You are on page 1of 9

NAMA : DESTI ELZA MUSLIMAH

NIM

: 04111003023

Matkul : Keperawatan Gawat Darurat


Dosen

: Hikayati, S.Kep., Ns., M.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN GLOMERULONEFRITIS AKUT


I.

Konsep Penyakit Glomerulonefritis

A. Pengertian
Menurut Betz dan Linda (2009) Glomerulonefritis akut adalah istilah yang di pakai
untuk sekelompok penyakit yang menyerang glomeruli ginjal, baik bersifat akut maupun
kronis/bentuk progresif. Glomerulonefritis akut merupakan penyakit yang lebih sering
menyerang

anak-anak

berupa

inflamasi

nefron

terutama

pada

glomerulus.

Glomerulonefritis akut pascastreptokokus merupakan penyakit glomerulonefritis yang


paling sering akibat reaksi antigen-antibodi dengan jaringan glomeruli yang
menyebabkan pembengkakan dan kematian sel kapiler (Baradero et Al, 2009).
Sedangkan glomerulonefritis kronik tidak hanya merusak glomerulus tetapi juga tubulus,
inflamasi ini dapat disebabkan infeksi streptokokus dan juga akibat sekunder dari
penyakit sistemik lain atau karena glomerulonefritis akut (Slonane, 2004).
B. Etiologi
Penyebab

glomerulonefritis

dapat

di

kelompokkan

berdasarkan

penyebab

penyakitnya (Suprati, 2013) :


1.

Glomerulopati idiopatik/primer yang penyebabnya tidak di ketahui, contohnya :


Glomerulopati akut proliferatif, Glomerulopati mesangioploriferatif, Glomerulopati
membranofloriferatif.

2.

Glomerulopati post-infeksi yang penyebabnya infeksi dari bakteri ataupun virus,


contohnya : Post-infection streptococcus Haemolitik (oleh bakteri streptokokus
golongan haemotilit yang paling sering), Endokarditis bacterialis (menyebabkan
penyakit nefritis lohlein), Stapylococcus albus (penyebab penyakit Shunt nefritis),
Abses visceral, dan Hepatitis B virus (penyakit hepatitis B)

3.

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan salah satu dari golongan penyakit
reumatik autoimun yang bersifat non-organ spesifik, biasanya penyakit berjalan
kronik, sistemik dan terjadi peradangan pada jaringan ikat

4.

Vaskulitis berupa poliarteritis nodosa, Wagener granulomatosis, Henoch-Schonlein


purpura, dan Krioglobulinemia

5.

Nefritis Herediter

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala penyakit glomerulonefritis akut menurut Bandero et al (2009)
dibagi menjadi 2 : yaitu tahap awal dengan hematuria, proteinuria <2g/hr, azotemia, berat
jenis urin meningkat, LED meningkat, dan oliguria; sedangkan tahap akhir yaitu
bendungan sirkulasi, hipertensi, dan gagal ginjal tahap akhir. Menurur Suprati (2013)
gejala klinis dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu 90% dengan gejala subklinis
(kelainan urinalisasi + hipertensi), dan 10% dengan gejala klinis ( Sindroma nefrotik 4%,
Sindroma RPGN 1%, sindroma nefritik akut 4%. Sedangkan pendapat lain menyebutkan
tanda dan gejala glomerulonefritis sebagai berikut (Betz dan Linda , 2009):
1.

Periode laten rata-rata 10 hari, dan awitan gejala 10 hari setelah infeksi awal

2.

Tanda awal yaitu bengkak pada wajah, edema periorbital, anoreksia, urin gelap

3.

Edema nyata pada pagi hari kemudian menyebar ke abdomen pada siang hari

4.

Haluran urin berkurang

5.

Urin keruh berwarna seperti teh atau cola

6.

Anak pucat, peka rangsangan, dan lesu

7.

Hipertensi ringan

8.

Pada anak yang kecil tampak sakit tetapi tidak mengeluh, sedangkan anak yang lebih
besar mengeluh sakit kepala, perut tidak nyaman, muntah dan disuria.

D. Patofisiologi
Penyakit bentuk nefritis paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini berupa
inflamasi glomeruli yang umumnya terjadi setelah infeksi saluran pernafasan atas yang
paling sering karena Streptococcus. Penyakit ini dianggap penyakit kompleks imun.
Cidera glomerular terjadi karena kompleks antigen-antibodi yang terperangkap dalam

filter glomerulus. Glomeruli menjadi edema dan terinfiltrasi leukosit polimorfonuklear,


yang menyumbat lumen kapiler. Kondisi ini menyebabkan akumulasi air berlebihan dan
terjadi retensi natrium. Plasma resultan dan cairan interstisial menyebabkan kongesti
sirkulasi dan edema. Hipertensi berhubungan dengan glomerulonefritis (Betz dan Linda,
2009)
E. Komplikasi
Komplikasi penyakit glomerulonefritis menurut Betz dan Linda (2009) adalah
sebagai berikut :
1.

Fungsi ginjal memburuk

2.

Proteinuria

3.

Edema

4.

Hipertensi

5.

Enselopati hipertensi

6.

Anemia (Jika progresif)

7.

Hematuria

8.

Gagal Ginjal Akut

F. Diagnosis
Penegakan diagnosis dapat dilakukan sebagai berikut (Suprapti, 2013) :
1.

Diagnosis : Kelainan urinalisasi (proteinuria, hematuria), Foto thorax (kardiomegali


dan bendungan paru), ECG.

2.

Diagnosis perjalanan penyakit : Faal ginjal (kenaikan BUN dan kreatin), Elektrolit
serum (Na turun, K naik), Protein darah turun, Profil lemak naik, Gangguan faktor
pembekuan darah ( Fibrinogen, Faktor VII, dan Fibrinolitik).

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanan glomerulonefritis dibagi menjadi pengobatan darurat dan pengobatan
suportif yaitu sebagai berikut (Suprapti, 2013) :
1.

Pengobatan Darurat

a) Mengatasi bendungan sirkulasi dan paru (posisi semi fowler, pemberian oksigen,

diuresis paksa berupa furosemid intarvena, morfin, obat antihipertensi oral,


hemodialisis bila 24 jam menunjukkan tanda gagal ginjal akut)
b) Ensefalopati hipertensi akut dengan pemberian Hidralazin 20mg intravena dan
diuretik furosemid, nifedipin intramuskular atau sublingual dan furosemid.
2.

Pengobatan Suportif

a) Diet yaitu diet tinggi kalori 35kal/kgBB/hr, diet lemak tak jenuh, Diet rendah protein
0,5-0,75/kgBB/hr, dan batasi pemberian elektrolit seperti Na dan K sedangkan untuk
kalsium 600-1000mg/hr
b) Cairan harus dibatasi untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.

II. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLOMERULONEFRITIS


AKUT
A. Pengkajian
1.

Anamnesis
a) Identitas/Data Biografis Pasien
b) Keluhan utama
c) Riwayat perjalanan penyakit
d) Riwayat penyakit yang pernah diderita
e) Riwayat penyakit Keluarga
f) Riwayat konsumsi obat

2.

Pemeriksaan Fisik
a) Aktivitas/istirahat
Pasein menunjukkan Keletihan,kelemahan (malaise), kelemahan otot, kehilangan
tonus
b) Sirkulasi
Terdapat hipertensi, bendungan sirkulasi, dan peningkatan tekanan jugularis,
bradikardi.
c) Sirkulasi
Napas pendek, takipnea, peningkatan frekuensi dan kedalaman (kusmoul).
d) Eliminasi

Menunjukkan Perubahan pola berkemih, oliguria, disuria, hematuria, berat jenis


urin meningkat, abdomen kembung, perubahan warna urine seperti teh atau cola
e) Makanan/Cairan
Terjadi peningkatan berat badan karena edema, mual, muntah, Anoreksia
f) Neurosensori
Pasien mengeluh sakit kepala, demam, penglihatan kabur, gangguan status mental
& kejang, peka rangsangan
g) Integumen
Terjadi edema pada wajah, dan area mata, perubahan turgor kulit, pruritus, pucat
h) Nyeri/kenyamanan
Nyeri tubuh,sakit kepala, perilaku berhati-hati,gelisah.
B. Diagnosa Keperawataan
1.

Kelebihan volume cairan b.d. produksi urine yang menurun akibat dari penurunan
filtrasi ginjal.

2.

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. intake yang kurang, anoreksia, mual
dan muntah

3.

Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan fisik, bedrest.

4.

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit (infeksi sekunder) b.d. Perubahan


metabolisme dan sirkulasi tubuh.

5.

Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penatalaksanaannya

C. Intervensi Keperawataan
Diagnosa 1 : Kelebihan volume cairan b.d. produksi urine yang menurun akibat dari
penurunan filtrasi ginjal.
Intervensi 1 :
1.

Pertahankan tirah baring dan jaga anak aman sampai terjadinya diuresis

2.

Pantau tanda-tanda vital secara ketat.

3.

Kaji status cairan, observasi intake dan output

4.

Observasi hasil lab: BJ. Urine, Albumin, elektrolit, darah (kalium dan natrium)

5.

Pantau urin dari adanya protein dan darah

6.

Bila ada hipertensi batasi pemberian natrium dan kolaborasi pemberian obat yang
tepat dengan dokter

7.

Batasi pemberian kalium jika terjadi hiperkalemia

8.

Pantau adanya komplikasi

Diagnosa 2 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. intake yang kurang,
anoreksia, mual dan muntah
Intervensi 2 :
1.

Tingkatkan asupan nutrisi yang adekuat

2.

Sajikan makanan yang menarik dan selalu hangat, porsi kecil tapi sering.

3.

Catat berat badan harian.

4.

Catat input dan output asupan yang adekuat

5.

Catat gejala yg timbul setelah makan, seperti: mual muntah

6.

Kaji pola dan kebiasaan makan pasien

7.

Pemberian diet tinggi kalori rendah protein, tinggi karbohidrat rendah garam.

Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan fisik, bedrest.


Intervensi 3 :
1.

Kaji aktivitas yang biasa dilakukan pasien setiap hari

2.

Anjurkan pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya

3.

Bantu aktivitas yang belum dapat dilakukan sendiri oleh pasien.

4.

Batasi aktivitas pasien selama di rawat

Diagnosa 4

: Resiko tinggi kerusakan integritas kulit (infeksi sekunder) b.d.

Perubahan metabolisme dan sirkulasi tubuh.


Intervensi 4

1.

Observasi keadaaan perkembangan kulit setiap hari.

2.

Menjaga kebersihan kuku.

3.

Lakukan miring kiri-kanan setiap 2 jam.

4.

Lakukan masase,olesi minyak untuk memperlancar aliran darah

5.

Pertahankan kondisi kulit tetap kering.

6.

Anjurkan pasien memakai pakaian/alat-alat tenun dari bahan katun

Diagnosa 5

: Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penatalaksanaan

Intervensi 5

1.

Jelaskan pada keluarga tentang penyakit, prognosis, dan penatalaksanaannya

2.

Jelaskan pada pasien tujuan dari setiap tindakan yg dilakukan

3.

Anjurkankeluarga untuk berperan aktif dalam pengobatan

D. Implementasi Keperawataan
Implementasi keperawatan yaitu pelaksanaan dari tindakan asuhan keperawatan
yang telah direncanakan sebelumnya. Implementasi keperawatan pada asuhan
keperawatan glomerulonefritis di lakukan sesuai dengan intervensi yang telah di
rancang.
Diagnosa 1

: Kelebihan volume cairan b.d. produksi urine yang menurun

akibat dari penurunan filtrasi ginjal.


Implementasi 1 :
1.

Tetap mempertahankan tirah baring dan jaga anak aman sampai terjadinya
diuresis, setelah diuresis anjurkan aktivitas yang tenang

2. Memantau secara berkala tanda-tanda vital pasien secara ketat tiap 2 jam
3. Mengobservasi intake dan output cairan pasien
4.

Mengobservasi hasil lab: BJ. Urine, Albumin, elektrolit, darah (kalium dan
natrium)

5. Memantau secara berkala urin dari adanya protein dan darah


6. Memantau adanya hipertensi batasi pemberian natrium dan kolaborasi pemberian
obat yang tepat dengan dokter
7. Membatasi pemberian kalium jika terjadi hiperkalemia
8. Memantau adanya komplikasi dan lakukan tindakan segera
Diagnosa 2

: Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. intake yang

kurang, anoreksia, mual dan muntah


Implementasi 2 :
1.

Memberikan asupan nutrisi yang adekuat

2.

Menyajikan makanan yang menarik dan selalu hangat, porsi kecil tapi sering.

3.

Mencatat berat badan harian.

4.

Mencatat input dan output asupan yang adekuat

5.

Mencatat gejala yg timbul setelah makan, seperti: mual muntah

6.

Mengkaji pola dan kebiasaan makan pasien

7.

Memberikan diet tinggi kalori rendah protein, tinggi karbohidrat rendah garam.

Diagnosa 3

: Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan fisik, bedrest.

Implementasi 3

1.

Mengkaji aktivitas yang biasa dilakukan pasien setiap hari

2.

Menganjurkan pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya

3.

Membantu aktivitas yang belum dapat dilakukan sendiri oleh pasien.

4.

Membatasi aktivitas pasien selama di rawat

Diagnosa 4

: Resiko tinggi kerusakan integritas kulit (infeksi sekunder) bd.

Perubahan metabolisme dan sirkulasi tubuh.


Implementasi 4

1.

Mengobservasi keadaaan perkembangan kulit setiap hari.

2.

Menjaga kebersihan kuku.

3.

Melakukan miring kiri-kanan setiap 2 jam.

4.

Melakukan masase,olesi minyak untuk memperlancar aliran darah

5.

Mempertahankan kondisi kulit tetap kering.

6.

Menganjurkan pasien memakai pakaian/alat-alat tenun dari bahan katun

Diagnosa 5

: Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit dan

penatalaksanaan
Implementasi 5 :
1.

Menjelaskan

pada

keluarga

tentang

penyakit,

prognosis,

dan

penatalaksanaannya.
2.

Menjelaskan pada pasien tujuan dari setiap tindakan yg dilakukan.

3.

Menganjurkan keluarga untuk berperan aktif dalam pengobatan

E. Evaluasi
Evaluasi hasil merupakan tindakan terakhir dari Asuhan keperawatan, melalui
evaluasi ini menilai apakah asuhan yang diberikan telah mengatasi masalah atau tidak
terdiri dari unsur Subjekti, objektif, Analisa, dan Rencana. Tahap ini perawat melakukan
pengkajian ulang secara subjektif maupun objektif apakah tanda dan gejala berkurang,

setelah itu perawat menganalisa dari data subjektif dan objektif apakah masalah teratasi
atau tidak. Selanjutnya menilai atau merencanakan kembali apakah Asuhan keperawatan
di lanjutkan atau di hentikan.

DAFTAR PUSTAKA
Baradero. Mary dkk.2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Ginjal.
Jakarta : EGC.
Betz, Cecily Lynn dan Linda A. Sowden, 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi
5. Jakarta : EGC.
Slonane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Suprapti. 2013. Traktus Urinarius Dewasa. Palembang: FK UNSRI

You might also like