You are on page 1of 31

LAPORAN UKM

UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA


BERENCANA (KB) (F3)
ANTENATAL CARE
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh
Program Dokter Internship
Puskesmas Ungaran

OLEH :
dr. Nita Prasasti

PUSKESMAS UNGARAN
2016

HALAMAN PENGESAHAN

Nama

: dr. Nita Prasasti

Topik

:Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga


Berencana (KB) (F3)

Judul

: Antenatal Care

Tanggal Pengesahan :

Ungaran,

2016

Mengetahui
Kepala PKM Ungaran,

dr. Nugraha
NIP 19651108 2002121 1003

Pendamping,

dr. Astri Aninda Niagawati


NIP 19741005 200701 2 017

BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi perlu perawatan
diri yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang
normal pun mempunyai risiko kehamilan, namun tidak secara langsung
meningkatkan risiko kematian ibu. Tingginya angka kematian ibu hamil disebabkan
oleh beberapa faktor seperti masih rendahnya kesadaran ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilan dan penyakit bawaan yang diderita ibu hamil.
Kesehatan ibu merupakan masalah nasional yang harus mendapatkan prioritas
utama, karena menentukan kualitas sumber daya manusia pada masa mendatang.
Pemeriksaan wanita hamil dinegara maju sekitar 15 kali selama kehamilannya,
sedangkan di Indonesia 4-5 kali pemeriksaan diangggap bahwa sudah cukup
memadai untuk kehamilan beresiko rendah. Periode prenatal atau antenatal adalah
periode persiapan, baik secara fisik, yaitu pertumbuhan janin dan adaptasi maternal
maupun psikologis yaitu persiapan menjadi orang tua.Tanda-tanda bahaya kehamilan
adalah gejala yang menunjukan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan bahaya.
Pengetahuan mengenai kehamilan dan kesadaran ibu hamil dengan tanda-tanda
bahaya pada kehamilan dapat meningkatkan perilaku ibu hamil untuk melaksanakan
pemeriksaan kehamilannya, sehingga ibu dan janin menjadi sehat.
Tanda bahaya kehamilan misalnya perdarahan, bengkak di kaki, tangan, dan
wajah, demam tinggi, keluar air ketuban sebelum waktunya, bayi tidak bergerak serta
ibu muntah terus tidak mau makan. Tanda bahaya dalam kehamilan jika tidak
terdeteksi akan menyebabkan kematian pada janin dan ibu. Angka kematian ibu di
Jawa Tengah tahun 2015 berhasil menurun menjadi 619 kasus setelah sebelumnya
pada tahun 2014 terdapat 711 kasus. Namun di tahun 2016 menurut data terakhir
yang tercatat oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah sampai dengan tanggal 18
September 2016 kasus kematian ibu telah mencapai angka 477. Menurut data yang
diperoleh penyebab langsung kematian maternal di Jawa Tengah terkait kehamilan

dan persalinan terutama yaitu perdarahan 21,14%, hipertensi 24,22%, infeksi 2,76%,
gangguan sistem peredaran darah 8,52%, dan penyebab lain 40,49%.
Oleh karena itu dalam mencegah kenaikan AKI, melakukan antenatal care
atau pengawasan wanita hamil adalah sebuah keharusan. Dengan memeriksakan
secara teratur, diharapkan petugas kesehatan dapat mendeteksi lebih dini keadaankeadaan yang mengandung risiko kehamilan dan atau persalinan, baik bagi ibu
maupun janin sehingga angka kejadian AKI dapat ditekan semaksimal mungkin.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1

Definisi Ante Natal Care


Antenatal care terpadu merupakan pelayanan pemeriksaan pada ibu
hamil secara komprehensif, terpadu,

dan berkualitas mencakup upaya

promotif, preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif, yang meliputi


pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit menular (imunisasi, HIV/AIDS,
TB, Malaria, penyakit menular seksual), penanganan penyakit kronis serta
beberapa program lokal dan spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan
2

program.
Tujuan Ante Natal Care
a Tujuan Umum
Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan
antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan
sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.
b

Tujuan Khusus
-

Menyediakan

pelayanan

antenatal

terpadu,

komprehensif

dan

berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,


konseling KB dan pemberian ASI.
-

Menghilang missed oppprtunity pada ibu hamil dalam mendapatkan


pelayanan antenatal terpadu,komprehensif, dan berkualitas.

Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu


hamil.

Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu


hamil sedini mungkin.

Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai


dengan sistem rujukan yang ada.

Konsep Pelayanan Ante Natal Care Terpadu

Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan meliputi halhal sebagai berikut:
a Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar
b

kehamilan berlangsung sehat.


Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi

c
d

kehamilan.
Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman.
Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika

terjadi penyulit/komplikasi.
Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila

diperlukan.
Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan

bila terjadi penyulit/komplikasi.


Indikator Antenatal Care Terpadu
a

Kunjungan Pertama (K1) adalah kontak pertama ibu hamil dengan


tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan
pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak pertama
harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama, sebaiknya
sebelum minggu ke 8.

Kunjungan ke-4 (K4)


K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan
terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak 4 kali dilakukan
sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan hingga 12 minggu)
dan trimester ke-2 (>12 - 24 minggu), minimal 2 kali kontak pada
trimester ke-3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu ke
36. Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika
ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk
dalam K4.

Penanganan Komplikasi (PK)

PK adalah penanganan komplikasi kebidanan, penyakit menular maupun


tidak menular serta masalah gizi yang terjadi pada waktu hamil, bersalin
dan nifas. Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi. Komplikasi kebidanan, penyakit dan masalah gizi yang
sering terjadi adalah: perdarahan, preeklampsia/eklampsia, persalinan
macet, infeksi, abortus, Malaria, HIV/AIDS, Sifilis, TB, Hipertensi,
Diabetes Meliitus, anemia gizi besi (AGB) dan kurang energi kronis
(KEK).
5

Kebijakan Program Pelayanan Antenatal Care Terpadu


Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi
kunjungan antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan,
dengan ketentuan sebagai berikut : (Depkes, 2009).
a. Minimal satu kali pada trimester pertama (K1) hingga usia kehamilan 14
minggu. Tujuannya adalah :

Penapisan dan pengobatan anemia

Perencanaan persalinan

Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), usia kehamilan 14 28


minggu. Tujuannya adalah :

- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya


- Penapisan pre-eklampsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan
- Mengulang perencanaan persalinan
c

Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4), usia kehamilan 2836 minggu dan setelah 36minggu sampai lahir.Tujuannya adalah :

- Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III


- Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
- Memantapkan rencana persalinan
- Mengenali tanda-tanda persalinan

Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan segera setelah diketahui


terlambat haid dan pemeriksaan khusus dilakukan jika terdapat keluhankeluhan tertentu.
6

Standar Pelayanan Ante Natal Care Terpadu


Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
a Timbang berat badan. Penimbangan berat badan pada setiap kali
kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan
pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram
selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya
b

menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.


Ukur lingkar lengan atas (LiLA). Pengukuran LiLA hanya dilakukan
pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi
kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang
mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LiLAkurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK

akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).


Ukur tekanan darah. Pengukuran tekanan darah pada setiap kali
kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi
(tekanan darah e 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia
(hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau

proteinuria)
Ukur tinggi fundus uteri. Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali
kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin
sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai
dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.
Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24
minggu.

Hitung denyut jantung janin (DJJ). Penilaian DJJ dilakukan pada akhir
trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat
kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan

adanya gawat janin.


Tentukan presentasi janin. Menentukan presentasi janin dilakukan pada
akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada
trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum
masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada

masalah lain.
Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Untuk mencegah terjadinya
tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat
kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat

ini.
Beri tablet tambah darah (tablet besi). Untuk mencegah anemia gizi
besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet

selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.


Periksa laboratorium (rutin dan khusus). Pemeriksaan laboratorium
dilakukan pada saat antenatal meliputi:
- Pemeriksaan golongan darah. Pemeriksaan golongan darah pada ibu
hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu
melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang
-

sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.


Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb). Pemeriksaan kadar
hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester
pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak
selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.

Pemeriksaan protein dalam urin. Pemeriksaan pr atas indikasi.


Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria otein
dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga
pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya

preeklampsia pada ibu hamil.


Pemeriksaan kadar gula darah. Ibu hamil yang dicurigai menderita
Diabetes Melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama
kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada
trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir

trimester ketiga).
Pemeriksaan darah Malaria. Semua ibu hamil di daerah endemis
Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining
pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria

dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.


Pemeriksaan tes Sifilis. Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah
dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan

Sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.


Pemeriksaan HIV. Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan
risiko tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV.
Ibu hamil setelah menjalani konseling kemudian diberi kesempatan

untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV.


Pemeriksaan BTA. Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang
dicurigaimenderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi
Tuberkulosis

tidak

mempengaruhi

kesehatan

janin.

Selain

pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan


j

pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.


Tatalaksana/penanganan Kasus.
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan.

Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem


k

rujukan.
KIE Efektif.
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:
- Kesehatan ibu Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu
hamil agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9- 10
-

jam per hari) dan tidak bekerja berat.


Perilaku hidup bersih dan sehat Setiap ibu hamil dianjurkan untuk
menjaga kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan
sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun,
menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan

olah raga ringan.


Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama
suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu
menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan
calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi
kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas

kesehatan.
Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai
tanda-tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas
misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar
cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda
bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke

tenaga kesehtan kesehatan.


Asupan gizi seimbang Selama hamil, ibu dianjurkan untuk
mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang
seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin

dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet
-

tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya.


Gejala penyakit menular dan tidak menular. Setiap ibu hamil harus
tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular (misalnya penyakit
IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular (misalnya hipertensi)

karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.


Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah
tertentu (risiko tinggi). Konseling HIV menjadi salah satu komponen
standar dari pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan
penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan
kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani
tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka
dicegah agar tidak terjadi penularan HIV dari ibu ke janin, namun
sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV negatif maka diberikan
bimbingan untuk tetap HIV negatif selama kehamilannya, menyusui

dan seterusnya.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif Setiap ibu
hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera
setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang
penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi

berusia 6 bulan.
KB paska persalinan Ibu hamil diberikan pengarahan tentang
pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan
dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan

keluarga.
Imunisasi Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum. k.
Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu
hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasiauditori dan pemenuhan

nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode


7

kehamilan.
Jenis Pelayanan ANC
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari :
a Anamnesa ANC
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
1 Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.
2 Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah
kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil:
Muntah berlebihan. Rasa mual dan muntah bisa muncul pada
kehamilan muda terutama pada pagi hari namun kondisi ini biasanya
hilang setelah kehamilan berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak perlu
dikhawatirkan, kecuali kalau memang cukup berat, hingga tidak

dapat makan dan berat badan menurun terus.


Pusing. Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing
sampai mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu diwaspadai. o
Sakit kepala Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil

mungkin dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.


Perdarahan. Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah

merupakan tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.


Sakit perut hebat. Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan

kesehatan ibu dan janinnya.


Demam. Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan
berlebihan dari liang rahim dan kadang-kadang berbau merupakan

salah satu tanda bahaya pada kehamilan.


Batuk. lama Batuk lama Lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan

lanjut.Dapat dicurigai ibu menderita TBC.


Berdebar-debar. Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan
salah satu masalah pada kehamilan yang harus diwaspadai.

Cepat lelah. Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya
timbul rasa lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang
biasanya terjadi pada sore hari. Kemungkinan ibu menderta kurang

darah.
Sesak nafas atau sukar bernafas. Pada akhir bulan ke delapan ibu
hamil sering merasa sedikit sesak bila bernafas karena bayi menekan
paru-paru ibu. Namun apabila hal ini terjadi berlebihan maka perlu

diwaspadai.
Keputihan yang berbau. Keputihan yang berbau merupakan salah

satu tanda bahaya pada ibu hamil.


Gerakan janin. Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan
akhir bulan ke empat. Apabila gerakan janin belum muncul pada usia
kehamilan ini, gerakan yang semakin berkurang atau tidak ada

gerakan maka ibu hamil harus waspada.


Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah, menarik diri,
bicara sendiri, tidak mandi, dsb. Selama kehamilan, ibu bisa
mengalami perubahan perilaku. Hal ini disebabkan karena perubahan
hormonal. Pada kondisi yang mengganggu kesehatan ibu dan

janinnya maka akan dikonsulkan ke psikiater.


Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama kehamilan.
Informasi mengenai kekerasan terhadap perempuan terutama ibu
hamil seringkali sulit untuk digali. Korban kekerasan tidak selalu
mau berterus terang pada kunjungan pertama, yang mungkin
disebabkan oleh rasa takut atau belum mampu mengemukakan
masalahnya kepada orang lain, termasuk petugas kesehatan. Dalam
keadaan ini, petugas kesehatan diharapkan dapat mengenali korban

dan memberikan dukungan agar mau membuka diri.


Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan yang
sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan riwayat
penyakit yang diderita ibu.

4
5
6

Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.


Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti:

antihipertensi,

diuretika, anti vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan


7

sebagainya.
Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat

pemakaian obat Malaria.


Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit
pada pasangannya. Informasi ini penting untuk langkahlangkah

penanggulangan penyakit menular seksual.


Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,
frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan

gizinya.
10 Menanyakan

kesiapan

menghadapi

persalinan

dan

menyikapi

kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan, antara lain: o


Siapa yang akan menolong persalinan? Setiap ibu hamil harus bersalin
ditolong tenaga kesehatan.
Dimana akan bersalin? Ibu hamil dapat bersalin di Poskesdes,

Puskesmas atau di rumah sakit?


Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin? Pada saat bersalin, ibu
sebaiknya

didampingi

suami

atau

keluarga

terdekat.

Masyarakat/organisasi masyarakat, kader, dukun dan bidan dilibatkan


untuk kesiapan dan kewaspadaan dalam menghadapi persalinan dan

kegawatdaruratan obstetri dan neonatal


Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi pendarahan?
Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon donor darah yang
sewaktu-waktu dapat menyumbangkan darahnya untuk keselamatan

ibu melahirkan.
Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu saat harus dirujuk?
Alat transportasi bisa berasal dari masyarakat sesuai dengan
kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar

calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan.


Alat transportasi tersebut dapat berupa mobil, ojek, becak, sepeda,

tandu, perahu, dsb.


Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan? Suami diharapkan
dapat menyiapkan dana untuk persalinan ibu kelak. Biaya persalinan
ini dapat pula berupa tabulin (tabungan ibu bersalin) atau dasolin
(dana sosial ibu bersalin) yang dapat dipergunakan untuk membantu
pembiayaan mulai antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan.
Informasi anamnesa bisa diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga,
kader ataupun sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya. Setiap
ibu hamil, pada kunjungan pertama perlu diinformasikan bahwa
pelayanan antenatal selama kehamilan minimal 4 kali dan minimal 1
kali kunjungan diantar suami.

b Pemeriksaan ANC
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis
pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis
(kejiwaan) ibu hamil.

Pemeriksaan laboratorium/penunjang dikerjakan sesuai tabel di atas. Apabila di


fasilitas tidak tersedia, maka tenaga kesehatan harus merujuk ibu hamil ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

Penanganan dan Tindak Lanjut kasus.


Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium/ penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau
diagnosa banding, sedangkan bidan/perawat dapat mengenali keadaan
normal dan keadaan bermasalah/tidak normal pada ibu hamil. Berikut ini
adalah penanganan dan tindak lanjut kasus pada pelayanan antenatal
terpadu.

Pada setiap kunjungan antenatal, semua pelayanan yang meliputi anamnesa,


pemeriksaan dan penanganan yang diberikan serta rencana tindak-lanjutnya harus
diinformasikan kepada ibu hamil dan suaminya. Jelaskan tanda-tanda bahaya
dimana ibu hamil harus segera datang untuk mendapat pertolongan dari tenaga
kesehatan.
Apabila ditemukan kelainan atau keadaan tidak normal pada kunjungan
antenatal, informasikan rencana tindak lanjut termasuk perlunya rujukan untuk
penanganan kasus, pemeriksaan laboratorium/penunjang, USG, konsultasi atau
perawatan, dan juga jadwal kontrol berikutnya, apabila diharuskan datang lebih
cepat.

d Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu.


Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar
pelayanan antenatal terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan,
tenaga kesehatan wajib mencatat hasilnya pada rekam medis, Kartu Ibu dan
Buku KIA. Pada saat ini pencatatan hasil pemeriksaan antenatal masih
sangat lemah, sehingga data-datanya tidak dapat dianalisa untuk
peningkatan kualitas pelayanan antenatal. Dengan menerapkan pencatatan
sebagai bagian dari standar pelayanan, maka kualitas pelayanan antenatal
e

dapat ditingkatkan.
Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif.
KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari
pelayanan antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk
membantu ibu hamil dalam mengatasi masalahnya.

Definisi Tinea Korporis


Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit yang tidak berambut
(glabrous skin) kecuali telapak tangan, telapak kaki, dan lipat paha.
Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita
yaitu Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat lebih dari 40
spesies dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan salah satu

penyakit yang disebabkan jamur golongan dermatofita adalah tinea korporis.


Etiologi Tinea Korporis
Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur
dermatofita yaitu Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat
lebih dari 40 spesies dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan
salah satu penyakit yang disebabkan jamur golongan dermatofita adalah tinea

korporis.
10 Gambaran Klinis Tinea Korporis
Gambaran klinis dimulai dengan lesi bulat atau lonjong dengan tepi
yang aktif dengan perkembangan kearah luar, bercak-bercak bisa melebar dan

akhirnya memberi gambaran yang polisiklik,arsinar,dan sirsinar. Pada bagian


pinggir ditemukan lesi yang aktif yang ditandai dengan eritema, adanya papul
atau vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Tinea
korporis yang menahun, tandatanda aktif menjadi hilang dan selanjutnya
hanya meninggalkan daerah hiperpigmentasi saja. Gejala subyektif yaitu
gatal, dan terutama jika berkeringat dan kadang-kadang terlihat erosi dan
krusta akibat garukan. Tinea korporis biasanya terjadi setelah kontak dengan
individu atau dengan binatang piaraan yang terinfeksi, tetapi kadang terjadi
karena kontak dengan mamalia liar atau tanah yang terkontaminasi.
Penyebaran juga mungkin terjadi melalui benda misalnya pakaian, perabot
dan sebagainya.
11 Pengobatan
Pengobatan infeksi jamur dibedakan menjadi pengobatan non medikamentosa
dan pengobatan medikamentosa.
a. Non Medikamentosa
Menurut Badan POM RI, dikatakan bahwa penatalaksanaan non
medikamentosa adalah sebagai berikut:
Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang terkena
infeksi atau bagian yang terinfeksi dikeringkan terakhir untuk

mencegah penyebaran infeksi ke bagian tubuh lainnya.


Jangan mengunakan handuk, baju, atau benda lainnya secara

bergantian dengan orang yang terinfeksi.


Cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur dengan air panas

untuk mencegah penyebaran jamur tersebut.


Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air untuk

menghilangkan sisa-sisa kotoran agar jamur tidak mudah tumbuh.


Jika memungkinkan hindari penggunaan baju dan sepatu yang dapat
menyebabkan kulit selalu basah seperti bahan wool dan bahan sintetis

yang dapat menghambat sirkulasi udara.


Sebelum menggunakan sepatu, sebaiknya dilap terlebih dahulu dan
bersihkan debu-debu yang menempel pada sepatu.

Hindari kontak langsung dengan orang yang mengalami infeksi

jamur. Gunakan sandal yang terbuat dari bahan kayu dan karet
b. Medikamentosa
Pengobatan tinea korporis terdiri dari pengobatan lokal dan
pengobatan sistemik. Pada tinea korporis dengan lesi terbatas,cukup
diberikan obat topikal. Lama pengobatan bervariasi antara 1-4 minggu
bergantung jenis obat. Obat oral atau kombinasi obat oral dan topikal
diperlukan pada lesi yang luas atau kronik rekurens. Anti jamur topikal
yang dapat diberikan yaitu derivate imidazole, toksiklat, haloprogin dan
tolnaftat. Pengobatan lokal infeksi jamur pada lesi yang meradang disertai
vesikel dan eksudat terlebih dahulu dilakukan dengan kompres basah
secara terbuka. Pada keadaan inflamasi menonjol dan rasa gatal berat,
kombinasi antijamur dengan kortikosteroid jangka pendek akan
mempercepat perbaikan klinis dan mengurangi keluhan pasien.
Pengobatan Topikal Pengobatan topikal merupakan pilihan utama.
Efektivitas obat topikal dipengaruhi oleh mekanisme kerja,viskositas,
hidrofobisitas dan asiditas formulasi obat tersebut. Selain obat-obat
klasik, obat-obat derivate imidazole dan alilamin dapat digunakan
untuk mengatasi masalah tinea korporis ini. Efektivitas obat yang
termasuk golongan imidaol kurang lebih sama. Pemberian obat
dianjurkan selama 3-4 minggu atau sampai hasil kultur negative.
Selanjutnya dianjurkan juga untuk meneruskan pengobatan selama 710 hari setelah penyembuhan klinis dan mikologis dengan maksud
mengurangi kekambuhan. Pada ibu hamil, aman menggunakan

golongan imidazole ini.


Pengobatan Sistemik yang dapat diberikan pada tinea korporis
adalah:
Griseofulvin merupakan obat sistemik pilihan pertama. Dosis untuk
anak-anak 15-20 mg/kgBB/hari, sedangkan dewasa 500-1000
mg/hari

Ketokonazol digunakan untuk mengobati tinea korporis yang resisten


terhadap griseofulvin atau terapi topikal. Dosisnya adalah 200
mg/hari selama 3 minggu.
Obat-obat yang relatif baru seperti itrakonazol serta terbinafin
dikatakan cukuo memuaskan untuk pengobatan tinea korporis.

BAB III
DESKRIPSI KASUS
A. Identitas Pasien
Nama

: Ny. P

Usia

: 35 tahun

Pendidikan

: SMK

Alamat

: Genuk, Ungaran Barat

Tanggal Kunjungan

: 24 September 2016

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Pasien datang untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin.
Pasien merasakan gatal di bagian perut
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan gatal di bagian perut yang timbul sejak 2 minggu
yang lalu. Gatal semakin bertambah sejak 4 hari yang lalu terutama saat
pasien berkeringat. Pasien belum mengkonsumsi obat apapun untuk
mengurangi keluhannya. Sebelumnya pasien tidak mengkonsumsi
makanan atau obat apapun di luar kebiasaannya. Bengkak-bengkak pada
kaki (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), keluar darah dari alat kelamin
(-), demam (-), batuk (-), pilek (-), kram perut (-), minum suplemen
penambah darah (+), tekanan darah tinggi (-). Keluhan lainnya (-).
Menarkhe usia 13 tahun.
Siklus menstruasi teratur (28 hari)
HPHT : 25 Mei 2016
HPL : 2 Maret 2017
UK : 17 minggu 3 hari
3. Riwayat Obstetri : G5P4A0
Anak
1
2
3
4
5

Keadaan saat dilahirkan


Aterm, 3500 gr, langsung menangis, Normal, bidan
Aterm, 3300 gr, langsung menangis, Normal, bidan
Aterm, 3200 gr, langsung menangis, Normal, bidan
Aterm, 3500 gr, langsung menangis, Normal, bidan
Hamil saat ini

4. Riwayat Penyakit Dahulu :


Alergi (-)
Hipertensi (-)
Diabetes Melitus (-)
Asthma (-)
Riwayat sakit serupa (-)
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Alergi (-)

Keadaan sekarang
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat

Hipertensi (-)
Diabetes Melitus (-)
Asma (-)
6. Riwayat Imunisasi TT : Imunisasi TT sudah lengkap (5x)
C. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran
2. Keadaan Umum
3. TB
4. BB
5. IMT
6. LILA
7. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
RR
Suhu
8. Status Generalisata
Kepala
Leher
Thorax

Abdomen

: compos mentis
: baik
: 158 cm
: 60 kg
: 24,03 kg/m2
: 29 cm
: 130/90 mmHg
: 88 x/ menit, reguler, isi cukup
: 20 x/ menit, reguler
: 36,5 C
: normocephal, konjunctiva pucat (-), sklera ikterik (-)
: tidak tampak pembesaran
: I : simetris, retraksi (-/-)
P : pengembangan dada simetris, NT (-)
P : sonor (+/+)
A : vesikuler (+/+), RBK (-/-), wheezing (-/-), S1-S2
reguler, murmur (-), gallop (-)
: Dilakukan pemeriksaan palpasi
TFU

setengah

simphysis

pubis

umbilikus,

ballotement (+)
Status lokalis: plakat eritema berbatas tegas dengan tepi aktif (central
healing) berukuran 5x5x1 cm di regio abdomen

Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan (tidak ada indikasi).


Ekstremitas : Edema (-) di keempat ekstremitas, akral hangat, CRT <
2, sianosis (-)

D. Diagnosis Kerja
G5P4A0, 17 minggu, belum dalam persalinan dengan tinea corporis
E. Manajemen Kasus

Pemberian multivitamin berupa Caviplex 1x1


Suplemen penambah darah SF 1x1.
Cetirizine 1x1
F. Edukasi
Kontrol 1 bulan lagi dan kalau bisa selalu kontrol kehamilan sampai

persalinan tiba.
Tetap melanjutkan pola makan sehat dan seimbang agar nutrisi ibu dan janin

cukup.
Meminta pertolongan tenaga medis jika ada perdarahan, gerakan janin kurang,
bengkak-bengkak di tungkai, mual dan muntah berlebihan sampai tidak dapat
melakukan aktivitas harian yang biasanya atau terasa kenceng-kenceng
(kontraksi) di perut.

Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang terkena infeksi


atau bagian yang terinfeksi dikeringkan terakhir untuk mencegah penyebaran

infeksi ke bagian tubuh lainnya.


Jangan mengunakan handuk, baju, atau benda lainnya secara bergantian

dengan orang yang terinfeksi.


Cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur dengan air panas untuk

mencegah penyebaran jamur tersebut.


Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air untuk menghilangkan
sisa-sisa kotoran agar jamur tidak mudah tumbuh.

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus ini, didapatkan risiko persalinan ataupun penyulit dalam


kehamilan yaitu pasien berusia 35 tahun dan telah hamil sebanyak lima kali. Oleh
karena itu, pasien diedukasi mengenai pentingnya kontrol rutin dalam kehamilan
untuk meminimalkan risiko penyulit kelak. Selain itu, pasien juga diberikan edukasi
mengenai cara menilai gerakan janin sehat, pola makan yang baik yang seimbang,
dan juga keadaan-keadaan dimana pasien harus meminta pertolongan dengan segera
ke tenaga medis terdekat, seperti perdarahan ataupun gerakan janin tidak dapat
dirasakan.
Pasien mengeluh gatal di regio abdomen terutama pada saat pasien
berkeringat. Dari pemeriksaan fisik didapatkan plakat eritema berbatas tegas dengan
tepi aktif (central healing). Sesuai dengan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
sederhana yang dilakukan, maka diagnosis pasien mengarah kepada Tinea Korporis.
Intervensi yang dilakukan adalah dengan melakukan pemberian multivitamin
dan suplemen FE. Hal ini ditujukan untuk melengkapi kecukupan nutrisi pada janin.
Selain itu, pasien diberikan cetirizine untuk mengurangi keluhan gatal di sekitar
perutnya. Pasien tidak diberikan salep, karena salep yang tersedia di puskesmas tidak
cukup aman untuk ibu hamil, akrena bersifat teratogenik.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1
2

Buku Panduan Klinis Praktis Bagi Dokter Layanan Primer


Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong
CY. Obstetri Williams volume 1. Edisi 23. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC ; 2013.


Depkes RI. 2010. Pemeriksaan Kehamilan. Diambil 23 Oktober 2016,

4
5
6

dari http : //www.Depkes.go.id


Kapita selekta kedokteran Jilid II, Edisi IV, 2014, FK UI
Kemenkes RI, (2010) Pedoman ANC Terpadu, Jakarta
Mochtar R. Sinopsis obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ;

2004.
Prawirohardjo

Prawirohardjo ; 2009.
Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri & Ginekologi

S.

Buku

Ilmu

Kebidanan.

Jakarta

Penerbit

Fakultas Kedokteran. Bandung : Universitas Padjadjaran Bandung ;


9

2003.
Alimul, A.H. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.

Jakarta: Salemba Medika


10 Alimul, A.H. 2009. Metode Penelitian Kebidanan Teknnik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
11 Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta
12 Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong
CY. Obstetri Williams volume 1. Edisi 23. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 2013.
13 Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta:
Balai Pustaka
14 Depkes RI. 1996. Pedoman Penaggulangan Ibu Hamil Kekurangan
Energi Kronis. Jakarta : Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat
15 Mochtar R. Sinopsis obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
2004.
16 Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta

17 Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
18 Proverawati. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Jogyakarta :
Muha Medika
19 Rochjati,Poedji. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya :
FK UNAIR
20 Rukiyah. 2009. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: TIM
21 Suyanto. 2009. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Jogjakarta:
Mitra Cendikia Press

LAMPIRAN

You might also like