBC, maupun penyakit
lain yang dapat berpengaruh terhadap kehamilannya. Ibu rutin periksa ke bidan.Ibu
juga tidak pernah mengalami keluhan yang berlebihan.Pada saat persalinan tidak bisa
secara normal dan terpaksa operasi SC karena ada indikasi kelainan pada DJJ janin.
5.

Riwayat kesehatan Keluarga

Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama anggota keluarga yang


mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular seperti TBC, hepatitis.
Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan pembekuan darah,
jiwa, asma, riwayat kehamilan kembar. Factor yang meningkatkan kemungkinan
kehamilan kembar adalah factor ras, keturunan, umur wanita, dan paritas. (Manuaba,
2009: 265 )
6.

Kebutuhan Dasar
Pola nutrisi

: nutrisi terbaik untuk BBL adalah ASI yang dapat diberikan segera

setelah bayi lahir, pemberiannya ondeman. Setelah bayi lahir segera susukan pada ibunya,
apakah ASI keluar sedikit, kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kg bb, selanjutnya
ditambah 30 cc/kg bb untuk hari berikutnya.
Pola eliminasi

: neonatus akan buang air kecil selama 6 jam setelah kelahirannya,

buang air besar pertama kalinya dalam 24 jam pertama berupa mekoneum perlu
dipikirkan kemungkinan mekoneum Plug Syndrome, megakolon, obstruksi saluran
pencernaan.
B.

Data Objektif

1.

Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum: cukup / lemah
Kesadaran

: composmentis/ letargi/ somnolen

Suhu

: normal (36.5 37,5 C), apabila suhu 36 C merupakan


hipotermi dan apabila suhu > 37,5

gejala awal

C merupakan gejala awal

hipertermi.
Nadi

: normalnya 120 160 kali/ menit

Pernafasan

: normalnya 40 x/menit, apabila < 30 x/ menit atau > 60 x/ menit bayi


sukar bernafas, 5% - 10% karena bayi mengalami 4 penyesuaian utama
yang

dilakukan

belum

dapat

memeroleh

kemajuan

dalam

perkembangan.
Jenis kelamin : laki-laki/ perempuan.
Berat badan

: normalnya 2500 gram 4000 gram (jika BB bayi < 2500 gram maka
termasuk BBLR, namun jika BB bayi < 4000 gram maka bayi tersebut
termasuk bayi besar)

Panjang badan: normalnya 48 53 cm

1. Pemeriksaan Fisik
Kepala
:tidak ada caput succedaneum, chepal hematoma, keadaan ubun-ubun
Muka
Mata

tertutup.
:warna kulit merah.
:untuk mengetahui apakah ada kelainan pada sclera, icterus/ tidak,

tidak ada perdarahan subconjungtiva.


Hidung
:simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Mulut
:reflek menghisap baik, tidak ada palatoskisis.
Telinga:simetris, tidak ada serumen
Leher
:tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, bendungan vena jugularis.
Dada
:simetris, tidak ada retraksi dada.
Tali pusat
:bersih, tali pusat kering, terbungkus kassa.
Abdomen
:simetris, tidak ada massa, tidak ada infeksi.
Genetalia
:untuk bayi laki-laki testis sudah turun, untuk bayi perempuan labia
Anus
Esktremitas

mayora sudah menutupi labia minora.


:tidak terdapat atresia ani
:tidak terdapat polidaktili dan syndaktili

2. Pemeriksaan neurologis
a. Reflek moro/terkejut
Apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan jari dan tangan maka
akan menimbulkan gerak terkejut.
b. Reflek mengenggam
Apabila telapak tangan disentuh dengan jari pemeriksa maka akan berusaha
mengenggam jari pemeriksa.
c. Reflek rooting/mencari
Apabila pipi disentuh oleh jari pemeriksa maka ia akan menoleh dan mencari
sentuhan itu.
d. Reflek menghisap/sucking reflek
Apabila bayi diberi dot/putting maka ia berusaha untuk menghisap.
e. Glabella reflek
Bayi disentuh pada daerah os glabella dengan jari tangan pemeriksa maka ia akan
mengerutkan keningnya dan mengedipkan matanya.
f. Gland reflek
Bila bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri maka ia berusaha mengangkat
kedua pahanya.
g. Tonick neck reflek
Bila bayi diangkat dari tempat tidur/bila digendong maka ia akan berusaha
mengangkat kepalanya.
4.

Pemeriksaan antopometri
a. Berat badan
BB bayi normal 2500 4000 gram

b. Panjang badan
PB bayi lahir normal 48 52 cm
c. Lingkar kepala
Lingkar kepala bayi normal 33 38 cm
d. Lingkar lengan atas
Normal 10 11 cm
e. Ukuran kepala
Diameter sub oksipito bregmatika antara foramen magnum ubun-ubun besar
(9,5 cm)
Diameter sub oksipito frontalis antara foramen magnum ke pangkal hidung (11
cm)
Diameter fronto oksipitalis antara titik pangkal hidung ke jarak terjauh belakang
kepala (12 cm)
Diameter mento oksipitalis antara dagu ke titik terjauh belakang kepala (13,5 cm)
Diameter sub mento bregmatika antara os hyoid ke ubun-ubun besar (9,5 cm)
Diameter biparietalis antara 2 tulang parientalis (9 cm)
Diameter bi temporalis antrara ke 2 tulang temporalis (8 cm)
5.
Pemeriksaan tingkat perkembangan
Adaptasi social Sejauh mana bayi dapat beradaptasi sosial baik dengan orang tua,
keluarga maupun orang lain.
Bahasa Kemampuan bayi untuk mengungkapkan perasaannya melalui tangisan
untuk menyatakan rasa lapar, BAB, BAK dan kesakitan.
Motorik halus Kemampuan bayi untuk menggerakkan bagian kecil dari anggota
badannya
Motorik kasar Kemampuan

bayi

untuk

melakukan

aktivitas

menggerakkan anggota tubuhnya.


6.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan darah lengkap
Jenis
Hemoglobin
LED
Leokosit
Trombosit
PCV/ Hematokrit
Eritrosit
Hitung Jenis:
EOS
BAS
ST
SEG

Hasil Pemeriksaan

Cukup/ tidak cukup

Nilai Normal
g/dl (12 16 )
mm/ jam (2 20)
/mm3 (4 10 ribu)
/mm3 (150 400 ribu)
% (37 48)
/mm3 (4,0 5,5 juta)

13
01
26
50 70

dengan

LYM
MO
CRP
II.

Negative/ positive

20 40
28
Neg < 6 mg/L

INTEPRETASI DATA DASAR


Dx
: By Ny dengan infeksius (Menurut Helen Varney,2007: 656; Lyda
Ds

Juall,2009 : 518)
: Ibu mengatakan mendengarkan tangis bayinya lemah dan jarang serta
melihat bayinya hanya minum susunya sedikit.

Do
1.
2.
3.
4.
5.
6.

:
Tangisnya lemah dan jarang
Pernafasan tidak teratur
Reflek hisap kurang
Bayi banyak tidur
Gerak tidak aktif
Pada pemeriksaan darah lengkap kadar leukosit melebihi batas normal.

Masalah :
1. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit bayinya.
Ds : orang tua mengatakan tidak mengerti dengan penyakit yang sedang diderita
bayinya.
Do : III.

MASALAH DIAGNOSA POTENSIAL


Masalah yang mungkin timbul pada bayi dengan infeksius:
1. Potensial terjadi dehidrasi akibat kurangnya menetek.
Ds : Do : KU : lemah
Refleks menghisap : lemah
Bayi lebih banyak tidur
Turgor kulit jelek
2. Potensial terjadi hipertermi.
Ds : Do : KU : cukup
Kadar leukosit tidak dalam batas normal
Suhu : > 37,5 C
Minum malas
3. Potensial terjadi icterus
Ds : Do : KU : lemah
Mata : sclera kuning
Kulit berwarna kuning

IV.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


1. Potensial terjadi dehidrasi akibat kurangnya menetek.
Tujuan
: mencegah terjadinya dehidrasi.
KH
: Kebutuhan ASI bayi terpenuhi

Refleks menghisap baik


BB tetap dan meningkat
Turgor kulit baik
Input dan output cairan seimbang
Intervensi :
a.

Observasi input dan output cairan, serta tingkatkan masukan cairan peroral
minimal 25%.
R
: peningkataEPSISn kehilangan cairan melalui feces dan evaporasi
menyebabkan dehidrasi.
Observasi TTV terutama suhu tubuh bayi.
R
: fluktuasi perubahan suhu bayi dapat terjadi sebagai respon

b.

c.

terhadap dehidrasi.
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian cairan parenteral.
R
: mungkin diperlukan untuk memperbaiki dan mencegah dehidrasi.
2. Potensial terjadi hipertermi.
Tujuan

: mencegah terjadinya hipertermi.

KH

: TTV dalam batas normal

Intervensi :
a. Observasi TTV
R

: TTV sangat penting untuk mendeteksi dini adanya hipertermi.

b. Observasi tanda-tanda hipertermi


R
: mengetahui peningkatan derajat leukosit dan tindakan yang
dibutuhkan.
c. Observasi intake dan output bayi
R
: intake dan output menentukan cairan yang keluar dan masuk.
3. Potensial terjadi icterus sehubung dengan kadar leukosit yang tinggi.
Tujuan : mencegah terjadinya ikterus.
KH

: TTV dalam batas normal, warna kulit merah muda, dan sclera putih.

Intervensi :
1. Observasi intake dan output cairan
R
: intake dan output menentukan cairan yang keluar dan masuk.
2. Observasi tanda tanda hipertermi
R
: mengetahui peningkatan derajat leukosit dan tindakan yang
dibutuhkan.
3. Anjurkan pada ibu untuk segera memberi ASI.
R
: kandungan ASI dapat meminimalkan terjadinya icterus.
V.

INTERVENSI
Dx
: By Ny dengan infeksius
Tujuan : bayi dalam keadaan sehat
KH

: TTV dalam batas normal

Suhu (36,5 37,5 C)


Nadi 120 160 kali/ menit
Pemeriksaan darah lengkap terutama kadar leukosit dalam batas normal (4-10
ribu)
Langkah Intervensi :
1. Observasi TTV bayi
R : TTV adalah manifestasi keadaan tubuh yang patologis.
2. Sebelum dan sesudah melakukan tindakan petugas wajib mencuci tangan.
R : mencuci tangan adalah salah satu cara untuk menghindari terhadap
bahaya infeksi.
3. Pertahankan bayi tetap hangat dan kering.
R : Keadaan basah dan lembab dapat memengaruhi suhu bayi.
4. Jaga kebersihan bayi.
R : dengan menjaga kebersihan bayi, deteksi dini terhadap infeksi.
5. Jelaskan pada orang tua tentang kondisi bayinya.
R : meningkatkan pemahaman orang tua terhadap kondisi bayinya sehingga
lebih kooperatif terhadap tindakan yang diberikan.
Masalah

: Kurangnya pengetahuan orang tua sehubung denganpenyakit bayinya.

Tujuan

: orang tua memahami penyakit dan tindakan petugas yang diperlukan


sehubungan dengan penyakit bayinya.

KH

Orang tua memahami penyebab infeksi


Orang tua mengetahui tindakan yang harus dilakukan
Orang tua mengetahui tentang hal yang akan terjadi jika tidak segera ditangani.
Intervensi

a. Berikan informasi kepada orang tua terhadap penyebab infeksi


R : meningkatkan pemahaman dan menurunkan rasa takut akan penyakit bayinya.
b. Berikan penjelasan kepada orang tua mengenai tindakan yang diperlukan
R : meningkatkan pemahaman dan kerja sama orang tua dalam prosedur tindakan.
c. Informasikan kepada orang tua hal yang mungkin terjadi jika tidak segera ditangani
R : efek samping yang mungkin terjadi adalah ikterus karena kadar bilirubin yang
tinggi.
VI.
IMPLEMENTASI
Mengacu pada intervesi atau rencana yang telah dibuat
VII. EVALUASI
Mengacu pada kriteria hasi
BAB IV

PENUTUP
1. KESIMPULAN
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab
daro 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi
baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi
laki-laki.
Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir,
tetapi kebanyakan muncul dalamw aktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam
waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang
didapat di rumah sakit).
2. KRITIK DAN SARAN
Dalam penulisan asuhan kebidanan ini apabila ada kesalahan yang tidak di sengaja
maupun yang di sengaja mohon saran dan kritik untuk menyempurnakan dalam penulisan dan
susunan kata kata yang telah dijadikan dalam bentuk asuhan kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak.2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC


Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. Buku acuan pelatihan pelayanan obstetri
Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta: Depkes RI, 2006; 92-7.
Khosim MS, Surjono A, Setyowireni D, et al. Buku panduan manajemen masalah bayi baru
lahir

untuk

dokter, bidan

dan

perawat

di

rumah

sakit. Jakarta : IDAI,

MNH-

JHPIEGO, Depkes RI, 2004; 19-20.


Prawirohardjo,Sarwono.2005.Ilmu

Kebidanan.Jakarta.Yayasan

Bina

Pustaka Sarwono

Prawirohardjo (YBPSP).
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. Jakarta : YBP SP
Prof.Herry Garna, dr, Sp.A (K), Ph.D. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak, edisi ke-3. Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad. Halaman : 109 112.
Rochjati, Poedji. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya: Airlangga University
Press
Salmah, dkk. 2006. Asuhan kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC

You might also like