Professional Documents
Culture Documents
KOAGULAN
Antikoagulan adalah at-zat yang dapat mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat
pembentukan fibrin. Antagonis dan vitamin K ini digunakan pada keadaan dimana terdapat
kecendrungan untuk membeku yang meningkat, misalnya pada trombosis. Pada trombosis
koroner (infark), sebagian otot jantung menjadi mati karena penyaluran darah ke bagian ini
terhalang oleh trombus di salah satu cabangnya. Obat-obat ini sangat penting untuk
meningkatkan harapan hidup penderita.
Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat
pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan
emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah di luar tubuh pada pemeriksaan laboratorium
atau tranfusi.
Antikoagulan dapat dibagi menjadi 3 kelompok :
1. Heparin
Heparin merupakan anti koagulan injeksi yang bekerja dengan cara mengikat anti trombin
dimana menghasilkan peningkatan yang sangat besar pada aktivitas anti thrombin.
Struktur Heparin merupakan suatu kelompok asam sulfat glikosaminoglikans (atau
mukopolisakarida) yang terdiri atas sisa monosakarida pengganti dari asetilglukosamin dan asam
glukoronat beserta derivat-derivatnya. Sisa asam glukoronat hampir semuanya dalam bentuk
asam iduronic dan beberapa ester-sulfat. Sisa N-asetilglukosamin mungkin mengalami deasilasi,
N-sulfat dan ester-sulfat secara acak. Hasilnya berupa rantai 45-50 sisa glukosa dari komposisi
tersebut diatas. Molekul-molekul tersebut diikatkan oleh komponen-komponen sulfat pada
protein skeleton yang berisi glisin dan sisa asam amino serin. Berat molekul heparin berkisar dari
3000 sampai 40.000 Daltons dengan rata-rata 12000-15000. Heparin endogen berlokasi di dalam
paru-paru, pada dinding arteri dan di dalam sel-sel mast yang lebarnya sama dengan polimer
molekul yang beratnya 750.000. Berada di dalam plasma dengan konsentrasi 1,5 mg/l.
Heparin memiliki pengisian negatif yang kuat dan molekul yang besar. Oleh karena itu terdapat
penyerapan minimal melalui pemberian oral. Ini disuplai sebagai sodium heparin dan kalsium
heparin.
Mekanisme Kerja Heparin
Heparin memiliki beberapa efek :
1. Terhambatnya koagulasi oleh karena meningkatnya kerja anti trombin serin protease faktor
pembekuan (IIa, Xa, XIIa, XIa, dan IXa).
2. Berkurangnya agregasi trombosit.
3. Permeabilitas vaskular yang meningkat.
digunakan pada operasi jantung bypass. LMW heparin banyak kekurangan protein di dalam
plasma, trombosit dan dinding vaskuler serta bio-availabilitas setelah pemberian subkutan paling
kurang 90%. Tingkat dari LMW heparin bebas lebih dapat diprediksi dan membutuhkan
pengontrolan. Puncak aktivitas anti-Xa dicapai dalam waktu 3-4 jam setelah injeksi subkutan dan
aktivitas terbagi 2 setelah 12 jam. Eliminasinya lebih berpengaruh pada ginjal dan waktu
paruhnya dapat meningkat pada gagal ginjal.
Efek pada koagulasi
Heparin dapat meningkatkan aktivitas waktu sebagian tromboplastin (APTT), waktu trombin
(TT) dan waktu penggumpalan darah (ACT) tetapi tidak mempengaruhi waktu perdarahan.
Penggunaan terapi heparin kita harus mengontrol secara rutin APTT, sedangkan penggunaan
heparin pada bypass jantung harus dikontrol ACT.
Heparin mengandalkan keberadaan antitrombin untuk membantu aktivitasnya. Penggunaan
heparin jangka panjang dapat menyebabkan osteoporosis dengan mekanisme yang belum
diketahui.
2. Antikoagulan oral
Seperti halnya heparin, antikoagulan oral berguna untuk pencegahan dan pengobatan
tromboemboli. Untuk pencegahan, umumnya obat ini digunakan dalam jangka panjang.
Terhadap trombosis vena, efek antikoagulan oral sama dengan heparin, tetapi terhadap
tromboemboli sistem arteri, antikoagulan oral kurang efektif.
Antikoagulan oral diindikasikan untuk penyakit dengan kecenderungan timbulnya
tromboemboli,antara lain infark miokard, penyakit jantung rematik, serangan iskemia selintas,
trombosis vena, emboli paru.
Terdiri dari derivat 4 -hidroksikumarin misalnya : dikumoral, warfarin dan derivat indan-1,3dion misalnya : anisindion;
Anti koagulan oral menghambat berkurangnya vitamin K. Pengurangan vitamin K dibutuhkan
sebagai kofaktor di dalam karboksilasi ? dari residu glutamat pada glikoprotein faktor bekuan
II, VII, IX, dan X, yang mana disintesis di dalam hati. Selama proses karboksilasi-? ini
berlangsung, vitamin K dioksidasi menjadi vitamin K 2,3-epoksid. Anti koagulan oral
mencegah reduksi dari senyawa ini kembali menjadi vitamin K. Untuk bekerja, kumarin harus
diutilisasi di dalam hati. Anti koagulan oral melakukan hal ini berdasarkan pada struktur yang
sama dari vitamin K. Aktivitas dari anti koagulan oral tergantung pada deplesi faktor-faktor
tersebut, dimana berkurang menurut lama kerja dari masing-masing.
Ada 2 kelompok anti koagulan oral :
1. Kumarin (warfarin dan nicoumalon)
2. Inandiones (phenindione)
Warfarin penggunaannya sudah tersebar luas. Phenindione lebih sering menyebabkan
hipersensitivitas, tetapi dapat berguna apabila terdapat intoleransi pada penggunaan warfarin.
Warfarin Sodium
Warfarin diberikan secara oral sebagai campuran dari warfarin D dan warfarin L. Ini sangat cepat
diserap hingga mencapai puncak konsentrasi plasma dalam waktu 1 jam dengan bioavailabilitas
100%. Bagaimanapun, efek klinisnya tidak akan jelas kelihatan hingga faktor-faktor pembekuan
mengalami deplesi setelah 12-16 jam dan mencapai puncaknya pada 36-48 jam. Warfarin 99%
merupakan protein (albumin) di dalam plasma pada volume penyebaran yang kecil. Warfarin di
metabolisme dengan cara oksidasi (bentuk L) dan reduksi (bentuk D), diikuti oleh konjugasi
glukoronidasi, dengan lama kerja sekitar 40 jam.
Warfarin berjalan melalui plasenta dan bersifat teratogenik pada kehamilan. Pada periode pasca
kelahiran warfarin akan berjalan melewati payudara dimana menjadi masalah dalam
menghasilkan vitamin K2 dan fungsi hepar yang masih belum berkembang dengan baik pada
bayi yang baru lahir.
Warfarin memiliki indeks terapeutik yang rendah, terutama bila berinteraksi dengan obat-obat
yang lain. Interaksi dengan obat-obatan yang lain akan menimbulkan efek warfarin yang terjadi
di beberapa jalur :
Persaingan pada saat terjadi ikatan protein
Meningkatnya ikatan hepatik
Hambatan pada enzim-enzim mikrosomal hepatik.
Berkurangnya sintesis vitamin K.
Kerja anti hemostatik sinergistik
Obat-obatan seperti NSAIDs, chloral hydrate, obat hipoglikemik oral, diuretik dan amiodaron
menggantikan warfarin dari ikatan albumin serta menghasilkan tingkat plasma bebas yang
tertinggi dan efek yang terbesar.
Efek yang dibuat lebih signifikan karena secara normal hanya 1% warfarin yang bebas dan
sebuah perubahan kecil didalam ikatan protein memiliki efek dramatis pada tingkat warfarin
bebas. D-Thyroxine meningkatkan potensi warfarin oleh karena meningkatnya ikatan hepatik.
Ethanol yang diberikan secara oral dapat menghambat enzim-enzim hati yang bertanggung
jawab dalam eliminasi warfarin. Efek dari warfarin juga meningkat pada penyakit-penyakit akut,
rendahnya masukan vitamin K dan obat-obat seperti cimetidin, aminoglikosid dan paracetamol.
Antibiotik spektrum luas mengurangi jumlah bakteri usus yang bertanggung jawab untuk sintesis
vitamin K dan dapat meningkatkan efek vitamin K pada saat makanannya kekurangan vitamin K.
Antikoagulan yang lain utamanya obat-obatan anti platelet dapat meningkatkan pengaruh klinis
dari warfarin.
Interaksi antara warfarin dengan obat-obatan yang lain dapat menurunkan efek dari warfarin itu
sendiri, yang dapat terjadi pada beberapa jalur, khususnya :
Induksi dari enzim-enzim mikrosomal hepatik
Obat-obatan yang meningkatkan tingkat faktor pembekuan
Pengikatan warfarin
Peningkatan intake vitamin K
Efek dari warfarin mungkin berkurang karena induksi dari enzim-enzim hepatik oleh barbiturat
dan fenitoin. Estrogen dapat meningkatkan produksi vitamin K tergantung pada faktor-faktor
pembekuan (II, VII, IX, X). Kolestiramin mengikat warfarin untuk mengurangi efek tersebut.
Carbamazepin dan rifampicin mengurangi efek dari warfarin namun mekanisme dari efek
tersebut tidak jelas.
3. Antikoagulan yang bekerja dengan mengikat ion kalsium
Aspirin, sulfinpirazon, dipiridamol, tiklopidin dan dekstran merupakan obat yang termasuk
golongan ini.
Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat. Bahan ini
banyak digunakan dalam darah untuk transfusi, karena tidak tosik. Tetapi dosis yang terlalu
tinggi umpamanya pada transfusi darah sampai 1.400 ml dapat menyebabkan depresi jantung.
Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan di luar tubuh (in vitro),
sebab terlalu toksis untuk penggunaan in vivo (di dalam tubuh).
Natrium edetat mengikat kalsium menjadi kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan.
Untuk pemilihan obat antikoagulan dan antitrombolitik yang tepat ada baiknya anda harus
periksakan diri dan konsultasi ke dokter.
Di apotik online medicastore anda dapat mencari obat antikoagulan dan antitrombolitik dengan
merk yang berbeda dengan isi yang sama secara mudah dengan mengetikkan di search engine
medicastore.
Sehingga anda dapat memilih dan beli obat antikoagulan dan antitrombolitik sesuai dengan
kemampuan anda.
Setiap tablet Aspirin mengandung 0,5 g asam asetilsalisllat.
Indikasi:
Untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit kepala dan pusing, sakit gigi, dan nyeri otot serta
menurunkan demam.
Dosis:
Bila tidak ada petunjuk khusus dari dokter
Dewasa : 1 tablet bila perlu 3 kali sehari
Anak 5 tahun ke atas : 1/2 1 tablet bila perlu 3 kali sehari
Aturan pakai:
Dianjurkan agar tablet diminum sesudah makan. Sebaiknya tablet dilarutkan dulu dalam air dan
diminum dengan air yang cukup banyak.
Cara kerja obat:
Asam Asetil Salisilat menghambat pengaruh dan biosintesa daripada zat-zat yang menimbulkan
rasa nyeri dan demam (Prostaglandin). Daya kerja antipiretik dan analgetik daripada Aspirin
diperkuat oleh pengaruh langsung terhadap susunan saraf pusat.
Kontraindikasi:
Penderita tukak lambung dan peka terhadap derivat asam salisilat, penderita asma, dan alergi.
Penderita yang pernah atau sering mengalami perdarahan di bawah kulit, penderita yang sedang
diterapi dengan antikoagulan, penderita hemofilia dan trombositopenia, jangan digunakan pada
penderita varicella cacar air/ chicken pox dan gejala flu serta penderita yang hipersensitif.
Efek samping:
Iritasi lambung, mual, muntah.
Pemakaian lama dapat terjadi perdarahan lambung, tukak lambung. Dapat terjadi berkurangnya
jumlah trombosit (trombositopenia).
Peringatan dan perhatian:
Bila anda hamil dan menyusui bayi, sebaiknya minta petunjuk dari dokter sebelum memakai
Aspirin. Jangan minum Aspirin dalam 3 minggu terakhir dari kehamilan, kecuali atas petunjuk
dokter.
Minum Aspirin dekat sebelum kelahiran dapat manyebabkan perdarahan pada ibu dan bayi.
Demikian juga bila anda sedang diobati dengan antikoagulansia, methotrexat, antidiabetika oral,
obat encok, kortikosteroida dan preparat spironolakton, Jangan minum Aspirin.
Aspirin juga tidak boleh diminum dalam jangka waktu yang lama atau dengan dosis yang tinggi.
Hati-hati penggunaan pada anak-anak dengan gejala demam terutama flu varicella (cacar air)
atau konsultasikan dengan dokter. Bila setelah dua hari memakai obat ini suhu badan tidak
menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak hilang, agar menghubungi dokter terdekat atau unit
pelayanan kesehatan terdekat. Penggunaan Aspirin pada penderita yang mengkonsumsi alkohol,
dapat meningkatkan resiko perdarahan lambung.
Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita dengan gangguan fungsi hati, ginjal dan dehidrasi.
Overdosis:
Salisilat dalam lambung dikeluarkan dengan cara induksi muntah atau kuras lambung.Diikuti
dengan pemberian arang aktif untuk mengikat salisilat dan pencegahan absorpsi.
Pemberian arang aktif setiap 4 atau 6 jam dapat meningkatkan clearance.
Interaksi obat:
Jangan diberikan bersama-sama antikoagulan oral, kortikosteroid atau obat anti inflamasi
nonsteroid.
Asetosal dosis besar dapat meningkatkan efek hipoglikemik oral terutama klorpropamid.
Tidak boleh digunakan bersama spironolakton, furosemid dan urikosurik, antipodagrik (obat
untuk gout), karena efek obat tersebut akan dikurangi, kecuali atas anjuran dokter.